PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 15 Oktober 2020

Sinopsis Tale of the Nine Tailed Episode 3 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 

Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Ji A mengeluh kalau rasanya Panas. Yeon mengejek Ji A itu Dasar cengeng sambil terus memberikan obat. Ji A mengeluh kalau Tangannya panas sekali. Yeon melihat dibagian bahu Ji A yang memerah. Ji A mengaku Panasnya setengah mati.

“Lama tak bertemu, Yeon.” Ucap Ji A tiba-tiba mencekik leher Yeon. Yeon kaget tiba-tiba Ji A menyerangnya. 

Flash Back

12 JAM LALU

Seorang kakek mengeluh sangat haus dan buru-buru masuk ke kamar mandi, tapi saat memutar keran air tak menyala malah menemukan rambut. Ia pun mencari air karena terasa haus, lalu menemukan air dalam toilet dan langsung memasukan wajahnya.

Ia menemukan air tapi melihat sesuatu dan tubuhnya seperti ditarik ke dalam toilet.

[BAB 3: RAHASIA RAJA NAGA] 


Rang berada di tepi sungai, menemukan boneka vudu dengan gambar wajah salah satu kakek. Senyuman liciknya itu terlihat.

Si kakek akhirnya tergeletak di lantai tak bernyawa lagi, Ji A melihatny dengan teliti. Kakek yang menemukanya berkomentar Tak puas berada di laut, tapi malah menenggelamkan dirinya hingga mati. Ji A bingung kakek itu berkata kalau korban tenggelam Di toilet.



“Aku mengeluarkan kepalanya sendiri. Coba Lihat saja perut kembungnya. Itu karena minum air.” Ucap si kakek menunjuk ke arah perut korban

“Kapten, tolong lapor polisi, dan tutup kamar kecil ini.” Ucap Ji A dengan tegas.

“Kau bicara seolah bukan masalah. Inilah yang dia dapatkan setelah menyerah atas hidupnya.” Ucap si kakek. Ji A tak mengerti maksudnya.

“Dia berada di kapal penangkap ikan Eunha yang terbalik.” Ucap Si kakek

“Kalau begitu, dia berada di perahu itu bersama ayah Pyung Hee” ucapp Ji A. Si kakek membenarkan kalau semuanya empat orang lalu menelp polisi. 


Yeon datang berkomentar sepertinya seseorang mengadakan pesta lalu menutup hidungnya. Ji A bingung bertanya kenapa. Yeon menjawab kalau ini Bau busuk. Ji A bingung karena sedari tadi tak menciumnya. Yeon memberitahu Baunya seperti ikan busuk.

“Tubuhnya belum sampai tahap membusuk.” Kata Ji A. Yeon melihat ada gengam di tangan si kakek.

“Rambut? Tapi rambutnya abu. Bau laut... Dan juga... bau sedikit selimut dari rumah itu.” Ucap Yeon

“Rumah itu? Jangan-jangan... Rumah Pyung Hee?” kata Ji A. 


Anak dari Tuan Seo, berdoa di pinggir pantai sambil menaruh foto teman-teman ayahnya. Ia menaruh boneka fudu dengan bertuliskan “KEMATIAN” lalu sengaja menyobek tangan agar mengeluarkan darah.

***

Ji A melihat artikel [ NELAYAN EUNHA YANG HILANG PULANG SETELAH 28 HARI]  Yeon tahu kalau kakek yang ada difoto sudah meninggal,  Ji A memberitahu kalau Empat orang berada di kapal Eunha yang tenggelam.

“Tiga orang pulang dengan selamat... tapi satu orang...” kata Ji A. Yeon tahu kalau Kepalanya saja yang kembali?

Pyung Hee menangis didepan polisi agar bisa melihat ayahnya, walaupun hanya tengkoraknya saja.


“Sepertinya dia bukan yang terakhir.” Ucap Yeon. JiA mengartikan bisa saja memakan korban lagi

“Kalau begitu tak bisa dibiarkan.”kata Ji A mengeluarkan ponsel dari tasnya. Yeon pikir kenapa harus seperti itu.

“Bukahkah kita harus pergi?” kata Ji A. Yeon menolaknya dan bukan pekerjaannya.

“Dan juga, mereka tak cukup enak dipandang. Aku pilih-pilih penampilan!” kata Yeon. Ji A tak peduli langsung menariknya pergi. 


Si orang pria terlihat ketakutan di dalam rumah, lalu menutup gorden  dan bersembunyi di dalam tenda. Ia menjadi orang kedua yang selama dari kapal Eunha. Seseorang tiba-tiba datang memanggil Jin Shik. Jin Shik bingung bertanya siapa yang datang, lalu berpikir suara Tuan Seo.

Akhirnya Jin Shik keluar dari tenda dan langsung kaget karena kepala Tuan Seo tak ada. Ia pun berterika histeris lalu keluar dari rumah. 


Pria ketiga yang selam dari kapal Eunha, pria tua merasa sangat kelaparan dan langsung mencari makan di dalam kulkas. Ia sperti makan darah yang disimpan didalam kulkas. Saat itu Ji A dan Yeon datang ke rumah dengan pintu ditutup.

Ji A melihat asap keluar dari rumah dan langsung mengedornya, Yeon bisa mendobrak pintu dan langsung masuk dalam rumah. Si kakek terlihat  ketakutan menyembunyikan pisau dibalik badanya. Yeon masuk ke dalam rumah. Si pria bertanya siapa Yeon yang berani datang ke rumahnya.

“Kenapa kau? Ini bukan kali pertama bertemu. Rumah ini berantakan. Kudengar kau bersama si pria gila pada hari itu.” Ucap Yeon santai.

“Keluar dari rumahku. Enyahlah.” Kata si pria. Yeon menjawab kalau akan pergi saat ia mau. Si pria langsung mengumpat dan akan menyerang Yeon, tapi Yeon dengan mudah melumpuhkanya. 


“Kau harus belajar cara bersikap. Aku ingin kau menjawab pertanyaanku dengan sopan. Jika tidak, aku akan patahkan jarimu satu per-satu. Apa yang terjadi di kapal?” ucap Yeon

“Hari itu, badai tak terduga datang. Ramalan cuacanya salah.” Kata Si pria.

“Lalu, kenapa hanya kalian bertiga yang selamat?” tanya Yeon. Si pria menjawab Pak Seo tersapu ombak.

“Dan kami tersesat di laut.. Lalu Aku tak ingat lagi... Sungguh! Saat terbangun, aku berada di darat.” Kata si pria.

“Baik. Dimulai dengan kelingkingmu.” Ucap Yeon mengancam. Ji A menahan Yeon. 


“Kau takut, 'kan? Kau menghabiskan 28 hari di sekoci itu tanpa makanan atau air. Bagi orang itu kondisi yang tepat untuk kehilangan akal. Sinar matahari yang kuat menyebabkan kulit terbakar.” Ucap Ji A

“Dengan perut kosong, aku yakin kau pasti mabuk laut. Kau mungkin muak menunggu seseorang menyelamatkanmu, dan marah semakin kau pikirkan. "Kenapa aku? Kenapa?" ucap Ji A

“Tutup mulutmu!” teriak Si Pria. Ji A tahu Hari kelima mungkin yang terburuk sebab tak hujan sama sekali.

“Terlebih dahulu, kau akan mengalami dehidrasi.” Kata Ji A. 


Flash Back

Diatas kapal sekoci, empat pria mencoba berteriak meminta tolong.  Salah satu pria pun sudah tak tahan mengambil air laut. Si pria lain menariknya kalau temanya itu mau mati.

“Bagaimanapun juga kita akan mati.” Kata si pria yang frustasi. Pria yang sedikit muda mengeluh kalau tak ingin mati.

Tuan Seo melihat foto putrinya dan yaki kalau Pyung Hee  pasti mengkhawatirkannya. Mereka pun masih mengeluh sangat haus dan juga lapar. 


“Tapi ini aneh. Kau bilang, kau kelaparan selama 28 hari, tapi berat badanmu tak turun drastis. Kau tak punya Wi-Fi, jadi kau tak bisa memesan makanan pesan antar. Apa yang kau makan?” ucap  Ji A

“Berhenti! Aku... Aku tak melakukannya... Bukan aku. Aku tak melakukannya.” Ucap Si pria histeris.



Flash Back

Tuan Seo mnegeluh kalau tak mau mati di sini. Tiga pria melihat luka di kaki Tuan Seo dan merasa pikiran mereka sudah hilang. Jin Shik mengamil scope, Tuan Seo bingung apa yang akan dilakukan mereka. Semua sudah sangat lapar mendekati Tuan Seo.

“Jangan lakukan ini. Kumohon... Aku tak akan mati! Tidak.”ucap Tuan Seo. Tapi ketiga tak peduli karena hanya melihat Daging.


Si kakek yang terlihat ketakutan berubah menjadi tertawa sendiri seperti sedang kerasukan, sampai akhirnya Ia memegang lehernya seperti tersedak dan jatuh tak sadarkan diri. Ji A kaget mencoba membangukannya tapi melihat ada rambut di tengorokanya.

“Dia mati.” Ucap Ji A merasa ada keanehan. 


Pyung Hee terus berdoa dengan tulang dan juga foto-foto teman ayahnya.  Ia terus menangis memanggil ayahnya. Rang datang menyuruh Pyung Hee agar Berhenti menangis.

“Keinginanmu sudah terkabulkan. Tersisa satu orang lagi.” Ucap Rang. Pyung Hee kaget mendengarnya.

“Tapi, apa balasan yang akan kau beri?” kata Rang yang meminta imbalan. Pyung Hee hanya bisa menatapnya. 


Nenek Yeon berteriak marah di depan komputernya, sambil bertanya siapa yang terus mengotak-atik daftarnya. Tuan Hyun pun menuruni tangga memanggil istrinya bertanya Ada apa. Nenek Yeon memberitahu kalau Terjadi lagi. Di laya terlihat tulisan [PERINGATAN]

“Astaga. Terjadi kesalahan.” Ucap Tuan Hyun. Nenek Yeon tahu  Orang yang tak ada dalam daftar baru saja mati lagi.

“Sayang, jangan terlalu histeris.” Kata Tuan Hyun. Nenek Yeon tak terima dianggap "Histeris"

“Tidak. Maksudku, stres... Aku salah berucap. Ini hanya stres karena pekerjaan.” Ucap Tuan Hyun


“Apa yang kau lakukan selama aku sibuk bekerja? Kau menonton drama, 'kan?”kata Nenek Yeon marah. Tuan Hyun menyangkalnya.

“Aku menyirami Pohon Euiryeong.” Akui Tuan Hyun. Nenek Hyun memastikan kalau menyirami pohon selama tiga jam

“Sayang, ketekunanku bukanlah masalah. Daftarnya berantakan. Aku akan cepat memperbaiki statistik kematian regional. Tunggu sebentar di sini.” Ucap Tuan Hyun lalu bergegas menaruh tempat airnya.

“Aku ingin tahu masalah macam apa yang menunggu di masa mendatang.” Kata Nenek Yeon melihat komputernya. 



Ji A masuk rumah yang gelap gambar raja naga sambil bergumam “Aku sudah melihat banyak lukisan saat mengumpulkan informasi untuk program acaraku. Tapi, ini kali pertama aku melihat lukisan yang bikin merinding seperti ini.”

“Ini Kenapa, 'ya? Ada sesuatu yang hilang dalam lukisan ini.” Ucap Ji A lalu mencari keyword diponselnya “LUKISAN RAJA NAGA”

Tiba-tiba Yeon datang dengan santai memakan snack. Ji A mengeluh kaget dengan kedatangan Yeon dikegelapan.  Yeon pun meminta maaf. Ji A heran Yeon yang masih sempat makan itu sekarang. Yeon pikir tak ada masalah karena ini camilan kesukaannya.


“Dua orang tewas.” Ucap Ji A. Yeon pikir memangnya kenapa dengan wajah santai seolah tak terjadi apapun.

“Kau tak bisa memberiku reaksi yang lebih masuk akal?” keluh Ji A melihat sikap Yeon seperti biasa saja.

“Tahukah kau berapa banyak orang yang mati di Joseon selama 50 tahun peperangan? 3.5 juta... Aku sudah melihat lebih banyak kematian dari semua acara pemakaman di negara ini.” Ucap Yeon

“Aku yakin setidaknya ada satu kematian. yang membuat hatimu sakit di antara 3.5 juta orang itu.” Kata Ji A. Yeon terdiam karena pernah sangat sedih saat melihat orang yang dicintainya meninggal didepan matanya.

“Coba Lihatlah ini.  Lukisan yang sama ada di rumah sebelumnya. Potret Raja Naga, benar, 'kan?’ ucap Ji A 


“Ya, tapi tak mirip dia.” Komenatar Yeon. Ji A bertanya apakah Yeon pernah melihatnya.

“Dulu saat aku masih jadi roh gunung. Kami berada di program kepemimpinan yang sama. Orang-orang terlalu mengaguminya. Dia tak semenawan ini.” Ucap Yeon

“Lukisan ini sedikit berbeda dari yang pernah kulihat sebelumnya. Coba Lihat. Ini lukisan biasa.Apa Kau lihat perbedaan?” ucap Ji A membedakan gambar yang ada di internet dengan yang ditempel didinding.

“Ini seperti "Where's Wally"? Kakinya tak ada.” Ucap Yeon. Ji A pun menyadarinya.

“Naga tanpa kaki. Kau tahu apa ini?” ucap Ji A. Yeon menjelaskan Ini bukan naga. Tapi ular, Imoogi.


Rang melihat sebuah sumur yang ditutup, diikat dengan tali dan juga darah. Dukun menghampiri Rang menyaap dengan membungkuk mengaku  sudah menunggu. Rang tahu dari dukun kalau bilang dia sungguh tidur di sini. Duku membenarkan kalau itu adalah Roh amoralitas.

“Raja yang korup... Lee Ryong...” ucap Dukun, Rang mendengarnya merasa kalau ini sangat mengerikan.

“Menambahkan gelar dari akhirat di depan nama mereka, tak mengubah identitas mereka. Dia mati saat berhadapan dengan Yeon, 'kan? Bersama dengan wanita manusia itu.” Ucap Rang 


“Sebelum memasuki tubuh wanita itu,... ia memercayakan keluarga dukun kami sebagian dari tubuhnya.” Kata Dukun

“Dia tak memercayakan semuanya. Dia kebalikan dariku. Apa Kau sudah bersiap?” ucap Rang

“ Wanita kelahiran tahun domba. Pengorbanan hidup. Dan...”kata Dukun. Rang meminta agar menyerahkan Yeon padanya.

“Pergi ke pemakaman dan pilih bunga mawar malam yang tumbuh di daging dan darah mayat.” Ucap Yeon lalu berjalan pergi.

“Biarkan saya menanyakan sesuatu. Apa Anda tidak bersaudara dengan Lee Yeon?” tanya Dukun memastikan

“Kami bersaudara... Tepatnya saudara tiri.” Ucap Rang sinis. Dukun memberitahu Jika dia bangun, maka Lee Yeon tidak akan selamat. Rang seolah tak peduli.

“Kenapa kau... membantu musuh saudaramu?” ucap Dukun . 


Yeon menarik Ji A keluar, Ji A bingung kenapa Yeon menariknya.  Yeon menyuruh Ji A agar Kemasi barang-barangmu dan pergi secepatnya dan Tinggalkan pulau terkutuk ini. Ji A mengeluh kaget.  Yeon menegaskan kalau Firasatnya buruk.

“Apa maksudmu?” ucap Ji A tak mengerti. Yeon pikir Ji A mungkin mati jika berada di sini.

“Kau bilang tak akan menyelamatkan orang. Kenapa aku jadi pengecualian?” ucap Ji A heran

“Itu bukan urusanmu.” Tegas Yeon. Ji A menegaksan  tak akan pulang karena alasan yang tak diketahui.

“Jadi, carilah orang yang akan kau temui. Aku harus mencari tahu kenapa ibu dan ayahku datang ke sini.” Ucap Ji A. 


“Kenapa aku membantu musuh saudara sedarahku sendiri?  Merupakan hal baik untuk tak sepenuhnya percaya pihakmu.” Ucap Rang

“Bukan itu yang saya maksud.” Kata Dukun. Rang ingin tahu apakah Duku itu  menemui Yeon saat masih jadi roh gunung

“Aku hanya mendengar melalui rumor.”kata Dukun. Rang ingin tahu Rumor apa

“Yang paling tanpa ampun dari empat roh gunung yang menguasai negeri. Tidak ada yang berani mengeksploitasi hutannya, dengan demikian Pegunungan Baekdudaegan selalu subur.” Ucap Dukun 


“Kakakku adalah roh gunung hanyalah namanya saja. Dia tak memiliki rasa altruisme.  Tapi kau tahu, bahkan saat kami berbagi apel, dia selalu memberiku potongan yang lebih besar.” Cerita Rang

“Aku masih ingat betapa manisnya apel itu.” Kata Rang. Dukun pun ingin tahu alasan Rang melakukan ini.

“Dia menggunakan tangan lembut yang digunakan untuk mengiris apel untuk menusuk perutku. Bukankah itu membuat luka secara emosional?” kata Rang memperlihatkan bekas lukanya. Dukun pikir kalau itu alasannya...

“Lagipula aku ini rubah. Aku harus membalas budi. Aku bertekad untuk pergi ke Neraka bersama dengan Yeon.” Kata Rang 


Jae Hwan menelp Ji A memberitahu kalau sudah datang ke perpustakaan seperti yang diperintahkanlalu bertanya Apa yang dicari, apakah Jasad. Ji A memberitahu. Jae Han kaget kalau mencari Jasad yang dicincang, Ji A meminta agar Cari "Pulau Eohwa" dan temukan setiap insiden atau kecelakaan.

“Hubungi aku jika kau menemukan sesuatu.” Ucap Ji A. 


“Apa yang sedang kau cari?” tanya Jae Hwan. Ji A mengaku  terganggu oleh sesuatu yang dikatakan wanita tua di sini.

Ji A teringat dengan ucapan Si nenek “Kau tak boleh beri tahu siapa pun bahwa kau mendengarnya dari kami. Ini bukan kali pertama. Kepala manusia...”

***

Yeon menelp neneknya bertanya apakah pernah mendengar soal bedebah itu sebelumnya. Nenek bertanya Bedebah apa, Yeon menjawab Imoogi. Nenek Yeon pikir kalau Yeon mengakhiri hidupnya dengan tangannya sendiri. Yeon membenarkan.

“Tapi kenapa?” tanya Nenek Yeon. Yeon mengaku Bukan apa-apa tapi hanya khawatir.

“Jika kebetulan A Eum reinkarnasi ke dunia ini, aku tak bisa membiarkan benda itu hidup berdampingan dengannya.” Ucap Yeon

“Kau sangat pengabdi. Bagaimana aku tak tahu jika itu...” kata Nenek Yeon dan Yeon langsung menutup telpnya. Nenek Yeon pun mengumpat Dasar berandal tak sopan.

Ji A sampai ke rumah, melihat Pyung Hee sudah pulang lalu bertanya Buku apa yang sedang dibaca. Pyung Hee memperlihatkan bukunya, Ji A kaget dan tahu kalau didepanya itu bukan Pyung Hee, Rang akhirnya memperlihatkan wujudnya dengan tawa mengejek.

“Bagaimana kau...” ucap Ji A kaget. Rang mengaku Ini tempat terbaik untuk membaca.

“Omong-omong, kau sendirian.” Ejek Rang. Ji A memberitau kalau Yeon  ada di sekitar sini.

“Tidak ada. Aku bisa mencium baunya lebih baik dari siapa pun.” Ucap Rang. Ji A melihat tangan Rang. 

“Kaulah orang yang membunuh para nelayan.” Ucap Ji A. Rang mengeluh Ji A tak boleh seenaknya menuduh.

“Apa Kau punya bukti?” ucap Rang. Ji A menunjuk buku yang dipegang Rang.

“Ini? Aku suka buku klasik. "Moby Dick" adalah novel berdasarkan peristiwa nyata. Kapal penangkap ikan paus yang tenggelam pada abad ke-19. Apa yang terjadi padanya? Makan dan dimakan. Seperti ayah Pyung Hee.” Ucap Rang. 


Yeon datang ke toko es krim dan langsung membuka pintu, si kakek kaget melihat Yeon datang lalu melihat gambar raja nada yang ada Immogi. Si kakek bingung apa yang akan dilakukan Yeon. Yeon tiba-tiba mengeluarkan pisau dan langsung meleparnya dan tepat ada disamping wajah si kakek.

“Biar aku saja yang bertanya.” Ucap Yeon. Tapi kakek membalas kalau ia bertanya, apa yang kau lakukan?

“Aku bilang biar aku saja yang bertanya. Jika kau tak menjawab, kau tak akan pernah menjaring ikan lagi.Jadi Lukisan apa ini?”ucap Yeon bertanya. 


“Tapi tahukah kau, jika aku pembunuhnya, aku butuh motif. Apa, 'ya? Keadilan?” ucap Rang

“Tadinya aku tak yakin, tapi sepertinya aku tahu sekarang. Kematian para nelayan itu seperti pertunjukan kembang api.” Ucap Ji A. Rang mengingatkan Pertunjukan kembang api.

“Kau menarik perhatian dengan insiden kotor untuk mengalihkan perhatian. Itulah motifmu.” Kata Ji A. Rang pikir kenapa harus dirinya.

“Mungkin untuk menyembunyikan alasan sebenarnya kau berada di pulau ini.” Kata Ji A.



“Wahh Hebat. Kau cukup pintar untuk seorang wanita manusia. Karena jawabanmu benar,.maka aku harus memberimu hadiah. Kau mencari orang tuamu, 'kan?” kata Rang mengambil cepat foto orang tua Ji A.

“Berikan itu.” Ucap Ji A. Rang pikir kenapa harus mengembalikanya dan  tahu kalau J A melihat mereka dalam mimpinya.

“Bagaimana kau tahu?” ucap Ji A mengingat saat ibunya memberikan rambut dan juga tengkorak. 


“Katakan saja. Siapa tahu? Aku mungkin punya jawabannya.” Ucap Rang

“Apa Kau sungguh bisa menemukan mereka?” tanya Ji A memastikan. Rang membeanarkan

“Haruskah aku memberimu harapan itu?” ucap Rang menantang. 

Yeon ingin tahu , bertanya lukisan apa ini. Si kakek memberitahu kalau Raja Naga yang menenangkan badai dan mengirimkan ikan ke nelayan dan Ada ritual besar untuknya juga. Yeon pikir si kakek itu Pembohong. Si kakek memberitahu memancing tak seperti bertani.

“Itu tak ada dalam kendali manusia.” kata Kakek. Yeon pikir akan persingkat saja.

“Aku bilang yang sebenarnya!” ucap Si kakek ketakutan. Yeon ingin tahu Di mana mendapat lukisan ini

“Salah satu wanita desa membelinya dari daratan untuk setiap rumah. Tanyalah siapa saja!” kata Si kakek memastikan.

“Lupakan semua yang baru saja kau lihat.” Kata Yeon memperlihatkan mata rubahnya. 


Saat itu posisi Yeon berpindah didepan pintu bertanya pada kakek harga snack. Si kakek kaget melihat Yeon yang datang lalu menjawab 1.000 won. Yeon pun membayarnya. Si kakek mengeluh Berapa orang yang datang dari tim produksi

“Lelaki menawan datang dan menanyakan arah. ke rumah Pyung Hee.’ Ucap Si kakek. Yeon kaget mendengar Lelaki menawan


“Aku cukup mendengar satu kata... "Ya." Kata Rang berbisik. Ji A terdiam karena harus menemukan orang tuanya.

“Aku menolak.” Balas Ji A. Rang kaget Ji A yang tak mau melakukanya. J A tahu kalau Rubah tak suka berhutang

“Dengan kata lain, kau selalu menerima bantuan.” Ucap Ji A. Rang merasa  J A Tidak fleksibel sekali.

“Apa Aku tidak fleksibel di usia segini? Biarkan aku memberimu nasihat karena itulah yang kau rasakan. Jangan berjudi dengan tragedi orang lain hanya untuk main-main.” Ucap Ji A 


“Ada kata untuk orang sepertimu. Kami memanggilnya, 'Keparat gila'.’ Tegas Ji A  yang beran melawan Rang

“Kau tak tahu betapa aku benci ucapan vulgar. Jika Panggil aku itu lagi dan aku akan membunuhmu.” Ucap Rang mengancam.

“Kenapa harus aku? Kenapa kau main-main dengan...” ucap Ji A dan Rang langsung memotongnya dan pergi karena sudah selesai bicara dengannya.

“Sebagai gantinya, aku beri kau nasihat. Jangan terlalu percaya pada Lee Yeon.’ Ucap Rang. Ji A tak mengerti maksud ucapanya.

“Jika dia mendapat keinginannya, kau akan memohon belas kasihan.” Ucap Rang. 


Yeon datang dengan terburu-buru mencari sosok Rang. Ji A memberitahu kalau Rang sudah pergi. Yeon pun memastikan Ji Ah ternyata masih utuh dan ingin apa yang dia katakan. Ji A memberitahu kalau Rang  bilang dia bisa mencarikan orang tuanya. Yeon pun ingin tahu kelanjutanya.

“Bahkan saat memesan pizza, aku tak pernah setengah-setengah. Aku selalu memilih satu.” Ucap Ji A. Yeon tak mengerti maksudnya.



“Aku menolaknya karena kau rubah yang kupertaruhkan.” Kata Ji Ah. Rang pun memuji Ji A pintar.

“Apa Itu saja?” tanya Yeon. Ji A mengingat pesan Rang “Jangan terlalu percaya pada Lee Yeon.” Lalu memberitahu kalau hanya itu saja.

“Aku lapar.” Ucap Yeon pergi ke kamar. Ji A bertanya  Bagaimana kalau ikuti nasihat Yeon untuk meninggalkan pulau. Yeon bingung.

“Adikmu.. Dia sedang menyiapkan semacam acara.” Kata Ji A. Yeon mengaku Dan itulah yang ditunggu.




Shin Joo melihat Yoo Ri dari kejauhan sedang berbicara dengan banyak pria. Nyonya Bok melihat Shin Joo berkomentar alau Yoo Ri pasti  Tak asing, Shin Joo yakin Dia bukan dari sini. Nyonya Bok ingin tahu memangnya kenapa.

“Dia mungkin dari luar negeri. Itu menjelaskan penampilannya yang anggun. Berapa banyak perhiasan yang dia pakai? Siapa yang pesan meja?”ucap Shin Joo

“Ki Yu Ri. Dia direktur Moze Department Store.” Ucap Nyonya Bok. Shin Joo pikir Dia tak tampak seperti wanita yang bekerja keras sendiri.



“Mungkin dia memenangkan lotere.” Kata Nyonay Bok. Shin Joo pikir  Rubah yang berbau uang dan kekuasaan termasuk dalam salah satu dari dua kategori ini.

“Mereka berasal dari garis keturunan bergengsi seperti Pak Lee Yeon atau mereka melanggar pantangan dan mencuri kehidupan manusia.”ucap Shin Joo.

Saat itu Yoo Ri menatapnya dan memberikan senyuman. Shin Joo langsung pura-pura sedang minum.

Bersambung ke Part 2

Cek My Wattpad...   First Love

Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

 

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

 

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

INSTAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar