PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
“Saat ini
apa kau bahagia? Kau dapatkan semua keinginanmu. Kariermu melesat melebihi
perkiraanmu.Tapi kau juga seperti orang dari generasi ayah kita. Orang yang tak
peduli dengan hidupnya dan terus bekerja untuk menghidupi anak-anaknya.” Ucap
Jeong Ha.
Hye Jun
hanya diam saja. Jeong Ha melihat “CHI-YEONG” di ponsel Jeong ha menelp dan
memberitahu kalau harus pergi kerja. Hye Jun menganguk mengerti dan harus
pergi.
“Apa Perasaanmu
baik-baik saja?” tanya Jeong Ha saat Hye Jun akan pulang
“Maaf.”
Kata Hye Jun. Jeong Ha heran Hye Jun yang minta maaf lagi . Hye Jun mengaku tak
terpikir Jeong Ha yang berusaha menyesuaikan diri dengannya.
“Jangan
dipikirkan. Dengan posisimu, aku tahu kau lebih sulit melakukannya.” Kata Jeong
Ha
“Ucapan
itu menggangguku. Aku harap kau lebih bebas dan bahagia daripada siapa pun saat
bertemu denganku. Namun, kurasa kau menerima banyak batasan karenaku.” Kata Hye
Jun
“Sebagai
gantinya, Sa Hye-jun mencintaiku.” Balas Jeong Ha. Hye Jun tersenyum memuji
Jeong Ha yang mengetahuinya.
“Antar
aku sampai mobil van.” Kata Hye Jun. Jeong ha pikir Tak biasanya Hye Jun minta
diantar.
“Karena
hari ini aku tak ada waktu.” Ucap Hye Jun. Jeong Ha merasa tak bisa mengantar meski ingin mengantarnya
lagi.
Di kamar,
Tuan Sa bahagai menghitung uang 50 rb won didalam amplop. Nyonya Han masuk
kamar mengaku agak telat pulang dan akan siapkan makan malam. Tuan Sa pun
bertanya apakah istinya tau itu. Nyonya Sa ingin tahu uang apa itu.
“Ayah
berikan padaku. Bayaran syuting iklan.” Ucap Tuan Sa. Nyonya Sa ingin tahu Ada
berapa
“Delapan
ratus ribu won.” Kata Tuan Sa bahagia. Nyonya Sa ingin melihatnya tapi Tuan Sa
langsung menjauhkanya.
“Aku tak
akan mengambilnya. Tak seberapa.” Keluh Nyonya Han. Tuan Sa pikir Jumlahnya tak
penting.
“Ini kali
pertama aku dapat uang dari Ayah. Waktu kecil, ibuku yang selalu memberi. Aku
tak ingat diberi uang oleh Ayah.” Kata Tuan Sa bahagia.
“Ayah
pasti memberikan pada Ibu.” Ucap Nyonya Han.
Tuan Sa merasa tak ingat pernah terima langsung.
“Kita
beli apa dengan uang ini? Kau mau apa? Aku ingin membeli baju.” kata Tuan Sa.
Nyonya Han akan Beli sepatu juga. Tuan Sa berjanj akan membelikan juga.
“Sulit
menerima uang anak, tapi aku suka uang orang tua. Sama sekali tak sulit
diterima.” Kata Tuan Sa bahagia menghitung uang dalam amplop.
Gyeong
Jun, Nyonya Lee dan Ji A baru saja selesai makan. Nyonya Lee pikir Setelah
kenyang maka Dunia terlihat lebih baik dan mengajak untuk bicara lagi. Ji A
pikir akan membuatkan teh. Gyeong Jun pikir bisa membuat bersama.
“Tak
perlu dibuat bersama. Dia saja yang buatkan. Kau istirahat.” Kata Nyonya Lee
menarik Ji A duduk.
“Aku
hanya asal bicara.” Ucap Gyeong Jun. Nyonya Lee bergumam dalam hati kalau
Gyeong Jun itu Menyebalkan.
“Kau mau
memanfaatkanku?” gumam Gyeong Jun lalu mengeluh masih belum mengerti.
“Kenapa
aku bisa bersalah atas penghinaan?” kata Gyeong Jun. Ji A berkomentar.
“Sebenarnya
responsmu atas komentarnya tak bisa dianggap sebagai penghinaan.” Kata Ji A
“Dia bisa
dituntut lebih parah?” tanya Gyeong Jun. Ji A pikir Tak ada yang lebih parah
dari itu.
“Masalah
hukum terkait penghinaan dalam respons atas komentar berbeda. Coba lihat Di
bagian ini. Di komentar ini, dia tulis bahwa dia Kim Min-sik dari Suyu-ri. Bagian
ini menjelaskan seorang individu. Jadi, semua respons di bawah komentar ini bisa
dianggap sebagai penghinaan..” Jelas Ji A
“Komentar sebelumnya yang lebih parah, tapi
tak dianggap menghina karena ditulis sebelum dia sebut identitasnya.” Kata
Gyeong Jun.
“Kenapa
memotong pembicaraan orang? Komentar ini tak begitu parah, 'kan?” ucap Gyeong
Jun kesal
“Aku
katakan hal yang ingin kau katakan lebih cepat, Pak.” Kata Nyonya Lee.
“Kenapa
memanggilku begitu? Kau jauh lebih tua dariku.” Balas Gyeong Jun kesal. Ji A
merasa harus pergi sekarang saja. Nyonya Lee meminta maaf dan ingin melanjutkan
saja.
“Jadi… Komentar
ini, "Bajingan tak berotak," "Keparat," dan "Pria yang
menonton video porno yang aneh di pojok kamar." bisa dianggap sebagai
penghinaan.” Kata Ji A
“Jangan
keras kepala. Tulislah surat permintaan maaf. Tulis beberapa, bukan hanya
satu!” kata Nyonya Lee
“Pendirianku
tak berubah. Aku tak merasa bersalah. Aku Tak akan tulis surat permintaan
maaf.” Ucap Gyeong Jun.
“Lakukanlah
untuk Hye-jun. Bagaimana jika publik tahu kakak Hye-jun berkomentar jahat?”
kata Nyonya Lee
“Tak ada
yang tahu jika tak ungkap aku kakak Hye-jun. Aku tak mau minta maaf pada
penghina Hye-jun. Jangan harap. Menyebalkan.” Ucap Gyeong Jun.
Hye Jun
akan bersiap syuting menerima telp dari Tuan Lee. Tuan Lee dengan bangga kalau
sudah saatnya membantu. Hye Jun tak mengerti maksudnya. Tuan Lee pikri Hye Jun
akan tahu berita tentangnya yang akan muncul besok. Hye Jun ingin tahu Berita
apa
“Mari
bertemu dan bicara.” Ucap Tuan Lee. Hye Jun memberitahu kalau sedang syuting.
Tuan Lee pikir akan ke sana.
“Pak Lee,
entah berita apa yang akan muncul dan apa pengaruhnya bagiku, tapi aku tak mau
terima bantuanmu. Kenapa? Karena aku tahu ada tagihan mahal menunggu. Terima
kasih atas perhatianmu.” Ucap Hye Jun lalu menutup telpnya.
“Hye-jun, syuting dimulai. Kau bisa tidur sekitar tiga jam di rumah jika cepat selesai.” Kata Chi Yeong datang. Hye Jun mengerti memberikan ponselnya.
“Besok
adegan pertama dengan Hae-hyo? Aku senang tiap hari bertemu dia. Mari bersiap.”
Kata Hye Jun berjalan ke tempat syuting.
Hae Hyo
menuruni tangga melihat ibunya menelp tapi dibiarkan saja. Nyonya Kim mengeluh
Kenapa tak diangkat. Hae Hyo hanya diam saja bertemu bunya. Nyonya Kim
memberitahu kalau sudah buat salad keju ricotta dan sup brokoli.
“Makanlah
sebelum pergi. Ibu lelah karena bangun mengikuti jadwalmu. Meski begitu, ibu
tetap ingin berhubungan baik denganmu. Apa Kau akan mengabaikan ketulusan ibu?”
ucap Nyonya Kim
“Belakangan
aku sangat benci diriku. Kukira akan membaik seiring berjalannya waktu, ternyata
aku hanya makin marah.”ungkap Hae Hyo.
Hye Jun
menunggu didepan lift, Hae Hyo keluar dengan wajah sinis bertanya sedang apa.
Hye Jun pikir Kenapa masih tanya padahal sedang menunggumu.
“Karena
aku bilang… Karena…” ucap Hae Hyo terbata-bata lalu meminta maaf karena lupa
dengan naskahnya.
Sutradara
pun akhirnya mengulang adegan lagi. Hae Hyo mencoba konsentarsi tapi selalu
salah sampai Hye Jun mencoba membantu tapi tetap salah mengucapkan kalimatnya.
Ia pun hanya bisa membungkuk meminta maaf.
“Hei,
Berengsek. Kau sudah berlatih? Ini bukan adegan sulit. Kau tak bisa hafal satu
baris dialog. Sudah berapa kali kau gagal?”teriak sutradra marah. Hae Hyo hanya
bisa tertunduk.
“Sutradara,
boleh istirahat sebentar?”kata Hye Jun tahu temanya sedang ada masalah.
Sutradara akhirnya memutuskan Istirahat lima menit.
Di ruang
tunggu, Hae Hyo hanya menatap keluar jendela. Hye Jun bertanyaApa ada masalah.
Hae Hyo hanya diam saja. Hye Jun pikir sudah bertanya dua kali jadi apakah Hae
Hyo Masih tak mau bicara dan temanya
harus bicara agar bisa bantu.
“Memang
kau bisa bantu apa? Aku harus bantu diriku sendiri.” Ucap Hae Hyo
“Aku
ingin membantumu.” Kata Hye Jun. Hae Hyo mengaku malu bahkan paling malu pada
Hye Jun
“Aku tak
bisa menghadapimu karena merasa kecil di dekatmu.” Ucap Hye Jun.
Flash Back
Hye Jun,
Hae Hyo, Jin U dan temanya bermain basket bersama, beberpa saat Jin U meminta
izin pergi karena akan makan di restoran karena Jin-ri ulang tahun. Hae Hyo
pikir akan juga pergi. Jin U melihat jaket Hye Jun sama seperti Hae-hyo.
“Ini
selera ibuku.” Kata Hae Hyo memakai jaketnya. Hye Jun berkomentar Cocok
dengannya.
“Kau
pakai juga, Kalian akan seperti kembar jika pakai bersama.” Kata Jin U. Hye Jun
hanya bisa terdiam karena jaket yang sama itu dari ibunya.
Hye Jun
bertemu dengan ibunya, bertanya Kenapa
ada di sini. Nyonya Han mengatakan akan
belikan sepatu keinginannya. Hye Jun pikir ibunya jadi lebih murah hati sejak
bekerja. Nyonya Han bertanya apakah anaknya sangat senang. Hye Jun menganguk.
“Ibu
kerja di rumah Hae-hyo.” Kata Nyonya Han. Hye Jun kaget ternyata ibunya
berkerja dirumah temanya.
Di jalan,
Hye Jun heran Ada apa temanya karena menghindarinya. Hye Hyo mengaku tak mau
bersama Hye Jun jadi Pergi saja. Hye Jun menangis. Hae Hyo bingung Kenapa Hye
Jun menangis. Hye Jun pikri kalau memang berbuat salah lebih baik katakan.
“Kau tak
salah apa-apa.” Ucap Hae Hyo. Hye Jun pingin tahu alasan Hae Hyo yang tak mau
berteman dengannya.
Hye Jun
melihat dari kejauhan Hae Hyo yang duduk sendiri sambil menghafal naskah. Chi
Yeong datang, Hye Jun meminta berikan dia air hangat. Chi Yeong memberitahu
kalau ada air soda dan roti lapis. Hye Jun tahu temanya akan muntah jika makan
sesuatu saat kesal. Chi Yeong menganguk mengerti.
Hae Na
datang memanggil ibunya. Nyonya Kim menyapa anaknya yang pulang. Hae Na memberitahu kalau datang dengan Jin-u.
Nyonya Kim melotot tajam, Jin U pun menyapa calon ibu mertuanya. Nyonya Kim pun menyapa dengan senyuman
terpaksa.
“Ibu
menyetujui hubungan kami. Jin-u juga kenal Ibu. Jadi, aku minta main di rumah, bukan
di luar.” Ucap Hae Na.
“Kau akan
bertingkah seperti ini?” gumam Nyonya Kim sinis lalu mengajak Jin U duduk dan
Hae Na pergi ambil makanan.
“Tamu datang,
harus disediakan makanan.” Kata Nyonya Kim. Jin U pikir bukan tamu.
“Kau
tamu.” Kata Nyonya Kim sinis. Jin U akhirnya menyuruh Hae Na pergi agar bisa
duduk dengan Nyonya Kim.
“Jin-u,
dalam hidup, teman itu sepenting keluarga sendiri. Hae-hyo, Hye-jun, dan kau. Kalian
sudah berteman sejak sekolah dasar. Jika kau mencoba membangun hubungan
keluarga dengan Hae-na, maka kau akan kehilangan Hae-hyo.” Ucap Nyonya Kim. Jin
U hanya bisa tertunduk.
“Meski Hae-na
mengajak bermain di rumah, kau seharusnya menolak. Aku kira kau sesopan itu.
Kau mengecewakan.” Kata Nyonya Kim. Jin U pun akhirnya tertunduk meminta maaf.
Nyonya
Kim pergi ke dapur, Hae Na sedang mengupas buah. Nyonya Kim langsng meminta Hae
Na agarserahkan kartunya. Hae Na hanya bisa terdiam saja. Nyonya Kim pun masuk
kamar dengan wajah kesal. Hae Na masuk memberikan kartunya.
“Apa kau
mau kalahkan orang tua, tapi hanya ini yang bisa kau pikirkan? Sampai sekarang,
ibu pikir Jin-u pria baik. Namun, melihat dia mengikutimu hari ini, ternyata
keputusan ibu benar.” Ucap Nyonya Kim marah
“Jin-u
tak salah. Aku yang memaksanya ke sini.” Kata Hae Na. Nyonya Kim ingin tahu Dia
di mana sekarang. Hae Na menjawab Jin U sudah pergi.
“Rupanya
dia bisa memutuskan untuk pergi dari rumah ini. Ibu sempat cemas dia tak bisa
ambil keputusan. Kau takkan bisa menang dari Ibu. “ tegas Nyonya Kim
“Akhiri
hubungan dengannya sebelum ayahmu tahu. Jika dia tahu, saat itu… hidup ibu akan
menjadi bahan tertawaannya.”ungkap Nyonya Lee. Hae Na hanya bisa diam saja.
Nyonya
Han sibuk menghias diri, Tuan Sa mengeluh masuk kamar meminta segera keluar dan
berkomentar istrinyaberdandan cantik untuk pergi beli baju. Nyonya Han
menegaskan kalau ibunya Sa Hye-jun jadi harus berdandan untuk berjaga-jaga.
“Apa tak
bisa bilang kau berdandan untukku?” ucap Tuan Sa. Nyonya Han menjawab Tak bisa
dan langsung berjalan pergi. Tuan Sa hanya bisa tersenyum keluar dari kamar.
Di sebuah
toko, Nyonya Han memilih baju untuk suaminya.
Tuan Sa mengaku ingin mau beli jaket, bukan sweter. Nyonya Han pkir Sweter
biasa saja dan Jaket terlihat lebih keren lalu Tuan Sa memilih baju yang
lainya. Nyonya Sa berkomentar Pola kotak-kotak tak cocok dengannya.
“Kau Coba
ini.” Ucap Nyonya Han. Tuan Sa mengeluh tak suka tapi Nyonya Han tetap menyuruh
mencobanya.
“Permisi.
Di mana bisa kucoba?” tanya Tuan Sa pada pegawai. Seorang pegawai pun mengantar
Tuan Sa ke ruang ganti sambil memuji kalau Istri Tuan Sa cantik sekali.
Nyonya
Han pun memilih baju lainya, tiba-tiba seorang pria akan mengambilnya juga.
Keduanya seperti tak enak hati saling bertatapan dan akhirnya Nyonya Han
mempersilahkan ambil. Si pria pun tak mengalah agar Nyonya Han mengambilnya
saja.
“Beri
tahu jika kau membelinya. Aku bisa memilih yang lain.” Kata si pria. Nyonya Han
pun mengucapkan Terima kasih.
“Apa-apaan
tadi? Kenapa melihat istri orang?” kata Tuan Sa marah. Si pria merasa punya
mata.
“Aku tahu kau punya mata, tapi kenapa lihat ke sini?” kata Tuan Sa marah. Si pria pikir lihat ke sini arena perlu melihat ke sini.
“Ada apa
denganmu? Maaf.” Kata Nyonya Han. Tuan Sa mengeluh kenapa istrinya minta maaf?
“Pak, aku
juga punya istri.” Tegas Si pria. Tuan Sa pun heran pria itu datang sendiri.
“Apa Aku
tak boleh datang sendiri? Apa Aku harus minta izin padamu?” ucap Si pria marah
dan memperlihatkan ponselnya kalau Istrinya menelepon.
“Sayang..
Aku bertemu pria aneh di toko baju. Lain kali kita harus pergi bersama.” Kata
si pria ditelp dengan nada kesal.
Keduanya
pun berjalan keluar dari subway dengan barang belanjaan yang banyak. Nyonya Han
tersenyum merasa kalau secantik itu di mata suaminya. Tuan Sa merasa Jika
dipikir-pikir, konyol sekali. Nyonya Han meminta agar suaminya Bersikaplah
baiklah padanya sehari-hari.
“Jangan
cemburu tanpa alasan.” Kata Nyonya Ha mengoda. Tuan Sa merasa Pria tadi aneh.
“Dia
tampan.” Kata Nyonya Han. Tuan Sa kesal mendengarnya. Nyonay Han pikir mereka sudah
makan dan belanja dan bertanya apa Uangnya sudah habis.
“Aku suruh
keluarga Jang-man ke rumah. Aku mau belikan buah.” Kata Tuan Sa. Nyonya Han
pikir mereka hanya perlu ke supermarket.
Tuan Sa
dan Nyonya Han tiba-tiba melihat dilayar besar [APA CHARLIE JUNG HUBUNGI SA
HYE-JUN SEBELUM BUNUH DIRI?] keduanya hanya bisa melonggo bingung dan mengambil
salah satu koran dibaigan bawah [DITULIS OLEH REPORTER KIM SU-MAN] banyak orang
yang berpikir Sa Hye-jun pacar Charlie Jung bahkan sudah kuduga.
Hye Jun
pun ikut melihat berita saat keluar dari tempat syuting [SA HYE-JUN ADALAH
ORANG TERAKHIR YANG BICARA DENGAN MENDIANG CHARLIE JUNG?] Hye Jun terdiam,
sementara Chi Yeong dan Ass tak berkomentar memilih untuk masuk mobil.
Nyonya
Lee sedang berbicarad dengan Ji A dan meminta agar menunggu sebentara karena ada
telepon masuk. Ia pun mengangkat telp kantor da memberitahu reporter kalau
berita itu tak benar jadi sedang mengurus. Telp masih terus berdering, Nyonya
Lee akhirnya memutuskan aliran telpnya.
“Ya, Ji-a. Jika siaran pers sudah selesai diperiksa, berikan padaku. Itu harus dirilis. Kita perlu rencana. Aku akan tuntut mereka, media dan reporternya. Datanglah jika pengacara tak bisa.” Ucap Nyonya Lee kesal berbicara dengan Ji A.
Hye Ju
menelp, Nyonya Lee mengangkatnya dengan menarik nafas lebh dulu. Hye Jun
bertanya apakah Nyonya Lee sudah lihat berita. Nyonya Lee membenarkan dan
meminta Hye Jun Tak perlu cemas, karena akan gugat mereka.
“Kau
bukan orang terakhir yang bicara dengannya. Dia wafat beberapa hari setelah kau
tak angkat teleponnya. Tak mungkin tak
ada yang telepon dalam jangka waktu itu Mereka bahkan bilang kau dapat pesan,
padahal tidak. Aku benar-benar marah…” ucap Nyonya Lee
“Aku
terima pesan.” Kata Hye Jun. Nyonya Lee kaget Hye Jun yangterima dan mengeluh tak
beri tahu
“Apa Harus
beri tahu?” ucap Hye Jun. Nyonya Lee kesal Hye Jun tak beri tahu hal sepenting
itu
“Itu
pembicaraan pribadi.” Ucap Hye Jun. Nyonya Lee pikir Amakin harus tahu karena
itu.
“Apa
pesannya… soal… itu… Kalian saling suka? Kau akan tunjukkan atau tidak?” Ucap
Nyonya Lee. Hye Jun pikr akan ke sana
setelah jadwalnya selesai.
Su Bin
datang ke salon Jeong Ha memuji kalau Hasilnya bagus. Jeong Ha bertanya apakah Su Bin suka. Su Bin menganguk
dan memang senang, tapi Jeong Ha tak terlihat senang. Ia pun berpikir Jeong Ha mencemaskan Sa Hye-jun
“Dia
pasti bintang. Semua yang dia lakukan menjadi topik panas.” Kata Jeong Ha
mencoba agar tetap tenang
“Bagaimana
jika orang terakhir yang bicara dengan Charlie Jung benar-benar Sa Hye-jun?”
kata Su Bin
“Itu
pasti tak benar.” Kata Jeong Ha. Su Bin menyuruh Jeong Ha Coba tanya langsung.
“Sulit
untuk bertanya langsung. Aku takut dia terluka.” Kata Jeong Ha. Su Bin
berkomentar Jika itu dirinya maka berharap ditanya meski terluka.
“Terutama
oleh orang yang aku cintai.” Ucap Su Bin. Jeong Ha hanya bisa terdiam.
Nyonya
Lee melihat berita [SA HYE-JUN AMBIL TINDAKAN HUKUM TERKAIT RUMOR PALSU] Ji A
pikir cukup untuk beritanya dan ingin tahu Apa isi pesannya. Nyonya Lee mengaku
belum lihat dan mereka akan melanjutkan proses gugatan pers setelah lihat isi
pesannya.
“Gugatan
dan pesan tak berkaitan.” Kata Ji A. Nyonya Lee pikir Meski begitu, harus tahu
jelas semua hal tentang masalah ini.
“Dengan
begitu, aku bisa menangani semua faktor yang muncul.” Jelas Nyonya Lee
“Bagaimana
rapat dengan ketua tim besok? Apa tetap dilakukan?” kata Ji A. Nyonya Lee
menganguk.
“Terima
kasih, Ji-a.Aku sangat senang karena punya seseorang yang bisa kutanyai kapan
pun. Apa Kau mau sesuatu? Aku ada kue. Mau makan kue?” ucap Nyonya Lee memegang
tangan Ji A.
Ji A
menolak tapi Nyonya Lee meminta agar menunggu lalu pergi ke dapur.
Saat itu
terdengar bunyi bel, Nyonya Lee
menyuruhnya masuk. Jeong Ha datang
menyapa Nyonya Lee dan kaget melihat ada Ji A dalam ruangan. Nyonya Lee melihat
Jeong Ha yang datang lebih awal. Jeong Ha mengaku sangat cemas, jadi, bergegas
datang.
“Ada yang
perlu dibicarakan secara pribadi? Apa aku perlu pergi?”ucap Ji A. Nyonya Lee
gugup ingin memperkenalkan Ji A.
“Dia
pacar Hye-jun... Jadi, Ji-a… Begini…” ucap Nyonya Lee gugup. Ji A mengejek
Nyonya Lee yang gelagapan
“Aku
Pengacara Jung Ji-a, pengacara rekanan dari Firma Hukum Ilmok. Aku menangani
kasus Hye-jun.” ucap Ji A memberikan kartu namanya.
“Aku An
Jeong-ha, penata rias.” Kata Jeong Ha yang memberikan kartu namanya juga.
“Kalian
duduklah. Mari minum teh.” Ucap Nyonya Lee. Jeong Ha pikir harus pergi.
“Aku
biasanya tak datang ke kantor klien, tapi kasus ini lebih kuperhatikan karena
ini masalah Hye-jun.” ucap Ji A.
Di
kantor, Gyeong Jun sedang sibuk di tempat kerjanya dan melihat ayahnya menelp
tapi tak diangkat. Tuan Sa gugup menelp anaknya tapi tak diangkat, Nyonya Han
gugup karena anaknya tak mengangkat. Tuan Sa pikr sepertinya Gyeong Jun sedang
sibuk.
“Setidaknya
kirim pesan.” Kata Nyonya Han. Tuan Sa lalu melihat Gyeong Jun akhirnya
menelpnya.
“Sudah
kubilang, jangan telepon pada jam kerja.”keluh Gyeong Jun. Tuan Sa mengaku menelepon
karena mendesak.
“Sudah
lihat berita Hye-jun, 'kan?” kata Tuan Sa. Gyeong Jun mengaku sudah lihat
semuanya karena dapat tabloid di sini.
“Batalkan.”
Ucap Tuan Sa. Gyeong Jun merasa Tak bisa dan meminta Ayahnya tak perlu terlalu cemas.
“Kalian
tak bisa berbuat apa pun.” Kata Gyeong Ju. Tuan Sa kesal mereka hanya diam saja
“Bu Lee
pasti punya rencana.” Kata Gyeong Jun yakin kalau Nyonya Lee akan mengurus
adiknya.
Nyonya
Lee diruanga mengeluh kalau sekrang Tak ada rencana dan mengeluh kalau Saat
terasa sudah berakhir lalu tiba-tiba muncul masalah baru. Jeong Ha pikir Nyonya
Lee yang menanganinya dengan baik.
“Aku
ingin bicara lebih lama denganmu, tapi aku harus ke rumah Hye-jun.” kata Nyonya
Lee.
“Pergilah.
Aku sudah lega karena tahu apa yang akan kau lakukan.” Kata Jeong Ha.
“Hye-jun
berusaha semaksimal mungkin meluangkan waktu untuk bertemu denganmu. Terkadang
aku kasihan. Kuharap dia bisa tidur lebih lama. Kau menerima cinta seperti
itu.” Ucap Nyonya Lee
“Kurasa
cinta lebih baik dilakukan, bukan diterima. Aku senang menerima, tapi menjadi
sungkan karena merasa berterima kasih. Makanya, dulu aku tak mau berpacaran dan
hanya mengidolakannya.” Kata Jeong Ha.
Di dalam
bus, Jeong Ha ingin menelp Hye Jun tapi ragu. Saat itu Hye Jun sedang berhias
melihat Ji A yang menelp akhirnya mengangkat telp meminta semua agar keluar
ruangan. Ji A memberitahu kalau Tadi ke kantormu.
“Kami
merilis siaran pers. Kau sudah lihat?” ucap Ji A bangga. Hye Jun mengaku sudah
dan mengucapkan Terima kasih.
“Besok
aku akan rapat dengan Min-jae. Kau tak akan datang, 'kan?” kata Ji A
“ Ya. Ada
syuting... Aku tak bisa telepon terlalu lama.”ucap Hye Jun. Ji A mengeluh Hye
Jun dingin sekali padanya. Hye Jun hanya menutup telpnya dan hanya diam saja.
Ji A
pergi ke salon dan melihat Hae Hyo menunggu bertanya apakah tak kerja. Hae Hyo
pikir sudah bilang ke sini setelah
selesai kerja. Jeong ha heran Hae Hyo datang ke sini alih-alih pulang jika mau
makan.
Mereka
pun makan jajang myeon bersama, Jeong Ha melihat Hae Hyo yag terlihat
kelaparan. Hae Hyo melihat mulut Jeong Ha belepotan dan Jeong Ha langsung
menghindar saat Hae Hyo akan menyentuhnya
“Aku
hanya menunjuk. Tak berniat mengelap.” Ucap Hae Hyo. Jeong Ha memberikan tissue
untuk Hae Hyo agar lap mulutnya sendiri.
“Bagaimana
dengan Hye-jun?” tanya Jeong Ha. Hae Hyo ingin tahu Apanya Jeong ha bertanya
“Bagaimana suasana hatinya?”
“Suasana
hatinya selalu bagus. Dia terus tersenyum karena makin populer. kata Hae Hyo
“Mental
Hye-jun luar biasa. Rupanya dia tak terpengaruh dengan berita seperti itu. Aku
tak perlu mencemaskannya.” Ucap Jeong Ha. Hae Hyo bingung bertanya Berita apa
“Apa Kau
belum lihat berita Hye-jun? Tidakkah kau terlalu cuek pada teman dekatmu?”
ucap Jeong Ha
“Masih
belum selesai? Apa Kau bisa memiliki masalah seserius itu?” ejek Jeong Ha
“Bukankah
semua orang bisa memiliki masalah serius?” keluh Hae Hyo. Jeong Ha pun meminta
maaf.
“Tak
apa-apa. Kau tak tahu apa masalahku. Karena aku tak beri tahu.Itu salahku. Kau
tak perlu minta maaf.” Kata Hae Hyo
“Apa
masalahmu?” tanya Jeong Ha. Hae Hyo menjawab
Masalah keluarga.
Nyonya
Lee langsung menghampiri Gyeong Jun yang baru keluar gedung. Gyeong Jun
mengeluh melihatnya, Nyonya Lee pikir Harusnya ia yang berkata
"astaga". Gyeong Jun pikir sudah bilang akan pergi sendiri.Nyonya Lee
mengaku ia juga tak mau ke kantor polisi.
“Terserah
saja.” Kata Gyeong Jun pergi. Nyonya Lee mengejar agar menunggunya.
***
Bersambung
ke part 2
Cek My Wattpad... First Love
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar