Sung
Joon menelp Ha Ri memberitahu pertemuanya selesai lebih cepat jadi akan segera
pergi dan menanyakan keberadaan Ha Ri dimana. Ha Ri memberitahu sedang ada
pekerjaan jadi akan keluar sebentar lagi. Keduanya pun menutup telp
dan berjanji akan bertemu, Ha Ri terlihat gugup setelah menutup telpnya.
Di
depan eskalator, Sung Joon melihat foto Hye Jin (Ha Ri) yang berkerja di Ara Hotel
sebagai Hotelier terbaik di bulan ini
dengan nama Min Hari Min Ha Ri.
Ha Ri
langsung menengok ketika ada orang yang memanggil namanya, betapa terkejutnya
melihat Sung Joon yang berdiri didepan hotel memanggilnya. Sung Joon langsung
bertanya, Min Ha Ri siapa dirinya. Ha Ri benar-benar binggung dengan keadaannya
sekarang.
“Kenapa? Bagaimana
kau bisa jadi Kim Hye Jin? Apa yang selama ini kau lakukan? Kau siapa? Siapa
identitas aslimu?” tanya Sung Joon dengan mata melotot dan nada menahan marah.
“Aku akan
jelaskan semua, Sung Joon... yang terjadi adalah ....” kata Ha Ri ingin
memegang tangan Sung Joon tapi di hempaskan begitu saja.
“Jawab
aku. Kau siapa ?” tanya Sung Joon
“Aku
adalah Temannya Hye Jin. Dia minta tolong padaku dan Aku hanya perlu menemuimu
sekali. Tapi setelah kita bertemu di hotel, segalanya menjadi rumit. Aku
tadinya ingin bertemu untuk menjelaskan ini dan meminta maaf.” cerita Ha Ri dengan
menahan air matanya.
Sung Joon
tak percaya bahwa Hye Jin yang asli adalah orang yang selama ini sudah
diduganya. Ha Ri membenarkan dan meminta maaf karena sudah membohonginya, serta
tidak bermaksud mengulur waktu sampai selama ini. Sung Joon dengan mata
berkaca-kaca memilih untuk meninggalkanya, Ha Ri hanya bisa menangis didepan
hotel.
Sung Joon
mengendarai mobilnya, mengingat saat Hye Jin masuk mengakui rambut sebenarnya
itu adalah keriting asli. Lalu ketika masih kecil, Sung Joon yang mengetahui
rambut Hye Jin berubah ketika hujan turun dan membasahi rambutnya.
Sebelumnya,
Hye Jin yang mabuk berteriak bahwa ia adalah Kim Hye Jin dan hanya Kim Hye Jin
yang berteriak “Oh ? Ayo Jalan !” saat lampu hijau untuk penjalan kaki menyala.
Sung Joon mengingat saat Hye Jin memayunginya dengan jaket ditengah jalan, sama
saat masih kecil memayunginya dengan jas hujan.
Ia
teringat saat Hye Jin membuka payungnya, melihat lukisan kesukaan yang ada
dibalik payung itu. Ketika mereka makan bersama di perjalanan bisnis, Hye Jin
tertawa melihatnya memisahkan kacang polong, lalu mengaku kalau teringat dengan
seseorang.
Sung Joon
teringat dengan ucapan saat masih kecil tentang puzzle yang disukainya “Tapi gadis
pengintip ada di dalam puzzle.Kalau tidak diperhatikan, kita tidak sadar ada dia,
mirip teka-teki gambar.”
“Sepertinya
Permintaan
terakhir
akan
kugunakan hari ini dan permintaan terakhirku adalah ini” ucap Shin Hyuk
langsung memeluk Hye Jin dengan erat.
“Kalau
kau ragu-ragu dan tidak bisa pergi ke dia, datanglah ke aku. Beri aku juga
kesempatan, hmm?” bisik Shin Hyuk lalu menatap Hye Jin memohon.
Hye Jin
gugup ingin menjelaskannya, lalu ponselnya berdering. Shin Hyuk pun menyuruh
Hye Jing mengangkat telpnya. Sung Joon menyapa Hye Jin dengan kalimat “Lama tidak bertemu, Kim Hye
Jin.”
“Kita kan
baru bertemu di galeri. Apa maksudmu....” ucap Hye Jin binggung
“Lama
tidak bertemu, Hye Jin. Aku rindu ...Kim Hye Jin.” kata Sung Joon dengan nada
terisak.
Hye Jin
terdiam Sung Joon memanggil namanya seperti seorang teman yang sudah lama tak
bertemu, dengan mata memerah menahan tangis memangil nama Sung Joon bukan
Wapemred. Sung Joon menanyakan keberadaan Hye Jin sekarang untuk bertemu.
Shin Hyuk
seperti sudah bisa menduga apa yang terjadi lalu memohon agar Hye Jin tak
pergi. Hye Ji hanya bisa meminta maaf lalu berlari pergi meninggalkanya, Shin
Hyuk hanya bisa menahan sedihnya sendirian.
Sung Joon
sudah berjalan sambil menelp menanyakan keberadan Hye Jin sekarang. Hye Jin
memberitahu ada dipersimpangan depan perusahaan lalu bertanya balik keberadan
Sung Joon sekarang. Sung Joon ada diseberang jalan, akhirnya ia segera
menyeberang sambil mencari-cari Sung Joon.
Tiba-tiba
tanganya ditarik, Sung Joon menatap Hye Jin yang selama ini sangat dekat
denganya tapi tak mengenalinya, Hye Jin juga menatap Sung Joon yang akhirnya
bisa mengenalinya. Sung Joon berkaca-kaca mengaku sudah berhasil menemukanya,
Hye Jin tersenyum mendengarnya dan air matanya tumpah.
“Kenapa
kau sembunyi ? Kenapa tidak bilang apapun ? Kau tahu kalau aku ....?” ucap Sung
Joon ingin tahu alasanya.
“Ah.....Lupakan
Hye Jin. Aku terlambat mengenalimu. Harusnya aku menemukanmu lebih cepat tapi
aku terlambat. Maafkan aku. Selama ini pasti berat untukmu.” kata Sung Joon
penuh penyesalan dengan air mata mengalir, Hye Jin mengelengkan kepalanya.
“Kau
dekat sekali denganku selama ini. Bagaimana bisa aku tidak mengenalimu, seperti
orang bodoh ?” ucap Sung Joon kesal dengan dirinya.
Ia
memegang wajah Hye Jin dengan teliti melihat bagian wajahnya dari atas bawah,
lalu menyakinkan bahwa orang yang didepanya memang teman masa kecilnya yang
dikenalnya selama ini.
Hye Jin
menatap Sung Joon dengan air mata bahagianya, Sung Joon mengelus rambut Hye Jin
dengan bahagia lalu pundaknya, keduanya berdiri di tengah mobil yang lalu
lalang seperti gambaran Sung Joon dan Hye Jin kembali seperti masih anak-anak.
Sung Joon
dengan kacamata dan tumbuh tambunnya melihat lampu hijau lalu mengandeng tangan
Hye Jin untuk menyebrang bersama. Keduanya sudah pergi di pinggir sungai Han,
Hye Jin tertawa melihat teman masa kecilnya berjalan disampingnya.
Ia
bercerita saat hari mereka pertama kali bertemu sebenarnya datang mencarinya,
tapi Sung Joon saat itu tak mengenalinya dan hanya melewatinya padahal mereka
sama-sama berbicara di telp.
“Aku mendadak merasa sebesar
kuku, Sebelumnya aku selalu jadi pengangguran,dan aku sudah jadi berbeda sekali
dengan sosok Kim Hye Jin yang kau kenal. jadi aku tidak percaya diri menemuimu.” cerita
Hye Jin
Mereka
sudah berjalan pesisi disamping Sungai Han, Hye Jin benar-benar tertawa bahagia
melihat Sung Joon begitu juga Sung Joon yang berjalan mundur kembali mengelus
rambut Hye Jin lalu mengandeng tanganya untuk berjalan bersama.
“Kalau aku melihat kebelakang,
aku sadar kalau semua dimulai dari kesalahanku. Jika aku tidak begitu ...” kata
Sung Joon menyesal
“Tidak, kau bicara apa ? Ini
salahku karena takut dan bersembunyi.” balas Hye Jin
Hye Jin
dan Sung Joon bergandengan di tepi sungai Han, lalu Hye Jin menjerit melihat
kapal didepanya sangat cantik. Sung Joon menariknya pergi ke arah yang lain.
Keduanya
sudah ada dia atas kapal melihat kapal lainnya yang juga menyusuri sungai Han.
Hye Jin benar-benar bahagia karena Sung Joon mengajaknya menaiki kapal
tersebut. Sung Joon tersenyum melihat Hye Jin yang benar-benar bahagia ada
disampingnya.
“Waktu itu aku tidak tahu
apa-apa. Apa yang kau rasakan, saat tahu semuanya dan bertemu aku.” ucap Sung
Joon.
“Tapi kebohongan itu terus
membumbung seperti bola salju yang berputar, sampai menjadi terlalu besar untuk
dihadapi.Itu sebabnya semakin lama, aku semakin
sulit berkata jujur.” kata Hye Jin
“Tunggu
sebentar. Setelah kupikir, aku mulai merasa sedih. Jika kondisiku semakin buruk
dari sebelumnya,maka apa kau akan merasa kecewa dan menyesal menemuiku? Aku
kira situasi seperti itu tidak akan terjadi pada kita berdua. Apa cuma aku
satu-satunya yang berpikir begitu ?” tanya Sung Joon.
Hye Jin
mengelengkan kepalanya, Sung Joon memegang erat lengan Hye Jin untuk berdiri tegak
menatapnya.
“Seperti
apapun kondisimu, atau seperti apa rupamu saat bertemu denganku, aku sama
sekali tidak memusingkan soal itu.” ucap Sung Joon
“Saat itu
... seandainya aku tidak bersembunyi,pasti akan lebih baik ... jauh lebih baik.
Aku menyesalinya.” kata Hye Jin
Sung Joon
memegang Hye Jin lebih erat meminta untuk tak menyesali dan melihat kebelakang
lagi. Ia mengajak mulai sekarang hanya melihat ke depan saja. Hye Jin
mengangguk setuju, Sung Joon memberikan senyuman yang paling lebar.
Hye Jin
pikir Sung Joon sudah tahu tentang dirinya dari Ha Ri. Sung Joon mengaku baru
dengar soal ini darinya saat datang menemuinya, ia cuma mengasumsikan apa yang terjadi selama ini. Hye
Jin kaget karena Sung Joon datang bukan karena mendengar penjelasan Ha Ri.
Hye Jin
buru-buru pulang kerumah, Ha Ri yang akan pergi terlihat binggung karena Hye
Jin sudah pulang dan berpikir tidak bertemu dengan Sung Joon. Hye Jin malah
panik apa sebenarnya yang terjadi dan menanyakan keadaan Ha Ri.
“Katanya
kau tidak menceritakan apapun dan tidak
sempat menjelaskan. Selama ini apa yang aku lakukan ?” tanya Hye Jin binggung
“Aku ...
sepertinya kehilangan akal sehatku. Seharusnya
aku cerita padamu lebih awal. Maafkan aku, Hye Jin.” akui Ha Ri
“Tapi....Kau...kau
bilang akan menceritakan semuanya sendiri dan mengembalikan semuanya seperti
awal. Kau memintaku menunggu ...” kata Hye
Jin
“Lagipula
hari ini dia memang akan tahu, Hanya saja terjadi sejam lebih awal.” jelas Ha
Ri lalu memberitahu temanya pada teman prianya sudah menunggu, berpesan untuk
tak menunggunya karena akan pulang larut.
Hye Jin
memanggil Ha Ri tapi temanya tetap berjalan meninggalkan rumah, terdengar bunyi
ponsel di kamar Ha Ri. Hye Jin pun mengangkatnya, terdengar suara seorang pria yang
mengeluh karena Ha Ri baru mengangkat telpnya. Hye Jin mengaku teman Ha Ri,
karen ponselnya tertinggal.
‘Ah ...
tidak heran teleponku tidak diangkat. Kalau dia kembali, tolong minta dia
terima teleponku.” pesan si pria, Hye Jin pun mengerti menutup telpnya.
Saat akan
keluar, Hye Jin melihat sobekan kertas yang ada di tempat sampah,
perlahan-lahan ia menyambung sobekan kertas yang terlihat masih baru disobek,
lalu membacanya.
“Harus darimana aku menjelaskan
? Sepertinya aku tidak bisa mengatakan secara langsung, maka aku menulis surat
ini. Pertama, aku minta maaf, Sung Joon. Sungguh ... aku tidak bisa berkata
lain selain maaf.”
Hye Jin
berlari keluar rumah mencari Ha Ri, pergi ke taman bermain tempat biasanya
duduk di ayunan, tapi Ha Ri tak ada.
“Anehnya, tiap kali aku
kesulitan, aku selalu bertemu denganmu. Tiap kali, aku dihibur olehmu dan sikap
dan perkataanmu. Aku bahkan berpikir kalau kita berdua sangat mirip.”
Ha Ri
mengingat semua kenangannya dengan Sung Joon yang mengikatkan jasnya agar bisa
menutupi rok mininya lalu main speedminton bersama di samping sungai Han, lalu
Sung Joon juga yang mengambil bulu matanya yang jatuh di pipinya.
“Meskipun semua perkataanmu
diucapkan karena kau kira aku Hye Jin. Aku sudah salah, seperti orang bodoh. Jadi
untuk sesaat, aku jadi jahat dan serakah. Terima kasih atas segalanya ... aku
sungguh minta maaf”
Hye Jin
akhirnya bisa menemukan Ha Ri yang duduk disini lain sambil menangis. Ha Ri
menumpahkan tangisanya sendirian, Hye Jin menatapnya dengan mata berkaca-kaca
“Perkataan ini tidak cukup tapi
... Maafkan aku. Selama kau mengira kalau aku adalah Hye Jin dan bahkan saat
ini. Aku tahu benar kalau yang kau suka adalah Kim Hye Jin ... kalau Kim Hye
Jin satu-satunya. Aku minta maaf karena sudah masuk dalam hidupmu dan membuatmu
mengambil jalan yang panjang. Aku sungguh, mendukungmu dan Hye Jin. -Temannya
Hye Jin, Ha Ri.”
Hye Jin
keluar kamar melihat Ha Ri yang sudah tak ada di meja makan, lalu pergi mencari
di kamar dan kamar mandi. Ha Ri datang dengan pakaian olahraga menegur Ha Ri
belum berangkat kerja.
“Semalam
kau pulang larut. Kapan kau bangun dan
olah raga?” tanya Hye Jin binggung
“Karena
Oppa semalam mengajakku minum badanku jadi tidak enak. Aku belum pernah lihat
dia minum sebanyak itu. Sekarang Aku haus dan ingin minum dulu.” ucap Ha Ri
berjalan ke kamarnya.
“Katanya kau
mau minum. Tapi kenapa kau masuk kamar kalau mau minum ?” kata Hye Jin
Ha Ri
tersadar kalau ia salah dan berjalan ke depan kulkas untuk mengambil minum, dengan
tertawa yang dibuat-buat mengakui dirinya aneh. Hye Jin hanya menatap Ha Ri
yang benar-benar terlihat berbeda dari yang dikenalnya selama ini.
Sung Joon
baru saja selesai memakain kemeja dan menyemprot parfumnya, setelah itu
berlatih didepan kaca untuk menyapa Hye Jin dengan senyumanya, terlihat
wajahnya sumringah akan bertemu setelah mengetahui Hye Jin yang sebenarnya.
Setelah itu tiba-tiba tersenyum di depan gelas-gelas, bawang bombay yang
digambar wajah tersenyum masih ada diatas gelas dan tumbuh dengan cepat.
Sementara
Shin Hyuk berbaring, terlihat seperti orang linglung dengan pandangan yang
kosong, lalu mengeluh karena belum bisa menerima dengan keputusan Hye Jin yang
memilih Sung Joon dibanding dirinya.
Hye Jin
melihat Sung Joon yang membaca tabnya saat akan menyeberang jalan, lalu
memberanikan diri untuk menyapanya lebih dulu. Sung Joon bahagia melihat Hye
Jin yang sudah datang dan berdiri disampingnya.
“Harusnya
jangan melihat itu di jalan, Wakil PemRed. Makanya kau selalu menabrak ini dan
itu !!! Seperti orang bodoh.” komentar Hye Jin,
“Ya !!!
Aku mengerti !!!!”ucap Sung joon menurut sambil menaruh tabnya di dalam tas.
Keduanya
sempat saling menatap dan tersenyum, Sung Joon mengikuti cara Hye Jin yang suka
berteriak “ayo jalan” ketika melihat lampu hijau, ketika akan mengandeng
tangany. Hye Jin berpura-pura merasa pegal tubuhnya dengan melepaskan
otot-ototnya dan berjalan lebih dulu. Sung Joon pun akhirnya sedikit berlari
mengejarnya.
“Kita
makan malam bersama. Oh, kau mau ke daerah rumah lama kita ? Aku ingin tahu,
apa toko kuenya masih disana. Kau tahu, Di hari Kidal Internasional kau
membelikan aku kue dari sana dan mengira aku Ultah. Kau ingat kan ?” ucap Sung
Joon bersemangat sambil berjalan.
“Apa ...
ada yang seperti itu ? Ingatanku tidak terlalu bagus, jadi aku lupa-lupa ingat.”
kata Hye Jin terdengar berpura-pura lalu berjalan lebih dulu, Sung Joon
binggung melihat sikap Hye Jin seperti menghindarinya.
Di dalam
lift
Sung Joon
terlihat wajah yang dingin, sementara Hye Jin bertanya-tanya panggilan untuk
Sung Joon sekarang, mulai dari “Teman
Wakil PemRed, Teman sekelas, Teman sekelas Wakil PemRed” Sung Joon menatap sinis Hye in yang berbicara,
Hye Jin berpikir panggilan itu menurutnya itu sangat aneh.
“Apa Kau
ada ide lain ?” tanya Hye Jin, Sung Joon ingin berbicara tapi Hye Jin kembali
menyela.
“Yaa !
Kau di Amerika dulu bagaimana sampai
bisa jadi beda begini? Eh, Ji Sung Joon!!! Kau jadi keren !!!” Goda Hye Jin
sambil menyenggol pahanya. Sung Joon tak bergeming menatap Hye Jin.
“Oh Yah..
Kau bilang kau mendapat alamatku dari situs sekolah. Setelah bertemu denganmu,
aku jadi penasaran soal yang lain. Apa kita bikin reuni saja?” ajak Hye Jin,
pintu lift terbuka.
Hye Jin
ingin keluar, Sung Joon menariknya untuk tetap didalam lalu menekan tombol
lantai 20. Hye Jin hanya bisa diam karena wajah Sung Joon benar-benar dingin.
Di lantai
20
Sung Joon
benar-benar heran melihat sikap Hye Jin yang berubah hanya dalam semalam saja.
Hye Jin pikir saat di kantor mereka harus tetap profesional dan menyisihkan hal
pribadi, menurutnya situasinya sedikit rumut dengan memberitahu pegawai yang
lainya kalau mereka teman sekelas.
“Urusa,Profesional
... dan pribadi. Teman sekelas? Kau dan aku cuma teman sekelas?” ucap Sung Joon
tak terima dengan pernyataan Hye Jin
“Benar sekali
!!!! Kita teman sekelas.” kata Hye Jin dengan sangat yakin.
“Sehari
sebelumnya, kau berlari menemui aku, tapi aku cuma teman sekelas ? Kenapa kau
mendadak begini?” tanya Sung Joon bingung
“Ha Ri ... suka padamu.” jawab
Hye Jin bergumam
Hye Jin
dengan tersenyum membahas maksud Sung Joon itu tentang cinta pertama dan yang
terjadi saat masih kecil, dengan santai berkomentar bahwa itu sangat kuno
sekali. Sung Joon menghela nafas sambil mengeluh Hye Jin yang paling bisa
membuatnya merasa kosong, menurutnya Selama ini, karena Hye Jin dan betapa
besar perasaanya.
“Kenapa
kau mendadak begini? Aku tidak mengerti sikapmu. Apa alasannya ?” tanya Sung
Joon benar-benar tak mengerti
“Alasan
apa? Kenapa serius sekali ?” ucap Hye Jin mencoba menutupi perasaanya demi Ha
Ri
“Sepertinya
cuma aku sendiri yang menganggap kita ini sesuatu. Bertemu setelah sekian lama,
Aku kira cuma aku yang sedih dan tidak ingin membuang waktu. Bagimu, aku cuma
teman sekelas. Aku tanya sekali lagi. Apa sungguh tidak ada apa-apa dan Apa
alasanmu mendadak begini?” tanya Sung Joon sekali lagi.
Hye Jin
kembali menjawabnya dengan bergumam bahwa Ha Ri itu sanga menyukai Sung Joo,
dan memberikan senyumannya. Sung Joon yang tak mendengar jawabanya, mencoba
mengerti lalu meningalkanya lebih dulu. Hye Jin hanya bisa mengehela nafas
panjang.
Hye Jin
berjalan dengan tertunduk lesu, lalu melihat Shik Hyuk yang akan keluar kantor
ingin membahas tadi malam. Shin Hyuk menegskan tidak ada alasan baginya untuk pulang
dengan selamat. Hye Jin menghalangi Shin Hyuk yang akan pergi, memberikan
sebuah amplop.
Shin Hyuk
melihat amplopnya selembar 50ribu won, lalu tak tahu tentang soal teka-teki
Shin Saimdang. Hye Jin tahu tangan Shin Hyuk terluka karena jadi memberikan
uang itu untuk menganti biaya rumah sakit. Shin Hyuk tersenyum lalu menolaknya,
dengan mengembalikanya dan berjalan pergi. Hye Jin memanggilnya tapi Poong Ho
baru datang menyapanya.
“Hei....
Shin Hyuk Edan. Kenapa wajahmu kecut ? Apa ada masalah ?” tanya Poong Ho yang
baru datang, Hye Jin yang tak enak hati memilih untuk masuk kantor lebih dulu.
“Yah
begitulah ... Karena tidak asik lagi. Setelah wawancara, aku mau ijin sehari.”
kata Shin Hyuk lalu berjalan dengan lunglai. Poong Ho binggung melihat sikap
keduanya yang berbeda.
Poong Ho
berjalan masuk melihat keduanya dari awal yang biasanya menempel terus, tapi mendadak
seperti saling diam dan menurutnya ada yang aneh, lalu pergi ke tempat duduk
Hye Jin.
“Hei... Hye
Jin. Apa ada yang istimewa antara kau dan si Shin Hyuk Edan?” bisik Poong Ho,
Hye Jin menjerit kaget, Sung Joon yang baru keluar ruangan mendengar pembicaran
Poong Ho pada Hye Jin.
‘Yah,
yang namanya melawan perasaan itu biasa. Dan saat bertengkar, kau bisa menggoda
juga. Aku selalu merasa kalau kalian kelewat dekat.” komentar Poong Ho
Hye Jin
menyangkalnya dengan menjerit, tapi Poong Ho merasa sudah tahu semuanya, lalu
penasaran sudah sejauh apa hubungan mereka. Hye Jin terlihat kesal, Sung Joon
yang mendengarnya memilih untuk meninggalkan kantor. Poong Ho pikir sudah
mengerti dengan mengodanya bahwa ini musim cinta.
Joon Woo
keluar ruangan untuk menerima telp dari ayahnya, diam-diam Han Sul mengupingnyaingin
tahu kebenaran kalau Joon Woo itu sebenarnya anak dari Presdir Ji Sung
Magazine. Joon Woo berbicar di telp mengucapkan selama pada ayahnya dengan
panggilanya Presdir.
Han Sul
tersenyum, lalu bertanya apakah benar ayahnya seorang Presdir. Joon Woo agak
kaget melihat Han Sul sudah dibelakanganya, dengan bangga menceritakan ayahnya
yang ingin jadi Presdir klub sepak bola akhirnya bisa mendapatkannya.
“Tidak ... bukan itu. Tidak susah jadi
Presdir Klub Sepak Bola karena Ia adalah seorang Presdir.” gumam
Han Sul
“Ah... Ayah
pasti sibuk tapi dia main sepak bola juga” kata Han Sul berpikir positif
“Ya...
Sibuk sekali.Dia seharian sibuk permak dan menyetrika jadi butuh olah raga.”
kata Joon Woo bangga
Han
Sul binggung untuk apa ayah Joon Woo
melakukan permak dan menyetrika. Joon Woo pikir belum bercerita kalau ayahnya
itu mempunyai usaha cuci laundry di daerah Gangnam dan sanngat ahli sekali
sampai terkenal di daerah Gangnam. Dengan bangga juga memberitahu jasnya itu
buatan ayahnya.
“Oh ..
kau ... kau ... tidak sekolah keluar negeri ? Tapi Bahasa Inggrismu bagus
sekali.”ucap Han Sul gugup mencengkram baju Joon Woo
“Tentu
saja aku pergi, Ayahku punya usaha laundry juga di LA selama 6 atau 7 tahun. Ia
juga pandai soal pakaian wanita. HanSul, Apa kau mau minta ayah untuk membuatkannya ?” kata Joon
Woo, Han Sul lemas sejenak ternyata dugaannya salah, Joon Woo bukan anak
seorang Presdir Ji Sung.
Shin Hyuk
turun dari mobil sedan mewah, seorang pria seperti seorang sekertaris sambil
membungkuk akan menghubunginya lagi. Shin Hyuk mengeluh karena pria itu harus
membungkuk padanya, menurutnya itu tak perlu lalu berjalan pergi.
Sung Joon
duduk diam, pikirannya teringat saat melihat Hye Jin yang masih dengan rambut kribonya
digendong oleh Shin Hyuk saat keluar dari kantor, setelah itu Shin Hyuk
mengakui kalau menyukai Hye Jin.
Hye Jin
masuk ke dalam ruangan menyerahkan notulen rapat yang sudah dibuatnya. Sung
Joon dengan wajah dingin menyuruh Hye Jin untuk meletakkan notulen dalam berkas,
jadi tidak perlu dibawa satu persatu kepadanya. Hye Jin mengerti dan menaruhnya
diatas meja.
Sung Joon
mengeluarkan selembar uang 10,000 won supaya Hye Jin mengambilnya. Hye Jin
binggung kenapa Sung Joon memberinya uang 10,000 won. Sung Joon tahu kalau Hye
Jin yang membayarnya. Hye Jin mengerti tentang ongkos pengantaran, menurutanya
tidak usah menggantinya.
“Karena
ini pekerjaan, tidak benar jika kau menggunakan uangmu sendiri. Aku kira, kau
tidak suka membawa urusan pribadi.” sindir Sung Joon, Hye Jin pun mau tak mau
mengambilnya dan akan keluar ruangan.
“Aku
tidak bisa Hye Jin.... Aku tidak bisa...
Hanya jadi teman sekelasmu. Memisahkan antara pekerjaan dan pribadi, aku tidak
bisa..... Tidak, aku tidak mau. Bagaimana aku melakukannya ? Aku tidak mengerti
!!!” akui Sung Joon dengan mata berkaca-kaca.
Hye Jin
terdiam lalu membalikanya badanya menatap Sung Joon, sebelum berbicara Joo
Young tiba-tiba masuk ingin membicarakan tentang artikel lalu terdiam melihat
suasana di dalam yang hening. Hye Jin memilih untuk keluar ruangan.
Joo Young
meminta supaya Sung Joon memeriksa artikelnya, Sung Joon masih berkaca-kaca
melihat Hye Jin yang duduk di luar ruangan, tepat didepanya, lalu meminta Joo
Young memberikanya, tapi tatapnya tetap mengarah pada Hye Jin.
Hye Jin
merapihkan berkas diatas mejanya lalu menatap bawang bombaynya dan memutar
kebagian gambar yang berwajah sedih. Sung Joon menatap Hye Jin yang menatap
bawang bombaynya dengan sedih lalu menghela
nafas panjang.
bersambung ke part 2
Kasihan Sung Joon baru sebentar bahagia mengetahui kebenaran jika hye jin cinta pertamanya, eh..malah sekarang hye jin menjauhinya.
BalasHapusHye Jin terlalu baik sampai merelakan Sung Joon untuk sahabatnya Ha Ri. .
aku malah lebih suka kalau hye jin sama shin hyuk,,,,,lebih hidup gitu kayaknya,,,,,soalnya sama" gila,,,,trs lebih suka lagi kalau hye jin berambut kribo,,,,lebih seru ngelihatnya,,,,,
BalasHapuskasian banget shin hyuk,,,,
BalasHapusaq lebih suka hye jin sama shin hyukkk.......
Sebenarnya sih, saya kasian sama shin hyuk yang cintanya tak terbalaskan. Tapi kasian juga sama sung joon yang udah berjuang udah suka dari kecil ke hye jin.
BalasHapus