PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 13 Desember 2018

Sinopsis Encounter Episode 5 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

“CEO Cha Soo Hyun... Apa Sudah mau pulang? Aku punya sedikit uang. Hari ini aku yang traktir, jadi, bagaimana jika kita  pergi makan ramyeon?” ucap Jin Hyuk berani. Tuan Park tak percaya kalau pria itu adalah Jin Hyuk.
“Hari ini Macetnya terlalu parah  untuk ke tempat peristirahatan, jadi, bagaimana jika kita makan  mi instan saja di toserba?” kata Jin Hyuk.
Soo Hyun pun dengan senyuman menjawab kalau ia yang akan traktir, lalu bersama dengan Tuan Nam dan Sek Jang keluar dari gedung. Tuan Choi yang melihatnya tak bisa berkata-kata. Tuan Park melihat Jin Hyuk pergi dengan Soo Hyun seperti tak percaya dengan yang dilihatnya. 

Dalam mobil, terasa hening. Jin Hyuk terlihat gugup.  Tuan Nam pikir kalau harus mengantarnya ke toserba. Sek Jang pikir mereka bisa menurun Jin Hyuk di tempat yang sepi. Soo Hyun pikirkan aneh rasanya jika kita berempat makan ramyeon bersama. Sek Jang setuju.
“Tolong tepikan mobilnya di tempat yang sepi.” Ucap Soo Hyun
“Kau bisa menepi di sana. Bagaimana, Pak Nam?” kata Sek Jang
“Ya. Kau bisa turun di sana, Sekretaris Jang.” Kata Soo Hyun, Sek Jang kaget diminta turun.
“Ya. Aku dan kau harus turun.” Tegas Tuan Nam bisa mengerti kalau Soo Hyun ingin bicara berdua dengan Jin Hyuk. Sek Jang memastikan kalau ini bukan candaan.
“Kita bukan anggota klub. Kenapa harus ke toserba bersama? Bukan begitu, CEO Cha?” ucap Tuan Nam
“Jika merasa terasingkan, kau bisa mampir ke toserba itu bersama Pak Nam.” Balas Soo Hyun. Jin Hyuk bisa tersenyum bersama dengan Tuan Nam, sementara Sek Jang hanya bisa menghela nafas kalau semua akan menjadi masalah besar.

Akhirnya Tuan Nam turun dari mobil bergantian dengan Soo Hyun yang mengambil kemudi. Jin Hyuk pun dengan gugup pamit pergi dengan masuk ke dalam mobil. Sek Jang memperingatkan temanya agar harus berpikir baik-baik, karena Ini bisa sangat memusingkan. Soo Hyun tak peduli segra masuk mobil.
“Pak Nam, kenapa tidak hentikan dia? Ada apa denganmu?” keluh Sek Jang kesal
“Sudah berapa lama? Apa Sekitar 25 tahun? Aku belum lihat pria sekeren itu... Aku sama seperti dia 25 tahun lalu.” Ucap Tuan Nam bangga. Sek Jan pikir keadaanya membuat gila.
“Kau tidak dapat pria seperti dia, kan?” ejek Tuan Nam, Sek Jang pun tak bisa berkata-kata.
“Mari pergi ke toserba, Mi Jin... Sayang, mari makan ramyeon!” goda Tuan Nam, Sek Jang memilih untuk menghentikan taksi. 

Soo Hyun duduk diam mengemudikan mobil, Jin Hyuk bertanya apakah Soo Hyunsungguh tidak akan pergi ke toserba,  Soo Hyun mengaku akan mengantarnya pulang. Jin Hyuk menolak juga karena Wajah Soo Hyun  bisa menjadi bengkak jika makan ramyeon selarut ini.
“Mari pergi ke kedai teh yang bagus.” Ucap Jin Hyuk
“Kau pasti tahu mesin penjual otomatis hebat lainnya.” Komentar Soo Hyun
“Saat jantungmu berdebar kencang seperti hari ini, ada kedai teh yang cocok untuk hal tersebut.” Kata Jin Hyuk lalu menunjukan jalan untuk berbelok. 

Keduanya sampai didepan sebuah kedai, Soo Hyun tak yakin kalau yang didatangi adalah kedai teh. Saat itu seorang wanita tua membuka pintu terlihat bahagia menyambut Jin Hyuk, mereka pun saling berpelukan. Soo Hyun seperti tak menyangka melihat Jin Hyuk yang dekat dengan wanita tua.
“Aku hampir lupa wajahmu... Sudah lama sekali, bukan? Kenapa kamu menjadi begitu kurus?” ucap Si bibi
“Bibi menjadi makin cantik.” Puji Jin Hyuk, Si bibi hanya tersenyum akhirnya mereka pun masuk kedai.
“Apa Kau bersenang-senang di Kuba?” tanya Si bibi, Jin Hyuk emngaku Rasanya menyenangkan.
“Dia teman yang kutemui di Kuba.” Akui Jin Hyuk, Si bibi tersenyum bahagia melihat Soo Hyun.
“Selamat datang... Pasti rasanya sedikit asing di sini.” Sapa bibi
“Ini terlihat seperti ruang pribadi. Maaf sudah mengganggu.” Ucap Soo Hyun
“Aku yakin semua yang suka teh adalah teman. Karena Jin Hyuk sudah datang, haruskah kusajikan teh enak?” kata Nenek. Jin Hyuk setuju.
“Anggap saja seperti di rumah sendiri.” Kata si bibi sebelum meninggalkan mereka berdua
Jin Hyuk melihat seluruh ruangan menyakinkan kalau tempat kedai teh pilihnya pasti bagus, dan merasa sudah pernah menceritakan soal BibiLee pada Soo Hyun di Kuba dan bertanya apakah mengingat tentang teman fotografer ayahnya.
“Apa dia, Orang yang memberimu sebuah kamera?” tanya Soo Hyun.
“Ya. Dialah istri dari teman ayahku tersebut. Dahulu dia seorang guru. Setelah suaminya tiada, dia menghabiskan waktu berwisata. Bangunan ini terlihat seperti gereja... Ya, dia pindah kemari saat gereja kosong ini dijual murah. Dia unik, bukan?” cerita Jin Hyuk lalu meminta Soo Hyun menungu karena akan membantu Nyonya Lee.



Jin Hyuk pergi ke dapur, Nyonya Lee bertanya apakah Soo Hyun itu Kekasihnya. Jin Hyuk terlihat binggung. Nyonya Lee pikir kalau Jin Hyuk mengajaknya kemari untuk diperkenalkan kepadanya. Jin Hyuk mengaku bukan seperti itu.
“Aku butuh bantuan untuk merasakan ketenangan”kata Jin Hyuk
“Kenapa? Apa Kau menyatakan perasaanmu padanya?” tanya Nyonya Lee penuh semangat.
“Menurut Bibi, apa dia akan menerimaku?” tanya Jin Hyuk. Nyonya Lee menatap wajah Jin Hyuk lebih dulu
“Kau terlihat jelek hari ini. Lakukan saja lain waktu.” Ejek Nyonya Lee. Jin Hyuk mengeluh kalau sudah menjadi makin tampan tiap harinya.
“Pandangan Bibi pasti memburuk.” Balas Jin Hyuk mengejek lalu meminta Nyonya Lee agar menatapnya lagi.
“Lupakan saja... Hari ini buruk. Bibi tidak mau melihat. Tidak akan bibi lihat.” Ucap Nyonya Lee mengoda. 


Keduanya pun minum teh,  Nyonya Lee ingin tahu pendapat Soo Hyun dengan tehnya. Soo Hyun mengaku Rasanya enak dan lembut. Nyonya Lee mengakuu punya banyak teh lainnya jadi Soo Hyun  harus mencicipi semuanya lalu bergegas pergi.
“Bibi mau ke mana?” tanya Jin Hyuk. Nyonya Lee pikir  Tugas menyajikan teh sudah dilakukan jadi meminta agar menjaga rumahnya sebentar.
“Bibi harus memijat seorang nenek di daerah lain dan Tidak akan lama. Jin Hyuk, bibi baru dapat teh enak dari Kunming.. Kau juga harus mencobanya. Rasanya enak... Baiklah. Sampai nanti.” kata Nyonya Lee bergegas pergi. 

“Apa Kau sudah tenang sekarang?” tanya Jin Hyuk melihat Soo Hyun meminum tehnya.
“Aku terkejut karenamu, lalu aku menjadi tenang berkatmu.”akui Soo Hyun
“Maaf sudah mengejutkanmu... Tapi aku tidak menyesal.” Balas Jin Hyuk
“Jin Hyuk, rasanya akan sulit di kantor mulai besok, setelah semua orang tahu. Semua orang akan mulai mengarang lebih banyak cerita.” Jelas Soo Hyun
“CEO Cha, aku sudah memutuskan, Karena itulah aku bertindak.” Ungkap Jin Hyuk
Soo Hyun ingin tahu memutuskan apa yang dimaksud dan memikirkan kalau Jin Hyuk tahu akan terlibat masalah yang diakibatkan gosip. Jin Hyuk pikir kalau Soo Hyun tidak boleh emosi setelah minum teh lezat. Soo Hyun menegaskan kalau ucapanya tadi tak bercanda.
“CEO mengatakan apa yang ingin kukatakan... Aku tidak bergurau. Aku harus berusaha menjadi orang yang berarti bagimu. Itulah yang kuputuskan.” Tegas Jin Hyuk. Soo Hyun mengajak pergi saja.
“Kita harus menjaga rumah ini. Dia belum kembali. Selain itu Dia juga punya banyak teh mahal dan Teh itu tidak bisa dicuri. Yang paling penting, teh yang diminum untuk kali kedua rasanya akan sangat enak.” Kata Jin Hyuk menuangkan teh di cangkir. Keduanya pun menunggu bibi lee sambil meminum teh. 



Hye In duduk di cafe sendirian, mengingat kembali yang di katakan Jin Hyuk saat di lobby dengan berani.  “CEO Han... Hari ini aku yang traktir, jadi, bagaimana jika kita pergi makan ramyeon?” Pikirannya pun melayang memikirkan kejadian saat SMA.
Flash Back
Hye In masih memakai seragam sekolah,  mengambil foto dengan dua temanya.  Temanya memberitahu kalau harus makan siang bersama orang tuanya jadi bertemu setelah itu. Dan teman yang mengambil foto mengatakan akan menelepon keduanya setelah makan bersama keluarganya.
“Kita harus banyak berpesta. Hye In, bagaimana denganmu? Apa Kau mau bergabung?” ucap temanya.
“Kurasa orang tuaku hampir tiba. Sepertinya ayahku baru saja tiba. Mungkin kami akan pergi makan setelah berfoto jadi Pergilah dahulu. Aku akan mengirimkan pesan nanti.” kata Hye In lalu melambaikan tangan pada dua temanya. 

Hye In duduk sendirian lalu wajahnya tersenyum melihat sosok pria yang datang. Jin Hyuk datang dengan membawakan sebuket bunga, lalu berlari melihat Hye In yang ada di lapangan, mengucapakn Selamat atas kelulusannya.
“Berkatmu, aku bisa datang berkunjung ke SMA putri.” Ucap Jin Hyuk lalu memberikan buket bunganya.
“Kenapa kau ada di sini? Bagaimana dengan kerja paruh waktu?” tanya Hye In
“Aku bertukar shift. Ayahmu tidak bisa datang, kan?” kata Jin Hyuk tahu
“Ya. Aku memintanya menemani ibuku di rumah sakit.” Kata Hye In
“Mari makan siang bersama dan pergi menemui ibumu. Apakah pembedahannya lancar?” ucap Jin Hyuk. Hye In menganguk dengan senyuman.
“Ini tetap sebuah kelulusan. Kita harus berfoto.” Kata Jin Hyuk mengelurkan kamera.
“Aku tidak tahu kamu akan datang. Terima kasih.” Ungkap Hye In. Jin Hyuk pikir Jangan berterima kasih padanya karena mereka  sudah berteman.
Jin Hyuk mengambil foto Hye In sendiri, setelah itu mereka selfie bersama. Hye In terlihat bahagai walaupun orang tuanya yang tak bisa datang dan sempat terkejut ketika tangan Jin Hyuk merangkul pundaknya saat foto.
“Lalu, apa yang harus kulakukan, Jin Hyuk?” ucap Hye In kebingungan menatap foto bersama Jin Hyuk yang masih disimpanya. 


Sek Jang masuk ke restoran Dae Chan memanggil pemiliknya, untuk membantunya. Dae Chan pikir bisa dengan memberi syarat kalau harus sesuatu hal yang masuk akal. Sek Jang meminta agar Dae Chan mengirimkan pesan untuk Jin Hyuk dan minta agar mampir ke cafenya.
“Kenapa tidak kau lakukan sendiri?” ucap Dae Chan. Sek Jang yakin Jin Hyuk tidak akan mau datang.
“Aku merasakan hal ini saat melihatmu kemarin. Apa kau ini lintah darat? Astaga, Jin Hyuk bukan tipe pria yang suka meminjam uang.” Ucap Dae Chan.
“Bagaimana bisa aku terlihat seperti lintah darat?” kata Sek Jang marah
“Ayolah. Orang-orang di jalanan bertanya apakah aku profesor. Jadi Jangan menilai dari penampilan.” Komentar Dae Chan.
“Tapi tetap saja, kau tidak terlihat intelektual.” Balas Sek Jang tak mau kalah
“Terserah saja. Kau bisa kirimkan pesannya sendiri.” Ucap Dae Chan. Sek Jang mengaku tidak bermaksud menyebut Dae Chan terlihat bodoh.
“Kumohon, kirimkanlah untukku.” Kata Sek Jang memohon. Dae Chan mengeluh kalau Sek Jang itu berisik sekali.
“Kenapa kau marah saat meminta bantuan? Kau terdengar seperti perawan tua yang rewel.” Keluh Dae Cha. Sek Jang makin kesal karena terlihat seperti perawan tua
“Lalu, kau pikir dirimu masih muda? Kurasa tidak.” Ejek Dae Chan. Sek Jang pikir Dae Chan ingin berkelahi dengannya.
“Kenapa aku berkelahi dengan orang yang baru dua kali kutemui?” keluh Dae Chan. Sek Jang pikir kalau Dae Chan memulai pertengkaran
“Kaulah yang menerobos masuk dan memulai pertengkaran. Ada apa dengan Ahjumma ini?” kata Dae Chan. Sek Jang berdiri terlihat sangat marah.
“Katamu kau bukan perawan tua. Jika begitu, kau pasti Ahjumma” kata  Dae Chan. Sek Jang menegaskan diri wanita muda dan belum tua.
“Kau tidak perlu memberitahuku. Aku bahkan tidak mau tahu. Omong-omong, apa kau akan diam jika kukirimkan pesan padanya? “ kata Dae Chan mengetik pesan di ponselnya.
“Anggap dirimu beruntung karena aku harus menemui Jin Hyuk hari ini. Dasar Kau dan siput bulan kecilmu.” Ucap Sek Jang. Dae Chan menegaskan kalau betapa enak rasanya makanan itu lalu melangkah pergi. 



Nyonya Kim kaget mengetahui kalau Pemuda itu mengakuinya sendiri, tak percaya kalau keduanya pasti sudah gila. Ia pun ingin tahu apa yang  Tuan Chai rencanakan sekarang. Saat itu Woo Suk masuk rumah mendengar ibuny sedang bicara.
“Apa Kau akan biarkan Bu Cha lari dari situasi seperti ini?!! Aku percaya padamu, Pak Choi... Kuharap kau tidak mengecewakanku.” Tegas Nyonya Kim
“Apa maksud hal tersebut?” tanya Woo Suk mendekati ibunya
“Soo Hyun sudah gila bersama pemuda bodoh itu. Apa sebenarnya perilaku vulgar di hadapan para pegawai ini? Ini sungguh memalukan.” Ungkap Nyonya Kim. Woo Suk ingin tahu apa terjadi masalah.
“Ibu tidak mau lagi membicarakannya.” Kata Nyonya Kim.
“Apa maksud Ibu saat bilang tidak mau CEO Cha lepas dari situasi ini?” ucap Woo Suk
“Apa Kau hanya akan tinggal diam melihat Hotel Donghwa hancur? Jika Presdirnya gila, sudah waktunya mencari pemilik baru.” Kata  Nyonya Kim sinis.
“Itu bisnis hotelnya sendiri.” Balas Woo Hyun. Nyonya Kim ingin tahu siapa yang memberikannya?
“Apa Ibu lupa bahwa itu tunjangannya?” kata Woo Hyun kesal. Nyonya Kim mengaku tidak lupa.
“Ibu berharap pada hotel itu, tapi dia nyaris kehilangannya. Jadi Adakan rapat dewan direksi dan keluarkan dia.” Tegas Nyonya Kim

Woo Hyun tak bisa menolak menelp Sekretaris Kim untuk mencari tahu ada apa di Hotel Donghwa hari ini.
Soo Hyun mengemudikan mobil, Jin Hyuk brtanya apakah  lukisan yang ditunggu saat diSokcho sudah diterima. Soo Hyun mengaku kalau sudah diurus. Jin Hyuk mengucap syukur karena Soo Hyun mengalami banyak kesulitan karena itu.
“Aku tidak akrab dengan seni atau lukisan. Tapi Tetap saja, ada pameran lukisan terkenal di lingkunganku dan aku juga senang karenanya.” Cerita Jin Hyuk
“Apa Ada galeri seni di sana?” tanya Soo Hyun. Jin Hyuk menganguk.

“Ada lukisan artis terkenal era '40-an dan lukisan lanskap seniman asing yang tidak kukenal. Aku mampir ke sana tiap ada waktu.” Kata Jin Hyuk
“Aneh. Aku tahu semua galeri seni... Apa Lokasinya di Hongjae-dong?” ucap Soo Hyun. Jin Hyuk mengangguk.
“Sepertinya kau bohong. Apa nama galeri seni itu? Bukankah maksudmu galeri seni di Buam-dong?”kata Soo Hyun.
“Itu Benar-benar di areaku... Aku pertaruhkan namaku sebagai pemandu Hongjae-dong.” Kata Jin Hyuk bangga
“Kenapa nama panggilanmu banyak sekali? Sebelumnya penggali Hongjae-dong, apa sekarang pemandu?” ejek Soo Hyun
“Kalau nanti Ibu berkunjung, akan kuantarkan ke galeri itu.” KataJin Hyuk lalu meinta agar  menurunkankan di depan stasiun itu karena naik kereta bawah tanah saja.
“Omong-omong, Jin Hyuk... Di kantor besok...” ucap Soo Hyun gugup. Jin Hyuk memotong
“CEO Cha... Keadaan sudah begini, akan lebih aneh kalau kita terlihat canggung. Mulai besok, kita harus lebih akrab lagi.” Jelas Jin Hyuk
“Perusahaan bukan tempat bersantai.” Ugkap Soo Hyun. Jin Hyuk menegaskan kalau dirinya tidak terlalu bodoh untuk langsung bicara santai dengan Soo Hyun. 

Soo Hyun hanya bisa tersenyum, Jin Hyuk pikir kalau ucapanya dianggap lucu.  Soo Hyun mengaku kalau itu lucu. Jin Hyuk pun meminta agar menghubungi jika ingin berkunjung ke galeri seni itu dan berpikir kalau foto nomor ponselnya sudah dihapus jadi akan menuliskan kembali.
“010-4329-2026... Aku ingat karena kau menulisnya di telapak tangan, Aku cukup cerdas.” kata Soo Hyun bangga.
“Wahh... Hebat. Sungguh brilian... Tapi kenapa tidak pernah mengirimiku pesan?” keluh Jin Hyuk . Soo Hyun mengaku Tidak ada alasannya.
“CEO punya nomorku, kenapa tidak memberiku nomormu?” ucap Jin Hyuk
“Kapan aku memintanya? Kamu sendiri yang menuliskannya, Jin Hyuk.” Komentar Soo Hyun
“Sepertinya kita jadi lebih akrab karena kau memanggil namaku.” Goda Jin Hyuk. Soo Hyun menyindir Jin Hyuk yang belum turun.
“Aku akan berhenti bercanda. Aku hanya berusaha menghibur karena kejadian hari ini.” Ungkap Jin Hyuk
“Aku tidak takut. Aku sudah lalui lebih banyak dibanding yang kau tahu.” Balas Soo Hyun
“Aku tegaskan, Semuanya tidak masalah jika kau bisa tersenyum. CEO Cha, Kau adalah Presdir Hotel Donghwa, putri Anggota Kongres Cha, dan mantan menantu Grup Taegyeong. Oleh karena itu aku harus memperlakukanmu dengan hormat.” Ucap Jin Hyuk. Soo Hyun pikir Tidak perlu.
“Ahh... Benar sekali... Kita tidak perlu seformal itu.” Kata Jin Hyuk
“Kau mengatakan "Kita" lagi... Sudah kubilang jangan ucapkan itu.” Keluh Soo Hyun merasa tak nyaman.
“Apa alasan untuk tidak mengucapkannya?” kata Jin Hyuk lalu pamit pergi tapi kembali berpesan.
“Kau akan kalah jika takut. Jadi kau akan terlihat buruk besok jika terlalu memikirkannya. Tidurlah dengan nyenyak.” Pesan Jin Hyuk lalu turun dari mobil.
Jin Hyuk tersenyum melihat Soo Hyun pergi, sementara Soo Hyun juga tak bisa menyembunyikan senyuman bahagia karena di buat tenang oleh Jin Hyuk. 




Dae Chan melihat Jin Hyuk datang ke restoran, Jin Hyuk sempat kaget melihat Sek Jang lalu menanyakan keberadaan adiknya. Dae Chan memberitahu kalau Jin Myung pulang lebih cepat karena ada permainan penting atau semacamnya.
“Astaga. Pekerja paruh waktu macam apa dia?” keluh Dae Chan lalu Jin Hyuk melihat Sek Jang sudah menunggu lama. Sek Jang dengan wajah serius menyuruh duduk.
“Hari ini kamu berani sekali, Jin Hyuk.” Komentar Sek Jang
“Aku hanya bicara yang sebenarnya. Kau mungkin sudah tahu, tapi CEO Cha tidak lakukan apa pun untuk menerima makian itu.”ucap Jin Hyuk
“Sebenarnya aku sedikit terharu. Tidak mudah untuk bertindak seperti itu. Karena aku sekretarisnya, aku harus memikirkan posisi CEO Cha. Aku mengkhawatirkan apa yang akan terjadi besok. Aku menunggu untuk bilang bahwa meski sangat bersyukur atas semua yang kau lakukan, seharusnya kau diam saja dan berpura-pura tidak tahu. Lagi pula tidak ada apa pun di antara kalian.” Ungkap Sek Jang
“Kalau kau serius seperti ini, situasi akan jadi lebih canggung. Itulah alasan kami memutuskan bersikap lebih santai.” Kata Jin Hyuk
"Kami"? Kau bilang "kami"? Apa Maksudmu "kami" itu kau dan CEO Cha?” kata Sek Jang kaget. Jin Hyuk membenarkan.
“Itu kata ganti orang pertama termasuk aku.” Kata Jin Hyuk bangga. Sek Jang merasakan kepalanya sakit lalu meminta agar dibawakan soju.
“Coba juga siput bulannya... Enak sekali.” kata Jin Hyuk ikut memesan. Sek Jan benar-benar merasa kalau semua ini sudah gila. 


Dae Chan memanggil Jin Hyuk kalau taksinya sudah datang. Sek Jang setengah mabuk keluar dan langsung masuk ke dalam taksi. Dae Chan bertanya pada Jin Hyuk apakah ada masalahnya dan Bagaimana mengenalnya.
“Dia seniorku di kantor.” Akui Jin Hyuk.  Dae Chan tak percaya kalau Sek Jang  bekerja di kantor hebat itu menurutnya Kasihan kantornya.
“Dia terlalu banyak minum-minum.” Kata  Dae Chan lalu bergegas masuk ke restoran. 

Jin Hyuk duduk di ayunan mengingat kembali yang dikatakan Sek Jang setelah minum soju.
Flash Back
“Aku satu-satunya teman Soo Hyun yang tersisa. Dia kaya raya, tapi tidak pernah berkesempatan berpacaran. Ibunya memaksanya menikah. Kau terlalu muda untuk berurusan dengan Soo Hyun. Apa Kau pikir mudah melawan Taegyeong? Aktivitas politik ayahnya? Jika bukan karena Taegyeong, dia tidak akan di posisinya sekarang. Baginya mereka hanya belenggu. Orang yang mengundang mantan menantunya ke pesta ulang tahun. Kalau dia tidak datang, sang ketua akan mengamuk. Tapi tetap saja Soo Hyun tidak akan menangis meski terluka.” Ucap Soo Hyun
“Hidup macam apa itu, CEO Cha?” komentar Jin Hyuk merasa sedih mendengarnya. 

Soo Hyun duduk dikamarnya melihat "Papan Buletin Anonim" lalu menyakinkan diri kalau ini bukan masalah besar. Lalu berusaha tidur dan teringat kembali yang dikatakan Soo Hyun sebelumnya.
“Aku serius... Aku harus berusaha menjadi seseorang yang berarti bagimu Itu keputusanku.” Tegas Jin Hyuk saat mereka minum teh.
“Dengan situasi sekarang, akan lebih aneh kalau kita canggung. Mulai besok, kita harus lebih akrab lagi. Aku tidak cukup bodoh untuk mulai bicara santai kepadamu”kata Jin Hyuk ketika ada didalam mobil
Soo Hyun berbaring bisa tertidur  dengan senyuman seperti ada orang yang melindunginya sekarang. 

Soo Hyun berjalan masuk ke kantornya, memasuki lobby banyak orang yang menatapnya dan menyapa sopan. Didepan lift, tak percaya Soo Hyun pergi ke kantor. Soo Hyun tak memperdulikan masuk ke dalam lift.
Sek Kim memberitahu kejadian yang ada di hotel. Woo Suk seperti tak percaya kalau terjadi di lobby, lalu mengucapkan Terima kasih dan meminta agar mencari informasi karyawan itu secara rinciannya.
Jin Hyuk masuk ke dalam kantor, banyak orang yang menatapnya. Ia berusaha agar tak mengubrisnya dengan menarik nafas panjang lalu berjalan masuk. 

Di meja kantornya, Sun Joo hanya bisa terdiam melihat foto pria dengan seorang wanita, seperti detektif menemuikan perselingkuhan suaminya. Tuan Park membahas kalau Sudah bertahun-tahun berkerja tapi baru kali pertamanya terkejut seperti ini.
“Hye In, apa kau bisa mempercayainya?” tanya Tuan Park. Hye In terlihat masih dalam lamunan tak mengerti yang dikatakan Tuan Park.
“Seluruh situasi ini.” Ucap Tuan Park, Saat itu Jin Hyuk datang menyapa semua seniornya.
“Si pria beruntung datang.” Ejek Tuan Park, Jin Hyuk tak mendengarnya. Tuan Park mengaku kalau sedang bicara sendiri.
“Jin Hyuk, apa hubunganmu dengan Presdir kita?” tanya Tuan Park penasaran.
“Kami kebetulan bertemu di suatu tempat, tapi aku baru tahu setelah bekerja bahwa dia Presdir Donghwa.” Akui Jin Hyuk jujur.
“Apa Kau pikir aku percaya? CEO Cha itu seperti artis. Aku tidak tertarik pada gosip, jadi, aku tidak tahu.”ucap Tuan Park
“Han Gil... Lakukan tugasmu sebagai anggota tim ini.” Ucap Sun Joo. Tuan Park menganguk mengerti. 

Di ruangan
Soo Hyun melihat Sek Jang masih pengar setelah minum. Sek Jang mengaku kalau itu berkat temanya. Soo Hyun pikir kenapa tak  makan ramyun saja malah minum sebanyak itu. Sek Jang mengaku sangat mabuk sampai meninggalkan dompetnya di bar.
“Aku tidak pernah seceroboh itu, tapi kemarin...” keluh Sek Jang kesal dengan dirinya.
“Apa Kau tahu ada galeri di Hongjae-dong?” tanya Soo Hyun
“Mendengar "Hongjae-dong" membuatku mual. Aku tidak ingin tahu apa pun tentang itu. Kau dan Kim Jin Hyuk memutuskan menyebut diri "kami", kata ganti orang pertama. Sekarang Aku tidak mau mengetahui apapun lagi.” Tegas Sek Jang. Soo Hyun tak mengerti maksudnya.
“Kudengar kau setuju menjadi temannya.” kata Sek Jang. Soo Hyun kaget kalau Sek Jang menemui Jin Hyuk. Sek Jang kaget Soo Hyun memanggil  "Jin Hyuk" tanda kalau itu panggilan sudah dekat, lalu merasakan perutnya terasa sakit.
“Cepat Pulihkan dirimu.” Kata Soo Hyun. Sek Jang merasa kalau  Perutnya sudah tertutup jelaga jadi lebih baik minum kopi hitam. Soo Hyun mengaku kalau ingin juga kopi hitam.
“Tidak. Buat saja saja sendiri.” Kata Sek Jang kesal lalu bergegas pergi. Soo Hyun hanya bisa tersenyum lalu seperti termenung memikirkan sesuatu.

Dae Chan mengelap sendok sambil bernyanyi, Jin Myung menyuruh Dae Chan, membuka ponselnya dan mendaftar aplikasi kencan apa pun sambil mengeluh kalau pasangannya hanya siput. Dae Chan heran dengan “Aplikasi kencan” Jin Myung menyuruh Dae Chan segera melakukanya.
“Kenapa pakai aplikasi kencan untuk berkenalan dengan wanita?” keluh Dae Chan.
“Percaya saja padaku. Kau tinggal mencari dan akan mentemukan. Ayolah.” Kata Jin Myung penuh semangat.
Dae Chan membuka ponsel membentu huruf L,  Jin Myung mengeluh kalau Polanya persis diri Dae Chan lalu membuatkan account kencan untuk Dae Chan, setelah itu meminta Dae Chan menaruh tangan diwajahnya untuk tidak perlihatkan wajahnya karena akan banyak wanita akan berkerumun mendekatinya.
“Memangnya wajahku kenapa?” keluh Dae Chan. Jin Hyuk mengaku Agak sedikit .... lalu bergegas mengambil foto. 


Sek Jang berbaring di atas meja kerjanya karena Kepalanya terasa pusing. Lalu ada notifikasi d ponsenya “Ada yang baru saja bergabung dengan aplikasinya.” Dengan rasa malas, Sek Jang akan melihatnya.
“Apa kau dapat membuat sakit kepala ini hilang?” ucap Sek Jang lalu melihat nama "Lee Dae Chan" dan kepalanya merasakan sakit kembali.
“Tapi dia terlihat tidak asing... Di mana aku melihatnya? Apa dia karyawan di sini? "Lee Dae Chan,Dalam bisnis restoran waralaba."  Apa Ayam goreng? Pizza? Restoran keluarga?” ucap Sek Jang penuh semangat. 

Di ruangan
Tuan Cha berbicara dengan rekan kerjanya kalau mereka  tidak perlu membahas penggabungan dengan Partai Hwamin lagi. Temanya pikir Semua anggota partai setuju, tapi Taegyeong akan menekan mereka. Tuan Chan pikir mereka tidak bisa memiliki perusahaan yang mendikte urusan politik.
“Mereka harus tahu batasnya. Kita tidak boleh membiarkannya mereka mengendalikan kita. Penggabungan? Itu bisa terjadi jika ada kesamaan tujuan, tapi Partai Hwamin tidak memiliki cita-cita yang sama dengan kita. Kita akan terus berjalan sesuai dengan yang kita inginkan.” Tegas Tuan Cha yakin dengan pilihanya. 

Jin Hyuk berjalan dengan Hye In di lorong kantor. Hye In mengajak Jin Hyuk untuk makan siang di luar karena ada Restoran daging itu enak. Jin Hyuk pikir Tidak perlu karena bisa makan di kantin dan tahu kalau Hye In pasti terkejut. Hye In mengaku Sedikit terkejut.
“Jin Hyuk, unggahan anonim yang dicantumkan di papan buletin...” kata Hye In ingin bicara serius
Tapi saat itu Tuan Park datang melihat Jin Hyuk mengajak untuk makan siang. Jin Hyuk setuju dan ingin tahu apa yang akan dikatakan Hye In tadi. Hye In mengelak dan akan memberitahu nanti setelah makan siang. Tuan Park pun mengajak Jin Hyuk pergi ke kantin. 

Saat masuk kantin, menatap Jin Hyuk berkomentar kalau cukup tampan dan membahas tentang yang ada Di papan buletin. Jin Hyuk tak bisa menahan diri akhirnya meminta maaf pada Tuan Park kalau Perutnya terasa sakit jadi tak ingin makan. Tuan Park mengerti menyuruh Jin Hyuk  Beristirahat akan lebih baik.
Bersambung ke part 2
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan.. hihihi... 
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun ini 

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar