PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ji A
mengeluh kalau rasanya Panas. Yeon mengejek Ji A itu Dasar cengeng sambil terus
memberikan obat. Ji A mengeluh kalau Tangannya panas sekali. Yeon melihat
dibagian bahu Ji A yang memerah. Ji A mengaku Panasnya setengah mati.
“Lama tak
bertemu, Yeon.” Ucap Ji A tiba-tiba mencekik leher Yeon. Yeon kaget tiba-tiba
Ji A menyerangnya.
Flash Back
12 JAM LALU
Seorang
kakek mengeluh sangat haus dan buru-buru masuk ke kamar mandi, tapi saat
memutar keran air tak menyala malah menemukan rambut. Ia pun mencari air karena
terasa haus, lalu menemukan air dalam toilet dan langsung memasukan wajahnya.
Ia
menemukan air tapi melihat sesuatu dan tubuhnya seperti ditarik ke dalam
toilet.
[BAB 3:
RAHASIA RAJA NAGA]
Rang
berada di tepi sungai, menemukan boneka vudu dengan gambar wajah salah satu
kakek. Senyuman liciknya itu terlihat.
Si kakek
akhirnya tergeletak di lantai tak bernyawa lagi, Ji A melihatny dengan teliti.
Kakek yang menemukanya berkomentar Tak puas berada di laut, tapi malah menenggelamkan
dirinya hingga mati. Ji A bingung kakek itu berkata kalau korban tenggelam Di
toilet.
“Aku mengeluarkan
kepalanya sendiri. Coba Lihat saja perut kembungnya. Itu karena minum air.”
Ucap si kakek menunjuk ke arah perut korban
“Kapten,
tolong lapor polisi, dan tutup kamar kecil ini.” Ucap Ji A dengan tegas.
“Kau
bicara seolah bukan masalah. Inilah yang dia dapatkan setelah menyerah atas
hidupnya.” Ucap si kakek. Ji A tak mengerti maksudnya.
“Dia
berada di kapal penangkap ikan Eunha yang terbalik.” Ucap Si kakek
“Kalau begitu,
dia berada di perahu itu bersama ayah Pyung Hee” ucapp Ji A. Si kakek
membenarkan kalau semuanya empat orang lalu menelp polisi.
Yeon
datang berkomentar sepertinya seseorang mengadakan pesta lalu menutup
hidungnya. Ji A bingung bertanya kenapa. Yeon menjawab kalau ini Bau busuk. Ji
A bingung karena sedari tadi tak menciumnya. Yeon memberitahu Baunya seperti
ikan busuk.
“Tubuhnya
belum sampai tahap membusuk.” Kata Ji A. Yeon melihat ada gengam di tangan si
kakek.
“Rambut?
Tapi rambutnya abu. Bau laut... Dan juga... bau sedikit selimut dari rumah
itu.” Ucap Yeon
“Rumah
itu? Jangan-jangan... Rumah Pyung Hee?” kata Ji A.
Anak dari
Tuan Seo, berdoa di pinggir pantai sambil menaruh foto teman-teman ayahnya. Ia
menaruh boneka fudu dengan bertuliskan “KEMATIAN” lalu sengaja menyobek tangan
agar mengeluarkan darah.
***
Ji A
melihat artikel [ NELAYAN EUNHA YANG HILANG PULANG SETELAH 28 HARI] Yeon tahu kalau kakek yang ada difoto sudah
meninggal, Ji A memberitahu kalau Empat
orang berada di kapal Eunha yang tenggelam.
“Tiga
orang pulang dengan selamat... tapi satu orang...” kata Ji A. Yeon tahu kalau Kepalanya
saja yang kembali?
Pyung Hee
menangis didepan polisi agar bisa melihat ayahnya, walaupun hanya tengkoraknya
saja.
“Sepertinya
dia bukan yang terakhir.” Ucap Yeon. JiA mengartikan bisa saja memakan korban
lagi
“Kalau
begitu tak bisa dibiarkan.”kata Ji A mengeluarkan ponsel dari tasnya. Yeon
pikir kenapa harus seperti itu.
“Bukahkah
kita harus pergi?” kata Ji A. Yeon menolaknya dan bukan pekerjaannya.
“Dan
juga, mereka tak cukup enak dipandang. Aku pilih-pilih penampilan!” kata Yeon.
Ji A tak peduli langsung menariknya pergi.
Si orang
pria terlihat ketakutan di dalam rumah, lalu menutup gorden dan bersembunyi di dalam tenda. Ia menjadi
orang kedua yang selama dari kapal Eunha. Seseorang tiba-tiba datang memanggil Jin
Shik. Jin Shik bingung bertanya siapa yang datang, lalu berpikir suara Tuan
Seo.
Akhirnya
Jin Shik keluar dari tenda dan langsung kaget karena kepala Tuan Seo tak ada.
Ia pun berterika histeris lalu keluar dari rumah.
Pria
ketiga yang selam dari kapal Eunha, pria tua merasa sangat kelaparan dan
langsung mencari makan di dalam kulkas. Ia sperti makan darah yang disimpan
didalam kulkas. Saat itu Ji A dan Yeon datang ke rumah dengan pintu ditutup.
Ji A
melihat asap keluar dari rumah dan langsung mengedornya, Yeon bisa mendobrak
pintu dan langsung masuk dalam rumah. Si kakek terlihat ketakutan menyembunyikan pisau dibalik
badanya. Yeon masuk ke dalam rumah. Si pria bertanya siapa Yeon yang berani
datang ke rumahnya.
“Kenapa
kau? Ini bukan kali pertama bertemu. Rumah ini berantakan. Kudengar kau bersama
si pria gila pada hari itu.” Ucap Yeon santai.
“Keluar
dari rumahku. Enyahlah.” Kata si pria. Yeon menjawab kalau akan pergi saat ia
mau. Si pria langsung mengumpat dan akan menyerang Yeon, tapi Yeon dengan mudah
melumpuhkanya.
“Kau
harus belajar cara bersikap. Aku ingin kau menjawab pertanyaanku dengan sopan.
Jika tidak, aku akan patahkan jarimu satu per-satu. Apa yang terjadi di kapal?”
ucap Yeon
“Hari
itu, badai tak terduga datang. Ramalan cuacanya salah.” Kata Si pria.
“Lalu,
kenapa hanya kalian bertiga yang selamat?” tanya Yeon. Si pria menjawab Pak Seo
tersapu ombak.
“Dan kami
tersesat di laut.. Lalu Aku tak ingat lagi... Sungguh! Saat terbangun, aku
berada di darat.” Kata si pria.
“Baik.
Dimulai dengan kelingkingmu.” Ucap Yeon mengancam. Ji A menahan Yeon.
“Kau
takut, 'kan? Kau menghabiskan 28 hari di sekoci itu tanpa makanan atau air. Bagi
orang itu kondisi yang tepat untuk kehilangan akal. Sinar matahari yang kuat
menyebabkan kulit terbakar.” Ucap Ji A
“Dengan
perut kosong, aku yakin kau pasti mabuk laut. Kau mungkin muak menunggu
seseorang menyelamatkanmu, dan marah semakin kau pikirkan. "Kenapa aku?
Kenapa?" ucap Ji A
“Tutup
mulutmu!” teriak Si Pria. Ji A tahu Hari kelima mungkin yang terburuk sebab tak
hujan sama sekali.
“Terlebih
dahulu, kau akan mengalami dehidrasi.” Kata Ji A.
Flash Back
Diatas
kapal sekoci, empat pria mencoba berteriak meminta tolong. Salah satu pria pun sudah tak tahan mengambil
air laut. Si pria lain menariknya kalau temanya itu mau mati.
“Bagaimanapun
juga kita akan mati.” Kata si pria yang frustasi. Pria yang sedikit muda
mengeluh kalau tak ingin mati.
Tuan Seo
melihat foto putrinya dan yaki kalau Pyung Hee
pasti mengkhawatirkannya. Mereka pun masih mengeluh sangat haus dan juga
lapar.
“Tapi ini
aneh. Kau bilang, kau kelaparan selama 28 hari, tapi berat badanmu tak turun
drastis. Kau tak punya Wi-Fi, jadi kau tak bisa memesan makanan pesan antar. Apa
yang kau makan?” ucap Ji A
“Berhenti!
Aku... Aku tak melakukannya... Bukan aku. Aku tak melakukannya.” Ucap Si pria
histeris.
Flash Back
Tuan Seo mnegeluh kalau tak mau mati di sini. Tiga pria melihat luka di kaki Tuan Seo dan merasa pikiran mereka sudah hilang. Jin Shik mengamil scope, Tuan Seo bingung apa yang akan dilakukan mereka. Semua sudah sangat lapar mendekati Tuan Seo.
“Jangan lakukan ini. Kumohon... Aku tak akan mati! Tidak.”ucap Tuan Seo. Tapi ketiga tak peduli karena hanya melihat Daging.
Si kakek
yang terlihat ketakutan berubah menjadi tertawa sendiri seperti sedang
kerasukan, sampai akhirnya Ia memegang lehernya seperti tersedak dan jatuh tak
sadarkan diri. Ji A kaget mencoba membangukannya tapi melihat ada rambut di
tengorokanya.
“Dia
mati.” Ucap Ji A merasa ada keanehan.
Pyung Hee
terus berdoa dengan tulang dan juga foto-foto teman ayahnya. Ia terus menangis memanggil ayahnya. Rang
datang menyuruh Pyung Hee agar Berhenti menangis.
“Keinginanmu
sudah terkabulkan. Tersisa satu orang lagi.” Ucap Rang. Pyung Hee kaget
mendengarnya.
“Tapi, apa
balasan yang akan kau beri?” kata Rang yang meminta imbalan. Pyung Hee hanya
bisa menatapnya.
Nenek
Yeon berteriak marah di depan komputernya, sambil bertanya siapa yang terus
mengotak-atik daftarnya. Tuan Hyun pun menuruni tangga memanggil istrinya
bertanya Ada apa. Nenek Yeon memberitahu kalau Terjadi lagi. Di laya terlihat
tulisan [PERINGATAN]
“Astaga.
Terjadi kesalahan.” Ucap Tuan Hyun. Nenek Yeon tahu Orang yang tak ada dalam daftar baru saja
mati lagi.
“Sayang,
jangan terlalu histeris.” Kata Tuan Hyun. Nenek Yeon tak terima dianggap
"Histeris"
“Tidak.
Maksudku, stres... Aku salah berucap. Ini hanya stres karena pekerjaan.” Ucap
Tuan Hyun
“Apa yang kau lakukan selama aku sibuk bekerja? Kau menonton drama, 'kan?”kata Nenek Yeon marah. Tuan Hyun menyangkalnya.
“Aku menyirami Pohon Euiryeong.” Akui Tuan Hyun. Nenek Hyun memastikan kalau menyirami pohon selama tiga jam
“Sayang, ketekunanku bukanlah masalah. Daftarnya berantakan. Aku akan cepat memperbaiki statistik kematian regional. Tunggu sebentar di sini.” Ucap Tuan Hyun lalu bergegas menaruh tempat airnya.
“Aku ingin tahu masalah macam apa yang menunggu di masa mendatang.” Kata Nenek Yeon melihat komputernya.
Ji A
masuk rumah yang gelap gambar raja naga sambil bergumam “Aku sudah melihat
banyak lukisan saat mengumpulkan informasi untuk program acaraku. Tapi, ini kali
pertama aku melihat lukisan yang bikin merinding seperti ini.”
“Ini
Kenapa, 'ya? Ada sesuatu yang hilang dalam lukisan ini.” Ucap Ji A lalu mencari
keyword diponselnya “LUKISAN RAJA NAGA”
Tiba-tiba
Yeon datang dengan santai memakan snack. Ji A mengeluh kaget dengan kedatangan
Yeon dikegelapan. Yeon pun meminta maaf.
Ji A heran Yeon yang masih sempat makan itu sekarang. Yeon pikir tak ada
masalah karena ini camilan kesukaannya.
“Dua
orang tewas.” Ucap Ji A. Yeon pikir memangnya kenapa dengan wajah santai seolah
tak terjadi apapun.
“Kau tak
bisa memberiku reaksi yang lebih masuk akal?” keluh Ji A melihat sikap Yeon
seperti biasa saja.
“Tahukah
kau berapa banyak orang yang mati di Joseon selama 50 tahun peperangan? 3.5
juta... Aku sudah melihat lebih banyak kematian dari semua acara pemakaman di
negara ini.” Ucap Yeon
“Aku
yakin setidaknya ada satu kematian. yang membuat hatimu sakit di antara 3.5
juta orang itu.” Kata Ji A. Yeon terdiam karena pernah sangat sedih saat
melihat orang yang dicintainya meninggal didepan matanya.
“Coba
Lihatlah ini. Lukisan yang sama ada di
rumah sebelumnya. Potret Raja Naga, benar, 'kan?’ ucap Ji A
“Ya, tapi
tak mirip dia.” Komenatar Yeon. Ji A bertanya apakah Yeon pernah melihatnya.
“Dulu saat
aku masih jadi roh gunung. Kami berada di program kepemimpinan yang sama. Orang-orang
terlalu mengaguminya. Dia tak semenawan ini.” Ucap Yeon
“Lukisan
ini sedikit berbeda dari yang pernah kulihat sebelumnya. Coba Lihat. Ini
lukisan biasa.Apa Kau lihat perbedaan?” ucap Ji A membedakan gambar yang ada di
internet dengan yang ditempel didinding.
“Ini
seperti "Where's Wally"? Kakinya tak ada.” Ucap Yeon. Ji A pun
menyadarinya.
“Naga
tanpa kaki. Kau tahu apa ini?” ucap Ji A. Yeon menjelaskan Ini bukan naga. Tapi
ular, Imoogi.
Rang
melihat sebuah sumur yang ditutup, diikat dengan tali dan juga darah. Dukun
menghampiri Rang menyaap dengan membungkuk mengaku sudah menunggu. Rang tahu dari dukun kalau bilang
dia sungguh tidur di sini. Duku membenarkan kalau itu adalah Roh amoralitas.
“Raja
yang korup... Lee Ryong...” ucap Dukun, Rang mendengarnya merasa kalau ini sangat
mengerikan.
“Menambahkan
gelar dari akhirat di depan nama mereka, tak mengubah identitas mereka. Dia
mati saat berhadapan dengan Yeon, 'kan? Bersama dengan wanita manusia itu.”
Ucap Rang
“Sebelum
memasuki tubuh wanita itu,... ia memercayakan keluarga dukun kami sebagian dari
tubuhnya.” Kata Dukun
“Dia tak
memercayakan semuanya. Dia kebalikan dariku. Apa Kau sudah bersiap?” ucap Rang
“ Wanita
kelahiran tahun domba. Pengorbanan hidup. Dan...”kata Dukun. Rang meminta agar
menyerahkan Yeon padanya.
“Pergi ke
pemakaman dan pilih bunga mawar malam yang tumbuh di daging dan darah mayat.”
Ucap Yeon lalu berjalan pergi.
“Biarkan
saya menanyakan sesuatu. Apa Anda tidak bersaudara dengan Lee Yeon?” tanya
Dukun memastikan
“Kami
bersaudara... Tepatnya saudara tiri.” Ucap Rang sinis. Dukun memberitahu Jika
dia bangun, maka Lee Yeon tidak akan selamat. Rang seolah tak peduli.
“Kenapa
kau... membantu musuh saudaramu?” ucap Dukun .
Yeon
menarik Ji A keluar, Ji A bingung kenapa Yeon menariknya. Yeon menyuruh Ji A agar Kemasi
barang-barangmu dan pergi secepatnya dan Tinggalkan pulau terkutuk ini. Ji A
mengeluh kaget. Yeon menegaskan kalau
Firasatnya buruk.
“Apa
maksudmu?” ucap Ji A tak mengerti. Yeon pikir Ji A mungkin mati jika berada di
sini.
“Kau
bilang tak akan menyelamatkan orang. Kenapa aku jadi pengecualian?” ucap Ji A
heran
“Itu
bukan urusanmu.” Tegas Yeon. Ji A menegaksan
tak akan pulang karena alasan yang tak diketahui.
“Jadi,
carilah orang yang akan kau temui. Aku harus mencari tahu kenapa ibu dan ayahku
datang ke sini.” Ucap Ji A.
“Kenapa
aku membantu musuh saudara sedarahku sendiri?
Merupakan hal baik untuk tak sepenuhnya percaya pihakmu.” Ucap Rang
“Bukan
itu yang saya maksud.” Kata Dukun. Rang ingin tahu apakah Duku itu menemui Yeon saat masih jadi roh gunung
“Aku
hanya mendengar melalui rumor.”kata Dukun. Rang ingin tahu Rumor apa
“Yang
paling tanpa ampun dari empat roh gunung yang menguasai negeri. Tidak ada yang
berani mengeksploitasi hutannya, dengan demikian Pegunungan Baekdudaegan selalu
subur.” Ucap Dukun
“Kakakku
adalah roh gunung hanyalah namanya saja. Dia tak memiliki rasa altruisme. Tapi kau tahu, bahkan saat kami berbagi apel,
dia selalu memberiku potongan yang lebih besar.” Cerita Rang
“Aku
masih ingat betapa manisnya apel itu.” Kata Rang. Dukun pun ingin tahu alasan
Rang melakukan ini.
“Dia
menggunakan tangan lembut yang digunakan untuk mengiris apel untuk menusuk
perutku. Bukankah itu membuat luka secara emosional?” kata Rang memperlihatkan
bekas lukanya. Dukun pikir kalau itu alasannya...
“Lagipula
aku ini rubah. Aku harus membalas budi. Aku bertekad untuk pergi ke Neraka bersama
dengan Yeon.” Kata Rang
Jae Hwan
menelp Ji A memberitahu kalau sudah datang ke perpustakaan seperti yang
diperintahkanlalu bertanya Apa yang dicari, apakah Jasad. Ji A memberitahu. Jae
Han kaget kalau mencari Jasad yang dicincang, Ji A meminta agar Cari
"Pulau Eohwa" dan temukan setiap insiden atau kecelakaan.
“Hubungi aku
jika kau menemukan sesuatu.” Ucap Ji A.
“Apa yang
sedang kau cari?” tanya Jae Hwan. Ji A mengaku
terganggu oleh sesuatu yang dikatakan wanita tua di sini.
Ji A
teringat dengan ucapan Si nenek “Kau tak boleh beri tahu siapa pun bahwa kau
mendengarnya dari kami. Ini bukan kali pertama. Kepala manusia...”
***
Yeon
menelp neneknya bertanya apakah pernah mendengar soal bedebah itu sebelumnya.
Nenek bertanya Bedebah apa, Yeon menjawab Imoogi. Nenek Yeon pikir kalau Yeon
mengakhiri hidupnya dengan tangannya sendiri. Yeon membenarkan.
“Tapi
kenapa?” tanya Nenek Yeon. Yeon mengaku Bukan apa-apa tapi hanya khawatir.
“Jika
kebetulan A Eum reinkarnasi ke dunia ini, aku tak bisa membiarkan benda itu
hidup berdampingan dengannya.” Ucap Yeon
“Kau
sangat pengabdi. Bagaimana aku tak tahu jika itu...” kata Nenek Yeon dan Yeon
langsung menutup telpnya. Nenek Yeon pun mengumpat Dasar berandal tak sopan.
Ji A
sampai ke rumah, melihat Pyung Hee sudah pulang lalu bertanya Buku apa yang
sedang dibaca. Pyung Hee memperlihatkan bukunya, Ji A kaget dan tahu kalau
didepanya itu bukan Pyung Hee, Rang akhirnya memperlihatkan wujudnya dengan
tawa mengejek.
“Bagaimana
kau...” ucap Ji A kaget. Rang mengaku Ini tempat terbaik untuk membaca.
“Omong-omong,
kau sendirian.” Ejek Rang. Ji A memberitau kalau Yeon ada di sekitar sini.
“Tidak
ada. Aku bisa mencium baunya lebih baik dari siapa pun.” Ucap Rang. Ji A
melihat tangan Rang.
“Kaulah
orang yang membunuh para nelayan.” Ucap Ji A. Rang mengeluh Ji A tak boleh
seenaknya menuduh.
“Apa Kau
punya bukti?” ucap Rang. Ji A menunjuk buku yang dipegang Rang.
“Ini? Aku
suka buku klasik. "Moby Dick" adalah novel berdasarkan peristiwa
nyata. Kapal penangkap ikan paus yang tenggelam pada abad ke-19. Apa yang
terjadi padanya? Makan dan dimakan. Seperti ayah Pyung Hee.” Ucap Rang.
Yeon
datang ke toko es krim dan langsung membuka pintu, si kakek kaget melihat Yeon
datang lalu melihat gambar raja nada yang ada Immogi. Si kakek bingung apa yang
akan dilakukan Yeon. Yeon tiba-tiba mengeluarkan pisau dan langsung meleparnya
dan tepat ada disamping wajah si kakek.
“Biar aku
saja yang bertanya.” Ucap Yeon. Tapi kakek membalas kalau ia bertanya, apa yang
kau lakukan?
“Aku
bilang biar aku saja yang bertanya. Jika kau tak menjawab, kau tak akan pernah
menjaring ikan lagi.Jadi Lukisan apa ini?”ucap Yeon bertanya.
“Tapi
tahukah kau, jika aku pembunuhnya, aku butuh motif. Apa, 'ya? Keadilan?” ucap
Rang
“Tadinya
aku tak yakin, tapi sepertinya aku tahu sekarang. Kematian para nelayan itu seperti
pertunjukan kembang api.” Ucap Ji A. Rang mengingatkan Pertunjukan kembang api.
“Kau
menarik perhatian dengan insiden kotor untuk mengalihkan perhatian. Itulah
motifmu.” Kata Ji A. Rang pikir kenapa harus dirinya.
“Mungkin untuk
menyembunyikan alasan sebenarnya kau berada di pulau ini.” Kata Ji A.
“Wahh Hebat. Kau cukup pintar untuk seorang wanita manusia. Karena jawabanmu benar,.maka aku harus memberimu hadiah. Kau mencari orang tuamu, 'kan?” kata Rang mengambil cepat foto orang tua Ji A.
“Berikan itu.” Ucap Ji A. Rang pikir kenapa harus mengembalikanya dan tahu kalau J A melihat mereka dalam mimpinya.
“Bagaimana kau tahu?” ucap Ji A mengingat saat ibunya memberikan rambut dan juga tengkorak.
“Katakan
saja. Siapa tahu? Aku mungkin punya jawabannya.” Ucap Rang
“Apa Kau
sungguh bisa menemukan mereka?” tanya Ji A memastikan. Rang membeanarkan
Yeon
ingin tahu , bertanya lukisan apa ini. Si kakek memberitahu kalau Raja Naga
yang menenangkan badai dan mengirimkan ikan ke nelayan dan Ada ritual besar
untuknya juga. Yeon pikir si kakek itu Pembohong. Si kakek memberitahu memancing
tak seperti bertani.
“Itu tak
ada dalam kendali manusia.” kata Kakek. Yeon pikir akan persingkat saja.
“Aku
bilang yang sebenarnya!” ucap Si kakek ketakutan. Yeon ingin tahu Di mana
mendapat lukisan ini
“Salah
satu wanita desa membelinya dari daratan untuk setiap rumah. Tanyalah siapa
saja!” kata Si kakek memastikan.
“Lupakan
semua yang baru saja kau lihat.” Kata Yeon memperlihatkan mata rubahnya.
Saat itu posisi
Yeon berpindah didepan pintu bertanya pada kakek harga snack. Si kakek kaget
melihat Yeon yang datang lalu menjawab 1.000 won. Yeon pun membayarnya. Si
kakek mengeluh Berapa orang yang datang dari tim produksi
“Lelaki
menawan datang dan menanyakan arah. ke rumah Pyung Hee.’ Ucap Si kakek. Yeon
kaget mendengar Lelaki menawan
“Aku
cukup mendengar satu kata... "Ya." Kata Rang berbisik. Ji A terdiam
karena harus menemukan orang tuanya.
“Aku
menolak.” Balas Ji A. Rang kaget Ji A yang tak mau melakukanya. J A tahu kalau
Rubah tak suka berhutang
“Dengan
kata lain, kau selalu menerima bantuan.” Ucap Ji A. Rang merasa J A Tidak fleksibel sekali.
“Apa Aku tidak
fleksibel di usia segini? Biarkan aku memberimu nasihat karena itulah yang kau
rasakan. Jangan berjudi dengan tragedi orang lain hanya untuk main-main.” Ucap
Ji A
“Ada kata
untuk orang sepertimu. Kami memanggilnya, 'Keparat gila'.’ Tegas Ji A yang beran melawan Rang
“Kau tak
tahu betapa aku benci ucapan vulgar. Jika Panggil aku itu lagi dan aku akan
membunuhmu.” Ucap Rang mengancam.
“Kenapa
harus aku? Kenapa kau main-main dengan...” ucap Ji A dan Rang langsung
memotongnya dan pergi karena sudah selesai bicara dengannya.
“Sebagai
gantinya, aku beri kau nasihat. Jangan terlalu percaya pada Lee Yeon.’ Ucap
Rang. Ji A tak mengerti maksud ucapanya.
“Jika dia
mendapat keinginannya, kau akan memohon belas kasihan.” Ucap Rang.
Yeon
datang dengan terburu-buru mencari sosok Rang. Ji A memberitahu kalau Rang
sudah pergi. Yeon pun memastikan Ji Ah ternyata masih utuh dan ingin apa yang
dia katakan. Ji A memberitahu kalau Rang
bilang dia bisa mencarikan orang tuanya. Yeon pun ingin tahu
kelanjutanya.
“Bahkan
saat memesan pizza, aku tak pernah setengah-setengah. Aku selalu memilih satu.”
Ucap Ji A. Yeon tak mengerti maksudnya.
“Aku menolaknya karena kau rubah yang kupertaruhkan.” Kata Ji Ah. Rang pun memuji Ji A pintar.
“Apa Itu saja?” tanya Yeon. Ji A mengingat pesan Rang “Jangan terlalu percaya pada Lee Yeon.” Lalu memberitahu kalau hanya itu saja.
“Aku lapar.” Ucap Yeon pergi ke kamar. Ji A bertanya Bagaimana kalau ikuti nasihat Yeon untuk meninggalkan pulau. Yeon bingung.
“Adikmu.. Dia sedang menyiapkan semacam acara.” Kata Ji A. Yeon mengaku Dan itulah yang ditunggu.
Shin Joo
melihat Yoo Ri dari kejauhan sedang berbicara dengan banyak pria. Nyonya Bok
melihat Shin Joo berkomentar alau Yoo Ri pasti
Tak asing, Shin Joo yakin Dia bukan dari sini. Nyonya Bok ingin tahu
memangnya kenapa.
“Dia
mungkin dari luar negeri. Itu menjelaskan penampilannya yang anggun. Berapa
banyak perhiasan yang dia pakai? Siapa yang pesan meja?”ucap Shin Joo
“Ki Yu
Ri. Dia direktur Moze Department Store.” Ucap Nyonya Bok. Shin Joo pikir Dia
tak tampak seperti wanita yang bekerja keras sendiri.
“Mungkin dia memenangkan lotere.” Kata Nyonay Bok. Shin Joo pikir Rubah yang berbau uang dan kekuasaan termasuk dalam salah satu dari dua kategori ini.
“Mereka berasal dari garis keturunan bergengsi seperti Pak Lee Yeon atau mereka melanggar pantangan dan mencuri kehidupan manusia.”ucap Shin Joo.
Saat itu Yoo Ri menatapnya dan memberikan senyuman. Shin Joo langsung pura-pura sedang minum.
Bersambung ke Part 2
Cek My Wattpad... First Love
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar