PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 16 Oktober 2020

Sinopsis Tale of the Nine Tailed Episode 4 Part 1

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 

Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Ji A memberitahu kalau Tak ada. Yeon bingung apa maksudnya. Ji A memberitahu kalau Tak ada siapa pun. Yeon makin tak mengerti. Pyung Hee hanya bisa terdiam karena hanya ada dia di desa itu.

“Seolah-olah seluruh desa lenyap. Bayangan manusia pun tak terlihat.” Ucap Ji A.


Akhirnya mereka pergi ke SUPERMARKET EOHWA, Ji A merekam semua keadaan desa yang kosong tak apapun, seperti ditinggalkan begitu saja.  Ia pun keluar dari toko,  Yeon pu baru saja kembai. Ji A bertanya Bagaimana kamar kecil. Yeon menjawab Tak ada.


“Jasad kemarin menghilang. Dalam semalam, sudah seperti pulau terlantar. Mereka tak dibawa paksa. Aku tak melihat tanda-tanda pemberontakan atau keraguan.” Ucap Ji A.

“Mungkin mereka ikut tur kelompok.” Kata Yeon santai. Ji A bingung apakah Bersama jasad.

“Mereka meninggalkan dompet dan barang berharga lainnya. Mereka menghilang begitu saja. Ke mana mereka pergi?” ucap Ji A bingng. 



Detektif Baek bingung kalau Mereka menghilang dan 22 rumah bahakn Semua 41 penduduk desa. Ia pun memberitahu Ji A kalau akan kirimkan bantuan lalu menghubunginya jika menemukanorang yang tewas atau terluka. Ji A pun menutup telpnya setelah melapor.

“Kenapa?” tanya Ji A bingung melihat tatapan Yeon. Yeon menujuk ke arah pantai.

“Sejak kapan ada di situ?” ucap Yeon. 


Mereka pun pergi ke pinggir pantai melihat bambu dengan kain, Ji A pikir Katanya bambu itu bisa memanggil roh lalu bertanya Apa itu benar. Yeon memberitahu Mereka hampa, menjadikan mereka penginapan yang sempurna untuk roh tersesat.

“Bukankah tampak seseorang membentuk semacam jalan?” kata Ji Ah. Yeon menjawab Untuk Raja Naga.

“Aku menemukan salah satunya saat meliput festival rakyat Jeju. Itu jalan untuk menyambut Raja Naga, 'kan?” kata Ji A

“Ya, tapi arahnya salah.” Ucap Yeon. Ji A pikir Setelah dilihat-lihat, menghadap barat daya.

“Gwimunbang. Mata angin yang memungkinkan kejahatan lalu lalang.” Ucap Yeon

“Jadi, pintu ini tak disiapkan untuk menyambut Raja Naga yang asli.” Kata Ji A. 



Tuan Hyun menelp dari Kantor Imigrasi Akhirat ingin tahu Kabar Raja Hades apakah baik saja. Ia memberitahu kalau menelepon karena butuh tambahan kain kafan hari ini.

“Apa bisa cepat dikirim? Baik.” Ucap Tuan Hyun buru-buru menutup telpnya karena melihat istrinya yang menuruni tangga dengan wajah kesal.

“Kau menemukan apa?” tanya Tuan Hyun. Nenek Yeon mengak tak mengerti kenapa ini terjadi.

“Kau yakin itu Imoogi? Apa Kau tak bisa melihat ke mana perginya?” ucap Tuan Hyun

“Apa itu menggunakan jimat? Tak ketinggalan satu jejak pun.” Kata Nenek Yeon bingung.

“Bukankah kita harus beri tahu Yeon?” kata Tuan Hyun, Nenek Yeon meminta agar Jangan berisik.

“Yeon sebaiknya tak tahu.” Ucap Nenek Yeon. Tuan Hyun ingin menyela tapi Nenek Yeon menyuruh agar menutup mulutnya.

“Aku penasaran apakah ini penyebab, aku tak bisa meramalkan masa depan Yeon” ucap Nenek Yeon. 


Pyung Hee mengaku mendengar suara aneh pas pagi tadi. Ji A ingin tahu Suara apa. Pyung Hee mengaku Seperti suara tangisan bayi. Yeon meminta agar Katakan lebih detail. Pyung Hee mengaku berjalan keluar rumah pukul 2 pagi.

“Aku bangun karena haus. Awalnya, aku mengira itu kucing liar. Tapi ternyata bukan. Aku yakin itu suara tangisan bayi.” Pyung Hee keluar rumah mendengar suara bayi.

“Tak ada wanita hamil di pulau ini. Semuanya wanita tua berusia lebih dari 70 tahun.” Ucap Pyeong Hee. Yeon ingin tahu Kapan.

“Pukul 2.40 pagi.” Kata Pyung Hee. Yeon ingin memastikan. Pyung Hee yakin

“Jam tak berfungsi.Jam dinding maupun jam meja. Jam tanganku juga berhenti. Tepat pukul 2.40 pagi.” Ucap Ji A

“Itu jam sapi. Saat itulah pintu ke dunia lain terbuka. Entah apa yang terjadi tadi malam.” Kata Yeon [JAM SAPI: ANTARA JAM 01.00 - 03.00]

***

[BAB 4: AMBANG KEMATIAN]



Yoo Ri duduk di depan meja makan, menyanyikan lagu selamat ulang tahun lalu mengucapkan ulang tahun. Kedua orang tuanya pun memberikan hadiah pada anaknya. Yoo Ri terlihat bahagia menerimanya.

“Apa Kau menyukainya?” tanya sang ibu. Yoo Ri mengangguk dan merasa sangat senang sampai mungkin menangis.

“Putriku, kapan kau akan menikah?” kata sang ayah. Ibunya pikir Yoo Ri masih muda.

“24 tahun. Apa yang muda?” ucap  Sang ayah. Ibu membenarkan kalau  25 tahun.

“Tidak, dia berusia 24 tahun.”ucap Sang ayah. Yoo Ri yang makan tanpa peduli dengan manner mengeluh kalau ayahnya menderita demensia.

“Bukankah kecelakaan itu terjadi saat dia berusia 24 tahun? Saat itu dia senior di perguruan tinggi.” Ucap Ayah Yoo Ri. Istrinya mengeluh Kecelakaan apa

“Yu Ri pergi ke Nepal untuk trip. Tapi dia jatuh dan tewas.” Kata Ayah Yoo Ri. Yoo Ri terlihat marah mendengarnya.

“Kenapa kau bilang sesuatu yang begitu mengerikan?” ucap Yoo Ri marah. Ayah Yoo Ri merasa yakin melihat jasadnya saat itu.

“Ayah, sudah kubilang lupakan semua kenangan yang tak perlu itu.” Ucap Yoo R marah

“Si... Siapa kau?” tanya Ayah Yoo Ri merasa yang didepan itu bukan anaknya. 



Yeon keluar dari toko ponsel.  Ji A heran Yeon yang membelikannya  ponsel. Yeon memberikan alasan Karena adiknya mencuri ponsel Ji A dan menegaskan tak bersikap baik tapi hanya melakukan apa yang seharusnya.

“Ingatlah bahwa kau harus mengisi paket per-48 bulan. Kau bisa bayar dendanya. Aku sudah unduh aplikasi. Jangan menjawab telepon dari nomor tak dikenal atau adikku.” Ucap Yeon mengutak-ngutik ponsel baru Ji A.

“Aku terkejut kau seorang teknisi.” Ejek Ji A. Yeon mengaku menyadari cukup sulit untuk menjaga hal tradisional. Ji A tak mengerti maksudnya.

“Tahun lalu,. aku dapat telepon dari Kantor Kejaksaan Distrik Pusat Seoul. Seseorang menggunakan namaku secara ilegal!” kata Yeon marah

“Mungkinkah itu penipuan suara?” kata Ji A. Yeon menegaskan kalau sudah  merobek telinga orang yang mencuri 20 juta won darinya.

“Tapi itu masih belum cukup. Aku tak bisa tidur.” Kata Yeon. Ji A tiba-tiba memberikan ponselnya.

“Berikan nomormu. Kau melarangku menjawab telepon dari nomor tak dikenal.” Ucap  Ji A

“Tidakkah kau cukup mengenalku sekarang?” keluh Yeon. Ji A mengakuAda beberapa hal yang tak bisa ditanyakan tadi malam.

“Dan aku ingin tahu lebih banyak tentangmu.” Jelas Ji A. Yeon mengerti kalau Ji A sangat konsisten.

“Orang cenderung bilang itu... Sampai nanti.” ucap Ji A lalu berjala pergi setelah menerima nomor. Yeon hanya bisa menatapnya. 



Yoo Ri kesal akhirnya mendekati ayahnya dan langsung mendorong kepala ayahnya dan menegaskan kalau ia adalah putri kesayangannya. Sang ayah bingung dengan sikap anaknya tak seperti biasanya. Rang datang menahan Yoo Ri yang marah mencoba agar bisa menjauh.

“Apa yang kau inginkan?”tanya Rang. Ayah Yoo Ri menjawab kalau ingin putrinya hidup kembali.


“Aku memberimu apa yang kau inginkan. Jadi Siapa dia?” ucap Rang. Sang ayah menjawab kalau dia dalah putrinya yang bernama Ki Yoo Ri.

“Dia berumur 25 tahun, dan dia akan mengambil alih toserba.” Kata Tuan Ki seperti dihipnotis. Akhirnya Rang pun menyuruh mereka pergi. Keduanya pun pergi berjalan layaknya boneka. 


“Rang, aku merindukanmu.” Ucap Yoo Ri manja. Rang duduk mengambil segelas wine bertanya apakah bertemu dengan dokter hewan. Yoo Ri menganguk.

“Bagaimana?” tanya Rang. Yoo Ri pikir Dia jauh lebih manis dari yang dibayangkan.

“Dia ketakutan begitu melihat senjataku.” Kata Yoo Ri memberikan kalun milik Shin Joo

“Kau bisa menyimpannya. Dia akan datang saat waktunya tiba.” Kata Rang.

“Apa yang harus kulakukan? Bolehkah aku membunuhnya?” ucap Yoo Ri penuh semangat.

“Yoo Ri... Tahukah kau kapan kerang terasa paling enak?” tanya Rang. Yoo Ri  menjawab tak tahu.

“Saat persik bermekaran. Saat itulah cangkang menjadi keras dan daging menjadi berair. Jika kau ingin bahan terbaik, maka kau harus belajar menunggu. Perlakukan dia dengan baik, dan tunjukkan waktu yang bagus. Yeon sangat peduli padanya.” Jelas Rang. Yoo Ri menganguk mengerti.

“Apa Mau pergi ke suatu tempat?” tanya Yoo Ri. Rang pikir  Yeon mungkin sangat ingin melihatnya jadi harus menyapanya.


Di cafe es krim, Rang makan es krim dengan lahap. Yeon mengeluh bertanya pada adiknya Kenapa ingin bertemu di sini. Rang mengaku jadi penasaran karena Yeon yang selalu habiskan waktu di cafe. Lalu meminta agar bisa mencoba es krim cokelat mintnya.

“Jangan sentuh.”keluh Yeon tapi Rang sudah lebih dulu mencoba es krim milk kakaknya.

“Astaga, rasanya seperti coklat dan pasta gigi. Kenapa kau makan ini?” ejek Rang yang ingin muntah.

“Aku bermain-main dengan omong kosongmu, jadi beri tahu aku.” Kata Yeon. Rang pura-pura tak mengerti Beri tahu apa.

“Orang-orang di pulau itu. Ke mana mereka pergi?”ucap Yeon. Rang pikir Siapa peduli dan tahu Yeon tak memedulikan mereka.

“Dari apa yang kutahu, salah satunya bukan manusia. Aku juga mendengar rumor serupa katanya hal yang aneh tinggal di dalam sumur di gunung.” Ucap Rang. Yeon ingin tahu apa.

“Kenapa? Apa menurutmu itu mungkin dia? Ular yang mengambil wanitamu?” ucap Rang

“Aku sudah membunuh makhluk itu.” Kata Yeon yakin. Rang menegaskan kalau Hidup tak selalu berjalan sesuai rencana.

“Apa artinya itu?” tanya Yeon. Rang mengaku tak tahu dan menegaskan kalau satu hal yang pasti.

“Wanitamu tak akan berumur panjang kali ini juga.” Ucap Rang. 



Ji A bertemu dengan Detektif Baek, bertanya apakah Pernah mendengar "the vanishing effect" Detektif Baek bingung apa maksudnya. Ji A memberitahu yang dimaksud adalah "Menghilang". Ji A memberikan sebuah artikel dan Itu adalah saat seseorang tiba-tiba menghilang begitu saja.

“Dan hal serupa juga terjadi di sebuah pula di Carolina Utara. Pada tahun 1590, semua orang di pulau ini menghilang. Semua harta benda mereka utuh. Hanya orang yang menghilang.”ucap Ji A. Detektif Baek mendengarkanya.. 


Di atas gedung, Yeon heran dengan adiknya jadi begitu kacau. Rang pikir Yeon yang meninggalkan hutan untuk melindungi cintanya. Yeon menegaskan kalau ini 600 tahun sudah berlalu. Rang pun mengaku menghabiskan bertahun-tahun mengutuk kakaknya.

“Kau ingin aku bagaimana?” ucap Yeon. Rang menegakskan Hanya ada satu cara untuk menghentikannya.

“Bunuh aku sekarang... Dengan kedua tanganmu sendiri... Bunuh aku. Sama seperti kau memburuku hari itu.” Ucap Rang memberikan sebuah pisau. 


Flash Back

Rang dengan pedang ditanganya membunuh semua orang tanpa peduli siapapun. Seorang pria yang masih hidup pun memohon agar jangan membunuhnya.  Saat itu Yeon datang memanggil adiknya. Rang menatap Yeon terlihat sangat bahagia lalu memeluknya sambil menangis. 


“Apa itu benar-benar kau? Sudah berapa lama? Apa Kau masih hidup. Aku tak mendengar kabarmu sejak kau pergi ke Sungai Samdo,. jadi, kupikir kau sudah mati. Aku merindukanmu.” Ucap Rang menyayangi kakkanya.

“Aku sangat merindukanmu, Kak Yeon. Kenapa kau tak menemuiku?” ucap Rang. Yeon mengaku kalau ia pergi.

“Aku pergi, tapi aku tak bisa menemukanmu. Aku kehilanganmu.” Ungkap Yeon

“Setelah kau pergi, orang membakar gunung. Aku ingin menunggumu di sana, tapi terlalu panas dan menakutkan.” Jelas Rang

“Jadi Itukah sebabnya kau membunuh semua orang ini? Orang tak bersalah pun?” ucap Yeon

“Dengan hidup dan bernafas, mereka adalah pendosa. Aku melenyapkan sebuah desa. Mereka berlutut di kakiku dan memohon diselamatkan.”ucap Rang dengan senyumanya.

 “Kau tak bisa berjalan melewati anjing yang terluka sebelumnya. Kau sudah banyak berubah.” Komenar Yeon

“Bergabunglah denganku. Mari kita tunjukan kepada manusia siapa kita.” Kata Rang. Yeon melangkah mundur.

“Rang... Angkat... Angkat pedangmu.” Ucap Yeon dengan menahan rasa sedihnya. Rang tak mengerti maksud ucapan kakaknya.

“Itu perintah hakim akhirat. Lee Rang, yang membunuh banyak nyawa tak berdosa.. harus membayar... dosa-dosanya hari ini dengan nyawanya.” Ucap Yeon dengan berat hati dan langsung mengayunkan pedangnya pada Rang. 



“Kau benar-benar jahat. Kau mencampakkan adikmu demi seorang gadis. Lalu kau berkhianat untuk menaikkan dirimu. Asalkan kau menghemat jarak dan membuatnya bereinkarnasi, 'kan?” ucap Rang marah

“Aku bertahan hanya karena kau melewatkan poin penting. Jika aku mati saat itu, maka aku akan dibakar di Neraka Kuali yang bergejolak. Kenapa? Kau tak bisa lakukan kedua kalinya?” ejek Rang

“Bunuh aku. Itulah agar wanitamu selamat.” Kata Rang menantang. Yeon pun siap memegang pisaunya.

“Baik. Tidak terlalu buruk untuk mengakhiri hidupmu lebih awal daripada hidup sembarangan seperti ini.” Ucap Yeon. Rang meminta agar Yeon Lakukan.

Yeon pun sudah siap dengan pisau untuk membunuh adiknya, Rang merasakan sesuatu yang menusuknya, Tapi tangan Yeon membalikan posisi pisau dan tak menusuk adiknya. Yeon pun marah dengan sikap sang kakak yang tak berani membunuhnya.

“Kenapa? Kenapa tak bisa?” teriak Yeon. Rang melepaskan pisaunya meminat Yeon agar  Berhenti bertingkah seperti anak kecil dan sekarang bukan anak kecil lagi.

“Aku bisa... Kau tahu kenapa aku bersabar? Karena aku ingin melihat raut wajahmu saat dia mati lagi di depan matamu.” Ucap Rang menyerang Yeon.

“ Tidak peduli seberapa hina tindakanmu, aku tahu ini bukan dirimu yang sebenarnya.” Kata Yeon. Rang tak mengerti dengan ucapan kakaknya. Yeon pun pamit pergi. 




Detektif Baek meminta  Pokoknya, pastikan media tak tahu. Ji A pkir bisa tutup mulut, tapi bisakah keluarga mereka diam saja. Detektif Baek menjawab Tidak ada. Ji A kaget mendengarnya.  Detekif Baek memberitahu Mereka tak memiliki keluarga atau kerabat.

“Apa Semua 41 orang dari desa?” tanya Ji A. Detektif Baek membenarkna  dan Yang lebih menakutkan, mereka bahkan bukan penduduk asli pulau itu. Ji A bingung dari mana mereka.

“Mereka semua bermigrasi serentak sekitar tahun 1950-an. Pada hari yang sama, di kapal yang sama.” Ucap Detektif Baek. Ji A hanya bisa terdiam. 


Tuan Baek meminum arak dengan Shin Joo, lalu mengeluh kalau pasti tak tahu bagaimana rasanya tinggal dengan atasan langsung. Shin Joo hanya bisa terdiam. Tuan Baek memperingatkan Shin Joo agar Jangan pernah menikah.

“Lagipula aku belum menemukan seseorang.”ucap Shin Joo dengan senyuman

“Pernikahan bagi seorang pria seperti mencetak gol ke gawang sendiri. Ingat kata-kataku.” Kata Tuan Hyun

“Kakak iparmu adalah Raja Hades. Setidaknya itu akan menjadi gol kemenangan selama waktu tambahan.” Kata Shin Joo

“Memang kau wasit? Apa Kau hakim dalam hidupku?” kata Tuan Hyun marah. 


Nyonya Baek pun datang  karena mengeluh pada Tuan Hyun yang membentak Shin Ju. Tuan Hyun menyuruh mereka agar Jangan pernah menikah dan melajanglah selamanya. Nyonya Baek mengeluh Tuan Hyun bisa bilang itu.

“Aku akan meninjumu jika bukan karena Raja Hades.” Ucap Nyonya Baek.

“Bagaimana kalian berdua bertemu?” tanya Shin Joo penasaran. Tuan Hyun mengaku Itu semacam kriminalitas.

“Dahulu kala, istriku mengintip saat aku mandi di sungai.”ucap Tuan Hyun. Nyonya Baek tertawa berkomentar kalau Cinta pada pandangan pertama.

“Benar. Aku punya tubuh yang kekar.” Ucap Tuan Hyun. Nyonya Baek pikir berpikir Apa Nenek Yeon mengaja kencan duluan.

“Aku diculik malam itu. Dia mengarungiku dan membawaku pergi.” ucap Tuan Hyun. Mereka berdua tak percaya mendengarnya.

“Dia menyuruhku duduk dan bilang dua hal. "Kau mau tinggal bersamaku atau pergi ke Neraka?" Jadi, aku tidur dengannya.” Ucap Tuan Hyun. Keduanya pun hanya bisa menahan tawanya.




Nenek Yeo langsung mengumpat marah saat melihat Yeon datang karena  Beraninya melupakan posisinya dan membunuh manusia. Yeon dengan santai kalau sedan membahas Dukun itu dan membela diri kalau tampak sehat dari luar,tapi dia jelas akan segera mati.

“Terlepas dari itu, dia tak ada dalam daftar!”ucap Nenek Yeon marah. Yeon mengaku kalau ini keadaan Darurat.

“Hukumanmu sudah diputuskan. Apa yang kau pikirkan?” kata Nenek Yeon. Yeon mnegaku akan dengan senang hati menerima hukuman apa pun.

“Jadi, jangan terlalu mencemaskan aku.” Ucap Yeon santai. Nenek Yon ingin tahu Apa karena wanita itu

“Apa Kau akhirnya menemukannya?” tanya Nenek Yeon. Yeon mengingat saat meniupkan sesuatu dimulut Ji A.

“Tapi dia tak memiliki manik rubah yang kuberikan padanya.” Ucap Yeon.  Neneknya yakin kalau Yeonpasti keliru.

“Tapi dia terlalu mirip dengannya... Wajahnya.” Ucap  Yeon mengingat saat Ji A mengatakan “Aku akan melindungimu”

“Suaranya.” Ucap Yeon mengingat saat Ji A mengeluh kalau kulitnya  Panas serasa mati.

“Bahkan sisik sialan itu menutupi tubuh A Eum sebelum dia mati.<” ucap Yeon. 



“Berhentilah.” Kata Nenek Yeon. Yeon tak mengerti neneknya yang berkata seperti itu.

“Rubah dan manusia tak bisa bersatu. Obsesimu akan membawa malapetaka. Untukmu dan dia yang bereinkarnasi.” Kata Nenek Yeon

“Aku tak ingin sesuatu yang semegah itu.” Ungkap Yeon. Nenek Yeon ingin tahu apa itu.

“Meski kita hidup selama ribuan tahun, kita semua memiliki waktu berharga. Era percintaan kami di atas segalanya. Dalam kasusmu, itu tahun 80-an. Itu saat kau menemukan hobi baru.”ucap Yeon memilih sebuah buku  [SELAMAT TINGGAL SELIRKU]

“Ketika Leslie Cheung mati, kau minum selama tiga hari berturut-turut.” Kata Yeon. Nenek Yeon sempat terdiam dan langsung ingin tahu memangnya kenapa.

“Demikian juga bagiku. Saat yang kusayangi menghirup udara yang sama denganku.” Ucap Yeon

“ Meski dia bereinkarnasi, dia bukanlah orang yang sama.” Tegas Nenek Yeon.

“Aku tak peduli. Keinginanku yaitu melihatnya menua sambil merasakan kegembiraan, kemarahan, kesedihan, dan kesenangan dalam hidup. Agar itu terjadi, ada pekerjaan yang harus kulakukan.” Ucap Yeon lalu melihat ponselnya yang bergetar dan meminta Nenek Yeon tak bersuara. 


Ji A menelp bertanya Sedang apa. Yeon gugup dan berbohong kalau akan segera makan dan bertanya kenapa menelpnya. Ji A menyuruh Yeon agar  Kembalikan ke dapur. Yeon tak mengerti maksudnya. Ji A mengatakan akan mengajak Yeon makan.


“Nek, aku akan kembali setelah makan.” Ucap Yeon. Nenek Yeon berteriak marah menegaskan Hukum Akhirat bukanlah lelucon.

“Tapi aku belum minum apapun hari ini.” Rengek Yeon.Nenek Yeon menegaksan aklau Ini terakhirnya bersikap lunak.

“Kau harus kembali sebelum tengah malam.” Tega Nenek Yon. Yeon mausk kembali ke ruangan.

“Apa Kau tak melihat seseorang yang mencurigakan meninggalkan pulau?” tanya Yeon

“Aku bukan kamera pribadimu!” teriak Nenek Yeon marah. Yeon mengejek kalau sudah menduga akan bilang itu.

“Kau tak pernah membantuku.” Ucap Yeon kesal. Nenek Yeon hanya bisa terdiam seperti menyembunyikan rahasia. 


Di depan rumah, Yeon terliha gugup seperti akan datang kencan ke rumah pacar, lalu menekan bel. Ji A pun keluar menyambut Yeon yang datang lalu menyuruhnya masuk.  Yeon yang gugup berpikir kalau harus menutup gerbangnya.

Mereka pun masuk ke dalam rumah, Yeon melihat sudah ada banyak makan diatas meja seperti tak percaya. Ji A mengaku kalau  membuat semuanya sendiri dengan bangga memberitahu kalau tak ada yang tak bisa dilakukan. Yeon mengejek kalau Ji A tak bisa bersikap sopan.

“Kesopanan tak berpengaruh pada makanan. Omong-omong, apa itu di belakangmu? Sepertinya bunga.” Ucap Ji A malu-malu. Yeon mengaku bukan.

“Kumpulkan keberanian untuk menyerahkannya.” Ucap Ji A. Yeon langsun memberikan seperti tanaman.

“Ini seikat mugwort, bukan bunga.” Kata Ji A kaget melihatnya. Yeon tahu kalau akan berhutang jika menerima makanan dengan gratis jadi tak bisa begitu.

“Apa Kau menyukainya? Aku akan duduk di sini. Responmu biasa saja.” Komentar Yeon

“Ini bukan yang diharapkan sebagai hadiah pindah rumah. Haruskah aku memasukkan ini ke air atau untuk dimakan?” ucap Ji A

“Saat tak ada kehidupan di tanah yang dihancurkan, mugwort paling pertama tumbuh“Bukankah seperti kau?”. Ucap Yeon mengejek.

Ji A membenarkan  lalu mmberikan hadiah pada Yeon yang elusan dikepala. Yeon kaget bertanya apa yang dilakukan Ji A. Ji A beralasan kalau Hewan suka dielus. Yeon pun mengingat kenangan saat pertama kali bertemu Ae Eum.

“Anjingku biasanya suka jika kuelus seperti ini” ucap A Eum. Ji Ah akhirnay menaruh didalam vas berisi air. Yeon terdiam menatap Ji A seperti masih tak yakin kalau itu adalah A Eum. 




Ji A membuka tutup panci, Yeon mencoba makanannya lalu memuji kalau rasanya Lezat. Ji A senang lalu menyuruh Yeon agar bisa makan sepuasnya. Yeon heran Kenapa Ji A tiba-tiba berubah hati.

“Manusia menawarkan makanan kepada orang lain saat mengungkapkan rasa terima kasih mereka. Kau sudah menyelamatkan hidupku dua kali, tapi makanan biasa ini adalah satu-satunya caraku membalas budi.” Ucap  Ji A.

“Ini cukup istimewa. Setidaknya bagiku hari ini.” Kata Yeon. Ji Ah hanya bisa tersenyum dan mereka makan bersama . 


Yeon melihat sekeliling rumah melihat artikel [INSIDEN BUKIT RUBAH, SEPASANG PROFESOR DAN DOKTER LENYAP] dan tak menyanga Ji A yang masih tinggal di sini. Ji A pikir Hal yang sama terjadi pada orang-orang dengan anggota keluarga yang hilang.

“Kami tak bisa pindah dengan mudah. Kami tinggal di rumah yang sama sehingga keluarga kami bisa menemukan jalan pulang.” Ucap Ji A

“Pasti sangat kesepian tinggal sendirian di rumah besar.” Kata Yeon. Ji A hanya bisa tertawa. Yeon tak mengerti kenapa Ji A tertawa

“Karena aku tak bisa menangis. Mendengar aku bisa saja kesepian, membuatku penasaran apakah itu yang kualami saat tumbuh dewasa.” Ucap Ji A

“Mereka pasti orang tua yang hebat.” Komentar Yeon. Ji A membenarkan.

“Andai saja mereka jahat. Jika jahat, aku mungkin bisa melupakan mereka dan melanjutkan hidupku.” Ucap Ji A yang tak bisa menahan tangisnya lalu menebak bagian kupingnya. Yeon terdiam  karena itu sama yang dilakukan A Eum.

“Jika begini, air mata akan masuk kembali. Ini rahasia yang aku peroleh pada usia sembilan tahun setelah kehilangan orang tua.” Ucap Ji A

“Kau pasti bisa menemukan orang tuamu. Aku yakin. Jadi, nikmati kenormalan dalam sisa hidupmu. Aku membicarakan rasa bosan dan rasa hangat yang dinikmati orang lain.” Ucap Yeon duduk didepan Ji A.

“Mengenai cinta pertamamu yang kau bicarakan...” ucap Ji A yang langsung disela Yeon

“ Mimpi.. Cinta pertamaku seperti bunga yang lembut.” Kata Yeon. Ji A langsun duduk disamping Yeon menegaskan kalau ia seperti rumput liar.

“Aku seperti mugwort yang tumbuh di tanah yang diradiasi.” Ucap Ji Ah. Keduanya hanya bisa tertawa. 




Rang datang ke sebuah tempat, pria yang menerima bayi berkomentar Bagi mugwort, Rang tumbuh dengan baik. Rang tersenyum mengucapkan Terima kasih atas apa yang dilakukan di Pulau Eohwa. Si paman mengaku Bukan apa-apa.

“Saat aku di ambang kematian setelah dibunuh oleh Yeon,. kau menyelamatkanku.”ucap Rang mengingat kembali saat tak sadarkan diri si paman berusah menolongnya.

“Itulah yang disebut takdir.” Kata si paman dan mereka terlihat mengunakan cincin merah tanpa terlihat oleh mata.

“Anak itu? Apa kabarnya baik?” tanya Rang. Paman menjawab Dia tertidur.

“Kau mengagumkan.Kau mengejutkanku bagaimana kau mengabdikan 600 tahun hidupmu untuk melayani dia.” Ucap Rang

“Karena aku manusia. Manusia biasa yang sangat ingin menemukan cara untuk tetap hidup.” Ucap Si paman

“Aku tak pernah menemukan siapa pun dengan akhir layak yang menarik kekuatan dari duniaku untuk tetap hidup. Bagaimana menurutmu?”kata Rang

“Aku akan memberi makan, menidurkannya, dan menunggunya tumbuh.” Kata Paman.

“Aku akan menantikannya. Ketika protagonis jatuh cinta dengan cintanya yang sudah lama hilang, kisah tragis mereka akan terulang kembali.” ucap Rang dengan senyuman liciknya. 




Yeon membahas tentang Rumah duka, apakah Ji A harus pergi ke sana Ji A heran kenapa Yeon tak ingin pergi kesana. Yeon pikir  Ini bukan waktu bagus untuk pergi ke tempat seperti itu. Ji A tak mengerti maksudnya.

“Menurutmu kenapa leluhurmu mandi dan menaburkan garam setelah kembali dari pemakaman? Itu karena roh jahat yang melekat.” Ucap Yeon

“Aku berterima kasih atas perhatianmu, tapi aku harus hadir. “ tegas Ji A.  Yeon mengingatkan Ji A sudah menginjakkan kaki ke dunianya.

“Jadi, kau khawatir roh kecil akan menempel padaku?” kata Ji A. Yeon menegaskan Apa pun itu, apa yang bisa dilihat Ji A, maka bisa melihatnya juga.

“Selain itu, aku akan meninggalkan Seoul selama beberapa hari.” Ucap Yeon. Ji A berpikir Yeon akan melakukan trip.

“Anggap saja begitu.” Ucap Yeon dan ingin tahu keputusan Ji A. Ji A menegaskan tak ingin menghindarinya.

“Apalagi jika aku akan hidup di dunia itu mulai sekarang.” Kata Ji A. Yeon melihat toko kelontong dan meminat Ji A agar menunggu. 



Yeon keluar memberikan kantung kecil pada Ji A, Ji A bingung Yeon memberitahu Ini tas berisi kacang merah untuk menambah usianya berpesan agar  Jangan sampai hilang dan bawa setiap waktu. Ji A berpikir kalau itu seperti jimat.

“Ini klasik, tapi akan bertahan satu atau dua hari jika aku membuatnya.” Kata Yeon. Ji A pun mengucapkan Terima kasih.

“Pergilah... Semoga tripmu lancar.” Ucap Ji A lalu melangkah pergi. Yeon pun menatap Ji A sampai berjalan belok

“Aneh. Aku seperti tak bisa pergi. Mungkinkah tak apa jika kutinggalkan dia sekarang?” gumam Yeon khawatir. 


Yeon menerima pesan dari Ji A [Apa film kesukaanmu?] Lalu membalasnya ["Toy Story 3". Kenapa?] Ji A menuliskan [Aku hanya ingin tahu lebih banyak tentangmu.]

Saat itu Ji A kembali datang melambiakan tanganya, Yeon terlihat gugup tapi akhirnya ikut melambaikan tangan.

“Kau bawa kantong kacang merah?” tanya Yeon. Ji A dengan bangga memperlihatkan  tas kacang merah yang masih dibawanya.

Bersambung ke part 2

Cek My Wattpad...   First Love

Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

 

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

 

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

INSTAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar