PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Minggu, 02 Desember 2018

Sinopsis Memories of the Alhambra Episode 1 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

"Spanyol"
Jung Se Joo menelp seseorang dari telp umum, dengan wajah panik mengaku sudah membaca artikel soal kunjungannya ke Barcelona jadi sudah mengirimikan email dan meminta agar membacanay. Se Joo terus melihat ke arah belakang seperti takut ada orang yang mengikutinya.
“Aku enggan menjual kepadanya, tapi harus kuputuskan besok. Ayo bertemu di Granada. Tunggulah di Hostal Bonita. Aku sering menginap di sana.” Ucap Se Joo dan bergegas kabur seperti dikejar oleh seseorang
Se Joo terus berlari menghindari sesesorang, lalu masuk ke "Stasiun Kereta Sants Barcelona" dan berhasil naik sampai ke dalam kereta sebelum pintu di tutup.
Ia bisa bernafas lega masuk ke dalam stasin mencari ruangan lalu melihat tiga orang pria sudah duduk diatas tempat tidur susun dan hanya tersisa untuk dirinya saja.
“Hei, kau mau ke mana?” tanya Si pria, Se Joo dengan bahasa Spanyol yang fasih menjawab “Granada.”
“Bagus. Aku juga menuju ke sana. Maukah kau membangunkan jika aku tertidur?” kata Si pria. Se Joon menganguk
Akhirnya pagi datang, Pengera suara memebritahu kalau mereka akan tiba di Stasiun Granada. Se Joo berbaring dengan mata terbuka akhirnya bangun dari tidurnya.  Ia pun membangunkan teman disampingnya agar bangun karena sebentar lagi akan tiba di Granada.
Si pria seperti masih mengantuk memilih untuk kembali tidur. Se Joo tiba-tiba melihat suasana diluar kereta berubah menjadi gelap, awan hitam terlihat dilangit. Seseorang masuk ruangan dan langsung menembakan pistol dan menembus ke jendela kereta.
Kereta tetap melaju kencang dan saat sampai stasiun, Pria disebelah Se Joo tidur pun akan pergi tapi binggung karena Se Joo turun tanpa membawa tasnya.
“Inilah saat terakhir keberadaan pria muda ini diketahui.”



Poster besar "Romantika Alhambra" di tempel pada sebuah dinding, berita di TV terdengar dengan keras “... akan memecahkan rekor dari edisi sebelumnya. Di antara yang lainnya, yang paling menarik perhatian adalah lensa kontak pintar produksi J One dari Korea Selatan.”
“Direktur J One, Yoo Jin-woo, mempresentasikan lensa kontaknya sebagai perangkat pertama yang mendukung realitas virtual. Ditambah lagi, pengalaman inovatif beresolusi tinggi cukup membuktikan bahwa teknologi Korea makin berkembang.”
“Direktur Yoo Jin-woo akan merilis produk ini tahun depan. Kemungkinan akan diluncurkan Desember tahun ini, memberi cukup waktu untuk menambah konten.”
Saat itu sebuah bel di tekan dengan ada bendera korea dibagian atasnya, Jung Hee Joo sedang tertidur di ruang TV mengeluh Siapa kemari selarut ini. Saat membuka pintu, Yoo Jin Woo datang lalu bertanya apakah datang terlalu larut. Hee Joo bingung siapa pria itu.
“Apa Ada kamar kosong?” tanya Jin Woo dengan senyuman sumringah seperti mengenal sosok wanita.
“Di sinilah cerita berawal. Saat aku datang ke Granada, mencari lelaki itu, saat dia sedang mencariku.” 


Hee Joo mengajak Jin Woo masuk ke dalam hostelnya,  Jin Woo meminta maaf karena sudah membangunkannya. Hee Joo pikir tak masalah karena mungkin Jin Woo tiba larut malam di bandara. Jin Woo membenarkan kalau  penerbangannya tertunda.
“Dari mana kau terbang?” tanya Hee Joo, Jin Woo menjawab dari  Barcelona, karena urusan bisnis di sana.
“Baiklah. Kami jarang kedatangan tamu tanpa reservasi.” Ucap Hee Joo sibuk di meja kerjanya.
“Ini perjalanan tak terduga.” Kata Jin Woo, Hee Joo ingin tahu  Berapa lama akan berencana mengina,
“Aku Tidak yakin dan bisa lihat nanti.. Bagaimana jika satu malam untuk saat ini?” kata Jin Woo. Hee Joo seperti binggung, tapi akhirnya membiarkanya.
“Ada kamar empat orang dan kamar ganda. Harganya 20 dan 35 euro per malam. Itu Tidak termasuk sarapan dan Sarapan tambah 6 euro...” jelas Hee Joo dan disela oleh Jin Woo
“Tunggu. ApaTak ada kamar untuk sendiri?” tanya Jin Woo, Hee Joo menjawab tak ada.
“Apa Kau benar-benar tak punya kamar untuk tinggal sendiri?” tanya Jin Woo memastikan kembali.
“Orang yang menginap di kamar tunggal biasanya datang ke hotel. Tapi Sebenarnya ada satu di lantai enam.” Kata Hee Joo.
“Aku ambil kamar itu.” Ucap Jin Woo cepat, Hee Joo memberitahu kalau ada di lantai enam. Jin Woo pikir Tidak masalah. Hee Joo pun menganguk mengerti.


Mereka pun keluar ruangan, Jin Woo melihat tangga yang melingkar ke lantai enam lalu bertanya apakah Tidak ada lift. Hee Joo memberitahu karena bangunan tua, jadi tak mudah memasang lift. Jin Woo bisa mengerti.
“Pak... Kau membawa barang, mungkin sebaiknya ke hotel. Akan kuberi daftar hotel sekitar dengan lift.” Saran Hee Joo
“Tidak perlu. Aku akan menginap di sini.” Tegas Jin Woo tak peduli
“Apa Mungkin kau mau di kamar asrama? Ada di lantai dua.” Ucap Hee Joo, Jin Woo ingin tahu apa itu Kamar asrama. 

Mereka pun naik tangga ke lantai dua, Hee Joo membuka pintu dan terlihat kamar berantakan dengan semua barang ada dimana-mana. Jin Woo melihatnya seperti sangat jijik
“Para siswa sedang tidur, tapi kau boleh mengintip. Ranjang paling atas kosong.” Jelas Hee Joo
“Ayo ke lantai enam.” Kata Jin Woo yang tak ingin satu kamar dengan pria lain bahkan kotor. 

Jin Woo berusaha mengangkat kopernya naik tangga, Hee Joo melihatnya berpikir kalau kopernya pasti berat dan akan memberikan bantuan. Jin Woo menolak menyuruh Hee Joo naik tangga saja lebih dulu dengan nafas terengah-engah.
“Kau pasti sangat menjaga kopermu.” Kata Hee Joo
“Ada benda berbahaya di dalamnya.” Ucap Jin Woo. Hee Joo ingin tahu  "Benda berbahaya"
“Aku membawa beberapa pistol.” Kata Jin Woo, Hee Joo kaget mendenagr Jin Woo membawa Pistol
“Aku bercanda... Aku hanya tak ingin koperku tergores.” Kata Jin Woo lalu meminta izin untuk bisa masuk.  Hee Joo pun memperbolehkan walaupun masih terlihat shock. 



Saat membuka pintu, ruangan diatas seperti gudang. Hee Joo meminta maaf kalau belum dibereskan sejak kemarin. Jin Woo melihat tumpukan debu seperti tak yakin kalauSejak kemarin. Hee Joo mengaku kalau  Kamar ini biasanya kosong jadi lupa memeriksanya.
“Aku akan pastikan kamar ini dibersihkan besok pagi.” Kata Hee Joo mencoba membuka jendela lalu mengeluh karena tak bisa membukanya.
“Sebaiknya kau ke hotel saja. Bahkan Tangganya juga akan merepotkan.” Kata Hee Joo merasa tak enak hati.
“Apa Kau menyuruhku turun lagi ke bawah? Dengan barang ini? Aku Tidak mau.” Ucap Jin Woo. Hee Joo tahu kalau merasa akan sulit.
“Rasanya seperti dihukum mati.” Keluh Jin Woo, akhirnya Hee Joo pun membiarkan Jin Woo sendiri. 

Nenek Oh Young Shim seperti baru bangun bertanya Siapa yang datang selarut ini. Hee Joo menjawab kalau ada tamu pria di lantai enam menurutnya entah mau apa pria itu kemari tapi merasa Jin Woo membuatnya tak nyaman. Nenek Oh ingin tahu alasanya.
“Dia jelas kaya, Nenek... Semua yang dimilikinya tampak sangat mahal. Jam tangan dan kopernya juga merek mewah.” Kata Hee Joo yang tadi sempat melihat jam tangan Jin Woo
“Omong kosong. Apa Menurutmu semuanya asli? Pasti barang palsu.”ucap Nenek Oh. Hee Joo seperti tak yakin
“Lalu kenapa orang yang sanggup membeli barang mewah menginap di kamar itu?” kata Nenek Oh
“Nenek benar. Kenapa aku tak terpikir itu barang palsu?” ucap Hee Joo. Nenek Oh pun mengaak Hee Joo untuk masuk kamar dan tidur. 

Jin Woo mengeluh melihat kamar yang tak terawat, lalu mencoba membuka jendela tapi karena terlalu dipaksa malah membuat kayunya lepas. Tiba-tiba ada tikus lewat dan masuk ke lubang tikus yang ada dinding. Akhirnya Ia mencoba menutup lubang dengan tissue, dengan wajah panik.
“Astaga, berdebu sekali di sini.” Keluh Jin Woo membersihkan meja dan melihat tumpukan debu di tissue.
“Apa Tak ada tempat sampah di kamar ini?”ucap Jin Woo kesal saat masuk kamar mandi akhirnya membuang di dalam toilet.
Tapi saat menekan flush, tak mau masuk bahkan terlihat sangat kotor. Jin Woo melihat tulisan di atas toilet “Airnya sangat pelan. Jangan buang tisu ke dalam toilet. Jika tersumbat, silakan gunakan toilet di lantai dasar.” Ia pun hanya bisa mengumpat. 

Seo Jung Hoon dalam kamar yang terlihat sangat besar dalam hotel dengan kasur yang besar memanggil atasanya, lalu bertanya-tanya Apa yang terjadi. Jung Hoon menelp Jin Woo ingin tahu keberadanya. Jin Woo sibuk didepan toilet.
“Apa Kau baru bangun?” tanya Jin Woo dengan nada kesal
“Ya. Aku baru bangun dan tak melihatmu di sini. Kau sedang apa?” tanya Jung Hoon.
“Kau tanya Sedang apa? Memperbaiki toilet.” Kata Jin Woo. Jung Hoon terlihat kaget.
“Aku berada di Granada.” Kata Jin Woo, Jung Hoon mengerti dan ingin tahu apakah itu club,
“Apa Kau tak tahu Granada? Sebuah kota di selatan Spanyol.”kata Jin Woo kesa
“Apa Granada yang itu? Apa Maksudmu, kau sungguh berada di Granada sekarang? Kenapa mendadak ke sana? Kau tak memberitahuku. Pesawat kita ke Seoul pukul 09.00. Kenapa kau pergi ke sana... Ini Sungguh absurd.” Ucap Jung Hoon
“Apa Menurutmu ini absurd? Kuberi tahu kau yang lebih absurd. Aku ingin ke Granada, jadi, kubangunkan sekretarisku. Tapi sekretarisku, yang mabuk dan pingsan, tak mau bangun. Dia bahkan memakiku karena membangunkannya. Jadi, aku terpaksa membeli tiket pesawat dan pergi sendirian. Karena sekretarisku tak berguna dan tak bisa apa-apa. Apa Menurutmu ini masuk akal?” ucap Jin Woo menyindir.
“Kita sudah menyelesaikan seluruh agenda, yang tersisa hanya naik pesawat, dan ini malam terakhir, jadi...” kata Jung Hoon
“Siapa bilang kita sudah selesai? Urusanku belum selesai. Apa kau atasanku? Apa Kau yang membuat keputusan? Apa Kau direkturnya? Apa Kau pikir siapa dirimu?” kata Jin Woo marah
Jung Hoon akhirnya meminta maaf, Jin Woo menyuruh agar mengirim surat pengunduran segera setelah tiba di Seoul. Jung Hoon pikir Jin Woo sedang bercanda. Jin Woo kesal karena ucapanya dianggap bercanda. Jung Hoon berharap agar bercanda dan kembali meminta maaf.
Jin Woo yang kesal memilih untuk menutup telpnya, beberapa kemudian kemmbali menelp naik pesawat paling pagi kemari dan menelpnya kalau sudah sampai. Jung Hoon mengerti akan menelpnya lalu menutup telpnya.
“Kenapa dia pergi ke Granada tengah malam?” ucap Jung Hoon lalu terlihat bahagia. 



Jin Woo akhirnya berhasil membuat toilet yang mampet jadi lancar kembali dan terlihat bahagia. Setelah itu Ia mencoba menchager ponselnya tapi ternyata tak ada listrik yang mengalir. Akhirnya Ia menuruni tangga sambil mengeluh karena ada banyak sekali tangga.
“Kenapa gelap sekali di sini? Bagaimana jika tamu tewas terjatuh? Jika tak bisa juga di sini, akan kututup tempat ini.”keluh Jin Woo sambil menuruni tangga lalu masuk ke dapur menyalakan lampu.
Setelah itu ia mengisi handphonenya pada colokan yang ada didapur, lalu mengirimkan pesan pada Choi Yang Jung bertanya “Berapa lama lagi?” Yang Ju menjawab butuh setengah jam lagi.
Jin Woo melihat ada tulisan peringatan "Sarapan 6 Euro" lalu "Peraturan Dapur  Hostal Bonita" dan ada tulisan depan lemari “Mi instan gratis! Ini bonus spesial untuk tamu Bonita. Selamat menikmati.”

Jin Woo memasak mie instant sambil menunggu ponselnya penuh lalu melihat sosok wanita muda masuk dapur lalu bertanya siapa. Jung Min Ju memberikan tahu namanya. Jin Woo bertanya apakah tinggal di sini. Min Ju membenarkan.
“Pemilik hostel ini pasti ibumu.” Kata Jin Woo. Min Ju pikir kalau sudah jelas Hee Joo itu adalah kakaknya. Jin Woo kaget kalau Hee Joo adalah kakaknya.
“Apa Kau kira dia ibuku? Umurnya baru 27 tahun.” Ucap Mi Joo, Jin Woo mengerti dan meminta agar tak memberitahunya.
“Aku akan menari di sini... Tolong jangan hiraukan aku... Hanya di saat ini aku bisa latihan... Aku ada audisi minggu depan.” Kata Mi Joo. 

Akhirnya Jin Woo makan ramyun sambil diganggu dengan Mi Joo yang latihan menarik berputar-putar sekitar meja makan dengan earphone di telinganya.  Jin Woo tak bisa mengeluh akhirnya selesai mkan dan menaruh ditempat cuci piring.
“Ahjussi.. Bersihkan sendiri... Kau harus cuci piring sendiri.” Ucap Mi Joo.
“Aku bisa bersihkan besok.” Ucap Jin Woo, Mi Joo mengatakan tak bisa. Jin Woo ingin tahu alasanya. Mi Joo menegaskan Tidak bisa.
Akhirnya Jin Woo pun terpaksa mencuci piring lalu menerima pesan dari "Choi Yang-Ju" [Sudah selesai, Pak. Silakan diperiksa.] Ia pun bergegas memberitahu Mi Joo kalau sudah cuci semuanya lalu keluar dari hostel.

“Mayoritas orang datang ke Granada untuk mengunjungi Istana Alhambra. Namun, aku kemari untuk sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih ajaib dari Alhambra.....”
Saat itu Jin Woo sudah berdiri di tengah ruang lapang, dan melihat sosok seseorang menaiki kuda datang dalam kabut asap. Jin Woo takjub melihat pria dengan baju besi dan siap perang, tapi tiba-tiba si pria jatuh tersungkur terlihat ada banyak panah dibagian punggungnya.
“Sihir.. Aku datang jauh-jauh kemari untuk melihat sihir “

Jin Woo terlihat ketakutan dan kebingungan, lalu melihat si pria sudah tak ada kepalanya. Tiba-tiba patung dibagian atas turun mendekati Jin Woo, ditanganya ada pedang panjang. Jin Woo kaget sampai terjatuh dan pedang si pria menyentuh tanah dan membuat jalanan berantakan.
Pria dengan jubah hitam mengayuhkan pedangnya dan tangan Ji Woo terluka dengan darah yang menetes dan pedang terlihat bekas darah. Di dalam mata Jin Woo terlihat seperti komputer yang memberitahu "Serangan Kritis -100"
"Kau telah dibunuh Prajurit Kerajaan Nasrid, Kau akan dikeluarkan"
Saat itu pria yang membunuhnya dan juga darah ditanga Jin Woo pun hilang, wajah Jin Woo kebingungan seperti baru saja tersirih. 
Bersambung ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan.. hihihi... 
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun ini 

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar