PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 21 Desember 2018

Sinopsis Encounter Episode 8 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN
Soo Hyun dengan tatapan dingin menunggu diruanganya, Tuan Choi akhirnya datang. Soo Hyun menyuruh untuk duduk, Tuan Chai dengan wajah tersenyum berkomenta kalau Soo Hyun dijadwalkan  pergi untuk perjalanan bisnis dan Ini belum pernah  terjadi sebelumnya.
“Berkat kau, aku  mengalami banyak hal.” Ucap Soo Hyun. Tuan Choi berpura-pura bertanya Apa masalahnya
“Apa kau bertanya karena memang tidak tahu? Selagi aku absen, kau menunjuk seorang pegawai  tanpa seizinku dan mengkhianatiku.” Kata Soo Hyun
“Sulit kupercaya CEO Cha  menggunakan ungkapan seperti itu. Astaga, aku sangat terkejut.” Sindir Tuan Choi
“Aku berusaha menyederhanakan ucapanku agar kau cepat memahami maksudku. Aku belum pernah melihat penunjukan pegawai yang begitu tiba-tiba dan  tidak berdasar seperti itu. Jadi, aku tidak bisa mengerti. Apa yang kau lakukan?” ucap Soo Hyun
“Apa Tim Humas yang... “ kata Tuan Choi. Soo Hyun merasa Tuan Choi tak berpikir akan memanggilnya tanpa mencari tahu sama sekali.
 “CEO Cha, mari kita saling jujur.” Kata Tuan Choi. Soo Hyun mengaku kalau itulah yang diinginkan.
“Apa Ibu pikir aku melakukan semua ini sendirian? Aku yakin Ibu sudah tahu Taegyeong mendukungku.” Kata Tuan Choi
“Akhirnya aku mengerti kenapa kau selalu ada di jalur yang salah. Aku berusaha berbincang denganmu mengenai Hotel Donghwa, tapi kau menyebutkan Taegyeong. Pantas saja kau selalu tersesat.” Sindir Soo Hyun 
“Apa Ibu sungguh berpikir Hotel Donghwa adalah perusahaan yang berdiri sendiri?” kata Tuan Choi
“Jadi, maksudmu Hotel Donghwa adalah milik Taegyeong. Apa boleh aku mengartikannya seperti itu?” ucap Soo Hyun. Tuan Choi pikir tidak bisa menyangkalnya.
“Aku kembali setelah membatalkan jadwalku dan memanggilmu ke ruanganku untuk memberi tahu bahwa ini yang terakhir. Jadi Jangan sampai terjadi lagi. Jika kau melanggar batas lagi, kau tidak akan bisa menghadapi apa yang akan terjadi nanti.” tegas Soo Hyun
“Apa ini ancaman? Apa Ibu berpikir Taegyeong akan tetap diam?”komentar Tuan Choi
“Alasanku mencurahkan perasaanku di Sokcho di hadapan semua orang adalah untuk memperlihatkan aku akan melawan Taegyeong mulai sekarang. Jadi, pilihlah. Apa kau mau terus tersesat sebagai boneka Taegyeong Atau kamu akan bekerja sebagai direktur Hotel Donghwa dan belajar cara agar bisa dihargai?” ucap Soo Hyun lalu meminta Tuan Choi agar meminta keluar. 


Jin Hyuk sudah siap berjalan masuk ke ruangan Soo Hyun, Hye In memanggilnya mengatakan kalau ingin mengakui sesuatu. Jin Hyuk binggung bertanya mau mengaku apa.  Hye In mengaku kalau sudah menelepon CEO Cha.
“Kupikir CEO Cha harus tahu. Tidak ada yang akan bisa menghentikanmu dan kamu harus pergi. Jika CEO Cha tahu setelah kembali dari perjalanan bisnisnya, kurasa dia akan lebih sedih.” Jelas Hye In
“Terima kasih atas perhatianmu.” Kata Jin Hyuk. Hye In heran karena Jin Hyuk yang tidak marah.
“Aku akan melakukan hal yang sama jika ada di posisimu, Karena kita teman.” Ucap Jin Hyuk lalu berjalan masuk. Hye In sedikit sedih mendengarnya. 

Sek Jang melihat Jin Hyuk ingin tahu alasanya datang ke ruangan Soo Hyun. Jin Hyuk menjawab kalau datang untuk menemui CEO Cha. Sek Jang bertanya apakah Jin Hyuk mengirimkan pesan darurat dan meminta bantuan CEO Cha.
“Apa itu penting?” kata Jin Hyuk dingin. Sek Jang tak bisa berkata-kata akhirnya memberitahu Soo Hyun kalau Jin Hyuk sudah datang. Soo Hyun pun mempersilahkan masuk. 

Soo Hyun langsung meminta maaf karena membuat Jin Hyuk  terlibat dalam masalah ini dan mengakui kalau terlalu ceroboh. Jin Hyuk pikir kalau Ini bukan salah siapa pun dan mengaku baik-baik saja. Soo Hyun menegaskan kalau tidak baik-baik saja.
“Aku akan mengembalikan segalanya seperti sebelumnya, jadi, jangan khawatir.” Kata Soo Hyun
“Apa Ibu akan membatalkan pemindahanku?” kata Jin Hyuk, Soo Hyun pikir  Sejak awal, ini tidak adil.
“CEO Cha... Jika Ibu mengembalikan segalanya seperti sebelumnya, maka Ibu akan terkesan memihak.” Ucap Jin Hyuk. Soo Hyun pikir masalah ini tapi Jin Hyuk lebih dulu bicara
“Ibu tidak biasanya seperti ini. Saat pertama mendengar mengenai cara Ibu memulai hotel ini dan membangunnya, aku sungguh kagum. Membuat keputusan itu tidaklah seperti sifatmu. Biarkan aku pergi Dan tunggulah saja, bagaimanapun aku akan kembali.” tegas Jin Hyuk menyakinkan.
“Jin Hyuk, kenapa...” ucap Soo Hyun dengan mata berkaca-kaca
“Tapi aku punya satu kekhawatiran. Jaraknya tidak cukup dekat bagiku untuk mengunjungi Ibu jika aku merasa rindu. Itulah kekhawatiran terbesarku.” Akui Jin Hyuk mengoda.
Soo Hyun kesal karena sekarang bukan saatnya untuk bergurau. Jin Hyuk memberitahu kalau akan mulai bekerja di tempat yang baru besok. Keduanya hanya saling menatap tanpa banyak bicara. 



Nyonya Jin menemui anaknya, bertanya apakah butuh sesuatu. Soo Hyun mengaku harus segera pergi. Nyonya Jin bertanya kenapa anaknya datang secara mendadak. Soo Hyun mengaku kalau datang untuk memberi tahu Ibunya dari awal agar tidak terkejut.
“Apa kau membuat masalah lagi?” ucap Nyonya Jin. Soo Hyun pikir Ibunya bisa melihat demikian dari sudut pandang ibunya. Nyonya Jin tak mengerti maksud ucapan anaknya.
“Saat aku lahir, Ibu adalah ibuku dan Ayah adalah ayahku.” Kata Soo Hyun. Nyonya Jin tak ingin anaknya berkata berbelit-belit.
“Aku tidaklah membencinya. Aku hidup begitu sulit sesuai dengan rencana Ibu hingga saat ini. Kupikir melakukan apa yang kuinginkan adalah sebuah kemewahan. Setelah hidup seperti itu, aku kini sudah berada di usia pertengahan 30 tahun.” Ucap Soo Hyun
“Berkat ibulah kau bisa menjadi menantu keluarga Taegyeong.” Kata Nyonya Jin bangga
“Itu pilihanku, jadi, aku tidak menyalahkan Ibu. Namun... Aku tidak akan lagi hidup seperti itu.” Tegas Soo Hyun. Nyonya Jin ingin tahu apa yang akan dilakukan Soo Hyun
“Kurasa Taegyeong akan menuntut kita dengan dokumen perceraian itu.” Kata Soo Hyun
“Apa maksudmu dengan menuntut kita? Kalian berdua akan kembali bersama. Untuk apa dia menuntut kita?” ucap Nyonya Jin kaget.
“Tidak mungkin aku bisa kembali bersama dengannya.” Tegas Soo Hyun. Nyonya Jin mengerti kalau ibu mertua Soo Hyun tidak mudah untuk dihadapi.
“Ibu juga mengalami kesulitan dengan nenekmu. Tapi jika terus hidup bersama mereka...” kata Nyonya Jin yang langsung disela oleh Soo Hyun
“Aku tersenyum saat bercerai. Aku tanpa sadar tersenyum karena bisa bernapas lagi. Aku tidak akan kembali, jadi, Ibu harus berhenti menemui Ketua Kim. Hanya Ibu yang akan terluka.” Tegas Soo Hyun
“Apa Kau pikir bisa menghadapi Ketua Kim?” ucap Nyonya Jin sinis
“Aku akan menemui pengacara untuk mempersiapkan tuntutannya.” Tegas Soo Hyun. Nyonya Jin piki anaknya sudah gila.
“Aku datang bukan untuk mendiskusikannya. Aku datang untuk memberi tahu keputusanku.” Tegas Soo Hyun dan akan segera pamit pergi.
Nyonya Jin menyuruh Soo Hyun duduk, tapi Soo Hyun tetap ingin pergi. Nyonya Jin menduga kalau semua karena pria itu dan itu alasan Soo Hyun bersikap seperti ini. Soo Hyun menatap ibunya.
“Untuk kali pertama, aku memutuskan untuk menjadi pemilik hidupku sendiri. Ini bukan karena siapa pun atau berkat siapa pun.” Kata Soo Hyun
“Apa kau tidak memperdulikan ayahmu? Pemilihan akan dilakukan sebentar lagi. Ada apa denganmu?” kata Jin Hyuk
“Jika tindakanku memengaruhi karier politik Ayah, maka itu bukan politik. Kesuksesan karier Ayah adalah hasil dari jerih payah Ayah sendiri. Itu bukan karena aku atau Ibu. Semua tergantung pada Ayah.” Tegas Soo Hyun lalu berjalan pergi. 




Soo Hyun duduk di dalam mobil lalu menyuruh Tuan Nam pulang setelah menyerahkan mobil kepadanya. Tuan Nam kaget karena masih siang hari, Soo Hyun pikir Tuan Nam bisa serahkan mobil di dekat rumahnya saja.
“Ibu mau ke mana? Aku akan mengantar Ibu.” Ucap Tuan Nam.
“Aku akan berkencan.” Kata Soo Hyun dengan senyuman bahagia.
“Kalau begitu, aku turun di sini saja.” Ucap Tuan Nam seperti mendukung hubungan keduanya. 

Hye In ingin tahu Apa semuanya sudah diselesaikan. Jin Hyuk menjawab sudah,  Hye In pin mengucap syukur lalu memikirkan Jin Hyuk yang pergi ke Sokcho... Jin Hyuk memberitahu kalau akan ke Sokcho. Hye In kaget mendengarnya.
“Itu tidak bagus. Apa CEO Cha memintamu untuk pergi saja?” ucap Hye In kaget.
“Tidak, aku yang bilang akan pergi. Aku harus pergi agar CEO Cha bisa menjaga Hotel Donghwa.” Ucap Jin Hyuk
“Apa kau tidak peduli tentang hidupmu sendiri? Apa kau tidak ingat perjuanganmu di perusahaan ini? Jika orang baru dikirim ke Sokcho...” ucap Jin Hyuk
“Ini yang terbaik bagi kami. CEO Cha bisa menjaga hotel ini dan aku bisa menjaga CEO Cha.” Kata Jin hyuk lalu mengajak mereka  kembali bekerja karena Nyonya Kim pasti menunggu. Hye In tak bisa berkata-kata.
Jin Hyuk melihat pesan masuk dari CEO Cha "Kita harus menggelar pesta perpisahan" wajahnya langsung tersenyum bahagia. 


Tuan Kim melihat Nyonya Joo datang mengeluh istrinya yang keluar rumah padahal udaranya dingin. Nyonya Joo menuangkan minuman untuk suaminya, yaitu teh pohon kismis oriental dan memperingatkan Jangan berikan kepada orang lain lagi.
“Kenapa wajahmu tampak muram? Apa ada masalah?” tanya Tuan Kim.
“Tentu saja aku tidak senang. Aku tidak begitu sedih saat kita mengirim Jin Hyuk wajib militer. Kita begitu gembira saat dia diterima di perusahaan ini, tapi kini dia akan dipindahkan ke area terpencil.” Keluh Nyonya Joo sedih
“Dia bilang memang seperti itulah bekerja di hotel.” Kata Tuan Kim menenangkan.
“Kalau begitu, kenapa Hye In tidak pindah? Ada banyak hotel di area terpencil.” Kata Nyonya Joo kesal
“Dia seorang wanita.” Ucap Tuan Kim. Nyonya Joo pikir  Mereka tidak lagi membedakan pria dan wanita.
“Kurasa Jin Hyuk membuat seseorang kesal.” Dugaan Nyonya Joo, Tuan Kim tak mengerti maksudnya.
“Kau tahu dia tidak akan pernah membuat siapa pun marah.” Tegas Tuan Kim. Nyonya Joo yakin dan itu malah yang membuatnya makin sedih.
“Dia akan pergi besok. Apa Kau sudah membantu dia berkemas?” tanya Tuan Kim
“Aku tidak bisa berkonsentrasi melakukan apa pun.” Ucap Nyonya Joo sedih. Tuan Kim meminta istrinya agar memasak makan malam yang lezat.
“Jangan bekerja terlalu lama.” Ucap Nyonya Joo, Tuan Kim menganguk mengerti dan berjanji akan pulang lebih awal.
Nyonya Joo pun pamit untuk pergi ke pasar. Tuan Kim tiba-tiba memanggil istrinya memuji teh buatanya sangat enak. Nyonya Joo pun dengan bangga memberitahu kalau membuatnya sendiri.


Semua berkumpul seperti tak bisa melepaskan kepergiaan Jin Hyuk. Jin Hyuk berbicara pada Sun Joo karena Meski singkat, banyak sekali yang sudah dipelajari. Sun Joo mengaku agak sedih karena Jin Hyuk sudah bekerja dengan baik.
“Kantor ini akan terasa sepi tanpamu. Kita akan menggelar pesta perpisahan, kan?” goda Tuan Park. Jin Hyuk terlihat binggung.
“Malam ini aku sudah punya rencana lain.” Kata Jin Hyuk. Tuan Park menduga kalau itu Dengan CEO Cha. Jin Hyuk gugup. Tuan Park yakin ucapanya memang benar.
“Kita biarkan saja mereka menikmatinya.” Kata Sun Joo, Tuan Park berjanji akan berkunjung ke Sokcho. Jin Hyuk pun senang mendengarnya.
“Kau dan Bu Cha akan ke mana? Pasti ke tempat yang bagus.” Goda Tuan Park
“Sudahlah, kenapa kau begitu ingin tahu? Apa kau juga cerewet saat berkencan?” keluh Sun Joo.
“Aku ingin berkencan. Aku ingin tahu seperti apa diriku saat berkencan.” Kata Tuan Park
“Jelas kau tipe yang menyebalkan.” Komentar Eun Ji, Tuan Park mengeluh kalau tidak bertanya kepadanya. 


Hye In tak berkata-kata sedari tadi membuat kopi di pantry, Sun Joo masuk pantry. Hye In menawarkan kopi.Sun Joo menolak karena akan membuat sendiri. Hye In terlihat gugup sebelum bicara pada seniornya.
“Aku harus membuat surat permintaan maaf, kan?” ucap Hye In
“Begitulah persahabatan. Aku memutuskan untuk menganggapnya seperti itu.” Kata  Sun Joo merasa itu sikap Hye In adalah refleks seorang teman. 

Jin Hyuk bergegas pulang ke rumah lalu akan pergi kembali. Nyonya Joo baru pulang melihat anaknya yang pulang lebih cepat tapi  akan pergi lagi. Jin Hyuk mengaku harus menyelesaikan sesuatu di kantor. Nyonya Joo bingung karena besok akan pergi  ke Sokcho tapi pekerjaannya masih banyak.
“Aku harus menyelesaikan perencanaan sebuah acara. Apa Ibu membeli bahan masakan?” ucap Jin Hyuk melihat dua kantung bahan makanan.
“Ya. Besok kamu pergi, jadi, ibu rasa kita harus makan enak bersama.” Ucap Nyonya Joo
“Sepertinya aku akan pulang terlambat malam ini.” Kata Jin Hyuk sedih
“Kalau begitu, di akhir pekan saja. Ibu akan membungkus makanan untukmu.” Kata Nyonya Joo. Jin Hyuk setuju dan akan pamit pada ibunya.
Nyonya Joo terlihat sedih melihat anaknya, Jin Hyuk yang akan pergi tiba-tiba kembali dan memeluk ibunya. Nyonya Joo seperti mengerti memelu erat anak kesayangan dan memberikan semangat. 


Jin Hyuk sudah mengemudikan mobil, Soo Hyun yang duduk disampingnya bertanya kemana mereka akan pergi. Jin Hyuk menjawab kalau mereka akan pergi ke tempat yang bisa menikmati semilir angin. Akhirnya mereka pergi ke sebuah tempat banyak ilalang dan terlihat hanya ada mereka berdua.
“Aku tidak tahu tempat ini begitu dekat... Indah sekali.” ucap Soo Hyun
“Aku terkadang datang ke sini untuk memotret. Foto angin.” Akui Jin Hyuk
“Apa Kau bisa memotret angin?” kata Soo Hyun binggung. Jin Hyuk menunjuk alang-alang didepanya.
“Kalau aku memotret alang-alang, maka aku bisa melihat angin.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun mengejek seharusnya Jin Hyuk  menjadi penyair.
“Ini rahasia yang tidak diketahui siapa pun. Aku pernah mendaftarkan puisiku di kompetisi puisi.” Kata Jin Hyuk. Soo Hyun kaget mendengarnya.
“Aku langsung didiskualifikasi. Aku kemudian sadar tidak semua orang bisa membuat puisi.” Cerita Jin Hyuk
“Bagaimana dengan menjadi fotografer?” tanya Soo Hyun, Jin Hyuk menjawab Ini juga rahasia.
“Apa kau mendaftar di kompetisi?” tanya Soo Hyun, Jin Hyuk mengaku langsung didiskualifikasi dari kompetisi itu.
“Aku memutuskan untuk menjadikan keduanya sebagai hobi.” Kata Jin Hyuk
“Sekarang aku tahu dua rahasiamu.” Ucap Soo Hyun bahagia.
“Hubungan kita sekarang sudah sangat istimewa. Ibu sudah tahu dua rahasiaku.” Kata Jin Hyuk yang berjalan sambil bergandengan tangan. 



Soo Hyun menunjuk ke arah atas apakah pernah ke atas sana, Jin Hyuk dengan banga kalau Pemandangannya luar biasa. Keduanya pun menaiki seperti menari dengan jalan tangga yang memutar. Soo Hyun melihat Pemandangannya tampak berbeda dari atas karena merasa segar.
“Anginnya dingin... Ibu bisa terkena flu.” Ucap Jin Hyuk membuka jaket untuk Soo Hyun.
“Tidak perlu, nanti kamu yang terkena flu.” Kata Soo Hyun, tapi Jin Hyuk tetap memakaikan jaket untuk pacarnya.
“Apa Sudah terasa hangat?” tanya Jin Hyuk, Soo Hyun menganguk keduannya tersenyum dan Jin Hyuk memegang lengan Soo Hyun seperti terasa bahagai menatap pemandangan dari atas. 

Keduanya akhirnya turun, Soo Hyun menegaskan agar jangan salahkannya kalau Jin Hyuk terkena flu. Jin Hyuk menegaskan aklau tidak selemah itu. Soo Hyun merasa punya banyak kenangan belakangan ini. Jin Hyuk ingin tahu kenangan apa itu.
“Kenangan indah. Kenangan saat kau sedang bekerja, saat kau tertidur, atau saat kau menggosok gigi, aku tersenyum sendiri saat memikirkan kenangan itu. Setelah bertemu denganmu di Kuba, aku punya banyak kenangan indah.” Cerita Soo Hyun
“Aku juga... Ibu ada dalam kenanganku di taman bermain Hongjae-dong dan juga kenangan saat bermain mesin capit boneka. Ibu juga ada dalam kenanganku saat di Kuba. Kita bisa mengatasi apa pun dengan kenangan indah itu.” Kata Jin Hyuk yakin
“Ya. Mari kita lakukan bersama.” Ucap Soo Hyun. Jin Hyuk mengaku punya rahasia lain.
“Aku mempelajari arti cinta dari buku... Ahh... Benar. Jadi, seperti inilah cinta... Inilah yang terjadi saat aku jatuh cinta... Sekarang bagiku sudah jelas. Berkat CEO Cha, bagiku menjadi begitu jelas apa arti cinta.” Akui Jin Hyuk sambil menatap Soo Hyun.
“Rahasia ketigamu luar biasa.” Kata Soo Hyun, keduanya saling menatap di tengah-tengah ilalang, mata mereka terlihat saling jatuh cinta. 



Keduanya duduk dicafe, Jin Hyuk memberikan kameranya sebagai hadiah. Soo Hyun kaget karena kamera itu penting baginya. Jin Hyuk piki karena itu maka diberikan pada Soo Hyun, dikarenakan ia sudah berhasil mempelajari cinta dari buku. Soo Hyun merasa tak enak hati.
“Potretlah banyak foto bagus saat Ibu memikirkan aku... Akan kuajari cara memakainya.” Kata Jin Hyuk memegang kameranya.
“Ibu harus menekan tombol ini, tapi jika fokusnya tidak pas, hasilnya tidak akan bagus. Atur pencahayaan dengan ini, fokus ke subjek, lalu tekan... cobalah.” Ucap Jin Hyuk penuh semangat memberikan kameranya setelah mengajarkanya.
“Aku akan ke toilet sebentar.” Kata Jin Hyuk keluar dari cafe, setelah itu tiba-tiba sudah ada didepan jendela cafe.
“Karena subjeknya sangat tampan, hasil fotonya akan bagus. Jadi Potretlah.” Kata Jin Hyuk mengoda dari depan jendela  langsung bergaya.
Soo Hyun mengangkat kameranya tapi seperti tak bisa menekan shutternya. Jin Hyuk pikir gayanya terlihat aneh lalu mengetuk jendela bertanya apakah Soo Hyun tidak bisa menekannya. Soo Hyun menyuruh Jin Hyuk agar Jangan bergerak karena hasilnya tidak fokus.
Jin Hyuk mulai bergaya di luar cafe, saat itu Soo Hyun buru-buru menghapus air mata yang mengalir dibalik kamera. Sementara Jin Hyuk tak melihatnya terus bergaya didepan camera. 



Jin Myung keluar dari laundry samil mengeluh karena Seharusnya melakukan ini sebelumnya dan menurutnya kalau tak ada yang mencuci baju pada hari kencan buta. Tapi Dae Chan pikir kalau harus mencuci bajunya. Jin Myung pikir Lebih baik kita beli baju baru saja.
“Lagi pula, bajumu tidak ada yang cocok.” Keluh Jin Myung
“Karena aku tampan, tidak penting baju yang kupakai. Bagaimana jika dia jatuh cinta pada pandangan pertama? Wah... Membosankan.” Kata Dae Chan yakin
“Kenapa kau sangat sombong? Setidaknya cukurlah kumismu.” Ucap Jin Myung kesal
“Jin Myung... Kurasa tempat pertemuan yang dia inginkan terlalu mahal. Bagaimana kalau kami bertemu dan aku tidak suka? Buang-buang uang saja. Aku bisa membeli beberapa mangkuk siput bulan dengan uang itu.”kata Dae Chan.
“Kau memang pelit. Anggap saja investasi.” Tegas Jin Myung, Dae Chan pun bisa mengerti. 

Dae Chan sudah menunggu di dalam sebuah restoran, wajahnya terlihat sangat gugup. Saat itu Sek Jang masuk dengan wajah penuh semangat dan kaget melihat Dae Chan ada didalam restoran lalu mencoba menelp dan kaget melihat Dae Chan yang mengangkat telpnya.
“Kenapa kau yang menjawab?” tanya Sek Jang kaget. Dae Chan pun kaget karena menjawab telp dari Sek Jang.
“Apa Namamu Lee Dae Chan?” ucap Sek Jang akhirnya duduk. Dae Chan pun baru tahu kalau Sek Soo Hyun itu Jang Min Jin?
“Aplikasi kencan buta yang jelek.” Keluh Sek Jang. Dae Chan merasa  Sia-sia berharap banyak.
“Kenapa aku tidak terpikirkan Siput Bulan Chan?” ejek Sek Jang. Dae Chan kesal karena Sek Jang terus menghina bisnisnya.
“Aku mengabdikan hidupku mengelola bisnis itu sejak usia 23 tahun setelah menjalani wajib militer.” Tegas Dae Cha
“Pasti kau memulai bisnismu sejak muda. Apa kau mulai berbisnis saat kuliah?” kata Sek Jang
“Aku tidak pernah berkuliah.” Akui Dae Chan. Sek Jang kaget dan terlihat merendahkan.
“Apa aku butuh gelar sarjana untuk menjual siput bulan?” ucap Dae Chan. Sek Jang ingin tahu alasan Dae Chan tidak berkuliah
“Kau sangat aneh. Apa kau pernah menanyai orang alasan mereka berkuliah? Tidak ada yang menanyakan hal itu, jadi, kenapa menanyai orang alasan mereka tidak berkuliah? Kita semua punya jalan hidup yang berbeda, jadi, kenapa kamu hanya memikirkan satu jalan?” ucap Dae Chan marah
“Baik, tapi kau juga menulis bahwa kamu presdir waralaba restoran. Kenapa berbohong di profilmu?” kata Sek Jang kesal
“Aku tidak bohong, aku sudah memiliki restoran dan berniat membuka cabang lain.” Ucap Dae Chan membela diri
“Seharusnya kau tulis seperti itu. Presdir bukan jabatan sembarangan!” tegas Sek Jang
Dae Cha menawarkan buku menu, Sek Jang menolak menyuruh Dae Chan untuk makan sendiri saja lalu berjalan pergi. Dae Chan hanya bisa menatapnya, saat itu tiba-tiba Sek Jang kembali duduk dan mengambil buku menu lalu mendekati Dae Chan.
“Soal pertemuan kita hari ini... Jangan ceritakan kepada Kim Jin Hyuk.” Bisik Sek Jang lalu berjalan pergi. Dae Chan tak habis pikir dengan sikap Sek Jang karena berpikir akan makan malam bersama. 
Di restoran sandwich
Sek Jang makan sendiria dengan wajah kesal karena terpaksa melewatkan makan malam juga. Lalu teringat kembali saat bertanya pada Dae Chan “Kenapa kau tidak berkuliah?” dengan nada merendahkan.
“Apa aku butuh gelar sarjana untuk menjual siput bulan?” ucap Dae Chan.
“Kau juga menulis bahwa kamu presdir waralaba restoran. Kenapa berbohong di profilmu?” kata Sek Jang
“Aku berniat membuka cabang lain.” Akui Dae Chan. Sek Jang menegaskan kalau Presdir bukan jabatan sembarangan!
“Apa sikapku terlalu kasar? Ahh.... Masa bodoh. Itu ganjarannya karena berbohong.” Kata Sek Jang berpura-pura tak peduli. 




Sementara di restoran, Hye In melihat Dae Chan yang minum terus dan mengunakan seperti helm dikepalanya bertanya apa yang terjadi pada temanya. Dae Chan mengeluh Hari ini sangat melelahkan karena itulah berusaha mencegah kebotakan.
“Ahh... Menyebalkan sekali!” teriak Dae Chan kesal. Jin Myung yang membawakan makanan sampai kaget mendengarnya.
“Dia tampak cukup normal di foto profilnya. Dia terlihat ramah. “ pikir Jin Myung
“Kita tertipu. Semua isi profilnya bohong. Aku sudah memprotes perusahaan aplikasi itu.” Ucap Dae Chan kesal
“Masih banyak wanita baik. Kau hanya terlalu sibuk di sini untuk bertemu wanita baik.” Ucap Hye In menyakinkan.
Jin Myung sibuk melihat barang yang ada diatas kepala Dae Chan, sementara Hye In mengajak Dae Chan adatang ke acara akhir tahun kantornya yaitu Acara pesta topeng.
“Itu sempurna untukmu. Kecuali wajahmu, kamu benar-benar pria idaman.” Ucap Jin Myung. Dae Chan mengeluh kalau Stresnya makin parah.
“Hei... Memang wajahnya kenapa? Menurutku dia menarik.” Kata Hye In tak ingin mengejek.
“Karena kamu bersosialisasi dengan rekan kerjamu, kau menjadi tahu cara memuji orang lain.” Keluh Jin Myung, Hye In mengeluh bukan seperti itu maksudnya.
“Keluarga dan teman boleh ikut. Datang dan bersenang-senanglah di sana.” Ucap Hye In
“Kalau begitu, kita harus ke sana. Penampilanku sempurna untuk pesta seperti itu. Apa temanya?” kata  Jin Myung penuh semangat.
“Pesta kelab.. Pasti seru. Ada undian juga... Hadiahnya banyak, termasuk voucer hotel gratis.” Kata Hye In
“Aku sangat beruntung dalam undian. Aku sudah beruntung sejak kecil.” Kata Dae Chan bangga
“Menyukai barang gratis justru akan membuat rambutmu... Apa yang akan kau kenakan? Kau harus membeli sesuatu kali ini. Bagaimana dengan setelan yang pas?” kata Jin Myung
“Pinjam saja dari Jin Hyuk.” Ucap Hye In. Jin Myung yakin kalau Gaya Dae Chan tidak akan pas.
“Asal tahu saja, aku juga punya setelan. Selain itu, Jin Hyuk dan aku... “ tegas Dae Cha merasa sangat berbeda
“Ingat apa yang terjadi ketika ibuku memberimu celana jeans yang terlalu besar pada Jin Hyuk? Kau tampak seperti kakek-kakek.” Ejek Jin Myung
“Lalu bagaimana denganmu? Wajahmu tidak setampan dia meskipun kau adiknya.” Balas Dae Chan.
“Kau akan terkejut melihat betapa kerennya aku memakai setelan. Lagi pula, aku tidak pernah membandingkan diriku dengannya. Kenapa? Itu tidak pernah berakhir dengan baik untukku.” Akui Jin Myung, Dae Chan memuji Jin Myun bijak, keduanya saling mengejek dan Hye In hanya bisa tersenyum melihat keduanya. 

Jin Hyuk mengemudikan mobil sambil sedikit terbatuk. Soo Hyun memegang dahi Jin Hyuk lalu menyadari kalau pacarnya itu demam. Jin Hyuk dengan senyuman mengaku baik-baik saja. Soo Hyun pun menyalahkan Jin Hyuk yang tak mendengar ucapnya kalau sekarang terkena flu. Jin Hyuk tetap mengaku baik-baik saja dan akhirnya kembali terbatuk. 

Akhirnya Jin Hyuk duduk disofa rumah Soo Hyun, Soo Hyun memberikan obat karena itu akan langsung menyembuhkan flunya dan akan membuatkan teh hangat karena Cairan bagus untuk flu. Akhirnya Jin Hyuk meminum obat dan melihat Soo Hyun mengambil air panas didapur.
“Tidak seenak buatan Bu Lee, tapi ini cukup enak. Harganya cukup mahal.” Kata Soo Hyun menuangkan air panas dicangkir. Tiba-tiba Jin Hyuk mendekat dan memeluk Soo Hyun dari belakang.
“Keserakahanku tidak ada batasnya. Aku ingin minum teh bersamamu. Tapi begitu aku melakukannya, aku ingin menyantap makanan bersamamu. Aku ingin menceritakan kisahku kepadamu. Aku ingin mengungkapkan perasaanku. Aku ingin menggenggam tanganmu yang halus.” Akui Jin Hyuk, Soo Hyun terlihat gugup memegang tangan Jin Hyuk yang ada di pinggangnnya.

“Aku ingin memelukmu.” Kata Jin Hyuk, Soo Hyun pun membalikan badan menatap Jin Hyuk dalam-dalam lalu keduanya berpelukan. Seperti sudah tak ada jarak lagi diantara mereka untuk saling menyayangi.
Bersambung ke part 2

Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan.. hihihi... 
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun ini 

Cek My Wattpad... Stalking 



Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar