PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini
Ji A
berjalan dengan petugas kemanana. Si petugas memastikan akalu Ji A yakin di
Studio Tiga. Ji A yakin perlengkapannya tertinggal di sana, tapi sudah tidak
ada. Mereka pun masuk ke sebuah ruangan. Dan si petugas mencari dengan
senternya.
“Produser
Nam. Inikah yang kau cari?” kata Si petugas . Ji A tiba-tiba melemparkan banyak
koin. Si petugas bingung bertanya Apa itu tapi akhirnya berubah dengan mata dan
wajah yang memerah.
Ji A
kaget melihat perubahan manusia yang menjadi rubah. Si rubah pn langsung memakan koin seperti
sangat kelaparan. Saat itu Yeon datang. Keduanya pun saling adu kekuatan dan
sangat dipastikan Lee Yeon yang menang.
“Kapan
kau dibebaskan dari penjara? Bukankah kau bilang akan meninggalkan dunia itu?”
ucap Yeon mengancam dengan pedanganya
“Aku
tidak bersalah.” Kata si Pria. Yeon mengerti kalau itu artinya ia yang jahat.
“Tolong
biarkan aku hidup.” Kata Si pria memohon. Ji A hanya bisa menatap kebingungan
dan hanya terdiam.
“Beri aku
satu alasan harus melakukan itu.” Ucap Yeon. Si pria kebingungan. Yeon Pikir
memang tak ada jadi lebih baik mati saja.
“Tunggu...
Adikmu yang memberitahuku. Katanya aku bisa makan kenyang di sini.” Ucap Si
pria.
“Lee Rang
si berandal itu?” keluh Yeon kesal. Ji A pun bertanya Apa itu. Yeon menjawab
Bulgasari, Hewan legendarisyang muncul saat dunia kacau
“Bulgasari?
Apa Makhluk yang hidup dari mimpi buruk orang dalam legenda?” tanya Ji A
“Ya.
Mereka suka tempat yang banyak orang seperti stasiun penyiaran. Mereka
menunjukkan wujud asli saat diberi logam.” Ucap Yeon. Si petugas pun kembali
menyerang Yeon dan akhirnya menyandera Ji A.
“Baiklah.
Aku punya pertanyaan untukmu.” Ucap Yeon. Si petugas memperingatkan agar Jangan
mendekat.
“Aku
tidak bicara denganmu... Hei, sandera. Jawab aku. Saat ini, apa yang bisa kau
lakukan selain menggangguku?” ucap Yeon. Ji A mencoba menjawab kalau bisa...
“Kau
tidak bisa melakukan apa pun.” Ucap Yeon dan akhirnya berhasil melumpahkan si
rubah jahat dan menyelamatkan Ji A.
“Kembalilah
ke dunia tempatmu seharusnya. Manusia yang terbiasa dengan kegelapan menjadi
manusia yang bukan manusia atau semacamnya.” Ucap Yeon.
“Hei.
Bangun. Aku tahu kau belum mati.” Kata Yeon menendang rumah lalu berjalan
pergi.
[Pesisir
Laut Kuning, Titik Jangsan]
Para
nelayan siap menarik jaring dan memisahkan ikan dari rumput laut. Salah seorang
pria duduk sambil makan rumput laut mentah karena merasa lapar. Nelayan lain berkomentar
temanya bahkan tidak berbuat banyak tapi
sering sekali lapar?
“Ini
sudah lewat jam makan siang. Aku mabuk laut saat perutku kosong.” Keluh si pria
dengan rambut panjang dan topi.
“Dasar
berandal. Kapan kau akan mulai bekerja dengan baik?” ucap si pria tua.
“Dia
tidak berguna seperti milikmu.” Ejek Pria lainya. Si pria tua pun terlihat
marah diejek.
“Apa itu
tengkorak? Hei, kita mendapatkan mayat!” jerit si pria rambut panjang
ketakutan.
“Diamlah.
Jangan mengatakan itu di laut. Kapten, kami menemukan pengembara.” Ucap nelayan
pada nakodar [Pengembara. Istilah nelayan untuk mayat yang ditemukan di laut
“Perlakukan
dia dengan hormat.” Kata Nakoda. Si pria gondrong ketakutan kalau mereka akan
membawa ini ke daratan jadi meminta agar dikembalikan saja.
“Pengembara
yang ditemukan harus dibawa ke daratan. Jika tidak, hal buruk bisa terjadi.”
Ucap si paman.
“Itu
hanya takhayul.”keluh si pria. Paman pun mengeluh kalau belum dengar soal pria
di pulau terdekat yang usahanya hancur karena melempar pengembara. Mereka pun
memberikan doa lebih dulu.
“Pasti
berat berada di laut.” Ucap Si pria dan melihat Ada gigi depan emas. Lalu
mereka menduga ini Pak Seo.
Jae Hwan
sudah menunggu di restoran. Ji A pun datang bertanya Tengkoraknya milik siapa
dan apakah Sudah diidentifikasi. Jae Hwan mengeluh agar mereka makan dahulu karena Ini makanan pertamanya
hari ini.
“Apa Kau
harus menyelidiki setiap insiden di negara ini?” ucap Jae Hwan. Ji A
memberitahu Kali ini masalah pribadi.
“Tidak
mungkin. Apa Kau masih mencari orang tuamu? Sadarlah, Ji-ah.” Kata Jae Hwan.
“Bagaimana
kalau langsung saja? Kau tidak perlu mengomeliku.” Keluh Ji A. Jae Hwan tahu
kalau Ji A harus bekerja keras.
“Tengkoraknya
sudah diidentifikasi, tapi Penjaga Pesisir mengambil kasus itu” ucap Jae Hwan
“Penyebab
kematiannya?” tanya Ji A. Jae Hwan
menjawab Tidak diketahui.
“Setidaknya
kita tahu siapa korbannya. Siapa?” tanya Ji A.
Akhirnya
kapal pun sampai didarat dan sebuah tengkorang dibawa oleh polisi. Didepan
garis polisi, seorang anak berteriak agar bisa
melihat wajah ayahnya. Tapi polisi menghalangisnya. Empat nelayan hanya
berjalan meninggalkan kapal dan menaiki ambulance.
Anak Tuan
Seo pun menjerit histeris karena tak bisa melihat wajah ayahnya.
Di rumah,
Yeon
membaca buku tapi pikiran melayang saat Rang bertanya “Kau masih menunggu
pacarmu yang sudah mati? Dan memberitahu “Aku mendengar rumor menarik. Haruskah
kuberi tahu atau tidak? Jika kau tidak menemukanku akhir bulan ini, wanitamu
akan mati.”
Akhirnya
ia membuka pintu kulkas dan bertanya pada si rubah yang dikurung disana, apakah
masih berpikir. Si rubah memohon agar jangan membunuhnya. Yeon menegaskan tidak
akan membunuhnya Tapi harus memberitahu keberadaan
Lee Rang.
“Aku
tidak tahu.”ucap Si pria. Yeon mengeluh pria itu sangat kaku dan bagaimana akan
bertahan di abad ke-21
“Bagaimanapun,
aku tetap akan dibunuh.” Ucap si rubah. Yeon pun memastikan apakah Lee Rang
bilang begitu
“Aku bisa
mengalahkannya dengan mudah. Ayo. Telepon dia. Katakan jika berubah pikiran.”
Ucap Yeon akan menutup pintu.
“Tunggu...
Aku akan melakukannya.” Kata Si rubah lalu akhirnya menelp Rang kalau Ada
masalah.
Rang
minum di pinggir pelabuhan dan terdiam saat melihat Yeon yang datang. Yeon
mengejek Rang yang minum miras dan meminta agar nuangkan untuknya. Rang
mengeluh Yeon yang menyuruhnya meneleponn dan merasa dia terdengar agak aneh.
“Kau banyak
berubah. Dahulu kau bahkan enggan menyentuh ikan mentah.” Ucap Yeon mencoba
ikan mentah.
“Berhentilah
berpura-pura santai. Kau menjadi sangat tidak sabaran hingga bergegas kemari
selarut ini. Aku benar, bukan? Dia lahir kembali, bukan? Dia hidup atau mati?”
ucap Rang. Yeon hanya diam saja sambil minum.
“Dia
masih hidup. Jika tidak, kau pasti sudah membawa mayatnya kepadaku. Kau juga
tidak akan melewatkan kesempatan untuk bertaruh.” Kata Yeon.
“Tapi
bagaimana jika hadiah yang berharga tergores?” ucap Rang. Yeon memperingatkan
agar Jangan sentuh dia.
“Bagaimana
jika aku melakukannya? Katakan. Aku mulai bersemangat” ejek Rang
“Ini
tanda kekurangan emosional.Apa Kau tidak tahu? Kau punya kompleks saudara?”balas
Yeon.
“Diam.
Ini semua salahmu.” Kata Rang marah. Yeon heran kenapa Rang bisa semarah itu
“Demi
manusia wanita biasa, kau meninggalkan posisimu, wilayahmu, dan...” kata Rang
marah
“Ya. Aku
meninggalkanmu. Itukah yang ingin kau
dengar?” ucap Yeon. Rang pun menyuruh Yeon agar Enyahlah. Sekarang juga.
“Apa Kau
terluka?” ejek Yeon. Rang langsun mendorong meja dan mencengkram baju Yeon.
“Jangan
bercanda lagi. Gadis itu bersamaku.” Ucap Rang. Yeon mengeluh Rang yang kurang
ajar.
“Jangan
keluar sampai larut. Jangan minum miras terlalu banyak. Perutmu bisa sakit.”
Ucap Yeon santai bisa melepasaknya.
“Dasar
bedebah gila. Kau tahu di mana dia? Haruskah kuberi tahu atau tidak?” ucap Rang. Yeon mengau Tidak perlu memberitahunya.
Di rumah,
Ji A berbicara dengan Jae Hwan agar disini saja karena hanya ada satu kejadian
hari ini di daerah ini jadi bisa pergi sendiri dan hanya akan melihat-lihat.
Jae hwan bertanya apakah Ji A punya semua peralatannya.
“Ya.
Bantulah Nona Kim. Beri tahu aku lokasi pemakamannya.” Ucap Ji A. Jae Hwan
mengerti.
Ji A akan
keluar dari dari rumah lalu melihat foto ibu dan ayahnaya dan mengingat saat
kepala tengkorak yang diberikan padanya, seperti tanda kalau akan bertemu
dengan kepala tengkorak.
“Kau
lihat sekilas info itu? Tengkorak. Aku dan juniorku bermimpi buruk. Ini tidak
mungkin kebetulan.” Ucap Ji A
Yeon
duduk dibagian depan kapan, Ji A datang mengaku tidak menyadarinya sebelumnya,
dan ingin memastikan di kepala Yeon ada koyok mabuk perjalanan. Yeon mencoba
menutupinya
“Kau
mencari siapa? Manusia? Atau rubah?”tanya Ji A.
Yen pikir itu Bukan urusan Ji A. Tapi Ji A tetap meminta agar bisa
mengatakan.
“Karena
pekerjaanku, aku cukup pandai menemukan orang.” Kata Ji A. Yeon merasa Sungguh
tidak perlu.
“Lalu,
kenapa harus pulau ini? Bukankah kau mencari orang tuamu?” kata Yeon.
“Omong-omong,
apa semua makhluk mistis, bulgasari, yang muncul di mimpimu benar?” tanya Ji A
“Sebagian
benar dan sebagian lagi salah. Begitulah dia menipumu.” Kata Yeon. Ji A pikir Setidaknya
sebagian benar.
“Jika itu
alasanmu di sini, kembalilah. Mendengarnya bukanlah ide bagus” ucapYeon. Ji A
pikir tak mungkin karena sudah di sini.
“Kapal yang
sama, pulau yang sama. Seorang gadis dengan wajah yang sama dengannya. Naluriku
terus mengatakan bahwa ada yang salah dengan kombinasi ini. Aku penasaran apa yang
menantikanku di pulau itu.” Gumam Yeon.
Kapal
akhirnya berlabuh, seorang nenek mengeluh suaminya yang hanya beli roti
streusel padahal sudah meminta membelikan roti pasta kacang merah. Ji A pun
berjalan lebih dulu, sementara Yeon sibuk menghilangkan rasa mualnya.
“Aku sudah
menunggumu.” Sapa seorang wanita. Ji A memastikan kalau ia putri Pak Seo
Ki-chang.
Sementara
Yeon akhirnya bisa menghilangkan rasa mualnya lalu berjalan menghampiri Ji A
tapi tak sengaja menabrak para nelayan. Ia langsung meminta maaf tapi Para nelayan
menatap sinis ke arahnya.
“Aku Produser Nam Ji-ah. Kita bicara di telepon.” Ucapj Ji A. Nona Seo melihat Yeon bertanya Apa Pria itu bersamanya. Ji A menjawabnya tapi Yeon membenarkan.
“ Aku bekerja di stasiun penyiaran.” Kata Yeon. Ji A hanya bisa melonggo. Si wanita pun mengajak untuk ke rumahnya.
Mereka
pun diajak masuk dan Nona Seo menawarkan teh jelai. Didepan pintu Ji Ah
mengeluh Yeon yang bilang melarangnya ikut campur. Ji A memberitahu kalau sudah
berubah pikiran. Ji A mengeluh dengan tingakh Yeon yang plin plan.
“Kumuh
sekali. Haruskah aku melepas sepatuku?” ucap Yeon. Ji A kesal dengan tingkah
Yeon. Akhirnya Yeon pun melihat ada banyak foto sementara Ji A sibuk memasang
kamera.
“Tampaknya
ayahmu tinggal sendirian.” Ucap Ji A. Nona Seo membenarkan.
“Aku
tinggal di Incheon, bekerja untuk pabrik semikonduktor. Dan ayahku anggota kru
kapal nelayan.” Ucap Nona Seo.
“Jangan
terlalu gugup. Tenanglah.” Kata Ji A. Yeon yang sibuk sendiri mengambil teh dan
melalui kamera begitu saja. Ji A pun merapihan kembali kameranya.
“Dia
menghilang dalam kecelakaan?” tanya Ji A memulai wawancara. Noa Seo memberitahu
kalau Mereka bilang kapalnya terbalik karena ombak.
“Apa kata
polisi?” tanya Ji A. Nona Seo menjawab Mereka bilang tidak tahu karena jasadnya
membusuk.
“Katanya
baling-baling sekrup kapal kadang bisa menyebabkan kecelakaan saat memotong
tubuh manusia.” ucap Nona Seo mencoba menahan rasa sedihnya.
“Kapan
kali terakhir kau bicara dengan ayahmu?” tanya Ji A. Noan Seo ingat Saat pagi
sebelum kecelakaan, ayahnya menelepon.
“Tapi aku
melewatkan panggilan itu.” Ucap Nona Seo lalu memberikan ponselnya.
Ji A
mendengar suara Tuan Seo “Hei, Kyung-hee. Bagaimana kabarmu? Jika tidak terlalu
sibuk, mampirlah. Ayah mengemas ikan Petrale soledan keong untukmu. Entah
kenapa, ayah sering memimpikan ibumu belakangan ini.”
“Dia
memegang tanganmu dan bergegas ke suatu tempat. Mungkin dia merindukan
putrinya.”
“Apa yang
terjadi pada ibumu?” tanya Ji A. Kyung Hee menjawab Dia meninggal karena kanker.
“Aku
penasaran kenapa dia bermimpi seperti itu.” Ucap Kyung Hee. Yeon ikut berkomentar Dia datang untuk
menjemputnya.
“Jika kau
melihat orang mati di mimpimu yang hidup selama ini, artinya orang itu ingin
menjemputmu. Orang yang seharusnya mati hari itu mungkin kau. ”ucap Yeon
“Hentikan.”
Kata Ji A panik. Yeon merasa tak ada yang salah dengan ucapanya.
“Ayahmu
menyelamatkan nyawamu... Yahh.. Maksudku, itu mungkin saja... Kau tidak punya
Americano, ya?” ucap Yeon mencoba untuk kabur. Ji A hanya bisa menghela nafas.
Di depan
minimarket, dua kakek sedang minum. Sang nakoda meminat agar Jangan minum miras
terlalu banyak. Si paman mengeuh Kenapa orang-orang televisi datang jauh-jauh
dari Seoul ke perdesaan. Paman lan pun yakin Kyung-hee, gadis itu, mengkhianati
mereka.
“Seharusnya
kulempar gadis itu ke laut dan membiarkan ikan memakannya.” Kata si paman
marah, Si nakoda langsun memarahi agar bisa memelankan suaranya.
“Makin memikirkannya,
aku makin bingung. Kenapa tengkorak bedebah itu harus tertangkap jaring kita?”
ucap si paman sambil mengeluh
“Omong-omong,
kita belum melihat Jin-sik sejak menemukan tengkorak itu.” Kata paman lain
heran.
Jin Sik
si pria rambut gondrong terlihat ketakutan dan frustasi di rumah mengaku kalau
tidak melakukannya dan Bukan ia pelakunya tapi Tidak ada pilihan lain.
Sementara Kyung Hee mengajak Ji A dan Yeon keluar dari rumah.
“Jangan
mencari penginampan. Kalian bisa menginap di rumahku.” Ucap Kyung Hee membawa
ke ruangan kosng di rumah.
“Ini
kamar kalian... Sekarang aku harus pergi ke suatu tempat.” Kata Kyung Hee. Yeon berpikir Kyung Hee yang bersikeras jadi
akan tinggal disana.
“ini Kumuh
sesuai dugaanku.” Komentar Yeon saat melihat ruangan penuh dengan peralatan
juga.
“Aku
tidak keberatan. Aku sering menginap di tempat seperti ini saat dinas.” Ucap Ji
A. Yeon mengeluh kalau ia keberatan.
“Maaf,
tapi hanya ada satu kamar dan aku harus bersama wanita itu.” Kata Ji A
“Bagaimana
denganku?” tanya Yeon. Ji A menunjuk kalau
Ada gunung di sana.
“Aku
menonton film dokumenter dan tahu kalian pandai menggali.” Kata Ji A.
“Maaf, tapi
aku salah satu yang modern. Aku tidak bisa tidur tanpa pemanas.” Kata Yeon.
“Kau
tidak boleh masuk.” Kata Ji A mengancam dengan kakinya, Yeon pun mengaku pandai
menggali lalu bisa merobos masuk dari kolong.
Yeon
sibuk mencari es di dalam box dan wajahnya panik lalu membuak pintu memanggil
Pemilik minimarket. Si kakek tua heran bertanya siapa Yeon yang berani membuka
pintu. Yeon menjawab kalau ia adalah pelanggan dan mengeluh karena tidak punya
es krim cokelat mint.
“Ambil
apa saja dan makanlah.” Ucap si paman. Yeon mengeluh alau Pelayanannya itu
buruk sekali.
“Pemis...
Kalian yang menemukan tengkoraknya, bukan?” ucap Ji A menyapa dua nelayan yang
sedang minum.
“Apa Ada
yang melaporkannya ke stasiun penyiarannya?” tanya si kakek sinis. Ji A mengaku
melihatnya di berita dan meminta izin untuk duduk
“Kau
berteman dekat dengan sang mendiang, Pak Seo?” ucap Ji A memastikan.
“Teman apa
maksudmu? Kami semua tinggal di desa yang sama. Kami hanya berpapasan. Kami
hanya tetangga. Tidak lebih, tidak kurang.” Ucap S kakek
“Tapi
kudengar kalian sudah lama memancing bersama.” Ucap Ji A. Si kak merasa tidak
bisa memberitahu secara gratis.
“Aku
ingin mencoba minuman yang dituang seorang wanita. Sudah lama aku tidak mencium
aroma kosmetik.” Goda si kakek.
Dan
keduanya pun tertawa mengejek. Ji A menuangkan soju tapi sengaja menumpahkanya.
Mereka pun kaget dan langsung berdiri.
Ji A langsung meminta padahal sudah berusaha bersikap baik.
“Tampaknya
kau tidak tahu sedang berada di mana!” ucap Si kakek marah dan ingin
memukulnya.
“Jika kau
ingin memukulku, bisa putar tubuhmu sedikit ke arah ini? Kau bisa terlihat di
kamera.” Ucap Ji A. Kakek yang lain kaget dan mengajak temanya pergi saja.
Yeon
datang membawakan es krim lalu memuji Ji A memang barani. Ji A pikir Yeon dan beranjak pergi. Yeon mengikutinya dari
belakang. Ji A mengeluh Yeon yang mengikutinya. Tapi Yeon mengaku tidak
mengikutinya. Ji A menegaksan kalau sedang bekerja.
“Aku juga
melakukan hal serupa.” Ucap Yeon. Ji A pun akhirnya mempersilahkan Yeon
berjalan lebih dulu.
“Aku
ingin mendompleng jika itu memungkinkan.” Kata Yeon menyuruh JiA berjalan lebih
dulu. Ji A pun hanya bisa mendegus kesal.
“Permisi,
Bu... aku ingin menanyakan sesuatu... Izinkan aku menanyakan satu hal.Ini Tidak
akan lama.”ucap Ji A bertemu dengan seorang nenek tapi nenek langsung bergegas
masuk rumahnya.
“Kenapa
ini sulit sekali?” ucap Yeon heran. Ji A menegaksan kalau Tidak mudah membuka
pikiran lansia desa.
“Saat aku
bertanya, mereka langsung menjawab.” Ucap Yeon. Ji A ingin tahu apakah Yeon
punya rahasia
“Aku
mematahkan jari mereka satu per satu sampai mereka menjawabku. Tampaknya ini
tidak terlalu produktif. Lagi pula, kau tidak pandai dalam penyelidikan. Aku
akan pergi.” ucap Yeon.
“Kau mau
ke mana?” tanya Ji A. Yeon
menegaskan Bukan hanya manusia yang
punya mata dan telinga.
Ji A
berjalan ke hutan dengan nafas terengah-engah mengeluh Yeon yang bisa berjalan
secepat itu. Yeon hanya berdiri dalam diam didepan pohon, Ji A bertanya apakah
Yeon mendengar sesuatu. Yeon memberikan kode agar Ji A diam
“Ini
hutan mati. Artinya semua roh di hutan ini sudah pergi.”ucap Yeon. Ji Ah
bingung Kenapa seperti itu
“Karena
mereka dilupakan dan ditinggalkan oleh orang-orang.”kata Yeon, saat itu
terdengar suara. Ia pun bertanya Siapa
itu. Seorang anak kecil memberanikan diri keluar.
“Salam,
Penguasa Hutan.”ucap si anak berlutut pada Yeon. Yeon bingung bertanya apakah
anak itu mengenalnya.
“Aku pernah
melihatmu dari kejauhan.” Ucap Si anak. Yeon tahu kalau anak itu adalah roh
pohon penjaga.
“Apa yang
terjadi di sini?”tanya Yeon. Si anak mengaku tidak tahu. Yeon kaget kalau roh
itu tidak tahu
“Pulau
ini sudah berubah. Roh yang dahulu tinggal di setiap rumah sudah pergi, jadi,
tidak ada yang memberitahuku soal desa ini.” Ucap si roh. Yeon ingin tahu Sejak
kapan?
“Tepat
setelah Perang Korea dihentikan. Makhluk kotor datang ke pulau ini dengan angin
topan, tapi aku tidak bisa melihatnya atau menghentikannya.” Ucap si roh.
“Kau pasti sangat kesepian di sini.” Kata Yeon. Si roh mengaku ingin pergi, tapi
tidak bisa karena terjebak
di pohon.
“Inikah
alasannya?” kata Yeon melihat ada tali yang mengikat pohon. Si roh membenarkan
dan meminta agar bisa membebaskannya.
Di pingir
pantai, Kyung Hee seperti sedang berdoa dengan dukun. Si dukun berteriak “Dia
adalah jiwa! Dia adalah roh! Orang yang sudah mati akan menjadi jiwa dan roh!”
Ji A
akhirnya bisa memotong tali, si roh pun mengucapkan Terima kasih bisa bebask karena Ji A. Ji A
mengaku tidak tahu apa itu, tapi hanay
ikut senang saja dan melihat kalau roh itu harus memakai sepatu karena Kaki
indahnya dipenuhi luka.
“Kau
punya koneksi dengan hutanku.” Ucap si roh. Ji A mengaku Ini kali pertamanya di
sini.
“Pergilah
ke sisi utara pulau. Jawaban pertamamu akan ada di sana.” Ucap Si roh. Yeon pun
meliha si roh menghilang. Yeon memuji Ji A Bagus karena berhasil memotong tali.
“Manusia
mengikat ini dengan harapan besar. Hanya manusia yang bisa melepasnya.” Ucap Yeon
lalu membuang tali. Ji A mengeluarkan ponselnya dan mencari tempat ke sisi
utara.
“Raja
Naga Laut Kuning. Nenek Yonggung.” Teriak dukun. Kyung Hee terus berdoa
“Tolong
kembalikan jasad ayahku agar aku bisa mengadakan pemakaman untuknya.” Kata Kyung
Hee.
“Kasihanilah
gadis muda ini dan kembalikan jasad ayahnya. Kumohon padamu. Kumohon padamu
seperti ini.” Teriak Dukun. Kyung Hee bingung melihat duku seperti bergerak
sendiri dan bertanya ada apa.
“Dia
tidak ada di sini... Mereka bilang dia tidak di laut. Jasadnya berada di depan
kepalanya. Ayahmu!” ucap Dukun. Kyung Hee terlihat bingung.
Ji Ah
melihat kompasnya yang menujuk ke arah "Gua
Jangsansa" dan mengaku belum pernah mendengar tempat ini. Ia depan
terlihat papan [Dilarang masuk. Pintu Masuk ke Gua Jangsansa] Yeon mengeluh
kalau harus membeli makanan.
“Jangan
bergerak... Tunggu. Berdiri di sana.” Ucap Ji A. Yeon bingung dan akhirnya
hanya diam saja.
“Sepertinya
aku pernah melihat ini... Di sini... Di sinilah mereka mengambil foto ini...
Kurasa kau punya koneksi. Foto ini diambil sesaat setelah mereka mengandungku.
Aku di sini bersama mereka di dalam perut ibuku.” Ucap Ji A membawa foto ayah
dan ibunya. Yeon pun sempat melihatnya.
“Kenapa
ibu dan ayahku datang ke pulau ini?” gumam Ji Ah bingung menatap foto keduanya.
“Selimutnya
bau. Pasti belum dicuci.” Keluh Yeon yang sudah berbaring Ji A pun menggeluh
Yeon yang bersikeras datang padahal ada tempat yang lebih baik
“Kau
tidak perlu tahu.” Ucap Yeon membalikan badanya. Ji A memberitahu kalau ia punya
lever yang berlemak dan Penyakitnya kronis.
“Kenapa
aku harus tahu kesehatan levermu?” keluh Yeon. Ji A tahu kalau Yeon itu Gumiho
“Aku
memberitahumu seandainya kau ingin makan lever.” Ucap Ji A. Yeon menegaskan
kalau Makanannya tidak seperti itu.
“Apa Kau
belum pernah dengar klonorsis?” ucap Yeon. Ji A hanya bisa tersenyum
mendengarnya. Yeon langsung teringat saat A Eum tersenyum seperti itu
“Jangan
tertawa dengan wajah itu.” Ucap Yeon kesal.
Ji Ah pun sengajak mendekat dengan nada mengoda “Ada apa dengan wajahku? Kenapa?” Yeon seperti merasa mulai berdebar tapi langsung menutup wajah Ji A dengan selimut karena wajahnya jelek.
Pemilik
mengetahui Yeon yang pergi ke pulau
untuk mencari pengantin yang lahir kembali. Shin Joo membenarkan
menurutanya . Terlepas dari penampilannya,
Yeon itu sangat romantis. Si pemilik
mendengar rubah hanya punya satu pasangan seumur hidup.
“Romantis
sekali.” ucap Si pemilik. Shin Jo mengeluh akau itu dianggap romantis.
“Kau tahu
harga yang harus dia bayar. “ kata Shi Joo. Si pemilik memberitahu “Ada
masa-masa dalam hidup saat kau bertemu seseorang yang kau inginkan.”
“Aku
tidak akan pernah mempertaruhkan hidupku demi cinta. Aku akan melindungi Lee
Yeon.” Ucap Shin Joo kesal. Si pemilik yakin kaau Bisa dibilang itu cinta.
Yeon berdiri menatap Ji A yang tertidur dengan posisi duduk, ia pun meniupkan sesuatu ke mulut Ji A. Seperti tahu kalau itu adalah A Eum yang carinya.
“Apa yang kuharapkan?” gumam Yeon menatap ke arah langit diluar sambil mengingat yang dikatakan Lee Rang
“Gadis
itu terlahir kembali, bukan? Dia masih hidup atau sudah mati?” ucap Rang
“Bisakah
dia terlahir kembali dengan wajah yang sama?” tanya Yeon. Taluipa meminta agar
Jangan mencarinya.
“Jika kau
tidak menemukannya pada akhir bulan, wanitamu akan mati.” Ucap Rang
memperingati.
“Itu akan
mengubah takdirmu lagi.” Kata Taluipa.
Ji A
terbangun dari tidurnya dan tak melihat Yeon. Yeon sibuk menunjukan sekotak
ginseng. Dua nenek tak percaya kalau itu ginseng liar yang berharga dan bertanya-tanya
Berapa harga semua ini. Yeon ingin si nen
memutuskan.
“Bicaralah
dengan wanita ini dahulu.”kata Yeon mengambil kotak ginsengnya. Ji A meminta
agar Jangan lancang kepada mereka.
Usia
mereka 74 tahun. Mereka bayi bagiku.”kata Yeon. Si nenek pun bertanya Ji A
ingin tahu tentang apa.
“Bisakah
kalian memberitahuku alasan semua orang bungkam soal tengkorak?” ucap Ji A. Dua
nenek itu pun kebingungan.
“-Kau
harus memberitahunya.” Kata si nenek pertama ketakutan. Akhirnya si nenek kedua
meminta agar Jangan beri tahu siapa pun bahwa
mendengarnya dari mereka. Ji A pun berjanji.
“Jadi,
masalahnya ini bukan kali pertama itu terjadi... Maksudku, kepala manusia.”
ucap Si nenek.
Jae Hwan
menelp meminta agar jangan terkejut. Ji
Ah kaget kalau Ada kasus lain seperti ini dan ingin tahu Bagaimana dengan
korban. Jae hwan memberitahu Keempatnya wanita yang tidak dikenal. Ji A ingin
tahu Kapan.
“Yang
pertama pada tahun 1954.” Ucap Jae Hwa. Ji A mengingat tahun "1954"
“Apa yang
terjadi di pulau ini?” ucap Ji A lalu melihat pria Jin Si yang membawa sabit.
“Permisi.
Kau ada di kapal bersama ayah Kyung-hee, bukan?” ucap Ji A mengejarnya. Tapi Jin Si ketakutan memilih
kabur ke hutan.
“Kenapa
kau melarikan diri?” keluh Ji A melihat si paman yang kabur. Jin Si ketakutan
meminta agar hantunya pergi darinya.
Sabit pun
mengenai bahu Ji A, saat itu Yeon datang menyelamatkanya dan Ji A yang
ketakutan meminta agar Jangan bunuh dia. Yeon akhirnya melepaskanya dan Jin Si
pun kabur.
Rang
menelp Yu Ri dengan senyuman liciknya memberitahu sesuatu yang diinginkan. Yu Ri seperti ingin
tahu tempatnya. Rang memberitahu kalau Baru saja buka yaitu Rumah berhantu.
Beberapa orang yang tinggal didesa seperti
terkena kutukan langsung meninggal dengan darah yan keluar dari mulut seperti
berusaha mengeluarkan sesuatu.
Yeon
melihat luka dibagian dalam baju Ji A. Ji A langsung menutupinya merasa kalau
Lukanya tidak parah. Yeon langsung memberikan obat. Ji A binung apa itu. Yeon
menjawab Obat tradisional. Ji A lalu mengeluh kalau merasa panas. Yeon mengejek
kalau sikap Ji A itu berlebihan.
“Tanganmu
terlalu panas. Aku tidak tahan.” Ucap Ji
A. Yeon pun mleita bahu Ji A seperti
memerah dan kebingungan.
“Lama
tidak bertemu, Lee Yeon.” Ucap Ji A yang tiba-tiba mencekik leher Yeon. Yeon
pun bertanya siapa wanita tu
“Ini aku,
yang selama ini kau tunggu.” Kata Ji A. Yeon kaget. Ji A pun mengaku ingin
bertanya.
“Kenapa kau
membunuhku?” ucap Ji A. Yeon hanya bisa terdiam.
Bersambung
ke episode 3
Cek My Wattpad... First Love
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Sudah ya
BalasHapus