PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ji A
melongokan kepalanya bertanya pada Yeon Habis dari mana, karena sudah lama
mencarinya. Yeon seperti melihat sosok A Eum didepanya dan langsung menciumnya.
Ji A pun hanya terdiam saat Yeon menciumnya lalu keduanya saling menatap.
“Wanita
yang kau cium barusan. Apakah aku? Atau Cinta pertamamu yang mati?” ucap Ji A.
Yeon hanya bisa terdiam.
“Ternyata
bukan aku.” Kata Ji A bisa melhat dari mata Yeon. Yeon ingin bicara tapi
Ji A lebih dulu bicara.
“Aku...bukan
bayangan masa lalumu. Karena itu, tetapkan hatimu sekarang juga. Entah kau berpegang
teguh pada masa lalu,... atau...” kata Ji A. Yeon ingin tahu pilihan lainya.
“Tataplah
aku dengan jelas. Wajahku tak terlalu memalukan untuk dibawa ke mana-mana.”
Kata Ji A.
[BAB 6:
EMPAT PILAR TAKDIR]
Sae Rom
fokus menatap komputernya, sibuk mengetik pesan untuk Ji A [Apa hubungan
kalian? Apa pekerjaannya? Usianya? Di mana kau sekarang? Kau tak bilang? Siapa
pria itu?] Jae Hwan duduk disampingnya pun hanya terdiam.
“Dia tak
membalas pesanku.” Keluh Sae Rom kesal. Jae Hwan pikir Mungkin dia adalah
sumbernya.
“Tidak mungkin. Tatapan apa yang dimiliki pria itu? Tatapan yang akan mudah meluluhkan hati” ucap Sae Rom mengingat tatapan Yeon saat masuk ke cafe.
“Penulis
Kim, sampaikan ke hatimu agar sadar.” Ejek Jae Hwan. Sae Rom pikir kalau dia
payah. Jae Hwan bingung apa maksudnya.
“Sebagai
seorang pria. Dia buruk dalam hubungan.” Ucap Sae Rom.
Ji A
terlihat gugup dan merasa kalau udara panar. Yeon merasa suka musim panas. Ji A pikir kalau Rubah
tahan panas dengan baik. Yeon memebritahu kalau musim seperti ini saat hutan paling ramai.
“Meski
aku tak bertanya pun,. aku tahu, setiap bunga dan pohon. dapat bagian yang adil
dari sinar matahari, hujan, dan angin. Mereka mengadakan pesta kecil dengan
sesamanya.” Ucap Yeon
“Itu tak
terjadi di kota sekalipun. Sinar matahari yang dinikmati di rumah tergantung
pada lantai tempat mereka tinggal. Manusia ataupun tumbuhan. menerima lebih
banyak sinar matahari yang membuat kita lebih sehat.” Ucap Ji A.
“Kau
cukup jeli dari yang kukira. Tapi Kenapa kau menghindari kontak mata denganku?”
kata Yeon.
“Kapan?”
ucap Ji A tetap tak bisa menatap Yeon. Yeon merasa Sekarang pun, tatapan Ji A
ke sebelah bahunya.
“Itu ikan mas... Menggemaskan sekali.” ucap Ji A mencoba agar bisa mengalihkanya. Yeon pun hanya tersenyum menatap Ji A.
“Mereka
menggemaskan.” Kata Yeon menatap ke arah Ji A. Ji A bing apa yang ditatap Yeon.
“Kau... Kau
yang suruh.” Kata Yeon. Ji A malu meminta agar Jangan menatap dan bersikap Biasa
saja.
“Aku sudah
terlalu banyak ditatap.” Ucap Ji A dan langsung bergegas pergi sambil mengumpat
kalau seharusnya tak bilang itu. Yeon memintaagar JiA menunggunya.
Jae Hwan
pun langsung membahas pada Sae Rom kalau pria itu tampak akrab. Sae Rom
membenarkan. Jae Hwan pun ingin tahu Di
mana mereka melihatnya. Sae Rom dengan santai menjawab Di dalam mimpinya. Jae Hwan hanya bisa menghela nafas.
“Dia kombinasi
yang muncul di mimpiku.” Kata Sae Rom. Jae Hwan menegaskan kalau sedang
membicarakan siaran...
“Tidak...
Tidak mungkin aku melupakan wajah menawan itu.” Kata Sae Rom. Jae Hwan merasa yakin pernah melihat wajah itu.
“Kalian
masih membicarakan pria itu? Meski kalian mengobrol,. setidaknya terlihatlah
seperti bekerja. Ini Membuat malu saja.” Ejek Tuan Kim
“Penulis
Kim bilang, jurnalis sejati selalu menyelidiki sampai jalan buntu.” Kata Jae
Hwan. Sae Rom hanya bisa menghela nafas.
“Omong-omong...Apa
katanya soal pria itu? Dia sudah balas pesanmu?” tanya Tuan Kim
“Belum.
Rasa ingin tahuku bikin gila.” Ungkap Jae Haen. Tuan Kim pikir Kalau harus
jujur, Yeon tampak seperti gigolo.
“Kau
ingin percaya itu? Kau ingin percaya dunia tidaklah tak adil.” Ejek Sae Rom.
Tuan Kim berteriak kesal menyuruhnya
agar Kembali bekerja!
“Kalian Jangan
hanya berpura-pura. Bekerja!” teriak Tuan Kim kesal.
Yeon dan
Ji A berjalan bersama. Ji A ingin tahu
Siapa yang Yeon cari dari tadi. Yeon menjawab Satto. Ji A bingung
siapa Satto. Yeon memberitahu kalau Dia
tahu orang yang mengambil orang tua Ji A. Ji A kaget mendengarnya.
“Siapa
Satto ini?” tanya Ji A. Yeon menjawab Dia berpenambilan manusia, tapi bukan
manusia.
“Dia salah
satu dari empat roh gunung. yang pernah menguasai Korea.” Ucap Yeon. Ji A kaget
mendengarnya Roh gunung
“Tolong
jangan lupa, salah satunya ada di depanmu.” Kata Yeon bangga. Ji A membenarkan
kalau Yeon Mantan roh gunung.
“Kau
dilengserkan, bukan?” ejek Ji A. Yeon menegaskan kalau berhenti atas kemauannya
sendiri.
“Mungkin terdengar seperti membual, tapi tiga lainnya adalah roh kecil. Aku? Aku pemilik Baekdudaegan. Mengerti?” kata Yeon. Ji A menganguk mengerti.
“Kenapa
roh gunung di Desa Adat Korea?” tanya Ji A. Yeon memberitahu Semua makhluk
mistis cenderung berkumpul di tempat ini.
“Ini tempat
persembunyian yang layak. Haruskah kusebut kegilaan retro? Bagus untuk
bernostalgia.” Jelas Yeon
“Apa ada
makhluk lain di antara kita?” tanya Ji A melihat banyak orang yang bermain
musik. Yeon pikir itu Mungkin saja. Ji A tak percaya mendengarnya.
“Kebanyakan
kehilangan aromanya setelah berbaur dengan turis.” Jelas Yeon
“Lalu,
bagaimana mencarinya?” tanya Ji A. Yeon pikir Tak perlu karena mereka cukup
bersenang-senang saja.
“Dengan
begitu, dia akan menemukan kita. Peramal sebelah sana. Ayo pergi” ucap Yeon
mengajak Ji A pergi. Saat itu beberapa pemain seperti arwah melihat kedatangan
keduanya.
Yeon
pergi ke sebuah tempat peramal. Si paman senang akhirnya ada yang datang.Ia
mengaku bisa membaca takdir, fisiognomi,
kompatibilitas, dan kehidupan lampau. Dan bertanya mau lihat yang mana, Ji A
sudah siap duduk dengan Yeon.
“Jika kau
tahu semua itu,. kenapa kau bekerja di sini untuk 20 ribu won per-ramalan?”
ejek Yeon.
“Ini Hanya
untuk kesenangan.”kata Ji A lalu memberikan uang 20ribu won dalam mangkuk.
“Ramalkan
kehidupan lampau.” Kata Ji A. Si peramal mencoba mencaritahu Kehidupan lampau.
“Bagus.
Muda-mudi zaman sekarang cenderung tak terlalu peduli dengan kehidupan lampau”
ucap Si peramal
“Tapi,
kehidupan lampau sangat penting.”ungkap Yeon. Si peramal sibuk mengambil foto
dengan ponselnya meminta agar Yeon tak bergerak.
“Apa Kau
memakai aplikasi?” ucap Yeon heran. Peramal malu mengaku sangat mudah
dikatakan.
“Ada yang
tampak istimewa darimu sejak masuk.” Kata Si peramal. Ji A kaget kalau menunjuk
dirinya.
“Kau...
Jadi... Astaga, kau mantan buruh. Kau mati saat membangun Jembatan
Hangang.”ucap si peramal
“Jika
hanya bicara omong kosong, katakan hal bagus juga.”keluh Yeon. Peramal menyuruh
agar beli jimat. Yeon mengeluh dan mengajak Ji A pergi.
“Kalian
sebaiknya tak bersama. Jika bersama, salah satu dari kalian akan mati.” Ucap si
peramal. Yeon kaget mendengarnya.
“Kalian
berdua sebaiknya tak pernah bertemu sejak awal” kata Si peramal. Yeon tak
peduli dan langsung berjalan pergi.
Di desa
ada sudah banyak orang yang lau lalang seperti ada dizaman kerajaan. Rang sibuk
makan di sebuah tempat lalu bertanya ada penjual Di mana peramal. Si penjual
memberitahu kalau harus berjalan jauh ke sana. Rang mengeluh kalau jaraknya
jauh dan harus berjalan di cuaca panas ini.
“Tak ada
taksi.” Ucap Rang. Si pedang menunjuk ada taksi disana. Rang melihat beberapa orang yang siap
membawa tandu sebagai taksi. Ia pun akhirnya menaiki taksi layaknya pejabat di
masa kerajaan.
Ji A
mengeluh kalau mereka hanya buang-buang uang. Yeon bingung Dia bicara omong
kosong atau tidak dan membuatnya penasaran saja. Ji A menceritakan kalau Kepala
Timnya diramal dengan pacarnya sebelum menikah.
“Lalu,
peramal menanyakan kenapa begitu lama bertemu dengannya. Katanya mereka memang
ditakdirkan. Katanya mereka akan hidup bahagia selamanya, tapi hanya
berlangsung satu tahun.” Kata Ji A
“Mereka
bercerai?” tanya Yeon. Ji A membenarkan dan menbgaku Lagipula tak memercayai hal
semacam itu.
“Kalau
hal semacam itu benar, angka perceraian di negara ini...” kata Ji A dan
tiba-tiba panah mengarah padanya. Yeon dengan siaga bisa menangkapanya.
“Siapa
yang menembak?” ucap Ji A panik Yeon pikir Menurut Ji A siapa yang akan
menggunakan cara klasik untuk mengajaknya berkencan.
Yeon
membaca surat di dalam panas [Temui aku di kantor pemerintah.- Satto] Ji A
kaget kalau "Satto" yang mengirimkanya. Yeon pun mengajak Ji A pergi.
Peramal
sibuk dengan ponselnya seperti sedang bermain games, Rang datang dengan membawa
kopernya. Peramal bertanya Siapa yang datang dan apakah untuk diramalkan
keberuntungan. Rang menjawab Untuk hal lain.
“Apa Kau
butuh jimat?” tanya si peramal. Rang pikir harus jujur tahu siapa peramal itu
yang sebenarnya.
“Apa
Gumiho berkumpul di sini hari ini?” keluh si pria akhirnya memperlihatkan
matanya ternyata hanya bagian putih saja. Rang terlihat bingung.
“Lupakan
jika aku keliru.” Ucap Si peramal. Rang bisa mengendus bau dan tahu kalau Yeon
datang ke sini.
“Langsung
ke intinya. Pelanggan mungkin datang kapan saja.” Kata peramal.
“Kau
punya barang untuk melihat kehidupan lampau, bukan?” ucap Rang. S peramal pun
sibuk mengeluarkan dari tasnya.
“Di mana,
'ya? Astaga. Topi goblin... Mari keluarkan emas. Di mana... Kejutan.” Ucap
Peramal mengeluarkan kacamata.
“Setiap
barang yang hilang dari dunia ini ada di tas ini.” Ucap si peraamal bangga.
“Berikan
itu padaku.” Kata Rang. Si peramal menegaskan kalau iniTidak gratis.
“Ini.
Bagaimana menurutmu?” ucap Rang memperlihatkan uang dalam koper. Si peramal terkesima tapi akhirnya mengumpat
Rang yang bodoh.
“Kalau
bisa dibeli dengan uang, menurutmu, kenapa ini menghilang? Coba Lihat. Hilang
lagi.” Ucap Si Peramal menyembuyikan kacamata dalam bajunya.
Yeon
masuk ke tempat seperti kantor pemerintahan dalam drama, dan berkomentar Tempat
ini tak berubah sama sekali. Ji A binggung. Yeon berteriak meminta agar Satto
Keluar. Seorang keluar dengan pakaian pejabat dan menyapa Yeon yang sudah lama
tak bertemu.
“Wajahmu
semakin pucat.” Komentar Yeon. Satto ingin tahu alasan Yeon datang
“Aku datang
untuk mencari seseorang. Bukit Rubah ada di bawah yurisdiksimu, 'kan?” kata
Yeon
“Kau
melakukan hal semacam itu untuk manusia?” kata Satto. Yeon menatap Ji A mengaku
bahkan bersedia berbuat lebih banyak.
“Adik
rubahku mati. Dan ternyata, pria yang membunuhnya tepat sebelum pernikahannya adalah
mantan roh gunung.” Kata Satto.
“Hidup
sebagai manusia saja sudah cukup sulit. Tapi kau merenggut nyawa dari semua
penderitaan itu...” balas Satto.
“Yang
kulakukan hanyalah memburu mereka yang membawa kekacauan ke dunia ini dan tak
pantas hidup di antara manusia. Kau dan aku punya tujuan berbeda.” Ucap Yeon
“Kalau begitu, tak ada yang bisa aku beritahukan.” Kata Satto. Yeon pikir datang untuk mendapatkan apa yang dinginkan.
Beberapa
prajurit datang dan langsung menutup pintu. Yeon dan Satto saling menatap.
Satto pikir Saat ini, Yeon harus mendahulukan keselamatan.
Di
ruangan peramal, Rang masuk duduk di depan peramal yang sibuk bermain ponsel.
Si peramal memberitahu kalau Rang tak
bisa memberi harga pada barang kepunyaannya. Rang menantang bagaiaman Kalau
diambil paksa darinya.
“Kalau
begitu, kau akan tersedot ke dalam tas ini. Kalau penasaran, cobalah.” Ucap
Peramal memperlihatakan seperti lubang yang tak bisa keluar
“Kau
ingin apa?” kata Rang. Peramal mengajak untuk berbisnis dengan meminta barang
yang paling berharga bagi Rang sebagai imbalan.
Rang
keluar dari rumah peramal dan memikirkan tentang “Barang yang paling berharga
bagiku?” lalu mencoba menelp. Saat itu Yeon akan berkelahi menarik Ji A ke sisi
lain meminta agar bisa menunggu karena cukup lima menit.
“Jangan
sampai terluka.” Ucap Ji A dengan wajah khawatir. Yeon pun akhirnya berkelahi
dengan banyak prajurit.
Salah
satu prajurit akan menyerang Ji A, Yeon pun langsung mengambil tombak dan ingin
melemparnya. Tapi Satto bisa menahan dengan tanganya.
“Aku tak
mengizinkan kematian.” Kata Satto. Yeon menegaskan kaalau tak mengizinkan
bedebah kasar seperti dia. Satto pun menyetujuinya.
“Jangan
membuat malu pertarungan. Silakan pergi ke sana.”ucap Satto. Ji A bingung
“Aku tak
begitu lemah hingga aku butuh sandera.” Kata Satto. Yeon memberitahu Ji A kalau
tak apa-apa menurutnya Satto hidup untuk
terlihat keren jadi santai dan Itu disebut punya kebanggaan. Akhirnya Ji A
duduk disamping Satto melihat Yeon yang berkelahi.
Ji A
gugup melihat Yeon terluka dibagian lehernya, Satto bertanya apakah Ji A
menyukai rubah atau tersihir. Ji Ah
bingung dan bergumam dalam hati “Apa arti Yeon bagiku?”dan menatap terus Yeon
yang sedang berkelahi.
“Aku
menggunakan Yeon. Aku menandatangani kontrak dengannya untuk menemukan
keluargaku. Aku mendorongnya ke dalam bahaya untuk mendapatkan informasi
darimu.” Ucap Ji A
“Aku suka
kejujuranmu.” Komentar Satto. Ji A merasa
tak butuh semua itu sekarang.
“Aku ingin membunuh kau dan mereka, lalu cepat pulang. Dia terluka tiap pergi ke mana pun karena aku” ucap Ji A sedih
“Sepertinya
hidupmu juga tak mudah.” Ucap Satto. Ji A merasa tak peduli.
“Kau
orang yang menarik. Seperti yang kudengar. Namun, kau akan menyesal
mendatangiku.” Kata Satto. Ji A menatap bingung.
Tuan Hyun
baru saja datang membawa topppoki terdengar terikan sang istir. Nenek Yeong
berteriak marah di telp “Berandal macam apa? Berandal macam apa yang bawa ponsel
ke Neraka Kegelapan?” Tuan Hyun ketakutan menaruh toppoki diatas meja dan
bergegas pergi ketakutan.
“Apa
Malaikat maut bisa bilang itu? Diam! Temukan pemiliknya dan siksa dia!” teriak
Nenek Yeon dan langsung menutup telpnya. Ia pun mengeluh kalau Semuanya menjadi
lunak lalu mulai makan toppoki.
“Ini sama
sekali tak pedas.”komentar Nenek Yeon dan berteriak memanggil suaminya. Tapi
Tuan Hyun tak datang. Ia pun kesal dengan suaminya Padahal lagi sibuk tapi
malah pergi.
Semua
prajurit bisa di lawan oleh Yeon, akhirnya Satto melawan Yeon dengan pedang.
Tiba-tiba Satto mengelurkan cermin dan pedang langsung mengarah pada Ji A. Yeon
bisa dengan cepat menahan pedang sebelum menyentuh Ji A.
“Cermin
bulan... Kau mencoba membunuh seseorang dengan salah satu dari empat permatanya
empat roh gunung yang dimaksudkan untuk melindungi semua ciptaan?” ejek Yeon
“Lalu,
apa manik rubahmu melindungi semua ciptaan Atau melindungi satu orang?” kata
Satto
“Bagaimana
kalau kita bertarung dengan tangan kosong?” ucap Yeon. Satto pun setuju dan
akhirnya mereka berkelahi lagi.
“Hatinya
sepertinya hancur jika kau terluka. Apa arti dia bagimu?” ucap Satto menatap
Yeon yang ada didepanya.
“Kau
harus tanyakan itu setelah minum dua botol soju. Semuanya tahu itu.” Ucap Yeon
marah. Keduanya saling memukul layaknya pria.
“Kau
kesal. Kau pasti tulus kepadanya.” Kata Satto. Yeon menyuruh Satto agar menutup
mulutnya.
“Kau
bodoh, Yeon.. Bagaimana bisa kau mencintai manusia lagi?”kata Satto. Yeon
mengeluh lelah dan meminta agar Jangan bicara begitu. Satto mencoba agar bisa
membanting Yeon tapi tak kuat.
Yeon akhirnya bisa membanting Satto dan yakin kalauharus berakhir seperti ini, Satto yang kelelahan merasa Begitulah caranya hidup. Yeon kesal Satto yang tak berubah sama sekali. Ji A buru-buru menghampiri Yeon.
“Coba
lihat.. Sudah kubilang jangan sampai terluka” kata Ji A. Yeon mengaku tak apa
karena hanya tergores.
Yeon
akhirnya menarik Satto untuk bangun dan mengajak minum Es Americano. Satto mengeluh kalau tak
minum Es Americano. Ji A binggung melihat keduanya seperti berteman padahal
sebelumnya berkelahi.
“Biarkan
kuperkenalkan secara resmi. Dia roh gunung seperti yang kukatakan, dan dia
sahabatku. Identitas aslinya adalah beruang bulan.” Ucap Yeon. Satto pun
menatap Ji A.
Di
restoran, Tuan Hyun melihat ponselnya ada nama NENEK tapi tak bisa
diangkat. Nyonya Kim menyuruh agar
menerimanya, Tuan Hyun mengeluh kalau tak bisa hidup seperti ini lagi. Nyonya
Kim mengejek kalau Tuan Hyun itu lagi.
“Aku kaget
dan bangun di tengah malam. Jantungku berdegup kencang saat memikirkan istriku,
dan aku mengompol.” Ungkap Tuan Hyun ketakutan.
“Aku tak
ingin dengar soal inkontinensia orang tua. Wajar jika pasangan terperosok setelah
bersama selama berabad-abad.” Kata Nyonya Kim. Tuan Hyun menebak Ennui
“Itulah
alasan akhir-akhir ini tak turun hujan di Chilseok.” Kata Tuan Hyun. Nyonya Km
pikir agar Tuan Hyun jujur saja.
“Tidak,
aku takut. Kemewahan abadi apa yang ingin kunikmati setelah aku menikah dengan
adik Raja Hades?” kata Tuan Hyun sambil terus menghela nafas.
Di meja
lainya, Yoo Rin heran Kenapa harus makan
ini. Shin Joo memberitahu kalau samgyetang Baik untuknya dan lezat. Yoo Rin pun
ingin tahu alasan Shin Joo membelikan ini. Shin Joo merasa Sepertinya sedikit
salah menilai Yoo Rin.
“Bagaimana
jika kau tak salah menilaiku?” kata Yoo Rin yang merasa jadi rubah yang jahat.
“Berdasarkan
pengalaman, tak ada orang jahat yang mengasihani hewan yang tak berdaya.” Kata
Shin Joo
“Aku
membencimu... Apa Kau tuli? Aku membencimu.” Kata Yoo Ri melihat Shin Joo hanya
tersenyum.
“Padahal
aku bilang membencimu, kenapa kau tersenyum seperti orang bodoh? Aku diajari
bersikap kejam kepada mereka. yang tak bisa mengeluhkan penderitaan bahkan jika
digigit sekali pun.” Kata Shin Joo
“Kau
sangat mirip dengan hewan peliharaan yang kutemui. Mereka yang dianiaya dan
ditelantarkan menggigit meski itu tangan yang memberi mereka makan. Itu karena
mereka tak tahu cara dicintai.” Kata Shin Joo. Yoo Ri kesal meminta Shin Joo
agar menutup mulutnya.
Rang
keluar dari rumah peramal memikirkan Barang yang berharga dan mencoba menelp.
Yeon melihat ponselnya adiknya menelpnya tapi tak mengangkatnya. Rang tak percaya kakaknya tak mau
mengangkatnya. Sementara Yeon sedang duduk dengan Satto dicafe makan macaaron
dan ice americano.
“Dia
bahkan makan macaron.” Ucap Ji A tak percaya melihatnya. Satto memberitahu Mereka
menyajikan kue beras renyah dan yakgwa basah.
“Baiklah.
Bagaimana akhir-akhir ini?” Kau punya keluarga besar untuk dihidupi.” Ucap Yeon
“Upah
minimum sudah dinaikkan dan aku mengambil pinjaman untuk membeli rumah. Kecuali
karakter dari dongeng, yang mengeluh gangguan panik, tak apa-apa.” Ucap Satto
“Pasti kau kesulitan.” Kata Yeon. Satto memberitahu kalau Aharus segera menghadiri pesta ulang tahunnya. Yeon buru-buru mengeluarkan ponselnya.
“Kau
pernah melihat orang-orang ini? Mereka menghilang 21 tahun lalu. Tak apa meski
hal kecil. Jika kau tahu sesuatu...” ucap Ji A memperlihatan foto ayah dan
ibunya.
“Tanggal
3 bulan 3 di kalender lunar?” ucap Satto. Ji A membenarkan kalau Itu tanggal
kejadian kecelakaan mobil.
“Di awal
bulan 1, pria dengan jas biru tua datang menemuiku. Dia menceritakan kecelakaan
yang akan terjadi pada hari itu di Bukit Rubah.” Ucap Satto.
“Jas biru
tua? Apa Maksudmu dia sengaja menyebabkan kecelakaan itu? Lalu?” tanya Ji A
penasaran.
“Aku tak terlibat dalam peristiwa yang bisa merugikan manusia. Aku juga tak meminjamkan salah satu anak buahku padanya.” Kata Satto.
“Siapa
dia?” tanya Ji A. Satto berkomentar Awalnya,mengkira dia hanya berpenampilan
manusia Tapi bukan.
“Lalu,
apa?” tanya Yeon. Satto menjawab Dia adalah manusia. Yeon memastikan ucapan
Satto.
“Itulah
yang kucium.” Kata Satto. Ji A meminta agar menceritakan semua yang kau ingat
tentang dia.
“Wajahnya
begitu samar dalam ingatanku. Aku mungkin tak akan mengenalinya. Penampilannya
sangat sederhana. Tapi dahinya... Meski samar,. dahinya punya tanda Mukhyeong.”
Ucap Satto
[MUKHYEONG
/ STIGMATISASI MANUSIA: SEJENIS HUKUMAN]
“Mukhyeong?
Yang dilakukan pada penjahat? Tulisannya?” tanya Ji A. Satto menjawab "Seo" seperti barat
dan "Gyeong" seperti Seoul.
“Seogyeong.
Mukgyeong menunjukkan bahwa ia lahir sebelum era Dinasti Joseon.” Kata Ji A. Satto menganguk
“Kira-kira,
di mana dia sekarang?” ucap Yeon. Satto pikir Mungkin di tempat yang tak jauh.
Ji tak mengerti Apa maksudnya.
“Karena
orang tua bukanlah sasaran kecelakaan. Putrinya adalah target awal awal.” Kata
Satto.
Bersambung
ke part 2
Cek My Wattpad... First Love
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar