PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Senin, 03 Desember 2018

Sinopsis Memories of the Alhambra Episode 2 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Su Kyung bergegas masuk stasiun mengaku tak menyangka akan bertemu Jin Woo tiba-tiba dan itu Sudah tiga tahun sejak terakhir bertemu Tapi menurutnya Jin Woo sama sekali tak berubah dengan wajah kesal. Su Jin tak banyak komentar hanya diam saja. Jin Woo terdiam mengingat pembicaraan dengan Su Jin.
“Aku menemani suami urusan bisnis. Tapi dia tiba-tiba harus datang ke Granada. Kami tak punya rencana kemari.” Ucap Su Jin. Jin Woo ingin tahu kapan sampai Granada.
“Kemarin pagi.” Kata Su Jin akhirnya Jin Woo mengeluarkan sesuatu dari saku celananya, lalu memasangkan kembali ke matanya.
Ia mengeluarkan pedang yang didapatkan setelah berhasil menang di level 1.  Yang Joo binggung Kata Jin Woo tak mau main. Seon Ho heran karena  Seharusnya  Jin Woo mencari Jung Se Joo tapi malah bermain games.  Jin Woo melihat kalau untuk mengambil senjata baru dengan Kunci prajurit yang didapatkan tadi malam.
Jin Woo melihat ada “PEMAIN BARU MASUK” Yang Joo bertanya-tanya siapa pemain baru dan berpikir kalau Seseorang pasti akses server. Seon Ho pun bertanya siapa orangnya. Akhirnya Jin Woo pun masuk ke dalam mobil akan menlacak pemain baru. 

“DISTRIK SACROMONTE 5,5 KM DARI LOKASI SAAT INI”
Jin Woo langsung mengemudikan mobilnya sesuai dengan petunjuk peta dalam gamesnya. Yang Joo pikir itu Se Joo yang sedang memainkanya, Seo Ho heran Se Joo tak pulang ke rumah jika sudah tiba di Granada. Yang Joo yakin kalau Insting pemrogram adalah mencoba gamesnya.
“Game sudah seperti anaknya, jadi, dia akan periksa apakah ada masalah, atau dia punya ide baru untuk gamenya.” Jelas Yang Joo dan Jin Woo tinggal 2 kilo lagi menuju lokasi.

Akhirnya Ji Woo sampai di tempat yang terlihat seperti gurun dan sebuah rumah besar dengan dinding yang tinggi. Jin Woo melihat ada banyak penjaga Aragon yang sudah mati seperti dibunuh seseorang. Ketika turun dari mobil Jin Woo melihat ada sesorang yang sedang bertarung, Yang Joo melihat kalau itu Tuan Cha. 


“DR. CHA: LEVEL 4, LEVEL SERANGAN 380, LEVEL PERTAHANAN 395, PEDANG BIARAWAN”
Akhirnya Cha Hyung Seok berhasil mengalahkan semua musuh Aragon “ PENGALAMAN +150, LEVEL SERANGAN +10, LEVEL PERTAHANAN +5” lalu diberitahu kalau ada pemain baru datang. Jin Woo pun berjalan mendekati Hyung Seok dan sama-sama berhadapan.
“Bajingan ini Cha Hyung Seok... Sahabat dan sesama pendiri perusahaanku... Kini, dia bukan keduanya.” Gumam Jin Woo seperti punya rasa dendam. 
Mereka pun diminta untuk menyapa pemain, menyuruh untuk BANGUN RELASI DENGAN PEMAIN untuk TINGKATKAN POIN PENGALAMAN.
“Bagaimana kau tahu? Kukira tak ada yang tahu game ini.” Kata Hyung Seok
“Tak ada rahasia di bidang ini. Jika kau tahu, maka aku juga tahu.” Kata Jin Woo
“Jin-woo, menyingkirlah dari proyek ini... Game ini sudah selesai.” Komentar Hyung Seok
“Kau bilang Selesai? Aku dapat telepon kemarin... Katanya dia tak mau Tanda tangan kontrak denganmu. Aku tahu tawaran masih terbuka, tapi aku percaya dustamu dan kuberi tahu yang terjadi selanjutnya.” Ucap Jin Woo
“Anggap kau beruntung dan beli game ini. Kau masih akan butuh bantuanku karena aku punya lensa kontak. New Word tak akan pernah mendapatkannya karena takkan kubiarkan. Kau hanya perlu tahu triliunan won yang kau investasikan untuk game ini akan sia-sia. Aku beri tahu lebih dulu agar tak berharap bisa bergabung denganku.” Tegas Jin Woo
“Kau bukan pemilik tunggal J One Holdings. Aku masih punya hak veto penawaran. Bukankah harusnya direktur memikirkan profit perusahaan?” sindir Hyung Seok.
“Ada pengecualian yang lebih penting daripada laba. Aku menganggapmu pengecualian. Aku yakin kau tahu ini... Kau akan selalu jadi pengecualian hingga aku mati. Jadi, berhentilah bermimpi, jangan buang uangmu, dan jaga istrimu. Seharusnya jangan biarkan istrimu yang hamil naik kereta sendirian.” Ejek Jin Woo
“Aku sudah melawannya enam kali seumur hidupku. Skor pertarungan kami tiga menang dan tiga kalah. Kekalahan paling menyakitkan adalah istriku yang dia rebut.” Gumam Jin Woo penuh amarah. 

Mereka siap bermain games,  bertanya  apakah mereka ingin bergabung jadi tim atau lawan.  Dan keduanya menolak jadi tim jadi keduanya adalah musuh dan mereka bebas berduel apabila memenangkanya akan menambah poin pengalaman.
“Apa mau berduel? Aku belum pernah lakukan ini.” Ucap Hyung Seok dengan nada mengejek.
“Duel dengan pemain lain... Peluang tak terduga.” Gumam Jin Woo.
“Level Pak Cha dan senjata dia lebih tinggi. Itu sebabnya kuminta dia cari pedang baru. Bagaimana jika dia akan melawan habis-habisan?” kata Yang Joo yang melihatnya panik.
Sebelum mulai, Jin Woo meminta waktu untuk mengangkat telpnya. Seon Hoo meminta agar Jin Woo mundur dan tak melakukan duel. Jin Woo pikir tak ada alasan untuk mundur. Seon Hoo menegaskan kalau Ini bukan saatnya berduel.
“Kita tahu dia juga belum mengontak Jung Se Joo, jadi, kita aman. Dan Kini  lebih baik pergi saja” kata Seon Hoo dengan wajah apanik.
“Tapi dia memancingku.” Keluh Jin Woo. Seon Hoo meminat Jin Woo agar Jangan bersikap kekanakan dan pergi saja.
“Kata "Kekanakan" itu nama tengahku.” Ucap Jin Woo, Yang Joo meminta agar Jin Woo tak berduel karena tak mungkin bisa menang.
“Aku tahu dia tak sebanding” kata Jin Woo tak ingin dianggap remeh.
“Game video adalah soal benda, bukan kemampuan fisik. Pedangmu tak sebanding. Kau bisa mati dengan goresan. Ini Akan sangat memalukan.” Jelas Yang Joo ingin Jin Woo mundur.
Jin Woo mematikan ponselnya siap melawan Hyung Seok, Dan Hyung Seok siap melawan temanya sendiri tapi tiba-tiba Jin Woo terlihat meninggalkan permainan. Hyung Seok bingung tak percaya kalau Jin Woo mundur.
“Levelmu lebih tinggi... Kau tahu itu, Dasar Brengsek... Tetaplah di sini, aku akan menghubungimu.” Ucap Jin Woo lalu melangkah pergi.
“Berapa lama kau di sini? Kita harus duel, telepon aku! Aku tak akan main serius.” Teriak Hyun Seok.
Setelah Jin Woo pergi, Hyung Seok menelp seseorang terlihat marah karena Jin Woo ada dalam games juga dan terlihat anak buahnya juga binggung. Ia berteriak marah karena tahu Se Joo pasti mengontak Jin-woo juga jadi menyuruh agar mencari tahu apa ada kesepakatan.


“Sejak tiga tahun lalu, tujuan hidupku jadi simpel. Apa pun yang diinginkan Hyung Seok, maka aku akan merebutnya. Makin besar pendiriannya, maka makin aku bertekad mendapatkannya. Itu sebabnya...” gumam Jin Woo sambil mengemudikan mobilnya.

Flash Back
Se Joo menelp memberitahu kalau bertemu Pak Cha Hyung-seok dan Jin Woo pasti mengenalnya. Jin Woo sedang tertidur langsung terbangun mendengar nama Hyung Seok. Se Hoo tahu kalau keduanya berteman.
“Saat dia menyebut Hyung Seok, tekadku menjadi bulat. Aku harus mendapatkan game ini.” Gumam Jin Woo
Jin Woo menerima telp dari Mr A ingin membahas Hyung Seok tapi, Mr A membahas tentang Hak Paten. Jin Woo mengaku belum memeriksanya dan terlihat terkejut.
“Ini pertarungan ketujuh kami, dan bagaimanapun aku harus menang. Akan kulakukan segala cara untuk menang.” 
Jung Hoon menerima telp dari Jin Woo dibawah tangga. Jin Woo menanyakan keberadaan Hee Joo sekarang, Jung Hoon melihat Hee Joo ada di dapur bersama seorang teman Sekarang. 


Di dapur
Sang Bum mengumpat kesal mengetahui ada yang meremehkan karena  Hee Joo adalan wanita dan masih muda, jadi tahu Pasti Hee Joo hanya bisa bergeming dan menangis. Hee Joo mengaku sudah menumpah semua ungkapnya.  Sung Bum ingin tahu yang dikatakan Hee Joo.
“Tadinya ingin kubiarkan, tapi Aku tak bisa. Ini sangat menyebalkan sekali. Jadi aku mengembalikan uangnya lalu kuusir.” Ucap Hee Joo. Sang Bum tak percaya mendengarnya.
“Ya, itu baru saja aku lakukanya” ucap Hee Joo bangga. Sang Bum ingin tahu Apa yang dikatakan
“Aku tak ingat. Kukatakan yang terlintas. Amarah membuatku bicara lepas.” Ucap Hee Joo. Sang Bum ingin tahu apa yang dikatakan pria itu.
“Dia bilang Pelafalanku bagus dan hanya mendengarku mengoceh saat kupikir dia akan marah.” Ucap Hee Joo
“Itu sebab orang brengsek harus mendapat balasannya. Jika tidak, mereka akan menginjakmu.” Ungkap Sang Bum juga merasa kesal
“Dia hanya mendengarkan dan itu aneh. Ke mana rasa marahnya?” ucap Hee Jo heran
“Dia patah semangat. Apa Kau tak sadar? Begitu cara mengurus orang brengsek. Jadi Berhenti tersedu dan diam-diam menangis.” Ucap Sang Bum. Hee Joo mengelak kalau tak pernah melakukanya. 


Jung Hoon masuk dapur, Hee Joo pikir Jung Hoon akan pergi sekarang. Jung Hoon mengaku tidak,  tapi berniat memberi kartu namana yang  belum sempat diberikan sebelumnya dan menyebutkan namanya.  Hee Joo mengerti dengan wajah binggung.
“Apa kau Bisa terima kartu ini?” ucap Jung Hoon, Hee Joo pun menerimanya.
“J One Holdings? Bukankah ini perusahaan investasi besar?” kata Sang Bum melihatnya. Jung Hoon kaget karena Sang Bum mengetahuinya.
“Kami perusahaan terbesar di bidang ini.” Kata Jung Hoon bangga, Sang Bum pasti tahu karena selalu disebut di berita.
“Kenapa kau memberiku ini?” tanya Hee Joon bingung, Jung Hoon memberitahu kalau Direktur ingin bertemu dengan Hee Joon  untuk berbincang.
Hee Joo bingung akan bertemu dirinya, dan ingin tahu alasannya dan siapa orang itu. Jung Hoon memberitahu kalau itu Pria di Kamar 601 yaitu Pria dengan jam tangan palsu, sepatu palsu, dan lainnya menegaskan kalau Jin Woo adalah bosnya.
“Apa Maksudmu Pak Yoo Jin-woo? Direkturnya?” ucap Sang Bum kaget, Jung Hoon berpikir kalau sudah mengenalnya. 
“Apa benar dia? Apa Pak Yoo Jin-woo menginap di Kamar 601? Hei, pria yang kau bicarakan. Apa dia adalah Yoo Jin-woo?” ucap Sang Bum terlihat benar-benar tak percaya. 


Sang Bum mencari keyword nama “Yoo Jin Woo” wajah dan artikel sudah terlihat dihalaman pertama. Hee Joo terlihat kesal sendiri karena mengatakan barang palsu menurutnya kalau hanya diam saja maka tak akan ada masalah
“Ini semua salah Nenek... Dia bilang semua barangnya palsu.” Kata Hee Joo kesal sendiri.
“Ini Sudah kuduga. Aku mengira semuanya asli... Dugaanku sejak awal benar. Dan kau Tolonglah. Jangan tertinggal berita Korea... Kau bahkan tak tonton berita.” Kata Sang Bum memarahi temanya.
“Aku tak akan kembali. Kenapa harus melakukanya?” keluh Hee Joo, Sang Bum tahu istri Jin Woo adalah Go Yu Ra.  Hee Joo binggung siapa Yu Ra.
“Apa Kau tak kenal aktris itu? Dia sangat cantik. Mereka akan bercerai.” Kata Sang Bum. Hee Joo kaget kalau Jin Woo itu adalah duda.
“Mereka hendak cerai... Go Yu-ra menggugat cerai... Ini nikah kedua Jin-woo. Dan Dia cerai lagi.” Cerita Sang Bum. Hee Joo tak percaya berpikir Ji Woo itu dari Hollywood
“Sang Bum, kenapa dia mau menemuiku? Apa Dia mau menuntut karena tersinggung? Tapi Jika begitu, dia orang kaya yang picik.” Keluh Hee Joo. 


Saat itu Jin Woo turun dari mobil lalu menyapa keduanya dengan melambaikan tangan, Sang Bum seperti tak percaya kalau yang didepanya itu Jin Woo CEO yang sebelumnya hanya dilihat pada layar ponselnya.  Hee Joo pun panik, Sang Bum pikir Jin Woo tak tampak seperti ingin menuntut.
“Maaf, aku terlambat.” Kata Jin Woo, Hee Joo pikir Tak perlu minta maaf. Karena juga baru tiba.
“Apa kau mau bersalaman dulu? Untuk berbaikan.” Kata Jin Woo, Hee Joo setuju mereka pun berjabatan.
“Aku minta maaf soal pagi ini... Belakangan ini aku stres, jadi Tolong jangan marah.” Kata Jin Woo
“Tak apa, aku yang harus minta maaf... Kau berhak marah.” Ucap Hee Joo
“Meski begitu, aku cukup kasar.” Kata Jin Woo, Hee Joo pikir dirinyajuga tak sopan.
“Aku tak menonton berita, jadi Aku tak tahu kau terkenal... Yang kukatakan sebelumnya absurd.” Akui He Joo
“Jam ini bukan barang palsu.” Kata Jin Woo mengejek, Hee Joo mengakuinya kalau Terlihat berbeda dari dekat.
“Kuharap kau melupakan kejadian pagi ini. Aku tak biasanya sekejam itu.” Kata Jin Woo
“Aku juga berharap hal yang sama dan Aku tak biasanya hilang kendali.” Balas Hee Joo
“Bagaimana jika kita lupakan saja karena memalukan?” kata Jin Woo, Hee Joo pun setuju bahkan memohon untuk melupakanya.
“Kita pura-pura saja menderita hilang ingatan singkat.” Ucap Jin Woo, Hee Joo pikir Itu Cukup bagus.
“Mulai sekarang, kita lupakan kejadian pagi ini.” Kata Jin Woo, Hee Joo mencoba berpura-pura lupa ada kejadian apa pagi tadi. 



Jin Woo bisa tersenyum lalu mengajak duduk dan bertanya siapa pria didepanya. Sang Bum memperkenalkan diri, Hee Joo mengaku Sang Bum sebagai teman dekatnya Jin Woo pun menyapanya. Sang Bum memberitahu kalau Hee Jo tak pintar.
“Aku tak tahu ini soal apa, tapi aku di sini mengikuti pertemuan ini.” Ucap Sang Bum.
“Aku tak bisa mengizinkan.” Tegas Jin Woo, Sang Bum dan Hee Joo kaget
“Pertemuan ini hanya antara kami... Tolong beri privasi.” Kata Jin Woo, Sang Bum pikir Jin Woo bisa bicara denganya.
“Aku dekat dengannya. Kami sudah seperti keluarga.” Ucap Sang Bum. Jin Woo tahu tapi menurutnya secara teknis Sang Bum bukan keluarganya. Sang Bum kaget dengan sikap Jin Woo yang blak-blakan.

“Aku tak percaya orang yang manfaatkan kata "sudah seperti". Aku tak suka dan Sulit percaya bahkan pada keluarga sendiri. Sejak tahu identitasku, aku yakin kau mencari informasi tentangku. Aku sudah menikah dua kali, tapi gagal.” Ucap Jin Woo
“Yang pertama gagal karena sahabat dan istriku mengkhianatiku. Yang kedua hanya bertahan setahun. Dia bahkan minta separuh asetku untuk alimentasi... Dia mata duitan. Kurasa proses hukum lebih panjang dari pernikahan kami. Mungkin terdengar kasar, tapi ini kenyataannya.” Ucap Jin Woo
“Aku tak punya orang yang "sudah seperti" keluarga atau teman. Aku tak percaya itu dan Nona Jung, jangan percaya juga.”ucap Jin Woo. Hee Joo tak bisa berkata-kata
“Yang akan kukatakan ini dapat mengubah hidupmu. Saat keadaan berubah, begitu juga hubunganmu. Khususnya terkait uang. Jadi, aku akan diskusi hanya dengan Nona Jung.” Kata Jin Woo
“Aku pergi dulu. Aku akan ada di bengkel.” Kata Sang Bum melangkah pergi Jin Woo pun mengucapkan Terima kasih atas perhatian Sang Bum. 
Jin Woo dan Hee Joo pun akhirnya duduk,  Hee Joo ingin tahu ada apa sebenarnya dengan wajah bingung. Jin Woo pikir melewatkan beberapa hal tapi karena waktu sangat penting jadi akan langsung saja. Ia pikir Hee Jo sudah tahu siapa dirinya.
“Aku seorang investor... Aku beli produk hebat, tanam modal, dan jual dengan harga besar. Itu tugasku. Apa kau Tahu kenapa aku di Granada sekarang? Dalam setahun, Granada akan lebih terkenal untuk hal selain Alhambra.” Ucap Jin Woo
“Untuk apa?” tanya Hee Joo bingung, Ji Woo menjawab kalau itu Sihir. Hee Joo binggung.
“Ya, itu benar... Mulai sekarang, Granada akan terkenal sebagai kota ajaib. Dengan Terpesona sihirnya, orang akan kemari seperti kawanan lebah. Mereka akan tinggal minimal sebulan alih-alih hanya beberapa hari. Orang kaya dengan waktu dan uang untuk dihabiskan akan datang kemari alih-alih ke Mediterania.” Jelas Jin Woo yakin
“Ini alasannya, jadi Mereka akan bersenang-senang. Uangnya dipakai untuk bersenang-senang. Jadi, aku akan beri saran sejak awal. Kau harus Segera pasang lift. Tak cuma tambal lubang tikus dan perbaiki jendela. Aku menyarankan kau perbaiki seluruh gedung. Atau Ka jual saja rumah bobrok itu dan beli hotel sekalian... beli hotel bagus saja.” Saran Jin Woo. Hee Joo makin binggung.
“Dalam setahun, kota ini akan kacau sebab tak akan ada cukup kamar. Aku seorang ahli, jadi, saat kubilang investasi, percayalah dan lakukan. Kau bisa Beli hotel dan pekerjakan manajer... kau bisa lakukan apa pun. Itu Menyenangkan, kan?” ucap Jin Woo dengan wajah penuh semangat.
“Lalu Apa impianmu, Nona Jung? “ Adakah yang mau kau lakukan jika uang bukan masalah?” tanya Jin Woo. Hee Joo bingung meminta waktu sebentar.
“Bagaimana bisa aku membeli hotel? Aku bahkan Tak ada uang untuk renovasi. Dan Aku sedang cari pinjaman untuk rumah bobrok itu.” Kata Hee Jo
“Uang akan datang padamu.” Ucap Jin Woo, Hee Joo pikir itu tak mungkin bisa.
“Seseorang akan memberikannya.”ucap Jin Woo, Hee Joo bertanya siapa. Jin Woo balik bertanya Menurut Hee Jo siapa
“Inilah yang terjadi pada hari pertama aku datang ke Granada.” Gumam Jin Woo. 

[Setahun berlalu]
Jin Woo terlihat lusuh duduk didalam kereta, sepatunya terlihat kotor dan tak terawat. Pengeras suara memberitahu kalau pemberhentian selanjutnya adalah Stasiun Granada. Jin Woo dengan kaki terlihat pincang berjalan ke toilet.
Saat itu ada orang di dalam toilet, Jin Woo pun menunggu didepan pintu.  Tiba-tiba awan menghitam dan hujan mulai turun, Jin Woo bergegas masuk ke dalam toilet lalu mengeluarkan pistolnya. Lampu kereta mulai mati saat Jin Woo akan membuka pintu toilet.
Jin Woo mulai melawan semua pria dengan wajah ditutup kain hitam dan membawa senjata. Jeritan penumpang ketakutan terdekat, Jin Woo bisa melawan semua pria yang tak dikenal.
“Setahun lalu, apa yang terjadi dengan masa depan yang kuramal pada Hee-Joo? Aku separuh benar, Tapi Aku sungguh keliru untuk sebagiannya.”
Jin Woo dan salah satu pria yang mengunakan soflens akan saling menembak dan suara tembakan terdengar.
Bersambung ke episode 3

 Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan.. hihihi... 
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun ini 

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar