PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jeong Ha
dan Hye Jun berjalan di lingkungan dengan wajah bahagia. Hye Jun menawarkan
untuk mendengarkan musik. Jeong Ha menyetujuinya, mereka pun berjalan sambil
mendengarkan musik.
Sementara
Hae Hyo baru saja selesai mandi dan akan memakai toner. Hae Na masuk kamar
kakaknya bertanya apakah kenal Jung Ji-a
dan apa Pernah berpacaran dengannya. Hae Hyo memberitahu Dulu dia berpacaran
dengan Hye-jun.
“Tadi
Jin-u membicarakan Ji-a juga.” Ucap Hae Hyo. Hae Na terlihat gugup mencoba
mengalihkanya.
“Astaga,
selera Hye-jun tinggi.” Komentar Hae Na. Hae Hyo berkomentar kalau Selera Ji-a
yang tinggi.
“Hubungan
Hye-jun dan pacarnya terlihat baik.” Ucap Hae Hyo dan saat itu Nyonya Kim masuk
kamar anaknya.
“Hubungan
siapa yang baik?” tanya Nyonya Kim. Hae Na menjawab Hye-jun dan pacarnya.
“Apa Hye-jun
punya pacar? Siapa?”tanya Nyonya Kim penasaran. Hae Hyo pikir Ibunya tak perlu
tahu.
“Dia tak bekerja,
tapi malah berpacaran. Bagaimana dengan kariernya?” sindir Nyonya Kim
“Dia
dapat peran di Pintu Gerbang.” Ucap Hae Hyo akhirnya ikut duduk. Hae Na memuji Hye-jun
hebat sekali.
“Bagaimana
denganmu? Kau tak punya pacar dan tak bintangi drama.” Ejek Hae Na. Hae Hyo
kesal seperti ingin memukul adiknya.
“Ibu
sedang membuat rencana untuk Hae-hyo. Karena kau sudah baca ini, bacalah
naskah-naskah yang lain juga.” Ucap Nyonya Kim memberikan beberapa naskah. Hae
Hyo melihat Banyak sekali.
“Kau
pikir dia tak ada pekerjaan? Dia bintangi film dan menjadi pemeran utama di web
drama. Hanya saja semua itu tak ada yang sukses besar meski dia terus bekerja. Kita
harus dapatkan kesuksesan itu.” Ucap Nyonya Kim yakin.
“Aku
terlalu beri Ibu kebebasan. Sekarang Ibu terus terang sekali. Biar aku yang
urus.” Kata Hae Hyo
“Mari
kita jangan bertengkar. Ibu ada di pihakmu. Carilah cara menggunakan ibu dengan
baik. Jangan terus diusir. Meski diusir, ibu tak akan menjauh. Jadi,
menyerahlah.” Ucap Nyonya Kim menyakinkan.
“Apa yang
terjadi jika aku marah?” bisik Hae Hyo pada adiknya. Hae Na menjawab Perang.
“Apa Kau akan menyerah?” tanya Nyonya Kim. Hae Hyo menjawab Tidak. Nyonya Kim pun bisa tersenyum
Jeong Ha
dan Hye Jun duduk ditaman sambil mendengarkan musik. Jeong Ha terlihat nyaman
bersadar dibahu Hye Jun, lalu meminta agar mendengarkan yang lain. Hye Jun pun
dengan mudah menyentuh earphonenya.
“Aku
lapar.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun mengaku sama dan bertanya mau makan sesuatu
“Tak boleh.
Sudah malam, nanti gemuk. Kau juga tak boleh. Kau harus jaga tubuhmu.” Ucap
Jeong Ha
“Aku
selalu menjaga tubuhku. Makan pun tak apa-apa.” Kata Hye Jun. Jeong Ha tetap
melarangnya.
“Kubilang
boleh, kenapa kau melarang? Bukankah kau terlalu memaksa?” keluh Hye Jun
“Jadi,
kau tak suka?” tanya Jeong Ha. Hye Jun menjawab suka. Keduanya pun dengan
senyuman bahagia pergi mencari makan.
Di sebuah
kedai donat, Jeong Ha bertanya Mau pesan apa. Hye Jun pikir mereka harus beli
yang Hae-hyo iklankan. Jeong Ha pikir Donat adalah camilan terbaik saat kurang
gula. Hye Jun mengejak Kata Jeong Ha tak
akan makan karena takut gemuk.
“Jangan
menyerangku dengan hal yang sudah lalu.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun mengerti dan
bertanya Mau minum apa
“Kopi. Meski tak akan bisa tidur jika minum sekarang. Aku mau kopi.” Kata Jeong Ha. Hye Jun langsung melarang itu Tak boleh. Tapi Jeong Ha tetap ingin minum itu.
Hye Jun membawakan
dua cangkir susu hangat dan juga donat. Jeong Ha mengeluh Ini tak adil karena dapat susu,
sementara Hye Jun pesan sesuai
keinginannya dan berpoikir pacarnya itu terlalu memaksa. Hye Jun membalasnya
seperti yang dilakukan Jeong Ha.
“Jadi,
kau tak suka?” ucap Hye Jun. Jeong Ha menjawab suka dan akhirna mulai minum dan
makan donat.
“Smoothie
dan donat, keduanya manis. Kopi lebih cocok.” Ucap Jeong Ha. Hye Jun merasa tak
mengerti alasan orang meminum kopi karena itu Pahit.
“Kau
seperti anak kecil.” Ejek Jeong Ha lalu Hye Jun memberikan tissue karena bibir
Jeong Ha yang berlepotan.
“Tanganmu
besar sekali... Besarnya bisa separuh wajahmu.” Ucap Jeong Ha.
“Apa ini
besar?.. Ahhh... Rupanya besar.” Kata Hye Jun seperti baru menyadari saat
menutup wajah Jeong Ha. Jeong Ha mengeluh kalautak bisa lihat.
“Apa Kau
merindukanku?” tanya Hye Jun lalu merasa itu Menggelikan. Jeong Ha mengaku
kalau suka.
“Apa Kau
suka?” tanya Hye Jun heran. Jeong Ha membenarkan. Hye Jun pikir kalau itu
kekanak-kanakan
“Karena
itu, aku suka. Aku mau kekanak-kanakan saat berpacaran. Aku tak mau terlalu
realistis saat berpacaran. Sejak kecil, aku terus hidup menghadapi realitas.”
Ucap Jeong Ha
“Jika itu
maumu, mari lakukan seperti itu.” Kata Hye Jun. Jeong Ha pikir Hye Jun tak
suka.
“Bukan
begitu, tapi kemungkinan tak bisa. Makin kau mencintai seseorang, makin kau
bertanggung jawab.” Jelas Hye Jun.
“Aku
senang karena berpacaran dengan pria baik.” Kata Jeong Ha. Hye Jun pikir Jeong
Ha melatihnya seperti itu agar bisa menjadi lebih baik.
“Apa Kau
sadar?” kata Jeong Ha. Hye Jun menganguk lalu memberitahu akan mengecat rambut dengan
warna hitam.
“Kenapa?”
thanya Jeong Ha. Hye Jun memberitahu kalau peranya dokter. Jeong Ha pikir Hye
Jun belum dapat naskah.
“Aku
sudah tahu karakternya.” Kata Hye Jun. Jeong Ha meminta agar bisa melakukanya.
“Apa kau
Tak lelah? Kau sudah sibuk dengan pekerjaanmu.” Ucap Hye Jun.
“Pacarmu
seorang penata rias. Aku bisa melakukan itu untukmu. Aku sudah naik pangkat
menjadi penata rias resmi. Mereka bilang pengangkatanku sangat cepat.” Kata
Jeong Ha bangga.
“Aku merasa nyaman saat bersamamu. Aku merasakan kestabilan.” Ejek Hye Jun
“Sesuai
dengan arti namaku. An Jeong-ha membuatmu merasa stabil.” Kata Jeong Ha
“Karena
namaku berarti "memaafkan", apa aku harus memaafkan semua orang?”
ucap Hye Jun
“Ini
keuntungan bagiku. Jangan lupa. Apa pun yang aku lakukan, kau harus
memaafkanku.” Tegas Jeong Ha. Hye Jun menganguk mengerti.
Jeong ha
menyuruh Hye Jun agar makan juga, Hye Jun menolak karena sudah kenyang melihatnya
makan. Jeong ha kesal meminta agar segera makan saja.
Nyonya
Han sibuk membersihkan debu pada patung di ruangan. Nyonya Kim datang membawa
secangkir kopi lalu duduk di teras dan berkata “Maaf, bisakah kau ambilkan komputer
tabletku?” Nyonya Han pikir Nyoany Kim Tak perlu sungkan dengan berkata maaf
dan langsung mengambilkanya.
“Aku
dengar Hye-jun terpilih bintangi drama Pintu Gerbang? Dia Main peran apa?”
tanya Nyonya Kim. Nyonya Han kaget dan bingung mendengarnya.
“Kau tak
tahu? Sebentar lagi akan tayang. Sepertinya dialognya hanya sedikit dan tak
terlalu penting makanya dia tak beri tahu.” Ucap Nyonya Kim menyindir. Nyonya
Han pikir seperti itu.
“Kudengar
dia punya pacar.”ucap Nyonya Kim. Nyonya Han kaget untuk kedua kalinya. Nyonya
Kim pikir Nyonya Han tak tahu juga.
“Kau
beruntung sekali. Kau membiarkan anakmu dan mereka hidup dengan baik. Nyaman
sekali. Sementara aku harus melakukan banyak hal.” Ucap Nyonya Kim akhirnya
berdiri
“Akting,
wajib militer, menikah, merawat cucu untuk Hae-hyo. Kuliah, firma hukum,
menikah, persalinan, merawat cucu untuk Hae-na. Kira-kira Kapan berakhir?
Tampaknya aku harus urus mereka sampai berusia 70 tahun.” Ucap Nyonya Kim.
Nyonya Han hanya terdiam
“Kenapa
diam saja? Biasanya kau selalu banyak bicara saat membahas anak.” Ucap Nyonya
Kim
“Hari ini,
aku tak bisa bicara apa-apa.” Ucap Nyonya Han. Nyonya Kim pikir Nyonya Han
terlihat tersinggung, tapi bukan tak bisa berkata-kata.
“Apa Aku
terlihat seperti itu?”tanya Nyonya Han. Nyonya Kim membenarkan.
“Begitu?
Rupanya aku tak bisa menyembunyikan perasaanku.” Kata Nyonya Han lalu beranjak
pergi dengan wajah cemberut.
“Itu… Ada apa dengannya? Aku terlihat jahat jika dia pergi seperti itu.” Ucap Nyonya Kim
Nyonya
Han masuk ke ruang cuci dan tak percaya kalau
tak bisa menyembunyikan perasaannya di depan I-yeong sekali pun. Ia pun
memasukan baju ke dalam mesin cuci lalu berpikir Hye-jun benar-benar melakukan
semuanya sendiri lalu mengeluarkan ponselnya.
“Apa
terjadi sesuatu dengan keluargamu?” tanya Tuan Kim mendengar bunyi ponsel
temanya.
“Ini
membuatku takut.” Kata Tuan Sa lalu membuka ponselnya. Sang istri mengirimkan
pesan pada grup [Hye-jun. Selamat. Ibu dengar kau terpilih bintangi drama.]
“Oh..Benar
begitu?] balas Gyeong Jun. Tuan Sa tak percaya dan merasa itu tak benar.
“Ada apa?”
tanya Tuan Kim. Tuan Sa memberitahu Katanya
Hye-jun terpilih bintangi drama. Tuan Kim pikir itu bagus.
“Apa kau
yakin kali ini?” tanya Tuan Sa. Gyeong Jun membalas Lihat saja saat tayang jadi Tak perlu tanya
begitu.
“Ini hal baik, berbicaralah yang baik.” Tulis Nyonya Han.
“Jangan
lupa bertemu denganku nanti.” tulis Gyeong Jun. Hye Jun sedang berjalan di
lorong melihat Kakaknya bersemangat kembali.
“Kau punya kakak yang baik. Gyeong-jun memang yang terbaik.” Puji sang ayah.
“Hye-jun
sudah membaca, tapi kenapa tak katakan apa pun?” tulis ayahnya. Hye Jun sedang
ada didepan rumah Nyonya Lee.
“Masuklah.
Aku baru selesai siap-siap untuk kedatanganmu. Bagus, 'kan?” ucap Nyonya Lee
yang sudah membuka pintu untuk Hye Jun.
“Lakukan
hal lain dengan baik.” Ejek Hye Jun. Nyonya Lee pikir Hye Jun ingin membuatnya
sedih. Hye Jun bertanya apakah bisa melakukanya.
“Aku
sedih!” kata Nyonya Lee. Nyonya Lee meminta agar Jangan begitu da memuji Nyonya
Lee bekerja dengan baik.
“Astaga.
Perkataan itu… Hei! Aku berdebar karenamu. Hal seperti ini yang seharusnya
diperlihatkan.” Ucap Nyonya Lee bahagia lalu ikut masuk kedalam rumah.
Nyonya
Han sibuk membersihkan kamar Hae Hyo, lalu melihat pesan dari anaknya. Ia tak
percaya padahal tanya kenapa tak katakan apa pun, tapi Hye Jun hanya balas titik-titik. Ia lalu melihat
gambar Hae Hyo dalam kamarnya.
“Hae-hyo
tampan sekali... Meski tak setampan Hye-jun.” ucap Nyonya Han bangga lalu
kembali membersihkan lantai.
“Apa kau
sudah mencari orang yang mahir memasak?” tanya Nyonya Kim. Nyonya Han menganguk
dan mangatakan kalau orang itu bisa.
“Kau
percaya padanya, 'kan?” ucap Nyonya Kim memastikan. Nyonya Han pikir Nyonya Kim
tahu kalau Jin U dan orang itu adalah ibunya Jin U
“Apa ini
perkumpulan orang tua SD atau apa?” gumam Nyonya Kim dan bertanya Kapan dia
bisa datang?
“Aku akan
beri nomornya, silakan hubungi dia.” Kata Nyonya Han. Nyonya Kim menganguk
mengerti.
“Omong-omong…
Hae-hyo yang beri tahu bahwa Hye-jun punya pacar, 'kan? Sejak kapan mereka
berpacaran? Setelah putus dengan mantan pacarnya, dia seperti takkan berpacaran
lagi.” Ucap Nyonya Han
“ Namun,
dia tak bisa berpacaran saat ini.” Kata Nyonya Kim kembali menyindir.
“Dibiarkan
sekali, dia langsung menyerang terus.” Gumam Nyonya Han.
“Zaman
sekarang, konon kau harus berterima kasih jika anakmu bisa berpacaran sesuai
keinginan sendiri.” Balas Nyonya Han
“Ada apa
dengannya? Dia tak mau kalah sepatah kata pun.” Gumam Nyonya Kim sinis
“Kau tahu
banyak hal.”ejek Nyonya Kim. Nyonya Han pun mengucapkan Terima kasih.
“Kenapa
dia menerima ini sebagai pujian?” keluh Nyonya Kim dalam hati. Nyonya Han
langsung menyalakan vacum cleaner.
“Apa Kau
akan terus di sini? Apa tak berisik?” ejek Nyonya Han. Nyonya Kim yang kesal
pun akhirnya keluar dari kamar.
Jeong Ha
naik bus menerima telp dari ayahnya,
Tuan Ah bertanya Ada di mana? Jeong Ha menjawab Di bus dan dalam
perjalanan ke salon. Tuan Ah pikir Jeong Ha pergi lebih awal ke salon dan
meminta agar jangan kaget karena Ayahnya dalam perjalanan ke rumah sakit.
“Aku
Nyaris kaget. Apa Terjadi sesuatu dengan istri Ayah?” tanya Jeong Ha terlihat
senang mendengar suara ayahnya.
“Kemarin
dia melakukan operasi pengencangan wajah. Dia cantik, tapi terus membandingkan dengan
wajahnya saat masih muda. Ayah sedang menjemputnya.” Cerita Nyonya Ah
“Dia
beruntung sekali punya suami seperti Ayah.” Ucap Jeon Ha bangga
“Kau lebih
beruntung karena kau putri ayah. Kapan kau akan menelepon ayah lebih dulu? Ayah
merindukanmu, Jeong-ha.” Kata Tuan Ah. Jeong Ha mengaku ia juga rindu.
“Namun, aku di dalam bus. Tak bisa bicara lama-lama.” Kata Jeong Ha. Tuan Ah mengerti dan berjanji akan segera mengunjunginya.
Jeong Ha
masuk ke dalam salon, beberapa pegawai menatapnya dan saling berbisik sinis. Ia pun mencoba tak peduli dan pergi ke
meja receptionist. Jin Ju sedang duduk
dengan rambut yang sedang di styling.
“Aku riaskan
untuk kencan butamu besok. Aku buat kau terlihat menggemaskan.” Ucap Jin Ju.
“Jika kau
bersedia, aku sangat berterima kasih.” Kata dua pegawai lainya terlihat
bahagia.
“Apa Kau
mau makan salad siang ini? Ada toko salad baru di depan. Jika ada yang mau
salad, beri tahu aku. Aku pesankan sekalian.” Ucap Jin Ju. Jeong Ha tak peduli
hanya membawa mapnya lalu pergi ke ruangan lain.
“Tolong
tanya Su-bin juga.”teriak Jin Ju sengaja menyindir. Pegawai yang lain melihat
Jeong Ha itu Mentalnya kuat sekali.
“Benar. Bagaimana aku bisa mengalahkan dia?” ucap Jin Ju dengan wajah sinis.
Jeong Ha
melihat DAFTAR RESERVASI yang sudah penuh, sambil berkomenta kalau ada Orang
yang merusak suasana hatinya dan Orang yang membuatnya lebih menderita. Jin Ju
datang berkomentar reservasi Jeong Ha penuh hari ini.
“Tampaknya
kau sangat tertarik padaku.” Sindir Jeong Ha. Jin Ju bertanya Kapan Jeong Ha akan berhenti
“Aku tahu
apa pun yang aku lakukan, sulit untuk lepas dari situasi ini.” Ucap Jeong Ha
“Kau
pintar. Kau cepat memahami keadaan.” Sindir Jin Ju. Jeong Ha pun ingin tahu
alasan Jin Ju melakukan ini
“Kau tahu
apa tingkatan tertinggi dari benci? Benci tanpa alasan. Kau tahu apa yang baik
dari ini? Aku menjadi bersemangat. Otakku bekerja keras mencari cara untuk
mengusirmu.” Ucap Jin Ju sinis
“Setelah
dilihat, rupanya kau menyedihkan.” Balas Jeong Ha. Jin Ju tak bia menahan
amarah ingin memukl Jeong Ha tapi Jeong Ha bisa menahan tanganya.
“Sekarang
aku tahu siapa kau sebenarnya. Aku takkan biarkan kau seenaknya.” Ucap Jeong Ha.
Jin Ju hanya menatap sinis. Saat itu ada seseorang yang merekam kejadian
tersebut.
Nyonya
Lee membawakan minuman hangan dan
memebrikan naskah PINTU GERBANG – REN. Hye Jun langsung memasukan kedalam
tasnya. Nyonya Lee heran Hye Jun Tak membacanya. Hye Jun mengaku mau ke
perpustakaan dan mencari materi.
“Departemen
apa?” tanya Hye Jun. Nyonya Han menjawab Kedaruratan medis. Hye Jun bertanya
Apa ada referensi.
“Apa kau Ingat ER ?” ucap Nyonya Lee. Hye Jun bingung. Nyonya Lee sadar kalau
Itu drama
lama.
“Namun,
bukan itu yang penting. Tatapan melodramatismu…” ucap Nyonya Lee penuh
semangat.
“Hentikan.
Kau akan terus berpikiran dangkal seperti itu?” keluh Hye Jun. Nyonya Lee
pikir Berpikiran dangkal bukan hal
buruk. Itu selera.
“Baik.
Aku akan menghormati seleramu.” Kata Hye Jun. Nyonya Lee mengajak Pergi bersama
lalu makan siang.
“Tidak.
Aku mau belajar. Nanti malam harus bertemu kakakku.” Ucap Hye Jun dan bertanya
Nyonya Lee mau ke mana.
“Kau
sudah mulai bintangi drama. Aku harus temui wartawan, memberi salam, dan
melakukan sedikit sentuhan.” Kata Nyonya Lee.
Dua
wartawan sudah menunggu, Tuan Lee datang menyapa keduanya meminta maaf karena
seharusnya menemui lebih awal lalu memberikan kartu namanya. Si wartawan pria
mengaku mengenal direktur A June lainnya dengan baik.
“Senang
berjumpa denganmu. Ini juniorku.” Ucap si pria memberitahu wanita yang ada
disampingnya.
“Ya.
Terima kasih atas artikelnya. Silakan duduk. Kau pasti kesulitan karena Do-ha.”
Ucap Tuan Lee
“Artikelku
itu dapat banyak komentar jahat.” Kata Si wanita. Tuan Lee mengaku mereka juga
dihujat, dibilang tak becus.
“Apa Jessica
dan Do-ha bermain bersama di miniseri Tangkaplah?” tanya si wanita penasaran.
“Setahuku
Jessica sudah pasti, sedangkan Do-ha belum pasti. Aku akan langsung memberitahumu
jika sudah diputuskan.” Kata Tuan Lee
“Senangnya.
Kau dapat berita eksklusif.” Ucap si pria pada juniornya lalu terlihat nama JJAMPPONG, LEE MIN-JAE di
ponselnya lalu meminta izin untuk mengangkatnya.
“Kami
akan bekerja dengan penulis ternama. Aku akan beri tahu itu juga.” Bisik Tuan
Lee. Si wanita pun mengucapkan Terima kasih dengan wajah bahagia.
“Aku
sedang ada janji. Nanti aku hubungi lagi.. Baik.”kata Si pria berbicara pada
Nyonya Lee
“Apa kau
tahu Jjamppong Entertainment?” tanya Si pria. Tuan Lee mengeluh dalam hati
Jjamppong lagi
“Apa ada
agensi seperti itu?” ucap Tuan Lee berpura-pura tak tahu. Ia heran Kenapa
namanya Jjamppong dan menegaskan Industri ini bukan lelucon.
“Meski
begitu, dia baik” ucap wartawan. Tuan Lee mengaku Awalnyahanya berniat memberi salam dan minum
teh dengan mereka.
“Tapi
setelah bertemu langsung, aku sangat menyukai kalian. Apa kalian suka miras? Bagaimana?
Mari mulai bersenang-senang dari siang jika kalian tak keberatan.” Ucap Tuan
Lee mencoba menjilat wartawan.
Hye Jun
pergi ke perpustakan sendiri mencari buku tentang KEDARURATAN MEDIS. Ia pun
mengambil beberapa buku untuk dramanya. Sementara Do Ha berjalan dengan Tuan
Lee ingin tahu Siapa pria berengsek itu,
yaitu Pria yang menyuruhnya bunuh diri.
“Bukan
pria. Seorang karyawan swasta wanita. Dia mau diselesaikan secara kekeluargaan,
tapi aku bilang tak bisa.” Ucap Tuan Lee. Do Ha pikir itu Bagus.
“Tapi Tak
perlu dilakukan jika kau tak mau.” Kata Tuan Lee. Do Ha merasa tak bisa menolak setelah bertemu penulis dan
sutradara.
“Aku akan
menyelesaikan hal sulit. Kau hanya perlu melakukan keinginanmu.” Kata Tuan Lee.
Akhirnya
Do Ha pergi bertemu dengan Sutradara dan penulis, tapi pandanganya ke arah
lain. Sutradara pun berpikir Do-ha ternyata diam sekali. Do Ha mengaku sedikit malu di awal dan mengaku suka
karyanya. Sutradara pun mengucapkan Terima kasih.
“Pengarahannya
halus, tapi kuat.” Puji Do Ha. Si Sutadara pun senang mendapatkan pujian.
“Mari
kita langsung saja. Kau akan ikut serta, 'kan?” ucap si penulis penasaran.
“Kalian
sudah menawariku, tentu aku harus melakukannya.” Ucap Do Ha. Tuan Lee tak
percaya Do Ha bisa menerima dengan cepat. Si penulis langsung mengucapkan
Terima kasih dengan wajah bahagia.
“Selain
Jessica, apa peran lain sudah ditentukan? Siapa pemeran Yeong-min? Dia ada
banyak adegan denganku.” Tanya Do Ha
“Ada dua
kandidat. Lee Yong-ju atau Tae Yeong-jin. Lalu, untuk peran lain ada Won
Hae-hyo dan Lee Ji-seop.” Kata Sutradara
“Hae-hyo!
Aku suka Hae-hyo.” Kata Do Ha dengan penuh semangat. Sementara Tuan Lee gugup
mendengar nama Hae Hyo.
“Apa Kau
dekat dengan Won Hae-hyo?” tanya sutradara. Do Ha mengaku pernah main film
dengannya dan menurutnya Hae Hyo orang yang sangat nyaman.
“Begitu.
Kami belum pernah bertemu. Aku harus bertemu dia.” Kata sutradara. Tuan Lee
terlihat gugup.
BANK
MIRAE CS
Gyeong
Jun melayani custumer meminta agar meberikan kartu identitas untuk menerbitkan
kembali kartu debit. Si wanita kesal mencoba mencari didompetnya dan mengaku
sedang buru-buru jadi meminta agar cepat. Gyeong Jun mengerti.
“Menu penerbitan
kartu debit di mana?” tanya Gyeong Jun pada temanya. Manager melihat Gyeong Jun
“Apa Kau tak
tahu cara penerbitan kartu?” komentar temanya. Gyeong Jun mengaku Ini bukan
pekerjaanku.
“Aku tak
tahu. Aku melakukan ini karena dimintai bantuan.”ucap Gyeong Jun santai.
“Ini
bukan pekerjaanmu, tapi kau lakukan? Tolong cepat.” Kata si custumer marah.
“Coba Lihat
bagian kiri atas di menu utama.” Kata temanya. Gyeong Jun pun bisa menemukanya
dan meminta Nyonya Kim Ju-yun agar bisa mengisi data. Si wanita kesal karena Dilayani orang yang
tak bisa kerja.
“Bukan
tak bisa kerja, tapi bukan tugasku. Aku hanya membantu. Mohon pengertiannya.”
Ucap Gyeong Jun. Manager yang ada dibelakangnya menahan emosinya.
Di dalam
toilet, dua pria membahas yang Gyeong Jun katakan di depan nasabah, yaitu sudah seperti pemeriksa fakta. Pria lain tahu
Gyeong Jung mau pamer bahwa dia lulusan Universitas Nasional Seoul tapi
menurutnya ia tak bisa bekerja.
“Katanya
dia kena tipu uang sewa... Ada-ada saja. Dia berlagak pintar. Konon dia
kehilangan semua uangnya.” Ucap Si pria mengejek dan saat itu Gyeong Jun pun
keluar dari toilet. Keduanya langsung kaget.
“Kenapa
orang selalu membicarakan orang lain di toilet? Dan kenapa orang yang terlibat selalu
mendengarnya?” sindir Gyeong Jun.
“Maafkan
aku. Mari kita minum miras bersama nanti.” kata si pria berdasi mengulurkan
tanganya.
“Tak
bisa. Aku sudah ada janji.” Ucap Gyeong Jun. Si Pria pikir lain kali an
mengajak temanya pergi. teman yang mengunakan jas meminta maaf pada Gyeong Jun
lalu pamit pergi.
“Mereka mudah sekali meminta maaf. Aku ingin memukulnya, tapi tak bisa. Aku perlu pekerjaan ini. Aku harap orang yang menipuku sial tiga keturunan.”ucap Gyeong Jun kesal merapihkan rambutnya.
Gyeong
Jun kembali ke meja kerjanya, Manager menatap sinis kearah meminta agar
mendekat. Gyeong Jun melihat sekeliling memastikan kalau memang untuknya.
Akhirnya ia pun mendekati meja Manager. Manger
memberitahu Gyeong Jun kalau Tugasnya juga termasuk membantu pelanggan saat yang
lain sibuk.
“Kenapa
kau suka mengategorikan?” ucap managar. Gyeong Jun pikir Jika tak
dikategorikan, maka tanggung jawabnya tak jelas.
“Jika
tanggung jawab tak jelas, orang tak bersalah bisa dihukum.” Ucap Gyeong Jun.
“Kau
kelahiran 1992, 'kan? Aku kaget. Kau terlihat tua.”sindir Si manager. Gyeong Ju mengaku Wajahnya tak berubah sejak
SMP.
“Aku
sampai membaca buku karenamu. “Kelahiran 90-an Datang” Aku berusaha untuk
memahamimu. Jika atasan mengatakan sesuatu, dengarkan dan lakukan!” kata
Manager. Gyeong Jun akhirnya mengerti
dan berjanji akan berusaha.
“Kau
harus berusaha. Kau harus berusaha 100 kali lebih keras daripada orang lain.”
Ucap Manager
"Orang
lain"? Apa maksudmu…” kata Gyeong Jun. Manager meminta agar Hentikan
dengan panggilan Gyeong Jun “Tukang Serang.”
“Kembali
ke tempatmu... Hari ini sampai di sini.” Ucap Manager tak ingin berlama-lama.
Manager
dan dua pegawai lainya berjalan di lobby, lalu melonggo melihat pria tampan
yang sedang menunggu. Hye Jun menunggu sang kaka dan langsung melambaikan
tangan saat Gyeong Jun keluar dari bank. Gyeong Jun bertanya adiknya ingin
makan apa.
“Apa yang
enak di sini?” tanya Hye Jun. Gyeong Jun menjawab Ada galbijjim, kerang panggang… Manager melonggo
akhirnya langsung menghampirinya.
“Pak Sa..
Siapa ini?” tanya Manager. Gyeong Jun meminta adiknya memberikan salam pada
atasanya.
“Halo.
Namaku Sa Hye-jun.” ucap Hye Jun. Gyeong Jun membertahu kalau Dia adiknya.
“Apa Dia
sungguh adikmu?”ucap Manager melonggo tak percaya. Gyeong Jun hanya bisa
bergumam “Dunia yang menjijikkan. Memberi peringkat pada orang berdasarkan uang
dan wajah.”
“Permisi.
Apa kau model? Wajahmu terlihat tak asing.” Kata pegawai lainya.
“Dulu
pernah menjadi model. Sekarang aku menjadi aktor.” Kata Hye Jun. Mereka pun
senang karena dugaanya benar.
“Kau
sangat tampan. Kenapa datang ke sini hari ini?” kata Manager mencoba untuk
lebih dekat.
“Gyeong-jun
mengajakku makan malam bersama.” Ucap Hye Jun ramah tapi Gyeong Jun seperti tak
nyaman.
“Astaga.
Aku belum makan malam juga.” Kata Manager. Gyeong Jun pikir managernya Silakan
makan malam lalu pamit pergi dan menarik adiknya.
“Dasar
bajingan berhati dingin.” Ucap Manager kesal melihat tingkah Gyeong Jun.
***
Cek My Wattpad... First Love
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar