PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tuan Jo
keluar dari ruangan investigasi. Tuan Hwang datang bertanya apa yang dikatakan
Tuan Jo sampai bisa melepaskanya karena Dari yang diketahuisulit keluar hidup-hidup
dari sana. Tuan Jo memberitahu Dalam hidup, tak ada yang namanya makan siang
gratis.
“Sebab
itu makan siang gratis adalah yang paling mahal.” Ucap Tuan Jo
“Chul
Gang, aku bertanya. Kau harus jawab.” Kata Tuan Hwang. Tuan Jo hanya dia saja.
“Kenapa
menghindarinya? Tak sopan. Apa Maksudmu, aku harus membantumu karena aku dapat
uang darimu?” kata Tuan Hwang sinis
“Pak... Aku,
Jo Chul Gang, yatim piatu yang berkeliaran dan meminta makanan. Aku tak punya
orang tua dan saudara. Kaulah yang membantuku sampai di sini. Kau keluargaku.” Kata
Tuan Jo. Tuan Hwang seperti baru mengetahuinya.
“Aku akan
setia kepadamu. Apa pun yang terjadi, keluarga harus tetap bersama hingga
akhir. Maksudnya, situasi kita sama.” Kata Tuan Jo lalu melangkah pergi.
“Kenapa
dia membuatnya terdengar menyeramkan? Memangnya dia malaikat pencabut nyawa?”
keluh Tuan Hwang kesal.
Di rumah,
Tuan Jo bertemu dengan CEO Chun dan Seung Jung lalu berkomentar tampaknya ada
banyak yang terjadi saat ia tak ada. CEO chun menganguk kalau ada banyak yang
terjadi jadi Karena itu, mau... Seung Jung langsung memotong ucapanya.
“Apa Kau
berniat menahan orang lain selain aku?” kata Seung Jung. Tuan Jo bingung siapa
yang dimaksud Orang lain
“Apa Kau
kenal orang ini?” tanya Seung Jung memperlihatkan Foto Se Ri. Tuan Jo
melihatnya dan bertanya balik apakah mengenalnya.
“Apa Kau
kenal dia?”ucap Seung Jung. Tuan Jo meminta agar seung Jung menjawabnya siapa
wanita ini.
Di rumah
Nyonya Ma, semua orang berkumpul. Nyonya Ma mengeluh pada Sam Suk karena pergi
dari desa padahal Jung Hyuk ada di rumahnya dan pergi tanpanya, Mereka lalu
berpikir karena wanita itu dan mulai mengelurkankata umpatan si Rubah Putih
itu?
“Rubah
betina itu? Wanita jalang itu?” kata ibu-ibu. Se Ri menganguk kalau itu karena
si rubah betina dan tak punya pilihan.
“Astaga,
dia pasti merasa hancur di Pyongyang. Apa yang terjadi? Dia menjambakmu?” kata
Nyonya Ma
“Astaga.
Orang-orang suka menjambak juga di sini?” komentar Se Ri. Nyonya Na pikir Saat bertengkar maka akan menjambak lawannya
“Apa Kau
tak begitu?” ucap Nyonya Ma, Se Ri pikir kalau harus menjawab wanita itu.
“Benar.
Kita satu etnis... Tapi aku tak menjambaknya. Dia pun tak menjambakku. Aku hanya
tak ingin Jung Hyuk tersiksa lagi.” Kata Se Ri. Semua mengeluh dengan sikap Se
Ri.
“Apa Maksudmu,
kau rela berpisah dengannya. Seperti Gyeonu dan Jiknyeo?” kata Nyonya Ma
“Kami tak
perlu tinggal bersama untuk jatuh cinta. Penyanyi, Choe Sam Suk, menyanyikan
ini juga. Cinta terukir di hati kita. Cinta sejati harus terukir di hatimu.” Kata
Se Ri
“Sam
Suk.. Jangan ukir cintamu di hati. Ukirlah di otakmu. Jika kau ukir di sini,
maka tak bisa hidup, itu menyakitkan. Kau akan lupa berbagai macam hal seiring
waktu.” Kata Nyonya Ma sedh
“Jalani
hidup lebih baik, agar dia melihatnya. Temui seseorang yang lebih unggul
darinya.” kata Nyonya Yang
“Ini
sungguh menyedihkan. Pastikan kau tetap sehat. Apa kita masih bisa bertemu
lagi?” kata Nyonya Hyun.
“Kemarilah...
Semuanya akan lancar. Aku yakin kalian akan putus nanti. Maka, putus sekarang
seratus kali lebih baik. Keputusanmu tepat. Bagus.” Kata Nyonya Na memeluk Se
Ri.
“Tunggu...
Kenapa kau bisa yakin kami akan putus? Dia dan aku bisa hidup bahagia bersama.”
Kata Se Ri
“Tidak.
Tidak mungkin. Itu tidak akan bisa.” Kata Nyonya Na. Se Ri pikir kenapa tak
bisa.
“Pertama,
sifat kalian tak cocok. Dan kau bukan tipe wanita yang disukai orang tua. Pasti
hubunganmu dengan mertuamu akan buruk. Ini lebih baik daripada bercerai nanti.”
ucap Nyonya Na
“Kau
pasti salah menilaiku. Aku tersenyum kepada orang tua dan bicara dengan sopan
kepada mereka.” Ucap Se Ri.
“Sam Suk,
kau tahu? Kau tersenyum dengan matamu, tapi kau membantahku. Saat kau melakukan
itu,makaaku mau menghajar kepalamu. Yang lain takkan tahan.” Kata Nyonya Na
sudah mengangkat tanganya.
“Kalau
begitu, jangan ditahan.” Ucap Se Ri. Nyonya Na pikir Se Ri sudah sadar.
“Saat orang
tua menunjukkan keburukanmu, maka kau harus menerimanya. Tapi kau takkan
menerimanya atau coba memperbaikinya. Saat aku bicara kepadamu, tekanan darahku
naik.” Kata Nyonya Na
“Sama
denganku...Mari kita akhiri demi pembuluh darah kita.” Ucap Se Ri.
Keduanya
pun bergegas kelua dari rumah, Nyonya Na dkk hanya menatap heran. Se Ri dan Nyonya
Na saling mendorong untuk memakai sandalnya.
Tuan Jung
melihat foto Se Ri dari Tuan Jo, Tuan Jo bertanya apakah tahu siapa itu. Tuan
Jung terlihat gugup. Tuan Jo teringat kalau Tuan Jung hanya mendengarkan
suaranya selama ini jadi mungkin tak tahu penampilannya.
“Dialah
wanita yang tinggal di rumah Ri Jung Hyuk. Hari ini, aku dapat permintaan untuk
mencegahnya pergi.” kata Tuan Jo. Tuan Jung melonggo kaget.
Flash Back
Seung
Jung bertanya apakah mengenal orang itu. Tuan Jo balik bertanya apakah Seung
Jung bisa mengenalnya dan meminta agar menjawab lebih dahulu Siapa wanita ini.
Seung Jung menjawab Se Ri adalah temannya. Tuan Jo ingin tahu Apa statusnya di
Korea Selatan.
“Dia dari
keluarga kaya dan hidup nyaman. Kau hanya boleh tahu itu. Sekarang, jawab aku.
Kau kenal dia dari mana?” tanya Seung Jung
“Dia
tinggal di perumahan militer.” Ucap Tuan Jo. Seung Jung mengaku sudah tahu.
“Apa Kau
juga tahu kalau dia mau pergi Kamis ini?” kata Tuan Jo. Seung Jung kaget kalau
Se Ri akan pergi.
“Kudengar,
dia akan pergi dengan pesawat.”kata Tuan Jo. Seung Jung meminta agar Jangan sampai terjadi dan Hentikan itu dahulu.
Tuan Jo
mengatakan kalau harus cegah dia pergi dan membuatnya sekali dayung, dua pulau
terlewati. Ia merasa bisa singkirkan beban pikirannya dan dapat uang juga. Tuan
Jung gugup ingin tahu rencana Tuan Jo.
“Berkat
kau, aku punya informasi yang kubutuhkan. Aku tahu penerbangan yang akan
dinaiki tim nasional. Hanya ada satu jalan menuju Bandara Sunan, Pyongyang.” Ucap
Tuan Jo dengan tatapan dingin.
Di rumah
Semua
sedang makan ramyun dengan lahap, Se Ri meminta perhatianya kalau mereka sudah
mendengar kalau kali ini akan sungguh pulang. Tentara Pyo tak peduli dan
langsung makan. Eun Dong bertanya apakah Se Ri mau beri hadiah lagi
“Apa Kau
pikir aku Sinterklas? Aku bahkan tak punya 100 won. Aku tak bisa beri hadiah. Tak
ada yang bisa kuberikan.” Kata Se Ri. Eun Dong dkk bingung siapa itu
"Sinterklas”
“Kalau
Sinterklas, dia pria tua yang memasuki cerobong orang setahun sekali.” ucap Ju Meok.
Eun Dong pikir Dia pencuri
“Bukan.
Tak bisa sebut dia pencuri karena dia meninggalkan hadiah.” Jelas Ju Meok. Eun
Dong berpikir kalau dia pencuri yang baik.
“Baik.
Jangan bahas soal dia pencuri baik atau bukan. Aku sungguh akan pulang kali
ini. Untuk merayakan perpisahan dengan indah, aku ada ide untuk piknik bersama.”
Kata Se Ri
“Ide
siapa? Siapa yang beri ide?” tanya Tentara Pyo. Se Ri menjawab kalau itu
dirinya.
“Kapten
Ri, kenapa kau tak menegurnya? Dia terus melantu dan terbuai mimpi karena kau
membiarkannya.” Ucap Tentara Pyo kesal.
“Kita
akan libur dalam dua hari. Apa kau mau pergi? Akan kuurus izin agar kalian bisa
ikut pergi.” kata Jung Hyuk
“Aku harus
bersihkan lencana topiku, membersihkan kancing emas, mencuci kerah, dan
menyetrika saat libur. Ada banyak pekerjaan. Aku tak bisa bersantai saat
piknik. Aku menolak ide ini.” Kata Tentara Pyo.
Tapi beberapa
saat kemudian, Tentara Pyo menarik gerobak yang berisi bahan makanan. Se Ri
berjalan disampingnya berpikir mereka mau piknik jadi Kenapa membawa sekop dan
kapak. Tentara Pyo mengatakan kalau mau mengubur Se Ri di suatu tempat.
“Aku
menyesal memulangkanmu alih-alih menguburmu di sini seumur hidupku.” Ucap Tentara
Pyo sinis
“Aku tak
lihat kapten kalian dan Eun Dong.” Tanya Se Ri. Ju Meok memberitahu Eun Dong
pergi duluan dan menyalakan api.
“Sementara
Kapten Ri pergi.” kata Ju Meok. Se Ri heran kemana perginya. Ju Meok mengaku
tak tahu.
“Apa dia
pergi menyiapkan pernikahannya?” kata Se Ri lalu berjalan mengikuti mereka.
Eun Dong
sibuk membuat api. Se Ri melihat kalau Bukan ini piknik yang dimaksud Tapi
lumayan juga karena terlihat romantis di pinggir sungai bahkan ada babi kecil.
Tentara Pyo pikir kalau sudah siap, maka potong babinya dahulu. Se Ri kaget.
“Kami tak
bisa mengantarmu pergi tanpa hadiah perpisahan. Jadi, kami berpamitan dengan
hadiah babi kami.” Kata Eun Dong
“Kenapa
pamitan dengannya? Bukan ia yang pergi, jangan begitu.” Kata Se Ri
“Saat kita
bertemu, kami menembakimu. Perpisahan kita harus baik.” Ucap Tentara Park
“Kenapa
memotong babi dianggap berpisah dengan baik?” kata Se Ri. Tentara Pyo
memberitahu mereka tak bisa mendinginkan atau membekukan makanan.
“Saat
kami piknik, kami bawa babi dan masak babi panggang di tempat.”jelas Tentara
Park
“Tidak,
aku tak bisa makan itu. Kami sering bertatapan jadi Tak mungkin aku bisa
memakannya.” Kata Se Ri
“Saat
pertama kemari, katamu kau selalu makan daging tiga kali sehari. Kenapa
bersikap tak bersalah?” ejek Tentara Park
“Benar.
Ya, itu memang benar. Aku tak pernah makan hewan yang kulihat. Aku tak bisa
makan” ucap Se Ri. Mereka pun ingin tahu apa yang akan mereka makan.
Se Ri
duduk di pinggir sungai, di tengah sungai Ju Meok dkk sibuk mengambil ikan
dengan jari. Se Ri tertawa melihat mereka seperti anak kecil mencari ikan yang
akhirnya saling bermain air. Akhirnya Tentara Pyo mengambil kepiting.
Akhirnya
mereka makan sup kepiting, Se Ri mulai makan dan memuji rasa sup kepitingnya
sangat enak. Ia pun bertanya Dari mana belajar menangkap kepiting karean tak
pernah makan kepiting selezat ini. Tentara Pyo dengan bangg kalau ia yang
menangkap kepitingnya.
Akhirnya
mereka selesai makan, Eun Dong pikir Karena ini hari terakhir Se Ri di sini,
jadi sudah siapkan upacara perpisahan. Se Ri pun senang mendengarnya daan ingin
tahu dimana. Mereka terlihat bingung apa maksudnya Se Ri.
“Kukira
kalian akan berikan hadiah. Aku berikan hadiah sebelumnya.” Kata Se Ri
“Bukan
hadiah. Kamerad Pyo menulis puisi perpisahan.” Kata Ju Meok. Se Ri langsung
menolak kalau tak perlu dengar...
“Kau mau
membacakan puisi? Jangan. Berikan saja padaku. Akan kubaca saat sempat. Atau
tidak.” Ucap Se Ri enggan, tapi tentara Pyo pun sudah berdir membacanya.
“Puisi Perpisahan
untuk Sang Wanita, Saat kau memalu paku, dinding terpaku. Saat angin bertiup,
kesemek terjatuh." Ucap Tentara Pyo. Se
Ri pikir puisinya tak sebagus itu.
"Tapi
wanita ini melakukan apa pun yang dia inginkan. Dia tak mati saat kami tembak. Saat
kami kecam, dia tak dendam. Astaga. Dia sungguh merepotkan." Kata Tentara
Pyo. Se Ri mengeluh kalau itu sudah cukup.
"Tapi
karena kau akan pergi, tolonglah lakukan ini. Jaga dirimu. Jangan sampai terluka.
Hiduplah dengan bahagia. Jangan lupakan kami. Jika kau ketahuan, jangan sampai
kau memberi tahu namaku." Kata Tentara Pyo
“Namamu
yang pertama kuungkap. Camkan itu.” Ucap Se Ri sinis.
“Kita
takkan bertemu lagi begitu kau pergi. Bisa nyanyikan lagu untuk kami?” ucap Eun
Dong dengan wajah sedih
“Apa Kau
tahu? Jika aku menyanyikan lagu, kalian takkan bisa melupakanku. Apa Kalian
bisa hidup tanpaku? Aku sungguh khawatir.” Ucap Se Ri.
Se Ri akhirnya
menyanyi dengan wajah bahagia tentang perpisahan.
“Saat
angin dingin bertiup Ketahuilah aku telah pergi, Semilir angin dingin, Membawa
rinduku terhadapmu. Saat dedaunan gugur, Ketahuilah aku telah pergi, Dedaunan
gugur, Akan membawa kenangan kita bersama Saat angin dingin bertiup, Kau akan
sendirian”
“Walau begitu,
janganlah, Memikirkan diriku lagi, Suatu ketika, Tatapan hangatmu, Membuat
hatiku, Berdebar-debar”
Saat itu
Jung Hyuk datang mendengar suara Se Ri yang menyanyi dan langsung terdiam. Se
Ri melihat Jung Hyuk dengan tatapan penuh haru, terlihat dirumah Jung Hyuk yang
rapi dan siap ditinggalkan Se Ri.
Di depan
rumah, Se Ri tak percaya kalau Jung Hyuk yang tak mengantarnya padahal mengira akan
menemaninya ke bandara. Jung Hyuk mengatakan harus berpisah di sini jadi meminta
agar menjaga dirinya selama perjalanan.
“Mungkin
kau tak merasa, tapi kurasa aku akan merindukanmu. Terkadang aku akan
mengingatmu... Tidak... Aku akan memikirkanmu. Tapi kita tak bisa menanyakan
kabar satu sama lain. Itu agak menyedihkan” ucap Se Ri menahan rasa sedihnya.
“Begitu
kau pergi dari sini, semoga kau melupakan tempat ini dan aku, kembalilah jalani
hidupmu sebelumnya, dan tetap jaga kesehatan. Anggap saja kau bermimpi buruk.” Ucap
Jung Hyuk mengulurkan tanganya.
“Daripada
berjabat tangan, bisakah peluk aku?” ucap Se Ri. Jung Hyuk tetap bertahan
dengan tanganya. Akhirnya Se Ri mengulurkan tanganya.
“Aku takkan
menemuimu lagi.” Kata Se Ri dengan berjabat tangan menahan harunya.
Di dalam
ruangan, Tuan Jung menangis mendengarkanya lalu menelp melaporkan kalau mereka
sudah pergi. Setelah itu menangis keras seperti merasa bersalah.
Tentara
Park mengemudikan mobilnya, sempat melirik ke arah kanan seperti memastikan Se
Ri yang terlihat sangat sedih. Tiba-tiba
Tentara Park melihat ada sebuah truk dibelakangnya. Se Ri bingung kalau mereka
ke arah depan terlalu cepat.
“Gwang
Beom, kita tak apa-apa?” ucap Se Ri panik karena Tentara Park mencoba melajukan
mobil lebih cepat dan menghindarinya.
Tapi saat
itu ada truk juga dibagian depan jalan sengaja melaju dijalur yang sama. Se Ri
panik karena keaadaannya makin gawat. Sebuah motor datang dari seberang jalan
langsung menelpaskan tembakan laras panjang. Mobil pun berhenti.
Tentara
dalam mobil pun membalas dengan memberikan tembakan. Se Ri panik karena suara
tembakan yang keras. Tentara Park mencoba menghindari truk dengan memutar balik
arah. Tapi truk kembali datang. Tentara Park pun menyuruh mereka segera turun.
Se Ri
panik tak bisa membuka pintu, saat itu Jung Hyuk datang dengan motornya dan
langsung sengaja menjatuhkan motornya dan saat itu juga se buah granat meledak.
Truk pun berhenti, Jung Hyuk membuka pintu mobil membantu Se Ri untuk turun.
“Apa Kau
terluka?” tanya Jung Hyuk. Se Ri mengelengkan kepala dan bertanya balik.
Saat itu
Jung Hyuk melihat tentara turun dari truk dan akan menembak Se Ri. Ia langsung
melindunginya dan terkena peluru. Tentara Park membalasanya tapi kakinya
terkena tembakan dan jatuh. Jung Hyuk setengah sadar, Se Ri panik melihatnya.
Si tentara tiba-tiba langsung jatuh karena Jung Hyuk bisa menembaknya dan
langsung tak sadarkan diri.
Epilog
Jung Hyuk
bertemu dengan tentar Park kalau harus mengemudikan truk yang Se-ri naiki
besok. Tentara Park ingin tahu bagaiman dengan Jung Hyuk. Jung Hyuk mengatakan
akan ikuti mereka diam-diam. dan harus siap untuk skenario terburuk.
“Apa Ini
perlindungan dua lapis?” ucap Tentara Park terlihat tegang. Jung Hyuk pun
menyuruh tentara Park agar berpikniklah tanpa dirinya karena harus bersiap.
Jung Hyuk
menganti motornya, terntara yang membawa pegas baru bertanya Kenapa butuh pegas
ini dan berpikir mau ikut balapan di gunung. Jung Hyuk hanya diam saja seperti
sudah sangat siap dengan rencana buruk.
[PERSENJATAAN
KOMPI LIMA PERSATUAN DALAM PIKIRAN]
Jung Hyuk
memilih beberapa pistol dan memastikanya, lalu meminta satu peredam pistol lagi
dan menukar pistol dengan semi otomatis 9 mm serta berikan pelontar granat.
Nama Jung Hyu pun ditulis dalam data yang meminjam senjata.
“Kapten
Ri... Apa Semua baik-baik saja?” kata si tentara gugup. Jung Hyuk menjawab semoga
saja begitu.
Akhirnya Jung
Hyuk bisa melihat mobil Se Ri yang melewati jalan disampinganya, lalu melajukan
mobilnya seperti pengawal secara diam-diam.
“Aku
sudah janji padanya, selama dalam pandanganku, aku akan melindunginya apa pun
yang terjadi.” Gumam Jung Hyuk.
Bersambung ke episode 7
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Thanks min udh bikin sinopnya. Aku tunggu kelanjutannya.
BalasHapusSangat suka dengan sinopsis ini..selalu menunggu untuk sinopsis berikut hingga endingnya
BalasHapus