PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ji A dan
Yeon makan ramyun bersama di teras rumah. Ji A pikir Duduk di teras membuatnya
penasaran, mungkinkah semua yang terjadi pagi ini adalah mimpi. Ia pikir andai
saja hidup bisa lancar setiap hari. Yeon berkomentar menyuruh Ji A menetaplah
di pedesaan.
“Apa Kau
tak merindukan alam?” tanya Ji A. Yeon mengaku
Tidak terlalu karena tidak ada department store.
“Terutama,
aku tak bisa hidup tanpa kopi hitam dan es krim cokelat mint lagi.” Ucap Yeon.
Ji A mengeluh kalau Yeon tak seperti Rubah.
“Hidup
sama untuk semua orang. Hanya karena para wanita itu mengenakan celana longgar
dengan motif bunga bukan berarti mereka punya hati yang baik. Semakin digali, semakin
rahasia kotor ditemukan.” Ucap Yeon
“Apa Kau
juga begitu? Aku hanya ingin tahu bagaimana hidupmu selama berabad-abad itu.”
Ucap Ji A
“Lalu,
bagaimana denganmu? Kenapa kau menunggu orang tuamu selama ini?” tanya Yeon
“Itu
sederhana. Karena aku merindukan ibu dan ayahku.” Akui J A. Yeon mengaku kalau
ia sama.
“Aku
menunggu seseorang yang aku rindukan.” Kata Yeon. Ji A memastikan kalau itu
Cinta pertamanya.
“Manusia.
atau rubah? Kenapa kau berpisah saat masih sangat merindukannya? Kau tak akan
beri tahu aku, ‘kan?” ucap Ji A
“Makhluk
pertama yang kucintai adalah gadis manusia yang akhirnya mati. Itu sebabnya aku
masih bergantung padanya. Kau puas?” ucap Yeon merasa Ji A akan mengejeknya.
“Kau
bilang kau sedang menunggunya. Apa Kau sedang menunggu orang yang sudah
mati?”ucap Ji A
“Dia
berjanji untuk bereinkarnasi.” Kata Yeon dengan wajah kesal menyuruh Ji A
membersihkan bekas makanya dan berjalan pergi.
Yoo Ri
masuk ke toilet memoles lipstiknya, setelah itu ia pun akan masuk ruangan. Saat
itu Shin Joo datang langsung memperingatan kalau ruangan itu hanya staf yang
bisa masuk. Yoo Ri kaget mengaku kalau salah masuk. Shin Joo pikir ini bukan
kesalahan.
“Bukankah
penampilanku tak cocok untuk pencuri? Bagaimana kalau kita bertukar nama? Spesies
kita sama. Aku Yoo Ri.” Ucap Yoo Ri mengajak berjabat tangan.
“Secara
teknis, spesies kita tak sama. Bukankah kau berasal dari Rusia?” ucap Shin Joo.
Yoo Ri tak percaya kalau sangat kelihatan.
“Bagaimana
kau datang ke Korea?”ucap Shin Joo. Yoo Ri pun mengaku diselundupkan.
“Apa Kau
pernah dalam penerbangan sembilan jam terjepit di antara pistol Makarov? Saat
mendarat, aku ingin meledakkan wajah penyelundup itu.” Kata Yoo Ri
“Kau sudah
melalui banyak kesulitan.” Kata Shin Joo. Yoo Ri pikir Itulah kenapa bisa
dipahami betapa kesalnya,
“Ketika
mendengar orang bilang. bahwa aku bukan orang yang bekerja keras sendiri.” Ucap
Yoo Ri
“Jadi
aku... Sudah tugasku untuk memeriksa fakta ini.” Kata Shin Joo gugup. Yoo Ri
pikir Shin Joo ingin mengetahui rahasia suksesnya. Shin Joo membenarkan.
“Bukan
apa-apa. Coba Lebih dekat. Kemari... Aku manis...” ucap Yoo Ri memberikan
ciuman di pipi Shin Joo. Shin Joo kaget menerimanya.
“...tapi
mematikan.” Ucap Yoo Ri dan langsung
mengeluarkan pistol di perut Shin Joo. Shin Joo kaget mendengarnya. Yoo Ri pun
langsung menarik kalung Shin Joo.
“Bagaimana
bisa kau biarkan diambil?” ucap Yeon berbicara ditelp. Shin Joo gumam kalau
sudah kacau.
“Tanpa
kalung... Aku tak mengerti apa yang dikatakan binatang.” Ucap Shin Joo
“Keren
sekali karena mengklaim sebagai dokter hewan terhebat. Pencuri yang mematikan? Tidak
ada yang lebih menyedihkan daripada dibutakan oleh kecantikan seorang wanita.”
Ucap Yeon
“Tapi kau
hidupmu hancur juga karena jatuh cinta pada wanita cantik.” Kata Shin. Yeon
kesal mendengarnya.
“Kalau
sudah begini, aku harus bagaimana, 'ya?” ucap Shin Joo binggung. Yeon heran
Shin masih bertanya karena tahu siapa dia,
jadi tinggal ambil kembali.
“Aku tak
bisa. Dia membawa pistol.” Ucap Shin Joo.
Yeon mengeluh Shin Joo itu rubah.
“Bagaimana
pistol bisa membuatmu takut?” keluh Yeon. Shin Joo pikir Yeon tahu kalau ia
punya trauma setelah ditembak di bagian ekor oleh pemburu.
“Cepatlah
pulang.” Ucap Shin Joo. Yeon menyuruh Shin Joo agar bisa berhenti merengek dan ambil sendiri.
Yeon
menutup telp dan menatap sesuatu yang aneh. Di pinggir pantai duku mengikat
kain dan kembali berdoa. Yeon terus menatap yang aneh, ternyata hanya melihat
dahan pohon yang ada di depanya dengan wajah sedih.
“Kenapa
ranting itu patah? Pasti sakit.” Ucap Yeon langsung memegang dahan pohon dengan
tanganya dan memperbaikinya.
“Aku
harap kau tumbuh dengan baik.” Kata Yeon setelah membuat dahan kembali tersambung dan mengikatnya dengan
tali.
“Angin bertiup dari arah barat laut. Bakal ada
sesuatu.” Gumam Yeon.
Ji A
menerima telp Jae Hwan bertanya apakah menemukan kasus serupa, Siapa korbannya.
Jae Hwan menjawab Keempatnya wanita tak dikenal. Ji A ingin tahu kapan. Jae Hwan menjawab Kasus pertama terjadi pada
tahun 1954, 13 Agustus.
“Tahun
1954?” ucap Ji A lalu mengingat penunggu
phon sebelumnya “Segera setelah berakhirnya Perang Korea. Makhluk jahat datang
ke pulau dengan menunggangi topan...”
“Sebutkan
semua tanggal secara berurutan.” Ucap Ji
A. Jae Hwan menjawab “25 Agustus 1961.
“6
September 1979. 7 September 1987. Tanggalnya sangat berjauhan. Bukankah ini
kasus pembunuhan berantai?” kata Jae Hwan. Ji A ingin tahu Hari apa?
“Aku akan
sebutkan secara berurutan. Jumat, Jumat, Kamis, dan Senin.” Kata Jae Hwan.
“Tak ada
hubungan dengan hari. Antara Agustus dan September... Tunggu.” Ucap Ji A
mengutak-ngatik tulisan [KALENDER BULAN: TANGGAL 15 BULAN 7 TAHUN 1961. KALENDER
BULAN: TANGGAL 15 BULAN 7 TAHUN 1979 KALENDER BULAN: TANGGAL 15 BULAN 7 TAHUN
1987]
“Kalender
bulan... Itu semua terjadi pada tanggal 15 bulan 7 berdasarkan kalender bulan.
Jika benar, semuanya terjadi pada tanggal yang sama.” Ucap Ji A. Jae Hwan
terlihat bingung.
“Dan hari
ini adalah hari itu. Produser, kau harus keluar dari pulau itu.” Ucap Jae Hwan.
“Apa yang
sebenarnya terjadi di pulau ini?”ucap Ji A penasaran dan saat itu Jin Shik
datang menuruni jalan.
Ji A
mengejarnya karena tahu Jin Shik satu kapal dengan ayah Pyung Hee, tapi Jin
Shik ketakutan berusaha kabur. Ji A masuk hutan memberitahu kalau Dua orang
yang selamat telah meninggal dan Hidupnya dalam bahaya. Jin Shik tak peduli
masih terus berlari.
“Tolong
dengarkan aku!.. Tunggu! Kenapa kau kabur?” ucap Ji A. Jin Shik pun terjatuh.
Ji A akan menolongnya tapi Jin Shik malah mengayuhkan sabitnya.
“Enyahlah,
kau hantu!” teriak Jin Shik. Ji A mengaduh kesakitan, Jin Shik mengangkat
sabitnya saat itu Yeon datang menyelamatnya.
Yeon
ingin membunuh balik tapi Ji A meminta agar jangan membunuhnya. Akhirnya Yeon
membiarkan Jin Shik pergi.
Yeon
ingin melihat luka di bahu Ji A, Ji A mengaku Tidak terlalu parah. Tapi Yeon
sudah membuatkan obat dan mengolesnya. Ji A bartanya apa itu. Yeon memberitahu
kalau Ini obat tradisional. Ji A merasakan panas. Yeon mengeluh agar Ji A berhentilah cengeng.
“Tanganmu
panas sekali...Ini Panas setengah mati” ucap Ji A. Yeon kaget melihat Ji A
speerti terkena luka bakar. Ji A tiba-tiba mencekik leher Yeon.
“Lama tak
bertemu, Yeon.” Sapa Ji A . Yeon kaget bertanya “Siapa kau?”
“Ini
aku... Orang yang kau tunggu.” Ucap Ji A. Yeon terlihat bingung.
“Omong-omong...
Kenapa... kau membunuhku?”ucap Ji A mulai mengoda. Yeon kembali bertanya “Siapa
kau?”
“Seharusnya
kau biarkan aku pergi.” ucap Ji A. Yeon terus bertanya “Siapa kau?”
“Hubungan
naas kita akan berakhir jika kau tak menghentikan perahu menyeberangi Sungai
Samdo.” Ucap Ji A
“ Tidak. Wanita
itu lahir dengan wajah yang hanya bisa aku kenali. Tak ada dalam dirimu.” Ucap Yeon
mengingat saat mencium Ji A
“Kau
sangat...tak tahu apa-apa, Yeon.” Kata
Ji A lalu merasakan Panas dan melihat bajunya yang terbuka.
“Apa yang kau lakukan padaku Ini sangat panas.” Ucap Ji A menarik bajunya. Yeon melihat kalau Bekas luka itu hilang.
“Siapa kau?” tanya Yeon. Ji A mengeluh Yeon yang menanyakan hal itu. Yeon meminta agar bisa menjawabnya. Ji A mengeluh dengan sikap Yeon.
“Siapa kau?” kata Yeon. Ji A mengeluh kalau jawabnya “Ji A. .. Ji A...” dengan nada tinggi.
“Apa Kau tidak ingat apapun? Kau barusan...” ucap Yeon dan akhirnya melihat Rang ada dibelakangnya.
“Bukankah
kita terlalu tua untuk bermain-main?” keluh Yeon amrah. Rang pikir mereka terlalu
saling membenci untuk main-main.
“Aku sebenarnya
bermaksud membunuhmu.” Kata Rang. Yeon menarik
Ji A untuk pergi. Ji A teringat dengan fotonya lalu mengambil lagi. Yeon
menyuruh Ji A agar pergi.
“Apa ini?
Kalian berkencan?” ucap Rang ingin mengejar Ji A. Tapi Yeon bisa menahan
adiknya dan menyuruh Ji A agar cepat pergi. Ji A pun bergegas pergi. Rang
menyuruh kakaknya minggir.
“Tidak,
bermainlah hanya denganku.” Ucap Yeon. Rang mengeluh kalau Ini kekerasan rumah
tangga.
“Ketika
anak tidak berperangai, yang terbaik adalah memukulnya. Tapi karena aku gagal
melakukan itu, kau akhirnya menjadi nakal.” Ucap Yeon
“Kau
terus menyalahkanku padahal kaulah yang mengubahku menjadi yatim piatu.” Kata
Rang
“Aku harus
memberimu pelindung mulut untuk Natal tahun ini.” Ejek Yeon.
Saat itu
Ji A berlari masuk ke hutan dan tersadar kalau ponsel tak ada ditasnya. Ia lalu melihat ada tali
yang diikat didpan rumah. Seorang waita datang bertanya Siapa wanita itu karena
belum pernah melihatnya. Ji A mengaku berasal dari stasiun penyiaran di Seoul.
“Apa Kau
menetap di sini?” tanya Ji A. Si dukun membenarkan. Ji A bertanya Jalan mana untuk kembali ke
desa
“Itu
adalah jalan pintas.” Kata si dukun menunjuk arah ke depan. Ji A pun
mengucapkan Terima kasih.
“Omong-omong,
berapa lama kau menetap di sini?” tanya Ji A. Si dukun menjawab Lama sekali.
“Aku sudah
menetap di sini lebih lama dari yang kau bayangkan.” Kata Si dukun.
“Mungkinkah kau pernah melihat orang-orang ini? Ini diambil di sini beberapa tahun lalu.” Ucap Ji Ah memperlihatkan foto orang tuanya.
“Tunggu. Bukankah wanita ini hamil?” kata si dukun. Ji A pun senang karena dukun itu mengingatnya.
“Apa Kau berbincang dengan mereka? Kenapa mereka datang ke sini?” tanya Ji A penasaran.
Si dukun
akhirnya mengajak Ji A duduk di halaman rumahnya, dan meminta agar minum sebelum
dingin. Ji A pun menurut walaupun terlihat ragu. Si dukun memberitahu Bayi di
dalam rahimnya terbalik, atau tali pusar terlilit ke lehernya.
“Yang
terpenting, mereka berdoa kepada Raja Naga di dalam gua agar persalinan
dilancarkan.” Ucap si dukun. Ji A baru tahu tentang Raja Naga.
“Dia
benar-benar menjawab doa. Bahkan saat Topan Sarah melanda, hanya pulau kami
yang aman. Kami dulu mengadakan ritual besar untuknya di hari itu.” Ucap Si
dukun
“Seperti
ritual tangkapan besar sebelum nelayan melaut?” tanya Ji A
“Bagaimana
orang yang begitu muda mengetahui hal seperti itu?” kata Si dukun.
“Kapan ritualnya?”
tanya Ji A. Si dukun menjawab Selama Festival Hantu. Ji A bergumam memastikan tentang
Festival Hantu.
“Itu
tanggal 15 bulan 7 menurut kalender lunar. Dan kau melakukan ritual itu
sendiri. Ini satu-satunya rumah di pulau ini. dengan bendera lima warna. Artinya
pemiliknya adalah dukun..” Ucap Ji A
Bendera
Lima warna :MELAMBANGKAN KEHIDUPAN, KEMATIAN, PENYAKIT, KEKAYAAN, DAN
LELUHUR</font>
“Aku melakukan
ini untuk mencari nafkah.. Dan, Bu. Wanita hamil di foto ini adalah dokter. Dia
harusnya pergi ke rumah sakit, bukan gua apabila ada yang salah dengan
bayinya.” Ucap Ji A berjalan pergi.
“Duduklah
kembali. Aku akan ceritakan semuanya.” Ucap Dukun. Ji A pikir dukun itu bisa
menceritakannya ke polisi.
“Lagi
pula, Nona... Kau tak bisa meninggalkan tempat ini.” Kata si dukun. Ji A
menegaskan tidak minum tehnya.
“Aku
tidak makan atau minumdari orang asing.” Kata Ji A dengan wajah yakin akan
keluar rumah, tapi kakinya tak bisa melangkah.
“Apa yang
salah denganku?” gumam Ji A bingung dan tiba-tiba jatuh pingsan seperti
tubuhnya lemah.
“Bukan
teh, melainkan dupa.” Ucap Dukun dengan senyuman licik mendekati Ji A. Ji A
melihat dicermin wajah si dukun terlihat sudah sangat tua.
Rang dan
Yeon masih saja berkelahi, sampai akhirnya Rang tertawa mengejek. Yeon heran
kalau Rang tertawa. Rang melihat
jamnya karena Waktunya sudah cukup. Yeon
bingung. Rang pikir Yeon itu masih belum mengerti.
“Kau tak
tahu kenapa dia berakhir di pulau ini?” ucap Rang. Yeon bingung seperti
terjebak.
“Dia akan
jadi pengorbanan. Kau tak punya banyak waktu. Asal tahu saja, dia tidak bisa
menerima teleponmu sekarang.” Ucap Rang memperlihat ponsel ditanganya.
“Kenapa
ini? Baunya benar-benar hilang.” Gumam Yeon bingung dan mencoba mencari sosok
Ji A. Ji A sudah dibawa ke sumur dan dukun menaburkan serbuk disekeliling.
“Matahari
akan segera terbenam. Harap bertahan sebentar lagi.”gumam Yeon tak bisa
menemukan Ji A. Si dukun seperti sudah siap melakukan ritual
“Sama
seperti kau, ibumu datang secara sukarela ke pulau ini. Sejak dia hamil, dia
mengalami mimpi yang sama setiap malam. Kaulah yang menipu ibumu saat berada di
dalam rahimnya.” Ucap Si dukun. Ji A melotot marah
Yeon
terlihat kebingungan mencari Ji A akhirnya berteriak di tengan hutan.
“Aku roh
gunung asli, penguasa pegunungan dan sungai. Angkat kegelapan ini dan bawa aku
ke dia!” teriak Yeon membuka tanganya, tapi tak yang berubah.
“Mungkin
sudah terlalu lama. Tidak berfungsi sama sekali.”keluh Yeon. Tapi tiba-tiba
kumpulan kunang-kunang mulai bergerak. Yeon pun tersenyum mengajak mereka
segera pergi.
Ji A
ditarik paksa ke dekat sumur, Dukun menyalakan lilin. Ji A mencoba untuk kabur.
Dukun memberitahu kalau itu tidak ada gunanya. Ji A tahu kalau itu dukun itu
adalah Pencari jasad di pulau ini.
“Mereka
semua adalah pengorbanan yang berharga.” Ucap Dukun. Ji A mengeluh kalau semua
omong kosong.
“Hei,
Wanita Tua... Itu hanya pembunuhan.” Tegas Ji A. Dukun meminta Ji A agar Jadilah
pengorbanan.
“Kau
adalah anak yang sangat istimewa. Betapa aku menunggumu... Mati. Kau harus
mati... Kau harus mati” ucap Dukun sudah siap membunuh dengan pisaunya.
Ji A mencaoba
menahan pisau ditangan Dukun, tapi Dukun
terus mencoba terus membunuh si dukun.
Ji A menahan dengan tanganya agar pisau tak menusuknya. Yeon pun datang
tapi tak bisa menembus karena sudah diberi taburan agar tak bisa melintas.
“Berhenti!”
teriak Yeon. Ji A kaget melihat Yeon yang datang. Yeon meminta agar Jangan
sentuh dia.
“Aku akan
merobek anggota tubuhmu.” Ucap Yeon mengancam. Duku itu pikir Ini tak ada
hubungannya dengan mantan pemilik gunung.
“Pergilah
saja.” Kata dukun. Yeon terlihat marah
mengumpat “Dasar mayat hidup.
“Siapa...
yang memberimu umur panjang yang tak pantas kau dapatkan? Katakan siapa yang
kau layani.” Ucap Yeon
“Kau tak bisa menghentikanku. Bunga mawar malam di segala penjuru.” Kata Dukun dengan tawa mengejek dan langsung menusuk pisaunya agar Ji A mati.
Ji A menahan pisau dengan tanganya. Yeon mencoba agar masuk melangkah untuk masuk dan melawan dengan kekuatanya. Yeon berusaha terus mendorong Ji A masuk ke dalam sumur. Yeon pun langsung mengeluarkan semua kekuatanya.
“Masuklah ke bumi.” Ucap Yeon marah, si dukun pun langsung menghilang ke bumi.
Ji A bertahan di pinggir sungai dengan tangan yang terluka, saat akan terjatuh Yeon bisa menahanya.
Nenek Yeon seperti mendapatkan firasat seperti tak pecaya Yeon berani melakukan itu. Tuan Hyun bertanya Ada apa. Nenek Yeon memberitahu kalau Yeon membunuh manusia. Rang duduk ditaman terlihat bahagia membuat jebakan.
Yeon mengikat tangan Ji A yang terluka, dan bertanya apakah bisa berjalan. Ji A yang lemas mencoba agar berdiri. Akhirnya Yeon mengendong keluar Ji A keluar dari sumur. Ji A bertanya Wanita macam apa dia
“Manusia... Orang yang ingin hidup lebih lama.” Ucap Yeon. Ji A mengeluh kalau sangat ingin memakinya.
“Katakan... Kau hampir mati.” Kata Yeon. Ji A menegaskan kalau ia tak mati. Saat itu darah yang menempel pada sumur mengalir ke sumur yang terbuka.
Shin Joo
marah pada Yeon mengerti kalau itu situasi mendesak dan ingin tahu bagaimana
dengan konsekuensinya. Rang mengeluh Shin Joo itu Berisik dan mengancam akan
menutup jika mengomel, Ia tahu harus harus menerima hukuman.
“Inilah
kenapa kau tak boleh terlibat dengan seorang wanita manusia. Yang satu ini
secara khusus mengetahui soal kehidupan masa lalu A Eum.” Ucap Shin Joo
“Apa?
Produser?” ucap Shin Joo. Yeon mengaku Atak tahu siapa dia, tapi akan
mengawasinya.
“Kisah
cintamu lebih dari sekedar terkenal di antara kami. Mungkin adikmu sedang
mempermainkanmu.” Ucap Shin Joo lalu terdengar kalau bagian buah yang
memberikan Harga diskon khusus.
“Kau di
mana? Supermarket?” tanya Yeon, Shin Joo mengaku butuh penyemangat setelah apa yang terjadi...
“Kau
mengambil kartu kreditku lagi, 'kan?” ucap Yeon marah. Shin Joo berpura-pura tak
bisa mendengar dengan jelas dan pergi ke bagian buah.
Yeon
masuk ke dalam kamar melihati Ji A sedang minum Alkohol. Ji A mengaku sama
seperti manusia yang menggila setelah ritual seperti itu jadi meminta agar Bergabunglah
denganya. Yeon mengaku tak pernah bilang
apa-apa.
“Karena
itu bisa membuatku tampak kuno tapi kau terlalu kasual denganku padahal kau
bahkan tak tahu usiaku.” Ucap Yeon
“Mereka
yang berusia di atas 60 tahun secara universal dianggap sebagai kakek.” Kata Ji
A
“Bersikaplah
kasual semaumu.” Kata Yeon akhirnya ikut minum bersama Ji Ah
“Kenapa
kau terus menyelamatkanku? 3.5 juta kematian sama sekali tak mengganggumu,
lantas kenapa? Apa aku punya sesuatu. yang kau cari?” tanya Ji A. Yeon hanya
diam saja.
“Aku
punya pertanyaan yang tak terhitung jumlahnya di pikiranku, tapi aku akan
biarkan sekarang. Aku akan bilang ini... Terima kasih, Yeon. Aku yang berusia 9
tahun dan aku yang berusia 30 tahun... Keduanya selamat berkat dirimu.” Ungkap Ji
A.
“Kau tahu, aku mungkin tak bisa mengalahkan dan mengendalikan cuaca... Tapi aku akan membalas budi suatu hari nanti. Kau bisa mengandalkanku untuk melindungimu..” kata Ji A. Yeon menatap Ji A dan mencoba untuk sadar dengan pikiranya.
“Mungkinkah kau punya kemampuan...menduplikasi botol soju ini?” ucap Ji A.
“Seperti 'Keajaiban Roti dan Ikan', 'kan?” ucap Yeon. Ji A membenarkan.
Saat malam hari, sumur yang terbuka membuat semua orang pergi ke sumu untuk melihatnya. Suara bayi seperti baru terlahir, Rang memberikan seorang bayi yang baru lahir pada seseorang dengan jimat disekelilinganya.
Pyung Hee
melihat Yeon keluar kamar bertanya apa berangkat dengan perahu pertama Yeon
melihat kaki Pyung Hee Tampaknya pincang. Pyung Hee hanya bisa tertunduk. Yeon
tahu Pyung Hee mengorbankan kakinya
untuk membalas dendam ayahnya.
“Bagaimana
kau...” ucap Pyung Hee kaget. Yeon pikir Pyung Hee cukup beruntung bisa berbagi
kisah itu.
“Jangan
pernah mengutuk orang lagi. Karma bisa berbalik.” Ucap Yeon.
Tiba-tiba
Ji A datang memberitahu kalau Tak ada. Yeon bingung apa maksudnya. Ji A
memberitahu Tak ada siapa pun. Yeon makin tak mengerti. Ji A memberitahu
kalau Seolah-olah seluruh desa lenyap. Bahkan
bayangan manusia pun tak terlihat.
Ji A dan
Yeon akhirnya berlari ke pelabuhan dan menatap seliling bingung karena tak ada
siapapun, seperti desa yang tak berpenghuni.
Bersambung
ke episode 4
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar