PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 15 Oktober 2020

Sinopsis Tale of the Nine Tailed Episode 3 Part 2

PS : All images credit and content copyright : TVN

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 

Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Ji A dan Yeon makan ramyun bersama di teras rumah. Ji A pikir Duduk di teras membuatnya penasaran, mungkinkah semua yang terjadi pagi ini adalah mimpi. Ia pikir andai saja hidup bisa lancar setiap hari. Yeon berkomentar menyuruh Ji A menetaplah di pedesaan.

“Apa Kau tak merindukan alam?” tanya Ji A. Yeon mengaku  Tidak terlalu karena tidak ada department store.

“Terutama, aku tak bisa hidup tanpa kopi hitam dan es krim cokelat mint lagi.” Ucap Yeon. Ji A mengeluh kalau Yeon tak seperti Rubah.

“Hidup sama untuk semua orang. Hanya karena para wanita itu mengenakan celana longgar dengan motif bunga bukan berarti mereka punya hati yang baik. Semakin digali, semakin rahasia kotor ditemukan.” Ucap Yeon 


“Apa Kau juga begitu? Aku hanya ingin tahu bagaimana hidupmu selama berabad-abad itu.” Ucap Ji A

“Lalu, bagaimana denganmu? Kenapa kau menunggu orang tuamu selama ini?” tanya Yeon

“Itu sederhana. Karena aku merindukan ibu dan ayahku.” Akui J A. Yeon mengaku kalau ia sama.

“Aku menunggu seseorang yang aku rindukan.” Kata Yeon. Ji A memastikan kalau itu Cinta pertamanya.

“Manusia. atau rubah? Kenapa kau berpisah saat masih sangat merindukannya? Kau tak akan beri tahu aku, ‘kan?” ucap Ji A

“Makhluk pertama yang kucintai adalah gadis manusia yang akhirnya mati. Itu sebabnya aku masih bergantung padanya. Kau puas?” ucap Yeon merasa Ji A akan mengejeknya.

“Kau bilang kau sedang menunggunya. Apa Kau sedang menunggu orang yang sudah mati?”ucap Ji A

“Dia berjanji untuk bereinkarnasi.” Kata Yeon dengan wajah kesal menyuruh Ji A membersihkan bekas makanya dan berjalan pergi. 


Yoo Ri masuk ke toilet memoles lipstiknya, setelah itu ia pun akan masuk ruangan. Saat itu Shin Joo datang langsung memperingatan kalau ruangan itu hanya staf yang bisa masuk. Yoo Ri kaget mengaku kalau salah masuk. Shin Joo pikir ini bukan kesalahan.

“Bukankah penampilanku tak cocok untuk pencuri? Bagaimana kalau kita bertukar nama? Spesies kita sama. Aku Yoo Ri.” Ucap Yoo Ri mengajak berjabat tangan.

“Secara teknis, spesies kita tak sama. Bukankah kau berasal dari Rusia?” ucap Shin Joo. Yoo Ri tak percaya kalau sangat kelihatan.

“Bagaimana kau datang ke Korea?”ucap Shin Joo. Yoo Ri pun mengaku diselundupkan.


“Apa Kau pernah dalam penerbangan sembilan jam terjepit di antara pistol Makarov? Saat mendarat, aku ingin meledakkan wajah penyelundup itu.” Kata Yoo Ri

“Kau sudah melalui banyak kesulitan.” Kata Shin Joo. Yoo Ri pikir Itulah kenapa bisa dipahami betapa kesalnya,

“Ketika mendengar orang bilang. bahwa aku bukan orang yang bekerja keras sendiri.” Ucap Yoo Ri

“Jadi aku... Sudah tugasku untuk memeriksa fakta ini.” Kata Shin Joo gugup. Yoo Ri pikir Shin Joo ingin mengetahui rahasia suksesnya. Shin Joo membenarkan.

“Bukan apa-apa. Coba Lebih dekat. Kemari... Aku manis...” ucap Yoo Ri memberikan ciuman di pipi Shin Joo. Shin Joo kaget menerimanya.

“...tapi mematikan.” Ucap  Yoo Ri dan langsung mengeluarkan pistol di perut Shin Joo. Shin Joo kaget mendengarnya. Yoo Ri pun langsung menarik kalung Shin Joo. 


“Bagaimana bisa kau biarkan diambil?” ucap Yeon berbicara ditelp. Shin Joo gumam kalau sudah kacau.

“Tanpa kalung... Aku tak mengerti apa yang dikatakan binatang.” Ucap Shin Joo

“Keren sekali karena mengklaim sebagai dokter hewan terhebat. Pencuri yang mematikan? Tidak ada yang lebih menyedihkan daripada dibutakan oleh kecantikan seorang wanita.” Ucap Yeon

“Tapi kau hidupmu hancur juga karena jatuh cinta pada wanita cantik.” Kata Shin. Yeon kesal mendengarnya. 


“Kalau sudah begini, aku harus bagaimana, 'ya?” ucap Shin Joo binggung. Yeon heran Shin masih bertanya karena tahu siapa dia,  jadi tinggal ambil kembali.

“Aku tak bisa. Dia membawa pistol.” Ucap Shin Joo.  Yeon mengeluh Shin Joo itu rubah.

“Bagaimana pistol bisa membuatmu takut?” keluh Yeon. Shin Joo pikir Yeon tahu kalau ia punya trauma setelah ditembak di bagian ekor oleh pemburu.

“Cepatlah pulang.” Ucap Shin Joo. Yeon menyuruh Shin Joo agar bisa  berhenti merengek dan ambil sendiri.


Yeon menutup telp dan menatap sesuatu yang aneh. Di pinggir pantai duku mengikat kain dan kembali berdoa. Yeon terus menatap yang aneh, ternyata hanya melihat dahan pohon yang ada di depanya dengan wajah sedih.

“Kenapa ranting itu patah? Pasti sakit.” Ucap Yeon langsung memegang dahan pohon dengan tanganya dan memperbaikinya.

“Aku harap kau tumbuh dengan baik.” Kata Yeon setelah membuat dahan  kembali tersambung dan mengikatnya dengan tali.

 “Angin bertiup dari arah barat laut. Bakal ada sesuatu.” Gumam Yeon. 


Ji A menerima telp Jae Hwan bertanya apakah menemukan kasus serupa, Siapa korbannya. Jae Hwan menjawab Keempatnya wanita tak dikenal. Ji A ingin tahu kapan.  Jae Hwan menjawab Kasus pertama terjadi pada tahun 1954, 13 Agustus.

“Tahun 1954?” ucap  Ji A lalu mengingat penunggu phon sebelumnya “Segera setelah berakhirnya Perang Korea. Makhluk jahat datang ke pulau dengan menunggangi topan...”

“Sebutkan semua tanggal secara berurutan.” Ucap  Ji A. Jae Hwan menjawab “25 Agustus 1961.


“6 September 1979. 7 September 1987. Tanggalnya sangat berjauhan. Bukankah ini kasus pembunuhan berantai?” kata Jae Hwan. Ji A ingin tahu Hari apa?

“Aku akan sebutkan secara berurutan. Jumat, Jumat, Kamis, dan Senin.” Kata Jae Hwan.

“Tak ada hubungan dengan hari. Antara Agustus dan September... Tunggu.” Ucap Ji A mengutak-ngatik tulisan [KALENDER BULAN: TANGGAL 15 BULAN 7 TAHUN 1961. KALENDER BULAN: TANGGAL 15 BULAN 7 TAHUN 1979 KALENDER BULAN: TANGGAL 15 BULAN 7 TAHUN 1987]

“Kalender bulan... Itu semua terjadi pada tanggal 15 bulan 7 berdasarkan kalender bulan. Jika benar, semuanya terjadi pada tanggal yang sama.” Ucap Ji A. Jae Hwan terlihat bingung.

“Dan hari ini adalah hari itu. Produser, kau harus keluar dari pulau itu.” Ucap Jae Hwan.

“Apa yang sebenarnya terjadi di pulau ini?”ucap Ji A penasaran dan saat itu Jin Shik datang menuruni jalan. 


Ji A mengejarnya karena tahu Jin Shik satu kapal dengan ayah Pyung Hee, tapi Jin Shik ketakutan berusaha kabur. Ji A masuk hutan memberitahu kalau Dua orang yang selamat telah meninggal dan Hidupnya dalam bahaya. Jin Shik tak peduli masih terus berlari.

“Tolong dengarkan aku!.. Tunggu! Kenapa kau kabur?” ucap Ji A. Jin Shik pun terjatuh. Ji A akan menolongnya tapi Jin Shik malah mengayuhkan sabitnya.

“Enyahlah, kau hantu!” teriak Jin Shik. Ji A mengaduh kesakitan, Jin Shik mengangkat sabitnya saat itu Yeon datang menyelamatnya.

Yeon ingin membunuh balik tapi Ji A meminta agar jangan membunuhnya. Akhirnya Yeon membiarkan Jin Shik pergi.


Yeon ingin melihat luka di bahu Ji A, Ji A mengaku Tidak terlalu parah. Tapi Yeon sudah membuatkan obat dan mengolesnya. Ji A bartanya apa itu. Yeon memberitahu kalau Ini obat tradisional. Ji A merasakan panas.  Yeon mengeluh agar Ji A berhentilah cengeng.

“Tanganmu panas sekali...Ini Panas setengah mati” ucap Ji A. Yeon kaget melihat Ji A speerti terkena luka bakar. Ji A tiba-tiba mencekik leher Yeon.


“Lama tak bertemu, Yeon.” Sapa Ji A . Yeon kaget bertanya “Siapa kau?”

“Ini aku... Orang yang kau tunggu.” Ucap Ji A. Yeon terlihat bingung.

“Omong-omong... Kenapa... kau membunuhku?”ucap Ji A mulai mengoda. Yeon kembali bertanya “Siapa kau?”

“Seharusnya kau biarkan aku pergi.” ucap Ji A. Yeon terus bertanya “Siapa kau?”

“Hubungan naas kita akan berakhir jika kau tak menghentikan perahu menyeberangi Sungai Samdo.” Ucap Ji A

“ Tidak. Wanita itu lahir dengan wajah yang hanya bisa aku kenali. Tak ada dalam dirimu.” Ucap Yeon mengingat saat mencium Ji A 


“Kau sangat...tak tahu apa-apa, Yeon.” Kata  Ji A lalu merasakan Panas dan melihat bajunya yang terbuka.

“Apa yang kau lakukan padaku Ini sangat panas.” Ucap Ji A menarik bajunya. Yeon melihat kalau Bekas luka itu hilang.



“Siapa kau?” tanya Yeon. Ji A mengeluh Yeon yang menanyakan hal itu.  Yeon meminta agar bisa menjawabnya. Ji A mengeluh dengan sikap Yeon.

“Siapa kau?” kata Yeon. Ji A mengeluh kalau jawabnya “Ji A. .. Ji A...” dengan nada tinggi.

“Apa Kau tidak ingat apapun? Kau barusan...” ucap Yeon dan akhirnya melihat Rang ada dibelakangnya. 


“Bukankah kita terlalu tua untuk bermain-main?” keluh Yeon amrah. Rang pikir mereka terlalu saling membenci untuk main-main.

“Aku sebenarnya bermaksud membunuhmu.” Kata Rang. Yeon menarik  Ji A untuk pergi. Ji A teringat dengan fotonya lalu mengambil lagi. Yeon menyuruh Ji A agar pergi.

“Apa ini? Kalian berkencan?” ucap Rang ingin mengejar Ji A. Tapi Yeon bisa menahan adiknya dan menyuruh Ji A agar cepat pergi. Ji A pun bergegas pergi. Rang menyuruh kakaknya minggir. 


“Tidak, bermainlah hanya denganku.” Ucap Yeon. Rang mengeluh kalau Ini kekerasan rumah tangga.

“Ketika anak tidak berperangai, yang terbaik adalah memukulnya. Tapi karena aku gagal melakukan itu, kau akhirnya menjadi nakal.” Ucap Yeon

“Kau terus menyalahkanku padahal kaulah yang mengubahku menjadi yatim piatu.” Kata Rang

“Aku harus memberimu pelindung mulut untuk Natal tahun ini.” Ejek Yeon. 


Saat itu Ji A berlari masuk ke hutan dan tersadar kalau ponsel  tak ada ditasnya. Ia lalu melihat ada tali yang diikat didpan rumah. Seorang waita datang bertanya Siapa wanita itu karena belum pernah melihatnya. Ji A mengaku berasal dari stasiun penyiaran di Seoul.

“Apa Kau menetap di sini?” tanya Ji A. Si dukun membenarkan.  Ji A bertanya Jalan mana untuk kembali ke desa

“Itu adalah jalan pintas.” Kata si dukun menunjuk arah ke depan. Ji A pun mengucapkan Terima kasih.

“Omong-omong, berapa lama kau menetap di sini?” tanya Ji A. Si dukun menjawab Lama sekali.

“Aku sudah menetap di sini lebih lama dari yang kau bayangkan.” Kata Si dukun.



“Mungkinkah kau pernah melihat orang-orang ini? Ini diambil di sini beberapa tahun lalu.” Ucap Ji Ah memperlihatkan foto orang tuanya.

“Tunggu. Bukankah wanita ini hamil?” kata si dukun. Ji A pun senang karena dukun itu mengingatnya.

“Apa Kau berbincang dengan mereka? Kenapa mereka datang ke sini?” tanya Ji A penasaran. 



Si dukun akhirnya mengajak Ji A duduk di halaman rumahnya, dan meminta agar minum sebelum dingin. Ji A pun menurut walaupun terlihat ragu. Si dukun memberitahu Bayi di dalam rahimnya terbalik, atau tali pusar terlilit ke lehernya.

“Yang terpenting, mereka berdoa kepada Raja Naga di dalam gua agar persalinan dilancarkan.” Ucap si dukun. Ji A baru tahu tentang Raja Naga.

“Dia benar-benar menjawab doa. Bahkan saat Topan Sarah melanda, hanya pulau kami yang aman. Kami dulu mengadakan ritual besar untuknya di hari itu.” Ucap Si dukun

“Seperti ritual tangkapan besar sebelum nelayan melaut?” tanya Ji A

“Bagaimana orang yang begitu muda mengetahui hal seperti itu?” kata Si dukun.

“Kapan ritualnya?” tanya Ji A. Si dukun menjawab Selama Festival Hantu. Ji A bergumam memastikan tentang Festival Hantu.

“Itu tanggal 15 bulan 7 menurut kalender lunar. Dan kau melakukan ritual itu sendiri. Ini satu-satunya rumah di pulau ini. dengan bendera lima warna. Artinya pemiliknya adalah dukun..” Ucap Ji A

Bendera Lima warna :MELAMBANGKAN KEHIDUPAN, KEMATIAN, PENYAKIT, KEKAYAAN, DAN LELUHUR</font>

“Aku melakukan ini untuk mencari nafkah.. Dan, Bu. Wanita hamil di foto ini adalah dokter. Dia harusnya pergi ke rumah sakit, bukan gua apabila ada yang salah dengan bayinya.” Ucap Ji A berjalan pergi. 


“Duduklah kembali. Aku akan ceritakan semuanya.” Ucap Dukun. Ji A pikir dukun itu bisa menceritakannya ke polisi.

“Lagi pula, Nona... Kau tak bisa meninggalkan tempat ini.” Kata si dukun. Ji A menegaskan tidak minum tehnya.

“Aku tidak makan atau minumdari orang asing.” Kata Ji A dengan wajah yakin akan keluar rumah, tapi kakinya tak bisa melangkah.

“Apa yang salah denganku?” gumam Ji A bingung dan tiba-tiba jatuh pingsan seperti tubuhnya lemah.

“Bukan teh, melainkan dupa.” Ucap Dukun dengan senyuman licik mendekati Ji A. Ji A melihat dicermin wajah si dukun terlihat sudah sangat tua. 


Rang dan Yeon masih saja berkelahi, sampai akhirnya Rang tertawa mengejek. Yeon heran kalau  Rang tertawa. Rang melihat jamnya  karena Waktunya sudah cukup. Yeon bingung. Rang pikir Yeon itu masih belum mengerti.

“Kau tak tahu kenapa dia berakhir di pulau ini?” ucap Rang. Yeon bingung seperti terjebak.

“Dia akan jadi pengorbanan. Kau tak punya banyak waktu. Asal tahu saja, dia tidak bisa menerima teleponmu sekarang.” Ucap Rang memperlihat ponsel ditanganya. 


“Kenapa ini? Baunya benar-benar hilang.” Gumam Yeon bingung dan mencoba mencari sosok Ji A. Ji A sudah dibawa ke sumur dan dukun menaburkan serbuk disekeliling.

“Matahari akan segera terbenam. Harap bertahan sebentar lagi.”gumam Yeon tak bisa menemukan Ji A. Si dukun seperti sudah siap melakukan ritual

“Sama seperti kau, ibumu datang secara sukarela ke pulau ini. Sejak dia hamil, dia mengalami mimpi yang sama setiap malam. Kaulah yang menipu ibumu saat berada di dalam rahimnya.” Ucap Si dukun. Ji A melotot marah 


Yeon terlihat kebingungan mencari Ji A akhirnya berteriak di tengan hutan.

“Aku roh gunung asli, penguasa pegunungan dan sungai. Angkat kegelapan ini dan bawa aku ke dia!” teriak Yeon membuka tanganya, tapi tak yang berubah.

“Mungkin sudah terlalu lama. Tidak berfungsi sama sekali.”keluh Yeon. Tapi tiba-tiba kumpulan kunang-kunang mulai bergerak. Yeon pun tersenyum mengajak mereka segera pergi. 


Ji A ditarik paksa ke dekat sumur, Dukun menyalakan lilin. Ji A mencoba untuk kabur. Dukun memberitahu kalau itu tidak ada gunanya. Ji A tahu kalau itu dukun itu adalah Pencari jasad di pulau ini.

“Mereka semua adalah pengorbanan yang berharga.” Ucap Dukun. Ji A mengeluh kalau semua omong kosong.

“Hei, Wanita Tua... Itu hanya pembunuhan.” Tegas Ji A. Dukun meminta Ji A agar Jadilah pengorbanan.

“Kau adalah anak yang sangat istimewa. Betapa aku menunggumu... Mati. Kau harus mati... Kau harus mati” ucap Dukun sudah siap membunuh dengan pisaunya.

Ji A mencaoba menahan pisau ditangan Dukun,  tapi Dukun terus mencoba terus membunuh si dukun.  Ji A menahan dengan tanganya agar pisau tak menusuknya. Yeon pun datang tapi tak bisa menembus karena sudah diberi taburan agar tak bisa melintas. 


“Berhenti!” teriak Yeon. Ji A kaget melihat Yeon yang datang. Yeon meminta agar Jangan sentuh dia.

“Aku akan merobek anggota tubuhmu.” Ucap Yeon mengancam. Duku itu pikir Ini tak ada hubungannya dengan mantan pemilik gunung.

“Pergilah saja.” Kata  dukun. Yeon terlihat marah mengumpat “Dasar mayat hidup.

“Siapa... yang memberimu umur panjang yang tak pantas kau dapatkan? Katakan siapa yang kau layani.” Ucap Yeon

“Kau tak bisa menghentikanku. Bunga mawar malam di segala penjuru.” Kata Dukun dengan tawa mengejek dan langsung menusuk pisaunya agar Ji A mati. 



Ji A menahan pisau dengan tanganya. Yeon mencoba agar masuk melangkah untuk masuk dan melawan dengan kekuatanya. Yeon berusaha terus mendorong Ji A masuk ke dalam sumur. Yeon pun langsung mengeluarkan semua kekuatanya.

“Masuklah ke bumi.” Ucap Yeon marah, si dukun pun langsung menghilang ke bumi.

Ji A bertahan di pinggir sungai dengan tangan yang terluka, saat akan terjatuh Yeon bisa menahanya.

Nenek Yeon seperti mendapatkan firasat seperti tak pecaya Yeon berani melakukan itu. Tuan Hyun bertanya Ada apa. Nenek Yeon memberitahu kalau Yeon membunuh manusia. Rang duduk ditaman terlihat bahagia membuat jebakan. 


Yeon mengikat tangan Ji A yang terluka, dan bertanya apakah bisa berjalan. Ji A yang lemas mencoba agar berdiri. Akhirnya Yeon mengendong keluar Ji A keluar dari sumur.  Ji A bertanya Wanita macam apa dia

“Manusia... Orang yang ingin hidup lebih lama.” Ucap Yeon. Ji A mengeluh kalau sangat ingin memakinya.

“Katakan... Kau hampir mati.” Kata Yeon. Ji A  menegaskan kalau ia tak mati. Saat itu darah yang menempel pada sumur mengalir ke sumur yang terbuka. 




Shin Joo marah pada Yeon mengerti kalau itu situasi mendesak dan ingin tahu bagaimana dengan konsekuensinya. Rang mengeluh Shin Joo itu Berisik dan mengancam akan menutup jika mengomel, Ia tahu harus harus menerima hukuman.

“Inilah kenapa kau tak boleh terlibat dengan seorang wanita manusia. Yang satu ini secara khusus mengetahui soal kehidupan masa lalu A Eum.” Ucap Shin Joo

“Apa? Produser?” ucap Shin Joo. Yeon mengaku Atak tahu siapa dia, tapi akan mengawasinya.

“Kisah cintamu lebih dari sekedar terkenal di antara kami. Mungkin adikmu sedang mempermainkanmu.” Ucap Shin Joo lalu terdengar kalau bagian buah yang memberikan Harga diskon khusus.

“Kau di mana? Supermarket?” tanya Yeon, Shin Joo mengaku  butuh penyemangat setelah apa yang terjadi...

“Kau mengambil kartu kreditku lagi, 'kan?” ucap Yeon marah. Shin Joo berpura-pura tak bisa mendengar dengan jelas dan pergi ke bagian buah. 

Yeon masuk ke dalam kamar melihati Ji A sedang minum Alkohol. Ji A mengaku sama seperti manusia yang menggila setelah ritual seperti itu jadi meminta agar Bergabunglah denganya. Yeon mengaku  tak pernah bilang apa-apa.

“Karena itu bisa membuatku tampak kuno tapi kau terlalu kasual denganku padahal kau bahkan tak tahu usiaku.” Ucap Yeon

“Mereka yang berusia di atas 60 tahun secara universal dianggap sebagai kakek.” Kata Ji A 


“Bersikaplah kasual semaumu.” Kata Yeon akhirnya ikut minum bersama Ji Ah

“Kenapa kau terus menyelamatkanku? 3.5 juta kematian sama sekali tak mengganggumu, lantas kenapa? Apa aku punya sesuatu. yang kau cari?” tanya Ji A. Yeon hanya diam saja.

“Aku punya pertanyaan yang tak terhitung jumlahnya di pikiranku, tapi aku akan biarkan sekarang. Aku akan bilang ini... Terima kasih, Yeon. Aku yang berusia 9 tahun dan aku yang berusia 30 tahun... Keduanya selamat berkat dirimu.” Ungkap Ji A.

 

“Kau tahu, aku mungkin tak bisa mengalahkan dan mengendalikan cuaca... Tapi aku akan membalas budi suatu hari nanti. Kau bisa mengandalkanku untuk melindungimu..” kata Ji A. Yeon menatap Ji A dan mencoba untuk sadar dengan pikiranya.

“Mungkinkah kau punya kemampuan...menduplikasi botol soju ini?” ucap Ji A.

“Seperti 'Keajaiban Roti dan Ikan', 'kan?” ucap Yeon. Ji A membenarkan.

“Memangnya aku Yesus? Minum saja apa yang ini.” Keluh Yeon kesal. 

Saat malam hari, sumur yang terbuka membuat semua orang pergi ke sumu untuk melihatnya. Suara bayi seperti baru terlahir, Rang memberikan seorang bayi yang baru lahir pada seseorang dengan jimat disekelilinganya. 


Pyung Hee melihat Yeon keluar kamar bertanya apa berangkat dengan perahu pertama Yeon melihat kaki Pyung Hee Tampaknya pincang. Pyung Hee hanya bisa tertunduk. Yeon tahu Pyung Hee  mengorbankan kakinya untuk membalas dendam ayahnya.

“Bagaimana kau...” ucap Pyung Hee kaget. Yeon pikir Pyung Hee cukup beruntung bisa berbagi kisah itu.

“Jangan pernah mengutuk orang lagi. Karma bisa berbalik.” Ucap Yeon. 




Tiba-tiba Ji A datang memberitahu kalau Tak ada. Yeon bingung apa maksudnya. Ji A memberitahu Tak ada siapa pun. Yeon makin tak mengerti. Ji A memberitahu kalau   Seolah-olah seluruh desa lenyap. Bahkan bayangan manusia pun tak terlihat.

Ji A dan Yeon akhirnya berlari ke pelabuhan dan menatap seliling bingung karena tak ada siapapun, seperti desa yang tak berpenghuni.

Bersambung ke episode 4

 Cek My Wattpad...   First Love

Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

 

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

 

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

INSTAGRAM dyahdeedee09  FANPAGE Korean drama addicted

Tidak ada komentar:

Posting Komentar