PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
“Pekerjaan Jaksa tidak istimewa.”
Tuan Hong
duduk melemaskan otot tanganya yang kaku tapi tanganya malah kram. Dua anak
buahnya hanya bisa mengelengkan kepala lalu membantu memijit dan memberikan
semportan penghilang rasa sakit.
“Kami lebih sering terjebak di
ruang 33 meter persegi ini. Kami bertarung dengan banyak tersangka, korban, dan
saksi.”
Yoon Ji
bertemu dengan pria yang terlihat marah karena ini berbeda dari perkataanmu
kepada polisi. Ia tak percaya pria itu berani melakukan padanya karena tampak
baik.
“Dan kami kewalahan dengan tumpukan
dokumen besar sepanjang waktu. Tapi beberapa dari kami bersaing dengan sesuatu
yang sangat berbeda.”
Jung Woo
menatap ke arah meja Sun Woong yang penuh dengan berkas kasus sampai kepalanya
tak terlihat.
Di Ruang
Rapat Min Ho, Min Ho mengatakan Seperti yang mereka tahu, Departemen Kriminal
Dua punya lebih banyak kasus tidak terpecahkan daripada Departemen Kriminal
Satu pada bulan lalu. Ia merasa anak buahnya itu berpikir makin banyak, makin
baik.
“Kenapa
ada banyak kasus yang lebih lama dari tiga bulan? Apa Kalian membentuk semacam
ikatan dengan mereka? Apa Kalian tidak mau melepasnya?” ucap Min Ho membuat semua
hanya tertunduk diam
“Tidak
berakhir di sana. Kita memiliki sejumlah kasus terkenal peringkat dua dan kasus
autopsi. Sebagai tambahan, jumlah anggota staf kita tertinggi kedua. Karena
kita Departemen Kriminal Dua, haruskah kita selalu berada di posisi kedua?”
keluh Min Ho
“Akankah
departemenku berada di posisi pertama? Akankah? Jawab aku.” Kata Min Ho. Semua
menjawab “Ya”
Min Ho
pikir sudah cukup untuk rapatnya dan akan memulainya, Jung Woo pun berdiri. Tuan Hong mengangkat tangan kalau menyarankan
makan pasta. Min Ho memastikan kalau yang dimaksud kedai pasta Italia di
persimpangan.
“Ya,
kedai pasta Italia.” Ucap Tuan Hong, Min Ho mengerti dan menyuruh berikutnya
seperti meminta mereka menyarankan restoran yang bagus
“Bagaimana
dengan Kedai Bibi?” kata Yoon Ji. Jung Woo pun menuliskan Kedai Bibi. Jung Woo pikir akan memilih itu.
“Kita
akan mengambil suara nanti. Kenapa kamu belum mengerti?” keluh Min Ho dna
bertanya apa ada lagi?
“Sup
Belut Nenek.” Kata Sun Woong mengangkat tangan, semua hanya bisa mengeluh
mendengarnya. Jung Woo pun menuliskan Sup belut.
Di sebuah
kedai sup belut, sangat ramai dan penuh. Semua orang mondar mandir bahkan yang
mengantri pun sibuk mengobrol. Jung Woo sampai harus berdiri karena banyak yang
lalu lalang dibelakangnya. Min Ho pun terdesak karena ada orang yang mendorong
bangkunya dari belakang.
“Tidak
bisakah kau memesan tempat?” keluh Min Ho iri melihat ada yang makan di ruangan
duduk dibawah tanpa terganggu orang yang lalu lalang.
Saat itu
Min Ho menerima telp dari Kepala dan terlihat kaget lalu mengucapkan terima
kasih dan menutup dengan wajah sedih. Tuan Hong dan Sun Woong ingin tahu ada
apa. Min Ho memberitahu kalau Ada orang
baru. Keduanya pun terkejut.
“Akhirnya?
Itu bagus.” Ucap Sun Wong dan mengucapkan Selamat begitu juga Tuan Hong
“Lagi
pula, tidak ada yang bertahan lebih dari sepekan” komentar Jung Woo. Sun Woong
langsun menendang kakinya. Jung Woo pun hanya bisa terdiam. Min Ho hanya diam
saja dan menyuruh mereka makan saja.
Min Ho
melamun di kantor kejaksaa teringat dengan Tuan Lee seperti kerasukan hantu
wanita mengatakan “Kakiku sakit.” Lalu cerita Sun Woong yang menakutkan “Tiap
kali kerja lembur, dia selalu mendengar suara itu. Dari ujung lorong, dia bisa
mendengar suara seseorang mendekat perlahan menuju ruang 309. Suara sepatu hak
tinggi...
“Apakah
karena itu orang-orang terus berhenti?” ucap Min Ho seperti sangat frustasi
memikirkanya.
Seorang
wanita masuk memberikan majalah "Momen terbaik Jaksa" Nyonya Jang bingung kenapa memberikan itu padanya.
Mi Ran hanya menunjuknya. Nyonya Jang pun bertanya apakah Sun Woong ada di
majalah itu.
“Aku
hampir lupa... Itu Asisten Sung Mi Ran.”
Sun Woong
yang baru masuk mendengarnya kalau ada ia dalam majalah itu. Nyonya Jan
menunjuk foto Sun Woong yang kecil sementara dibagian depan ada foto Cha Myung
Joo saat diwisuda. Ia pun tak pecaya Mi ran bisa menemukan wajah Sun Woong yang
kecil.
“Mustahil untuk mengetahui apa yang
dia pikirkan.” Mi Ran duduk lalu merobek kertas
dengan cutter lalu tersenyum bahagia entah apa yang dilakukanya.
"Asisten Sung Mi Ran Dia hanya
mengucapkan dua kata per hari"
Saat itu
telp berdering, Nyonya Jang pun menjawab “Cabang Jinyeong, Departemen Kriminal
Dua. Lalu terlihat kaget dan berkata semoga tidak terluka parah. Sun Woong yang
mendengarnya ingin tahu Apa yang terjadi.
Sung
Woong masuk ke ruangan rawat inap lalu bertanya apakah Bu Park Jung Nam di
sini. Seorang pria menyapa Sun Woong yang datang. Sun Woon pun menyapa Nyonya
Park yang terbaring dengan tangan di gips dan memberikan minumna pada anaknya.
“Sudah
kubilang aku enggan datang. Kau memohon kepadaku dengan putus asa. Jadi, aku
merasa tidak enak dan berubah pikiran. Tapi kau lihat apa yang terjadi?”Ucap
Nyonya Park
“Maafkan
aku... Apa yang sebenarnya terjadi?” tanya Sun Woong penasaran.
“Sebuah
mobil tiba-tiba muncul. Dia terjatuh saat berusaha menghindarinya.” Kata
anaknya.
“Astaga.
Itu pasti membuatmu takut.” Ucap Sun Woong simpati. Nyona Park pikir dugaanya
benar.
“Siapa
pun yang mencoba menyakiti Sun Cheol akan mendapat masalah. Apa Kau mengerti?”
keluh Nyonya Park
“Itu
tidak masuk akal. Aku selalu menghina cenayang itu. Bukankah seharusnya aku
sudah mati?” kata Anaknya. Nyonya Park langsun memukul anaknya yang beran
mengatakan itu.
“Ibu
bicara omong kosong. Ibu terobsesi. Ibu punya masalah.” Keluh sang anak. Nyonya
Park meminta anaknya berhenti bicara.
“Pak, aku
mau kamu pergi. Apa kamu tahu? Aku tidak tertarik menggugat dia atau
semacamnya. Tolong jangan datang atau meneleponku lagi.” Ucap Nyonya Park. Sun
Woong hanya bisa melonggo bingung. Anaknya pun tak percaya ibunya mengatakan
hal itu.
“Sayang
sekali... Meskipun kau mencabut gugatan, kejahatan seperti ini bisa dihukum
terlepas dari kehendak korban. Pertama, kami harus menyelidiki apakah dia
melakukan pelanggaran.” Kata Sun Woong
“Apa yang
dia katakan?” keluh Nyonya Park tak mengerti.
Sung Woong mempersingkat kalau Nyonya Park tidak bisa membatalkan
gugatannya.
“Ibu
harus bagaimana sekarang? Selesaikan ini. Ibu tidak mau mendekati kantor kejaksaan.
Inilah yang dikatakan cenayang itu. Dia bilang ada hantu jahat bergentayangan
di kantor kejaksaan. Kau lebih baik pergi dari situ jika tidak mau mengalami
masalah. Pergilah sekarang. Aku perlu istirahat.” Kata Nyonya Park marah
“Baiklah...
Semoga kau cepat sembuh. Aku akan meneleponmu.” Kata Sun Woong. Nyonya Park
melarang Sun Woong berhenti meneleponnya.
“Bagaimanapun
juga, aku tidak akan datang...” tegas Nyonya Park. Sung Wooong mengerti dan
meminta maaf tapi akan tetap meneleponnya.
Sung Woong
pun akhirnya keluar ruangan dengan wajah kecewa. Anak Tuan Park mengantarnya
keluar. Sun Woong mengeluh Nyonya Park itu begitu memercayai Lee Sun Cheol.
Anak Nyonya Park memberitahu kalau Lee Sun Cheol memprediksi beberapa hal
dengan akurat.
“Sekitar
tiga tahun lalu, seorang pencuri masuk ke rumah kami, dan Sun Cheol sudah
meramalkannya. Tahun lalu, ada kebakaran di ladang kami. Dia sudah memprediksi dan
menyuruh kami berhati-hati.” Kata Anak Nyonya Park
“ Itu
cukup menarik.” Komentar Sung Woong sambil menunggu lift. Anak Nyonya Park
merasa bukan seperti itu
“Ibuku
sering diramal. Beberapa ramalan kebetulan terjadi.” Kata Anak Nyonya Park.
Sung Woong mengerti
“Omong-omong,
Apa pencurinya sudah tertangkap?” tanya Sun Woong. Si anak menjawab tidak.
“Seseorang
membobol rumah kami, tapi tidak banyak yang dicuri. Jadi, kami tidak melakukan
apa pun.” Jelas si anak. Sun Woong mengerti.
“Bagaimana
kebakaran bermula di ladangmu?” tanya Sun Woong. Si anak juga tak tahu kalau Mungkin
ada yang membuang puntung rokok di sana.
“Tunggu.
Kau bilang, ibumu terjatuh saat berusaha menghindari mobil?” kata Sun Woong. Si
anak membenarkana. Sun Woong pun menganguk mengerti.
Nyonya
Jang melihat Sun Woong sudah kembali dan bertanya Apakah wanita itu terluka
parah. Sun Woong sambil membaca berkas memberitahu kalau Nyonya Park bilaang tidak mau mendekati kantor mereka mengira
dirinya terluka karena hantu.
“Dia
ketakutan.” Cerita Sun Woong. Nyonya Jang bertanya Apakah Sun Woong percaya
pada hantu?
“Seperti
yang mungkin kamu tahu, kita mendengar beragam kisah saat bekerja di kejaksaan.
Adakalanya roh korban muncul di mimpi jaksa dan mengatakan di mana dia
dimakamkan. Aku sudah mendengar banyak kisah dari tiap cabang sehingga aku
mulai percaya pada hantu” ucap Sun Woong
“Tapi
lucunya, beberapa hantu bisa ditangkap. Bisakah kau mengumpulkan rekaman kamera
pengawas dari lokasi pada hari kecelakaan Park Jung Nam?” kata Sun Woong.
Nyonya Jang menganguk mengerti.
“Ayo
tangkap hantu ini.” Kata Sung Woong. Nyonya Jang tersenyum bahagia.
Di
ruangan, Seorang peramal sedang berbicara dengan hantu. Min Ho mengunakan
kacamatanya duduk menjauh seperti ketakutan. Akhirnya si peramal memberitahu di
tempat kerjanya ada wanita menakutkan bahkan melihat dia memakai sepatu hak
tinggi.
“Masalahnya,
dia suka sendirian. Jadi, tiap ada yang datang ke ruangan itu, dia mengganggu
dan mengusir mereka.” Kata Si peramal
“Lalu aku
harus bagaimana?” tanya Min Ho bingung.
Si peramal menyuruh Min Ho mengambil jimat kertas ini dan menempelkannya
di ruangan itu diam-diam.
“Jadi, Apa
tempelkan saja di ruangan itu diam-diam?” tanya Min Ho
Akhirnya
Min Ho masuk ke ruangan 309, lalu memberanikan diri menempelkan jimat dengan
lem. Ia lalu berjalan keluar dan teringat ucapan si peramal “Satu hal lagi. Setelah
menempelkannya, kau tidak boleh berbalik meskipun kau mendengar suara aneh apa
pun.”
Min Ho
mendengar suara sesuatu teringat terus perintah Peramal “ Jangan pernah menengok
ke belakang.” Akhirnya Ia bergegas masuk ke dalam lift dan makin mendengar suara
saat akan berbalik teringat kembali suara Peramal “ Jangan berbalik apa pun
yang terjadi.” Tanpa menoleh belakang pun langsung menekan lift.
Min Ho
dan Jung Hwan sudah ada didepan pintu mengedornya menyuruh mereka keluar karena
harus menjemput orang baru. Tapi tak ada sahutan, Min Ho heran kalau ini hari
yang penting dan bertanya-tanya kmana
mereka pergi
Sun Woong
sedang pergi ke tempat pancing lain, sementara Jung Woo pergi ke terminal bus
sambil menelp memberitahu kalau baru sampai dan menanyakan keberdaanya lalu
melihat bus nomor 11 Cheonil Express.
“Halo... Senang
bertemu denganmu. Silakan turun.” Sapa Jung Woo pada wanita yang bernama Ye Rim
saat berada didepan pintu. Ye Rim pun
tersenyum melihat Jung Woo
“Kau
pasti lelah... Terima kasih sudah datang.” Kata Jung Woo penuh semangat. Ye Rim
mengaku memang agak lelah. Jun Woo pikir Lalu lintasnya macet Ye Ri mengaku
Tidak apa-apa dan berjalan meninggalkan terminal.
Seorang
pria terlihat kebingungan sambil menelp saat itu Min Ho dan Jung Hwan datang.
Mereka menyapa pegawai baru yang datang dari Seoul dengan memperkenalkan diri
lebih dulu.
Min Ho
mengemudikan mobilnya, si pria duduk disampingnya melihat hari yang indah. Min
Ho pun bertanya apakah pria itu sudah menikah. Si pria terlihat gugup dan
menganguk. Min Ho bertanya lagi apakah
punya anak. Si pria menganguk lagi.
“Astaga,
kukira kau bujangan.” Kata Min Ho memuji. Si Pria malu merasa tak seperti itu.
“Kau
tinggal di mana?” tanya Min Ho. Si pria menjawabtinggal di Seoul. Mereka pun
menyebrangi jembatan terbesar Junyeong.
Min Ho
seperti mengajak Si pria tentang Junyeong ke tempat galangan kapal dahulu ada
di sana dan pergi ke tempat lain yang sangat
terkenal. Si pria melihat tempat dengan lantai kaca merasa Terlihat baru dan mereka pun langsung selfie.
Jung Woo
juga mengajak Ye Rim ketempat yang sama, Ye Rim terlihat bahagia melihat
pemandangan yang bagus. Min Ho pun mengajak si pria ke pasar dengan
memperlihatkan hasil laut yang bagus dengan bertanya berapa harganya.
Sementara
Jung Woo membawa si wanita ke pameran lukisan. Ye Ri mengaku selalu ingin
datang ke sin dan mengucapkan Terima kasih banyak sudah mengajaknya ke tempat
itu. Jung Woo tersenyum tapi beberapa saat kemudian menguap karena tak begitu
suka lukisan.
Jung Woo
mengajak Ye Rim ke sebuah restoran dengan pemandangan dimalam hari dengan
bangga kalau ini pasti luar biasa. Ye Rim menganguk. Jung Woo memberitahu kalau
ini restoran perpaduan terpopuler di Jinyeong.
“Pemandangannya
indah, bukan?” ucap Jung Woo bangga. Ye Rin membenarkan kalau pemandangannya
menakjubkan.
Sementara
di lantai atas, Min Ho mengajak si pria dalam restoran lesehan mengucapkan
terimakasih sudah datang jauh kemari karena pasti sibuk. Si pria pikir tak
masalah karena senang mencari udara segar.
“Ini
restoran sashimi terpopuler di Jinyeong. Tempat ini sangat populer. Lepaskan
jaketmu.” Kata Min Ho. Si pria pun melepaskan jasnya.
“Kau suka
sashimi, kan?” ucap Min Ho memastikan. Si pria menganguk. Min Ho memberitahu Sashimi
di sini meleleh di mulutnya.
Mereka
mulai makan, Si pria berkomentar rasan Enak sekal dan Luar bias dan mengajak
bersulang. Min Ho mengucapkan Terima kasih sudah datang sementara si pra
mengucapkan terima kasih sudah menemaninya. Min Ho pun menawarkan pria itu lobster ini.
“Terima
kasih. Akan kucoba.. Tapi Pak, aku harus ke toilet.” Ucap Si Pria. Min Ho pu
mempersilahkan.
“Dia
pasti mengidap sindrom iritasi usus.” Komentar Jung Hwan. Saat itu Min Ho
mengeluarkan jimat dari saku celanya.
Ia
teringat yang dikatakan si peramal “Sedangkan jimat ini harus ditaruh di dalam
jaket orang baru. Itu akan membuatnya tinggal di Jinyeong selamanya.” Min Ho
berjalan akan menaruh dalam jaket, tapi pria itu datang. Min Ho melonggo kaget.
“Apa? Apa
yang kau lakukan, Pak?” kata si pria. Min Ho berpura-pura hanya mencoba memeriksa labelnya.
“Jaket
ini sangat bagus. Kainnya luar biasa Kau sangat modis. Astaga, keren sekali.” kata Min Ho. Si pria
Terima kasih lalu mengambil jasnya lalu pergi.
Di lantai
bawah
Jung Woo
membahas kalau Dosennya, Maksudnya paman Ye Rim selalu menyayanginya sejak masih
kuliah. Ye Rim seperti baru mengetahuinyanya. Jung Woo bertanya apakah Ye Rim
mendengar sesuatu tentangnya. Ye Rm mengaku tidak ingat apa pun.
“Aku dikenal
sebagai mahasiswa hebat selama masa kuliah. Semua dosenku selalu berkata, "Pria
sepertimu harus menjadi jaksa." Kata Jung Woo bangga
“Aku
ingat pamanku menceritakan kisah menarik.” Ucap Ye Rim. Jun Woo ingin tahu
kisah apa yang dimaksud.
“Saat dia
masih menjadi jaksa, cabang paling selatan tempat dia bekerja berada di
Daejeon. Dia bilang cabang itu adalah tempat untuk menunjukkan kemampuan. Khususnya
saat masih baru, hanya nilai yang menjadi ukuran.” Kata Ye Rim
“Peringkat
lima besar akan masuk ke Kejaksaan Pusat Seoul. Setelah itu, masuk Cabang Timur,
Selatan, dan Barat di Seoul. Lalu apa pun di luar Seoul... Dia bilang, makin
rendah nilai kita, kita akan makin jauh dari Seoul.” Kata Ye Rim
“Andai
saja aku tidak melakukan kesalahan saat mengisi jawaban.” Ucap Jung Woo sedih
“Jung Woo...
Kamu cukup manis... Kau bukan sekadar kutu buku.” Puji Ye Rim, Jung Woo pikir
seperti itu dan mereka pun langsung bersulang.
Min Ho
mengantar si pria keluar dari restoran, Si pria mengucapkan terima kasih atas
makanannya, Si pria juga mengaku senang ini sesuai dengan seleranya dan
sekarang bisa sering menyantap makanan seperti ini. Si pria hanya tersenyum.
“Kalau
begitu, bagaimana kalau kita melihat-lihat kediaman kita, dan melanjutkan babak
kedua?” ucap Min Ho penuh semangat.
“Tidak,
terima kasih. Aku akan melihat-lihat dan pergi nanti.” ucap S pria. Min Ho bingung karena sebaiknya ikut
dengan mereka.
“Pak, kau
mungkin membuatnya tidak nyaman.” Bisik Jung Hwan. Min Ho mengerti lalu
mempersilahkanya untuk melihat-lihat.
“ Kami
akan ke rumah dinas.. Sampai nanti.”kata Min Ho melihat si pria pergi tapi
akhirnya langsun memanggilnya kembali.
Min Ho
menatap si pria sambil memegang bahunya mengaku senang bertemu dengannya lalu
memeluknya mengaku menyambutnya dengan tulus di Jinyeong sambil memasukan jimat
ke dalam saku celana. Si pria bingung tapi Min Ho menutupinya dengan menepuk
erat pundaknya.
"Tangan
lebih cepat dari mata." Bisik Jung Hwan bisa melihatnya. Min Ho menyuruh
Jung Hwan diam saja dibanding mengejeknya.
Di dalam
mobil, Min Ho ingin tahu pendapat Jung Hwan apakah firasatnya bagus kali ini.
Jung Hwan menganguk dan yakin akhirnya kita bertemu dengan pemilik sejati ruang
309. Min Ho dengan bangga kalau tadi itu sangat genius.
“Tanganmu
sangat cepat. Itu sungguh luar biasa.” Ucap Ji Hwan tapi saat itu si pria bisa
menemukan jimat dalam saku celana dan langsung membuangnya.
Ye Rim
sudah naik bus "Jinyeong ke Seoul" si pria melihat kursi disamping Ye
Rim lalu duduk dan mengeluarkan ponselnya.
“Pertama-tama,
senang bertemu kalian hari ini.” Tulis Si pria. Ye Rim juga menulskan pesan
pada Jung Woo. “Terima kasih sudah mentraktirku makanan enak hari ini.”
“ Aku
menikmatinya. Aku senang melihat laut dan menikmati udara segar hari ini.”
Tulis Si pria. Jung Woo pulang ke rumah dengan senyuman bahagia.
“Tapi aku
mengirim SMS ini dengan penyesalan mendalam. Aku yakin kau akan menemui orang
yang jauh lebih baik dariku. Jaga dirimu.” Tulis Ye Rim
“Setelah
memikirkannya baik-baik, kurasa ini bukan tempat yang tepat untukku. Terima
kasih atas keramahanmu.” Tulis Si Pria.
Min Ho
akhirnya membaca pesan dari si pria sambil mengumpat kesal kalau membawanya
berkeliling seharian dan mentraktirnya makan tapi berani menolaknya. Jung Hwan
pun terlihat kesal.
***
Sun Woong
pulang ke rumah dengan alat pancingnya lalu mengeluh melihat Jung Hwan sudah
menyiapkan bir dimeja, Sung Woong ingin tahu apa yang sedang dilihatnya itu.
Jung Woo memberikan ponselnya
"Terima
kasih sudah mentraktirku makanan enak hari ini Aku yakin kamu akan menemui
orang yang lebih baik dariku. Jaga dirimu”” ucap Sun Woong membaca pesan dari
Ye Rim.
“Dia
bilang Jaga dirimu"? Bukankah dia baru bertemu denganmu hari ini?Jika
mengkhawatirkanmu seperti ini, dia seharusnya tidak mencampakkanmu.” Komentar
Sung Woong
“Benar
sekali.” ucap Jung Woo tersenyum bahagia. Sun Woong heran kalau Jung Woo
tersenyum padahal Ye Rim mencampakkanya.
“Apakah
dia mengejekmu? Itu bahkan membuatku marah. Benar, kan?” kata Sun Woong
Jung Woo
membenarkan dengan mengunakan bahasa banmal. Sun Woong marah langsung meminting
kepala Jung Woo. Jung Woo panik menepuk tangan Sun Woong agar melepaskanya.
Tuan Nam
tak percaya kalau orang itu sudah berhenti padahal baru tiba di Jinyeong
beberapa jam.Ia pun ingn tahu alasan pria itu berhenti, lau berkomentar kalau
ini rekor baru. Tuan Kim dan Min Ho hanya bisa tertunduk diam.
“Pak Cho.
Apa kamu membuat kesalahan?” ucap Tuan Nam. Min Ho mengaku tentu saja tidak.
“Dia
hanya tidak ditakdirkan menjadi bagian dari kantor kita.” Kata Mn Ho Tuan Kim dengan santai mengartika kalau ini
orang ke-12
“Jangan
diambil hati. Mari kita pikirkan ini dengan perspektif jangka panjang.” Kata
Tuan Kim. Min Ho menganguk mengerti.
“Aku
yakin pemilik sejati ruang 309 akan segera muncul. Atau... Kita mungkin akan
menjadi pemilik baru ruang 309 Aku sudah
lama memikirkan ini. Bagaimana jika mengosongkan ruang itu dan menjadikannya
ruang meditasi? .” Kata Tuan Kim. Min Ho binggung
“Kita
bisa menggelar beberapa matras yoga di satu sisi. Lalu di sudut lain, kita bisa
nikmati teh yang nikmat. Kita juga bisa memutar musik yang menenangkan. Para
pegawai Cabang Jinyeong bisa datang tiap kali mereka lelah bekerja dan
menggunakannya sebagai tempat untuk memulihkan tenaga.” Ucap Tuan Kim.
“Ruang
309, maksudmu? Apa Kau sungguh membicarakan ruang 309?” kata Min Ho gugup.
“Daripada
terus membiarkannya kosong, bukankah itu lebih baik?” kata Tuan Kim. Tuan Nam
langsung setuju.
“Sayang sekali
jika ruangan itu kosong.” Kata Tuan Nam. Min Ho pkir anggota keluarga baru akan bergabung dengan
kami kelak...
“Pak
Cho... Di salah satu sisi ruang meditasi aku akan menaruh sepeda statis agar
kau bisa berolahraga. Anggap itu sebagai keluarga barumu dan gunakan sesukamu.”
Ucap Tuan Kim.
Min Ho
ingin bicara tapi Tuan Nam sengaja memuji kalau itu ide yang bagus dan mengaku
kalau iri kepadanya.
Di
ruangan lain, Sun Woong bertemu kembali dengan Tuan Lee mengucapkan Terima kasih sudah datang meskipun mendadak
meneleponnya. Tuan Park mengaku Tidak masalah karena Dewinya memberitahu bahwa akan
menerima telepon dari kejaksaan.
“Jadi,
aku sudah mempersiapkan diri sebelumnya.” Kata Tuan Lee. Sun Woong mengerti
“Kalau
begitu, apakah dewimu memberitahumu kenapa kami meneleponmu?” tanya Sun Woong
“Ya. Kurasa
aku tahu kenapa aku kemari. Korban, Bu Park Jung Nam, telah mencabut
gugatannya. Itulah yang dikatakan dewiku.” Kata Tuan Lee yakin.
Sun Woong
menawarkan secangkir kopi. Tuan Lee memperbolehkan. Sun Woong lalu menceritakan
kalau Bu Park Jung Nam terluka parah dan bertanya apakah sudah menemuinya. Tuan
Lee menganguk dan berharap dia cepat sembuh dan bahkan menjadwalkan pengusiran
setan berikutnya.
“Dia
terluka karena kau dan dewimu. Jadi, kuharap kau bekerja sama dalam
penyelidikan.” Ucap Sun Woong. Tuan Lee pikir seperti itu.
“Omong-omong,
tampaknya dewimu juga bisa berkemudi. Fakta bahwa Bu Park Jung Nam jatuh saat
mencoba menghindari mobil terus menggangguku. Jadi, aku memeriksa kamera dasbor
dari mobil-mobil yang diparkir di sekitarnya.” Ucap Sun Woong memperlihatkan
foto dari blackbox
Saat kejadian
Nyonya Park sedang berjalan dan tiba-tiba mobil melaju dengan kencangnya dan
membuatnya terluka. Sun Woong bertany
apaakah Tuan Lee tahu siapa pemilik
mobil itu. Tuan Lee panik mendengarnya. Sun Woo memberitahu Dia adalah
sepupunya, Pak Lee Min Cheol.
“Apa Kau
tahu Pak Lee Min Cheol menelepon siapa tepat setelah kejadian itu?” ucap Sun
Woong
Peramal
yang bernama Lee Min Cheol menelp Sun Cheol, melaporkan kalau sudah selesai.
Tuan Lee pun memujinya. Sun Woong bisa tahu kalau peramal itu menelepon Lee Sun
Cheol.
Flash Back
Nyonya
Jang pergi ke kantor polisi sambil memberikan minum ingin tahu Apa tidak ada barang
berharga yang bisa dicuri. Polisi menjawab ada tapitidak ada yang hilang.
“Selain
itu, kami sedang menyelidiki kasus mencurigakan di lingkunganmu yang berkaitan
denganmu mengingat kemungkinan kalian juga berkaitan. Memeriksa semua kasus kecil
akan membutuhkan waktu lama.” Ungkap Sung Woong
“Tapi
terlepas dari hal itu, kau membahayakan nyawa korban dengan mencoba menabrakkan
mobil ke arahnya. Itu adalah percobaan pembunuhan atau konspirasi untuk
membunuh. Konon, manusia lebih menakutkan daripada hantu. Kau baru saja
membuktikannya.” Kata Sun Woong menyindir.
“Kau akan
mendapat masalah karena ini!” ucap Tuan Lee kembali berpura-pura kesurupan.
“Kau
sebaiknya berhenti menyebabkan masalah dan menyewa pengacara. Minumlah sebelum
dingin. Interogasinya akan memakan waktu. Ayo ke ruang interogasi dan Bawa
kopimu.” Kata Sun Woong tak takut. Tuan Lee tak bisa berkata-kata.
“Sepertinya
ada kesalahpahaman.” Kata ucap Tuan Lee tapi Nyonya Jang mengajak agar
bergegas.
“Kau mungkin menyadari. Sebenarnya,
tidak semua jaksa ingin bekerja di Cabang Jinyeong. Jaksa Agung lupa
mengunjungi kami tiga kali, dan 12 jaksa baru berhenti dari cabang kami
berturut-turut. Tapi itu tidak mengejutkan.”
“Bagaimanapun juga, kami datang ke
kantor tiap hari. Apa pun yang terjadi, kami menjalankan tugas. Lagi pula, ini
tempat kerja kami, dan Jinyeong juga membutuhkan jaksa.”
Min Ho
menatap ruangan 309 yang kosong lalu menghela nafas dan pergi. Sementara di
ruangan terlihat sangat sibuk dengan semua kasus yang harus diselesaikanya.
Sun Woong
pun hanya sendirian di malam hari mengeluh kalau lelah lalu berpikir akan
pulang dan pergi ke toilet, saat itu melihat ada seoran wanita lewat dengan
pakaian putih.
“Tapi
kemudian... Orang ini tidak ada kaitannya dengan Jinyeong.”
Saat itu Myung
Joo berdiri didepan ruangan 309. Sun Woong melihat Myung Joo bertanya-tanya
kenapa wanita itu ada disini. Keduanya pun saling menatap.
[EPILOG]
Seorang
memegang “Surat Panggilan” dari kejaksaan. Sun Cheol panik memegangnya.
"Lima tahun lalu"
Seorang
pria datang pada Sun Cheol kalau tiap
malam, mendengar langkah kaki dari ujung
lorong. Ia mendengar Suara sepatu hak tinggi tapi saat keluar, tidak ada apapun
di sana.
“Kurasa
itu berkaitan dengan kasus yang kuhadapi.” Kata si pria. Sun Cheol bertanya
Kasus apa
“Seorang
anak hilang saat berjalan memakai sepatu hak tinggi. Sepertinya aku dikunjungi
oleh anak itu.” Kata si pria.
“Kamu
bekerja di ruang berapa?” tanya Sun Cheol.
Saat itu
Sun Chul mengingat ada Ruang 309 lalu menyuruh Min Ho Jangan menoleh ke
belakang.
Bersambung
ke episode 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar