PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 03 Desember 2018

Sinopsis Memories of the Alhambra Episode 2 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
“Namanya Jung Hee Joo, dia mengelola hostel Korea di Granada bernama Hostal Bonita... Akan kukirimkan alamatnya. Jika kau di Granada, sebaiknya mampir ke sana... Membujuk kakaknya mungkin lebih baik. Dia pemegang kuasanya.” Ucap Mr A di telp
“Kurasa kau benar.” Kata Jin Woo tersenyum bahagia melihat Hee Joo masih menangis diatas counter dapu.
“Aku memeriksa email antara mereka, tapi kakaknya tak tahu apa pun.” Kata Mr A. Jin Woo pun menutup telp dari temanya.
“Apa Alarmnya mati? Aku dengar berisik.” Ucap penghuni hostel masuk ke dalam dapur lalu mengeluh karena minya hangus.
“Padahal Sudah kuminta kau jaga.” Keluh si pria pada Jin Woo, lalu Jin Woo pura-pura masuk bertanya ada apa. Hee Joo melonggo binggung.
“Ada apa ini? Apa yang barusan terjadi? Apa aku membiarkan hangus saat kau minta kuawasi? Lalu Apa alarm asapnya mati? Apa Aku murka lalu teriak dan mengeluh berisik?” kata Jin Woo seperti berpura-pura hilang ingatan atau memiliki kepribadian ganda.
“Ini Tak mungkin... Makanya kau menangis, karena teriakanku? Aku tak pernah begitu. Jika benar, aku bukanlah manusia... Maksudku, aku mungkin... Aku menderita hilang ingatan singkat... Aku bercanda. Tak perlu ditanggapi serius.” Kata Jin Woo.
Hee Joo hanya diam seperti tak percaya, Jin Woo melihat tatapan Hee Joo berpikir kalau rencananya gagal. Temen Hee Joo tak mengerti yang dikataan Jin Woo, akhirnya Jin Woo memilih pergi dengan membawa jas dan keluar dari hostel.
“Jika di sini tempat tinggalnya, seharusnya dia beri tahu.” Keluh Jin Woo menatap hostel Bonita milik keluarga Hee Joo. 



Berita di TV
“Mobile World Congress, salah satu pameran IT terbesar di dunia, dimulai sejak kemarin di Barcelona. Ada 2.300 perusahaan dari 190 negara berpartisipasi tahun ini, dan tiket telah terjual habis sejak hari pertama.”
“Lensa kontak pintar perusahaan Korea, J One, menarik banyak perhatian. Kemudahan yang belum pernah ada, dengan definisi ultra, yang menyerupai mata manusia, menjadikannya perangkat sempurna untuk mewujudkan realitas tertambah.”
Beberapa orang mulai  mencoba games yang dibawa oleh Jin Woo saat pameran. Se Joo berada dalam kamar melihat berita Jin Woo mulai bersiap-siap, sekeliling kamarnya berantakan dan ada dua layar komputer layaknya pemain games profesional.
“Kami akan pasarkan alat ini tahun depan, dan produknya diluncurkan bulan Desember ini. Penundaan tak disebabkan masalah pada perangkatnya. Kami butuh waktu menambah konten, jadi Harap maklum.” Ucap Jin Woo saat melakukan Konferensi pers.
“Yoo Jin-woo, Direktur J ONE Korea, membeberkan detail rencana perusahaan, juga bilang lensa pintar ini jadi perangkat pertama yang berhasil mengomersialkan teknologi realitas tertambah.”
“Apa pemicu penundaan dalam pengembangan konten?” tanya Wartawan.
Mr A memberitahu tentang pemilik games yang menelp Jin Woo sebelumnya “Namanya Jung Se Joo,  Dia lulusan D3, tapi kini menganggur. Dua bulan lagi usianya 18 tahun.” 

Se Joo keluar dari kamar, Nenek Oh bertanya apakah akan pergi sekarang. Se Joo membenarkan dan bergegas pamit pergi. Nenek Oh menyuruh Se Joo agar bisa berteman dan sering telepon mereka.  Se Joo hanya diam lalu bergegas pergi.
“Astaga. Apa bibirnya dilem?” keluh Nenek Oh, salah satu penghuni wanita berpikir kalau Se Joo adalah cucunya.
“Dia bukan cucuku. Dia pengganggu.” ucap Nenek Oh sinis, Sementara Hee Joo melihat adiknya pergi langsung mengikutinya.
“Dia Anak kedua dari tiga bersaudara dan memiliki nenek.”
Hee Joo berpesan pada adiknya agar Selalu berhati-hati dan  menjawab teleponya, lalu bertanya kapan akan kembali. Se Joo menjawab Belum tahu lalu mengayuh sepedannya. Hee Joo tetap meminta supaya adiknya bisa mengirim pesan sesekali.
“Dia pamit mau ke Barcelona bertemu teman, tapi dia belum kembali.”




Jin Woo sudah ada didepan rumah bertanya pada Mr A Sudah berapa lama Se Joo pergi, Mr A menjawab Seminggu. Jin Woo heran karena  Keluarganya tak cemas. Mr A pikir Hee Joo sudah lulus dan anak lelaki dan menurutnya email yang dibawa kalau  keluarga sudah menyerah pada Se Joo.
Saat itu seorang pria menekan bel hostel, Jin Woo yang sedang duduk didepan cafe langsung menyembunyikan wajahnya agar tak ketahuan.  Hee Joo keluar menyapa tamu  yang baru datang dengan ramah
“Bagaimana soal kakaknya?” tanya Jin Woo, Mr A pikir  Tak ada banyak info dan hanya tahu Hee Joo mengelola hostel sejak orang tuanya meninggal.
Di dapur, Nenek Oh sibuk memasak dan Hee Joo menyiapkan meja sarapan tamu-tamu yang tinggal di Hostel. Mr A menceritakan kalau Hee Joo punya banyak hal yang selalu diurus. Hee Joo memanggil adiknya untuk keluar kamar karena akan terlambat sekolah.
“Dia menjual makanan di hostel.”
Hee Joo berjalan sebagai pemandu wisata untuk turis korea yang datang ke Granda mengajaknya pergi ke Mirador de San Nicolas. Lalu malam harinya, Hee Joo menerjemahkan buku-buku bahasa spanyol.
“Dia seorang pemandu wisata. Dan Dia juga penerjemah.”
Di sebuah toko gitar, Hee Joo bertanya pas Master pada gitanyanya, Apa ini bagus, Si pemilik memberitahu kalau Bagian lekukanya seharusnya lebih mulus. Hee Joo pun memperbaikinya.
“Dia juga kerja di toko instrumen.” Ucap Mr A. Jin Woo heran Hee Joo yang mengerjakan banyak hal?
“Mereka mungkin tak kaya, dan Mungkin dia tulang punggung keluarga. Dia punya nenek dan adik kecil.” Kata Mr A
Jin Woo pun melihat tamu yang baru datang diajak masuk oleh Hee Joo ke dalam hostel.
“Bagaimana dengan Hyung Seok? Apa Dia belum mengontak keluarganya?” tanya Jin Woo
“Kurasa Pak Cha belum tahu, kalau dia masih remaja... Kurasa dia mungkin tak bilang.” Kata Mr A
“Dia tak mau diremehkan. Aku pun tak diberi tahu. Apa Ada info lain?” tanya Jin Woo. Mr Ah mengatakan kalau hanya ada itu saja saat ini dan akan mencari tahu lagi.
“Terima kasih... Aku akan kembali dan lihat situasi.” Kata Jin Woo lalu menutup telpnya. 

Di dapur
Semua sudah bersiap-siap untuk sarapan, Jin Woo mengintip dari depan pintu mengingat yang dikatakan Mr A kalau Hee Joo tinggal bersama nenek dan dua saudaranya, lalu menyapa semua penghuni dengan ramah. Hee Joo tetap saja masih sinis.
“Siapa kau?” tanya Nenek Oh tak mengenal Jin Woo. Jin Woo memberitahu kalau baru masuk semalam dan tinggal di kamar 601.
“Kau yang menginap di lantai enam. Apa kau Mau sarapan?” ucap Nenek Oh. Jin Woo menganguk dan meminta izin agar bisa membayarnya nanti.
“Tentu saja. Duduklah di mana saja.” Kata Nenek Oh, Jin Woo bertanya apakah ada menu pilihan untuk sarapan.


“Tak ada. Makan saja yang kami buatkan.” Ucap Nenek Oh, Jin Woo senang karena menurutnya jadi tak perlu untuk memilih karena bisa melelahkan.
“Kami hanya punya satu menu karena orang sepertimu.” Puji Nenek Oh, Jin Woo mengucapkan terimakasih atas pujianya. 
“Aku terkadang ragu... wahh... ini  Sup rumput laut dan kerang. Pasti lezat.” Ucap Jin Woo melihat mangkuk sup didepannya.
“Ini masakan khas cucuku.” Ucap Nenek Oh, Jin Woo tersenyum berusaha mengambil hati Hee Joo mengucapkan terimakasih. Tapi Hee Joo yang terlanjur kesal hanya bisa cemberut.


Kim Sang Bum bertanya apakah Jin Woo datang kemarin malam. Jin Woo menjawab datang saat tengah malam. Sang Bum pikir mereka pergi bertemu, karena tampak familier. Jin Woo berpura-pura kalau tak mungkin pernah berpapasan.
“Lalu Kau dari mana?” tanya Sang Bum. Jin Woo menjawab Barcelona. Sang Bum pikir pasti tak mungkin mereka pernah bertemu.
Nenek Oh mengajak cucunya untuk duduk, Jin Woo menarik kursi kosong disampingnya. Tapi Hee Joo masih kesal memilih duduk dikursi dekat neneknya. Penguni wanita ingin tahu tentang Barcelona karena akan pergi lusa.
“Aku ke sana berbisnis, jadi tak tahu apa-apa.” Ucap Jin Woo. Sang Bum pikir Jin Woo  dan naik kereta. Jin Woo menjawab Pesawat.
“Sebaiknya naik pesawat juga.” Kata Si wanita. Sang Bum menolak karena  Tiketnya mahal.
Sementara Nenek Oh dan Hee Joo membahas Se Joo yang tak jawab telpnya. Jin Woo berusaha mendekatkan kupingnya agar bisa mendengar dengan jelas. Hee Joo memberitahu kalau adiknya yang  Tak bisa dihubungi berpikir karena Ponselnya rusak. Nenek Oh ingin tahu apakah mendapatkan kabar lagi.
“Kemarin dia menghubungi dari telepon umum.” Ucap Hee Joo, Nenek Oh mengeluh karena ponsel Se Joo yang rusak.
“Kapan dia akan kembali?” tanya Nenek Oh, Hee Joo menjawab kalau hari ini.
“Dia bilang naik kereta semalam dan melarangku menjemputnya.” Ucap Hee Joo. Nenek Oh ingin tahu Kapan keretanya akan tiba. Hee Joo menjawab jam delapan pagi.

“Terima kasih sarapannya.” Kata Jin Woo bergegas setelah mendapatkan informasi tentang Hee Joo
“Apa kau Sudah selesai? Kau belum makan apa-apa.” Ucap Nenek Oh binggung, Jin Woo mengaku lupa harus menemui orang pagi ini dan akan membayarnya.
“Tapi... Apa Kau tak mau makan? Kurasa kau tak menyukainya.” Kata Hee Joo sinis melihat sikap Jin Woo
“Bukan begitu... Ini lezat, tapi aku akan terlambat.” Ucap Jin Woo lalu bergegas keluar dari rumah.  Mereka heran dengan Jin Woo terlihat tiba-tiba terburu-buru. 


Pegawai bar menyapa Jin Woo saat keluar dari Hostel mempersilahkan untuk datang ke bar malam hari dan bisa memakain toilet sesukanya. Jin Woo menolak karena tak ada di level itu lagi. Si pegawai terlihat binggung.


Jin Woo akan menghentikan taksi tapi tak ada yang mau berhenti, Jung Hoon tiba-tiba datang dengan mobil dengan bangga kalau datang sangat cepat, memberitahu kalau terbang jadwal pertama, bahkan tak sarapan. Jin Woo pun berjalan mendekati Sekertarisnya.
“Aku menyewa mobil ini. Apa Kau suka?” ucap Jung Hoon, Jin Woo meminta agar memberikan kunci padanya.
“Kau Mau ke mana? Akan aku antar.” Kata Jung Hoon, Jin Woo menolak karena Ada tugas lain dan menyuruh Masuk lalu taruh barang dan pesan bunga.
“Bunga? Ke mana harus kukirimkan?” tanya Jung Hoon, Jin Woo menjawab  Untuk pemilik hostel tempatny menginap.
“Namanya Jung Hee Joo dan Kasih kartu namaku.” Perintah Jin Woo, Jung Hoon pikir sudah tahu yang terjadi.
“Aku penasaran kenapa kau terbang kemari tengah malam... Pak... Kuharap kau tak lupa... Kau masih terlibat gugatan hukum dan belum tanda tangan berkas perceraian jadi Sebaiknya tahan diri untuk terlibat dengan...” ucap Jung Hoo sok tahu. Jin Woo kesal langsung mengumpat.
“Jangan berbuat hal yang bisa merugikanmu. Banyak orang Korea, mereka selalu memperhatikan.” Ucap Jung Hoon.
“Dia calon rekan bisnis penting jadi Harus pakai tampangku jika gagal.” Tegas Jin Woo
“Kau Tampang? Sebaiknya kudekati dia untukmu... Aku lebih tampan.” Kata Jung Hoon bangga
“Jung Hoon, Coba pikirkan ini... Jika kita harus menggodanya dengan tampang, siapa lebih pantas?” keluh Hyun Bin merasa lebih tampan
“Coba Pikirkanlah... Antara kita... Kau masih menikah secara hukum. Aku saja karena masih lajang dan lebih muda.” Ucap Jung Hoon bangga
“Lajang atau tidak, tapi kau jelek.” Ejek Jin Woo. Jung Hoon tak terima karena ibunya bilang ia paling tampan di Sanggye-dong.
“Jung Hoon, Terlepas ras atau budaya, wajahmu tak akan pernah dianggap "tampan" dalam sejarah manusia. Bahkan Tak sekali pun dalam sejarah manusia. Lalu Beri tahu ibumu, kalau Kasih ibu tak menyangkal sejarah.”ejek Jin Woo lalu menutup pintu mobilnya
“Itu sebabnya musuhmu banyak, Pak.”keluh Jung Hoon lalu menurunkan kopernya.
“Apa Itu kopermu? Wah.. Besar sekali. Kau akan kesulitan.” Ejek Jin Woo lalu pergi mengemudikan mobilnya. Jung Hoon terlihat binggung. 

Jung Hoon sampai di hostel hanya bisa melonggo melihat tangga yang melingkar diatasnya dan harus naik sampai ke lantai enam tempat Jin Woo tinggal. Ia pun bertanya pada bibi yang sedang mengepel lantai keberadan Lift. Si bibi mengelengkan kepala kalau tak ada Lift. Jung Hoon hanya bisa melonggo. 

“Dia pakai telepon umum sebelum naik kereta. Dia belum hubungi karena ponselnya rusak.” Ucap Jin Woo pada Sun Ho  yang ada dikorea.
“Syukurlah... Kukira dia berubah pikiran dan kembali ke Hyung-seok, Jadi dia sungguh datang.” Ucap Sun Ho
“Aku menuju stasiun dan mau bicara langsung dengannya. Kalau Diskusi di hostel bisa gawat.” Komentar Jin Woo. Sun Ho ingin tahu alasanya.
“Kakaknya membenciku.” Ucap Jin Woo, Sun Hoo heran Hee Joo yang  cepat membenci Jin Woo padahal belum lama tiba.
“Dia marah karena aku memberinya beberapa saran. Lalu Dia menangis.” Cerita Jin Woo
“Kau bilang "Beberapa saran"? Saranmu itu bukan saran. Kau mengomel dengan kejam di hadapan orang. Apa Kau mengomelinya? Kau sungguh menyebalkan.” Ucap Sun Ho mengejek.
“Pak, apa kau mau naik level hari ini?” tanya Yang Joo yang sibuk makan ayam. Jin Woo piir itu tak penting saat ini.
“Kurasa aku sudah ketagihan.... Aku mau tonton lagi.” Komentar Yang Joo, Jin Woo pikir dirinya terlihat keren kemarin
“Tidak,  Tapi bagian terkerennya adalah melihatmu dikalahkan.” Ejek Yang Joo
“Itu pengalaman melegakan... Jangan remehkan aku. Kini aku level dua.” Ucap Jin Woo
“Kenapa tak bermain sekarang? Tapi Kau harus cari pedang baru.”saran Yang Joo
“Tunggu saja, Aku Harus urus Jung Se Joo dulu. Mari cari tahu kenapa dia tolak tawaran sepuluh miliar won Hyung Seok.” Ucap Jin Woo. 


Hee Joo yang tertidur membuka matanya saat mendengar pemberitahuan kalau kereta akan tiba di Stasiun Granada, lalu membangukan teman satu keretanya agar Bangun tapi si pria tetap saja tertidur. Lalu tiba-tiba ada perubahan cuaca terjadi awan dan hujan terjadi saat akan masuk Granada.
Jin Woo melihat papan kedatangan “GRANADA, SATU MENIT LAGI” tapi saat itu tak ada Hee Joo yang turun dari kereta, lalu bertanya pada petugas apakah ada jalan keluar. Petugas mengelengkan kepala.
Akhirnya Hee Joo masuk ke dalam stasiun berpapasan dengan pria yang sebelumnya tidur disamping Hee Joo, di dalam kereta hanya ada tas Hee Joo tanpa ada pemiliknya.
Seon Ho menelp ingin tahu kelanjutanya, Jin Woo pikir Ada yang tak beres. Seo Ho menduga kalau Hee Joo tak muncul.  Jin Woo yakin kalau Ada yang sangat tak beres. Yang Joo melihat dari belakang dengan wajah serius. 


Sementara Jang Hoon sibuk mencari “TOKO BUNGA DI GRANADA” Saat itu Hee Joo masuk ruangan kaget melihat pria lain ada di lantai enam lalu  memberitahu kalau ia adalah pemiliknya. Jang Hoon pun mempersilahkan masuk.
“Di mana tamu...” kata Hee Joo, Jang Hoon menjawab Jin Woo sedang keluar.
“Halo, aku akan sekamar dengannya dan Baru saja tiba.... Apa Bisa tambah ranjang di sini?” ucap Jang Hoon ramah.
“Apa Kalian akan menetap di sini?” tanya Hee Joo, Jang Hoon pikir seperti itu karena Jin Woo yang tak minta check out.
“Tak bisa, kau harus check out... Dia hanya bayar semalam. Dan  kau bisa bawa ini.” Ucap Hee Joo memberikan lembaran uang. Jang Hoon binggung apa maksudnya itu.
“Aku akan mengembalikan uangnya... Dia akan tahu saat kau berikan. Kau harus keluar pukul 11.00... Jangan terlambat.” Tegas Hee Joo. Jang Hoo meminta Hee Joo agar menunggu sebentar. 

Jin Woo menelp ingin tahu keberadan Jang Hoo sekarang. Jang Hoon mengaku ada dikamar. Jin Woo menyuruh agar turun ke lobby dan tanyakan di mana adik Nona Jung Hee Joo. Jung Hoon mengaku sedang bersamanya. Jin Woo memastikan kalau yang dimaksud adalah Hee Joo ada di dekatnya.
“Tapi dia bersikeras mengembalikan uangmu. Kau Bicara saja langsung.” Ucap Jang Hoon.
“Apa kau Bisa bicara dengannya langsung? Aku tak paham keadaannya.” Kata Jang Hoon memberikan ponselnya. Hee Joo terlihat binggung.
“Halo? Aku tak butuh pengembalian. Kenapa kau...”ucap Jin Woo, Hee Joo langsung menola karena harus mengkembalikan.
“Ada begitu banyak masalah, jadi, aku tak bisa menerima uangmu. Ini Sudah kuberikan ke temanmu. Kau tak makan sarapan, jadi aku juga tak bisa terima uangmu. Aku tak mau tampak tak peduli.” Kata Hee Joo,  Jin Woo ingin bicara tapi Hee Joo kembali bicara.
“Kami perlu merenovasi kamar ini, Harus perbaiki jendela, periksa kabel, tangkap tikus, jadi, silakan keluar dari kamar ini.” Tegas Hee Joo
“Kau pasti masih marah. Aku minta maaf atas sikapku pagi ini. Aku sering hilang kesabaran.” Ucap Jin Woo
“Tidak, aku tak marah... Semua yang kau katakan benar... Kau sangat jujur. Jadi, aku juga ingin berkata jujur... Yahh... Benar rumah ini tua, tapi aku punya nurani... Tolong ingat... Karena itu kukembalikan uangmu.”ucap Hee Joo tak bisa menahan amarahnya.
“Tunggu, kumohon... Bisa beri kesempatan bicara?” ucap Jin Woo
“Aku tak bisa bicara, kau... Kau yang tak biarkan orang bicara... Kau terus bicara hal di benak tanpa biarkan aku bicara. Bersikap seolah aku tak kejam dan kasar... Tapi aku punya nurani... Makanya kuminta kau ke hotel lain.” Kata Hee Joo dengan nada tinggi. Jung Hoon yang di ruangan terlihat kebingungan
“Kubilang kamarnya di lantai enam. Lalu Kusuruh ke tempat lain sebab kamarnya kotor, Itu Jelas sudah kuberi tahu. Tapi kau bersikeras tinggal. Katanya kau bilang tak apa, tapi kenapa bersikap jahat? Aku tak malas dn mungkin lebih rajin darimu.”teriak Hee Joo
“Kau Tahu apa soal hidupku hingga menilai begitu? Jadi Ambil saja uangmu kembali... Aku tahu kau butuh uangnya... Kau pakai sepatu dan jam tangan palsu dan cemas koper mahal palsumu tergores. Tapi Kau minta kamar sendiri dan pelayanan terbaik.” Keluh Hee Joo terus meluapkan emosinya.
“Proyek 100 triliun won itu biasa saja! Itu membuatmu menyedihkan. Kau pun tampak tua, jadi, aku sedih melihatmu pura-pura!” teriak Hee Joo sambil terengah-engah bicara.
“Aku tak tahu sebelumnya, tapi pelafalanmu bagus.”komentar Jin Woo. Hee Joo mengaku juga baru tahu pelafalannya bagus.
“Apa Jam tanganku tampak palsu?” tanya Jin Woo. Hee Joo membenarkan kalau seperti jam seharga 30 euro yang dijual di pasar jalanan. Jin Woo dengan senyuman mengejek kalau ini mengejutkan.
“Aku lebih terkejut kau tak tahu... Sampai jumpa.” Kata Hee Joo lalu mengembalikan ponsel pada Jung Hoon meminta agar keluar jam 11 nanti. “Pak, apa yang barusan terjadi?... Aku terkejut.” Ucap Jung Hoon binggung
“Aku lebih terkejut membayar mahal untuk jam ini. Kurasa dia tak akan berubah pikiran. Jika ke bawah, kau akan bertemu adiknya, kau Tanya dia saja. Dia lebih ramah.” Perintah Jin Woo, Jung Hoo mengerti dan bertanya apa yang harus ditanyakan. 
Jung Hoon turun ke lantai satu melihat seorang wanita bertanya apakah ia Min Joo. Min Joo membenarkan dan ingin tahu kenapa menanyakan hal itu. Jin Woo keluar dari stasiun, Jung Hoon memberitahu kalau Se Joo  belum telepon dan akan datang besok.
“Apa Keluarganya tak ada yang peduli padanya? Rupanya hanya aku lebih peduli.” Kata Jin Woo bingung
“Kurasa dulu mereka peduli... Dia jarang pulang dan sering tak mengabari keluarganya. Jadi Apa Kita pindah dari kamar ini?” kata Jung Hoon. Jin Woo tak perlu kalau akan ke sana.


Saat itu seorang wanita menyapa Jin Woo sedang menelp seperti tak percaya bisa bertemu. Ji Woo melihat sosok wanita yang memanggil adilnya Su Kyung yang menyapanya lebih dulu. Su Jin wanita yang sedang hamil terlihat kaget, Jin Woo pun menutup telpnya dengan Jung Hoon.
“Lama tak jumpa. Apa kabar?” ucap Jin Woo, Su Kyung pikir  ini sungguh kejutan karena tak percaya bisa bertemu dan sangat mustahil bertemu di Seoul.
“Lama tak bertemu.” Sapan Jin Woo, Su Jin membalas dan terasa sangat canggung dan bertanya apa yang sedang dilakukan di Granada.
“Ada urusan pekerjaan... Kandungannya membesar, ya?” komentar Jin Wo, Su Jin menutupinya karena terlihat jelas
“Aku tak tahu apa pun hingga sekarang.” Kata Jin Woo, Su Jin kaget karena mengira Jin Woo sudah tahu.
“Tak ada yang memberitahuku. Jadi Kapan lahirnya?” tanya Jin Woo. Su Jin menjawab Desember. Jin Woo dengan nada dingin mengucapkan Selamat.
“Sudah kubilang sebaiknya kita naik mobil, tapi dia bersikeras ingin naik kereta. Dia wanita hamil yang cerewet.” Keluh Su Kyung
“Kalian mau ke mana?” tanya Jin Woo. Suk Kyung menjawab akan ke Sevilla.
“Ini Sekitar dua jam dari sini dengan kereta.... Kami akan kembali malam ini.” Ucap Su Kyung
“Apa Kau hanya bersama saudarimu aja?” tanya Jin Woo. Su Jin mengaku tidak karena menemani suami urusan bisnis.
“Tapi dia tiba-tiba harus datang ke Granada dan Kami tak punya rencana kemari. Awalnya kami berniat tinggal di Barcelona. Tapi kami ikut karena belum pernah ke Granada.” Jelas Su Jin
“Kapan kalian sampai?” tanya Jin Woo, Su Kyung menjawab Kemarin pagi.
“Omong-omong, apa kau baik-baik saja?” tanya Su Jin, Jin Woo tak mengerti maksudnya
“Aku sungguh terkejut setelah membaca berita.” Ucap Su Jin, Jin Woo pikir karena dirinya sukses.
“Tujuanku mengejutkan orang lain. Perceraian pertama yang terbera, lalu Yang kedua mudah. Dengan Bertahan setahun, maka Cukup. Terlalu Makin lama itu bosan... Bukankah kau juga begitu?” komentar Jin Woo dengan sinis.
“Kereta kami segera berangkat.” Kata Su Kyung. Jin Woo mempersilahkan pergi dan berhati-hati.
“Terima kasih. Kapan kembali?” tanya Su Kyung. Jin Woo mengaku belum tahu karena masih ada pekerjaan dan mengajak bertemu di Korea. Su Kyung pun setuju dan mengajak Su Jin pergi.

Bersambung ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan.. hihihi... 
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun ini 

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 




1 komentar:

  1. KABAR BAIK!!!

    Nama saya Aris Mia, saya ingin menggunakan media ini untuk mengingatkan semua pencari pinjaman sangat berhati-hati, karena ada penipuan di mana-mana, mereka akan mengirim dokumen perjanjian palsu untuk Anda dan mereka akan mengatakan tidak ada pembayaran dimuka, tetapi mereka adalah orang-orang iseng, karena mereka kemudian akan meminta untuk pembayaran biaya lisensi dan biaya transfer, sehingga hati-hati dari mereka penipuan Perusahaan Pinjaman.

    Beberapa bulan yang lalu saya tegang finansial dan putus asa, saya telah tertipu oleh beberapa pemberi pinjaman online. Saya hampir kehilangan harapan sampai Tuhan digunakan teman saya yang merujuk saya ke pemberi pinjaman sangat handal disebut Ibu Cynthia, yang meminjamkan pinjaman tanpa jaminan dari Rp800,000,000 (800 juta) dalam waktu kurang dari 24 jam tanpa tekanan atau stres dan tingkat bunga hanya 2%.

    Saya sangat terkejut ketika saya memeriksa saldo rekening bank saya dan menemukan bahwa jumlah yang saya diterapkan, telah dikirim langsung ke rekening bank saya tanpa penundaan.

    Karena saya berjanji bahwa saya akan membagikan kabar baik, sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi, jika Anda membutuhkan pinjaman apapun, silahkan menghubungi dia melalui email nyata: cynthiajohnsonloancompany@gmail.com dan oleh kasih karunia Allah ia tidak akan pernah mengecewakan Anda dalam mendapatkan pinjaman jika Anda menuruti perintahnya.

    Anda juga dapat menghubungi saya di email saya: ladymia383@gmail.com dan Sety yang memperkenalkan dan bercerita tentang Ibu Cynthia, dia juga mendapat pinjaman baru dari Ibu Cynthia, Anda juga dapat menghubungi dia melalui email-nya: arissetymin@gmail.com sekarang, semua akan saya lakukan adalah mencoba untuk memenuhi pembayaran pinjaman saya bahwa saya kirim langsung ke rekening mereka bulanan.

    Sebuah kata yang cukup untuk bijaksana.

    BalasHapus