PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
[SEOJAEGOL, ZONA BOTONGGAK, PYONGYANG]
Seorang
penjaga heran melihat mobi datang semalam ini dengan nada sinis langsung
bertanya ada urusan apa. Jung Hyuk memperlihatkan wajahnya, si penjaga
ketakutan dan langsung membuka jalan. Jung Hyuk masuk rumah yang cukup luas dan
terhenti saat terdengar bunyi suara burung unta.
“Jung
Hyuk. Kau tak bilang mau datang... Apa kau sudah makan?” tanya Ibu Jung Hyuk
melihat anaknya yang datang.
“Sudah.
Tapi kenapa ada burung unta?” tanya Jung Hyuk heran. Ibunya pikir Sekarang
pelihara burung unta lebih bagus dari anjing.
“Ini Tren
baru... Lebih lantang daripada anjing.” Jelas Ibu Jung Hyuk. Jung Hyuk mengerti
dan langsung menanyakan keberadan ayahnya. Ibunya memberitahu ada didalam dan
mengajaknya masuk.
Tuan Ri
duduk dengan wajah dinginya, Ibu Jung Hyuk menceritakan kalau Dan juga
berkunjung dua hari lalu menurutnya wanita itu tampak makin cantik. Tuan Ri
langsung memutuskan agar mereka adakan pernikahan pada tahun ini.
“Tahun
ini? Bukankah terlalu dini?”kata Ibu Jung Hyuk kaget. Jung Hyuk hanya diam saja.
“Mereka
sudah tunangan tujuh tahun. Apa Terlalu dini?” ucap Tuan Ri dingin.
“Tapi Dan
baru pulang dan Jung Hyuk bekerja di garis perbatasan. Dia juga tak kerja di
Pyongyang. Saatnya belum tepat.” Kata Ibu Jung Hyuk
“Aku
turuti Ayah... Bolehkah aku meminta sesuatu?” ucap Jung Hyuk dengan wajah
serius.
Akhirnya
semua keluar rumah, Nyonya Na yang sudah mabuk mengeluh agar Berhenti memegang
lengannya. Nyonya Yang menyuruh agar Jalan lurus tapi Nyonya Na seperti sangat
mabuk. Nyonya Ma masih didepan rumah berbicara dengan Se Ri.
“Sam Suk,
jika butuh bantuan soal hubunganmu dengan Jung Hyuk, hubungi aku saja, aku siap
membantu.” Kata Nyonya Ma. Se Ri kaget kalau bisa meminta bantuan.
“Sebenarnya...
Jika Kapten Ri dapat promosi dan makin sukses, orang tuanya mungkin akan
bermurah hati.” Kata Se Ri. Nyonya Ma kaget mendengarnya.
“
Contohnya, jika dia mendapat Bintang Preferensi yang menghubungkan Gyeonu dan
Jiknyeo.” Jelas Se Ri
“Kini aku
paham maksudmu. Jangan khawatir. Akan kuberi tahu suamiku.” Kata Nyonya Ma. Se
Ri tak percaya mendengarnya dan langsung memanggilnya “Unnie” . tiba-tiba
Nyonya Na berteriak marah.
“Hei!
Putuslah dengannya! Jangan menikahinya! Sebaiknya pacarmu tetaplah menjadi
pacarmu. Begitu menikah, pria yang kau cintai akan tiada. Dia akan menghilang.
Jika kau mencintainya, simpan saja dia di dalam hatimu! Dengan begitu, dia
takkan menghilang!”teriak Nyonya Na
“Kau ini
kenapa? Kau mabuk?” keluh Nyonya Ma. Nyonya Yang pun meminta maaf. Se Ri pun
hanya diam saja dan kaget melihat Nyonya Na berani memegang wajah Nyonya Ma.
“Yeong
Ae... Apa Kau sungguh suka suamimu? Apa Kau menyukainya karena dia Kolonel
Senior? Selain Kolonel Senior, apa yang hebat darinya? Dia cuma rakun tua.”
Teriak Nyonya Na. Nyonya Ma marah Nyonya Na berani mengatakan itu.
“Kalian
sedang apa? Seret dia.” Ucap Nyonya Ma kesal. Nyonya Yang terus meminta maaf
mencoba menutup mulut Nyonya Na.
“Dia cuma
rakun tua. Kenapa aku tak boleh bilang kalau dia cuma rakun tua?” teriak Nyonya
Na. Mereka akhirnya mencoba mengotong Nyonya Na yang mabuk.
Nyonya Ma
akhirnya bergegas pulang seperti menahan rasa malu. Se Ri pun menghela nafas
panjang dan melihat ke arah jalan seperti menunggu Jung Hyuk yang belum pulang.
Se Ri
minum sampai pagi hari dan saat itu Jung Hyuk datang, Ia langsung mengeluh Jung
Hyuk yang tidur di luar. Jung Hyuk mengakutak tidur di luar rumah dan tak
menginap. Se Ri pikir tetap tak pulang semalama jadi tak ada bedanya. Jung Hyuk
akan masuk
“Bisakah
kau tak melewati garisnya? Anggap itu garis perbatasan dan jangan lewati garis
itu. Itu yang kau mau juga.” Ucap Se Ri dan Jung Hyuk melihat kaleng bir yang
berjejer dilantai seperti garis.
“Kau
menginjak garisnya. Selama kita tak melewatinya, takkan ada perang. Jadi,
berhati-hatilah.” Tegas Se Ri.
“Apa Kau
marah?” ejek Jung Hyuk. Se Ri mengelak menurutnya untuk apa marah.
“Jika kau
tak marah...” kata Jung Hyuk dan Se Ri menegaskan tak marah dengan mengangkat
pisaunya. Jung Hyuk panik meminta Se Ri agar meletakkan pisau itu dahulu?
“Aku tak
bisa tidur semalaman, jadi, aku menghitungnya. Kau pergi sebelum pukul 20.00,
kau seharusnya sampai di Pyongyang pukul 22.00. Anggaplah kau minum kopi. Maka
kau pergi pukul 23.00, dan kembali pukul 01.00 atau 02.00.” kata Se Ri
“Sekarang
pukul berapa? Astaga, 07.30. Kau bilang, "Aku akan kembali" dan tak
pulang.” Keluh Se Ri. Jung Hyuk mengaku ada urusan. Se Ri tahu itu Pasti.
“Aku
menjadikanmu anggota tim nasional yang ikut serta kompetisi trek internasional.”
Kata Jung Hyuk.
Se Ri
kaget mendengarnya. Jung Hyuk memberitahu kalau Se Ri bisa ke Eropa dengan
pesawat terbang. Se Ri tersenyum karena Jung Hyuk yang mencari cara itu dan Seharusnya bilang
dan mengaku jadi merasa bersalah. Jung Hyuk akhirnya masuk rumah.
“Tapi... Aku
memang cukup atletis dan bisa berlari. Tapi tak cukup baik untuk menjadi tim
nasional...” kata Se Ri kaget.
“Kau
anggota cadangan, jika ada yang cedera. Kau tak perlu berlari sungguhan. Begitu
kau sampai sana, kau akan menghilang.” Kata Jung Hyuk.
“Lalu
setelahnya?” tanya Se Ri. Jung Hyuk mengatakan Se Ri akan pulang. Se Ri ingin
tahu Kapan penerbangannya?
Jung Hyuk
menjawab “Senin depan.” Tuan Jung terus mendengarnya dengan seksama. Se Ri
senang karena mungkin bisa menghadiri rapat pemegang saham walaupun Mungkin tak
cukup waktu untuk bersiap, tapi tak masalah.
“Kau
harus ambil foto untuk membuat paspor.” kata Jung Hyuk. Se Ri ingin tahu
setelah itu.
“Pyongyang
tak seperti di sini. Kau harus ubah beberapa hal jika tak ingin tampak
mencurigakan.” Kata Jung Hyuk menatap Se Ri.
Se Ri
melonggo melihat salon di korea utara dengan nama “SALON ILDANGBAEK dengan
style rambut yang benar-benar sangat kuno. Ia pun bertanya apakah hanya ini
pilihan rambutnya. Nyonya Jung membenarkan dan memberitahu kalau semuanya gaya rambut khas.
Se Ri
melihat model rambut GAYA MANSUDAE, GAYA DIIKAT GAYA CAMAR, GAYA PERPISAHAN.
Nyonya Na terlihat sedang frustasi mengeluh sebaiknya mencukur semua rambutknya
saja Lalu Yeong Ae mungkin akan memaafkannya.
“Dia
takkan memaafkanmu... Jangan sia-sia mencukur rambutmu.” Kata Nyonya Yang.
“Baiklah...
Aku pilih Gaya Perpisahan. Aku akan berpisah dari negara ini.” Ucap Se Ri.
Nyonya Yang pikir itu Pilihan tepat.
Se Ri
keluar dari salon terlihat malu dengan rambutnya dan merasa Rambutnya jadi tipis.
Mungkin karena itu dinamakan Gaya Perpisahan. Sementara ibu yang lain merasa
kalau Se Ri tampak cantik. Akhirnya mereka pergi ke pasar memilih pakaian baru.
Se Ri
mencoba beberapa baju dan mencoba terlihat lebih stylist dengan sweater yang
hanya dikalungkan pada lehernya. Se Ri akhirnya mencoba baju yang lainya,
Nyonya Na memberikan jaket hitam tapi Se Ri hanya menaruh di pundaknya.
“Kenapa
pakai itu di jaket?” komentar Nyonya Na. Nyonya Yang pikir Se Ri itu memang
aneh.
“Aku suka
ini. Ini agak murahan, tapi tampak trendi.” Kata Se Ri mencoba celana di pinggangnya dan benar-benar
terlihat stylist.
“Ah.. Kurasa
aku lihat celana kerja ini di Pekan Mode New York. Pola ini...” ucap Se Ri
melihat celana yang digantung.
“Hei,
lihat. Ada yang kurang.. Coba Kenakan ini. Kau seolah-olah bisa menghadapi
wanita Pyongyang itu. Pergilah ke Pyongyang dan hajar dia.” Ucap Nyonya Na
memberikan syal untuk penutup kepala pada Se Ri.
“Kau
lihat, aku tak perlu berdandan untuk membuatnya sadar. Begitu kami bertemu
kemarin, maka aku menghajarnya dengan wajahku.” Ucap Se Ri yakin. Keduanya
melonggo ketakutan.
“Tidak.
Dia tak dihajar... Tapi Aku hanya menatap dingin” kata Se Ri lalu melihat
pakaian yang bagus.
“Indahnya.
Berapa harganya?” tanya Se Ri. Si bibi dengan sinis memberitahu kalau harganya
mahal.
“Jika tak
mau beli, tolong kembalikan, Nanti Bisa kotor.” Kata Bibi sinis.
Se R ingin tahu seberapa mahal jaket ini?
“Harganya
15.000 won.” Kata si bibi. Nyonya Na dan Nyonya Yang melonggo karena hargaya
sangat Mahal sekali.
“Apa Kau
punya uang?” tanya Si penjual. Se Ri mengaku
tak pernah bilang ini seumur hidupnya.
“Kau
benar. Aku tak punya uang.” Ucap S Ri terlihat sangat menyedihkan.
Nyonya
Hyun mengajak ke sebuah tempat memberitahu kalau mereka menawarkan harga
terbaik. Se Ri pun mengikutinya, Nyonya Yang dan Nyonya Na hanya melihat dari
kejauhan. Si pria melihat Nyonya Yag kembali dan bertanya apa ada yang ingin
digadai.
“Bukan
aku pelangganmu hari ini. Aku bawa orang. Dia dari Divisi 11. Pernah tinggal di
Korea Selatan, dia punya barang bagus..” Ucap Nyonya Hyun menunjuk pada Se Ri.
“Apa yang
mau kau gadaikan?” tanya Si pria penasaran. Se Ri memegang kalungnya seperti
ragu akhirnya melepaskan jam tanganya.
“Ini
salah satu dari lima koleksi FW 2019 edisi terbatas. Aku membelinya langsung
dari desainernya di butik utama. Aku membeli salah satu dari lima, tebak siapa
pembeli lainnya. Kau akan terkejut mendengar namanya. Paris Hilton, Miranda
Kerr, dan...” ucap Se Ri dan melihat si pria hanya melhat jam tanga dan
menimbangnya.
“Apa Kau
mendengarkan aku?” keluh Se Ri. Si pria mengatakan Jamnya ringan.
“Tepat
sekali. Kau tahu apa ini. Saat kau pakai, kau takkan merasakannya.” Jelas Se Ri
“Jangan
sia-siakan waktu bernegosiasi.Aku tawarkan seperempat harga. Dua puluh ribu
dolar... Perunggunya 10.000 won, kulitnya 7.000 won, dan 2.000 won biaya
pekerjanya. Aku berikan 19.000 won.” Kata Si pria.
“Dia temanku.
Jadikanlah 20.000 won.” Kata Nyonya Hyun. Si pria setuju akan memberikan 20.000 won.
“Aku tak
bilang 20.000 won... Aku bilang 20.000 dolar. Bagaimana bisa...”ucap Se Ri
kaget.
Seorang
pria datang membawakan gesper dan akan mengadaikanya. Si pria menimbangnya dan
langsung memberikan harga 35.000 won. Se Ri tak percaya kalau jam tanganya
lebih murah daripada sabuknya padahal Ini jam desainer dan Edisi terbatas.
“Itu tak
ada artinya... Hitung dari berat. Seharusnya pakai kulit lagi. Ini terlalu
ringan.” Ucap Si pria.
“Membuatnya
ringan seperti ini adalah teknologinya. Tak semua orang bisa buat seperti ini
dan barang ini tak ternilai.” Kata Se Ri sedikit marah
“Kau
benar. Kami tak bisa nilai. Jika tak mau tinggalkan untuk 20.000 won, pergi
saja.” Ucap Si pria marah
“Bukan
itu maksudku... Maksudku, seharusnya lebih mahal 5.000 won.” Kata Se Ri. Si
pria setuju akan membayar 25.000 won.
“Terima
kasih. Syukurlah... Biasanya dia tak sebaik ini.” Kata Nyonya Hyun bahagia.
Se Ri
hanya bisa tersenyum terpaksa harus merelakan jam kesayangny lalu meminta agar
Jangan dijual dan akan ambil kembali. Ia tiba-tiba melihat ada jam pria dan itu
asli lalu bertanya kenapa ada ditempat itu juga dan berpikir kalau Pasti ada
orang yang sepertinya.
“Dia
bahkan tak mau uangnya. Tapi Dia ingin aku menyimpannya. Bahkan Sudah lama, dia
tak kembali.” ucap Si pria. Se Ri pun tak curiga.
Tuan Jung
melapor pada Tuan Jo tentang penyadapanya. Tuan Jo memastikan kalau Se Ri meninggalkan
negara ini Kamis depan. Tuan Jung membenarkan, Tuan Jo mengetahui kalau Menyamar
sebagai anggota tim nasional dengan pesawat terbang dan berpikir kalau Se Ri
punya paspor palsu.
“Kurasa
tidak... Dia ke Hotel Pyongyang dan ambil foto untuk paspor. Mereka bilang, dia
akan ke Factory 926. Berarti dia punya paspor asli, bukan yang palsu. Aku
dengar orang-orang Divisi 11 menyamar agar bisa pergi diam-diam.” jelas Tuan
Jung sedikit gugup.
“Apa Kau
sungguh berpikir dia anggota Divisi 11?”kata Tuan Jo sinis. Tuan Jung terlihat
makin gugup.
“Ya, bisa
lihat dari transkripnya, kami tak temukan apa pun yang mencurigakan.” Jelas
Tuan Jo. Tuan Jung seperti masih tetap curiga.
“Baik.
Jika veteran bilang begitu, berarti memang benar.” Kata Tuan Jung akhirnya
percaya. Tuan Jo pun mengucapkan Terima kasih dan akan pergi.
“Kamerad
Jung... Menurutmu kenapa kita tak bisa temukan jam Ri Mu Hyuk? Kita cari di
rumahnya, di kamp, dan semua kenalannya, tapi di manakah jam itu berada?” kata
Tuan Jo.
Tuan Jung hanya bisa diam saja dan dan teringat saat dirinya seperti sedang dipukul dan Mu Hyuk mengulurkan tanganya dan terlihat jam tangan yang digunakan kakak Jung Hyuk. Itu sama dengan ada di toko gadai.
“Entahlah.”
Kata Tuan Jung gugup. Tuan Jo pikir Siapa pun yang memilikinya, maka orang itu
dalam masalah besar.
“Tapi aku
khawatir... Jika itu jatuh ke tangan Jung Hyuk, maka tamatlah riwayat kita
berdua. Jadi Berhati-hatilah.” Pesan Tuan Jo. Tuan Jung menganguk mengerti.
Apel
dimulai, Pemimpin Hwang melapor Kompi Lima tidak datang saat latihan sore. Jung
Hyuk mengaku tak melihat beberapa anggota kompi. Petugas Hwang memberitahu
Sersan Utama Pyo Chi Su, Letnan Pertama Park Gwang Beom, Sersan Staf Kim Ju
Meok, dan Privat Kelas Pertama Geum Eun Dong dipanggil oleh Badan Keamanan.
Di
ruangan Eun Dong berjongkok sambil menangis ketakutan. Tuan Jo melihat Eun Dong
mengejek kalau Investigasi belum dimulai tapi sudah menangis. Ia lalu melihat profile Eun Dong
yang punya ibu dan empat adikdi kampung halamannya.
“Begini,
rencanaku adalah menyelamatkan satu dari empat orang. Orang yang melaporkan
kebenarannya kepadaku. Kau takkan dapat kesempatan kedua. Jika kau bicara, kau
akan hidup. Jika tidak, yang lain akan hidup. Kau harus selamatkan dirimu,
'kan?”ucap Tuan Jo
“Beri
tahukan apa yang kau ketahui. Siapa identitas wanita yang mengaku dari Divisi
11? Kenapa dia di sini? Apa yang Kapten Ri sembunyikan? Apa yang dia rencanakan
di rumah dengan bawahannya dengan alasan pembangunan saluran air? Bicaralah
saat sudah siap.” Kata Tuan Jo penasaran.
“Letnan
Komandan Jo.... Aku yang terakhir, 'kan?”kata Eun Dong. Tuan Jo terliha
bingung.
“Sudah
lama sekali sejak Sersan Utama Pyo Chi Su, Letnan Pertama Park Gwang Beom, dan
Sersan Staf Kim Ju Meok dipanggil. Aku yang terakhir, 'kan? Tapi kau masih tak
tahu apa pun. Jadi Aku juga tak tahu apa pun.” Kata Eun Dong
Tuan Jo
langsung marah besar dan memukul Eun Dong sampai terpelanting. Saat itu Jung
Hyuk masuk ruangan melihat anak buahnya terkapa. Tuan Jo marah melihat Jung
Hyuk kalau tak melihat sedang menginvestigasi dan menyuruhnya Keluar.
“Jika
penasaran soal aku, tanya saja langsung.” Kata Jung Hyuk melindungi anak buahnya.
“Sayangnya,
aku tak bisa. Investigasi ini mengenaimu. Jadi Pria yang terlibat takkan
berkata jujur.” Kata Tuan Jo
“Cara
berpikirku berbeda. Hanya yang terlibatlah yang bisa berkata jujur. Kalau
begitu, katakan sejujurnya mengenai semua hal yang telah kau lakukan.” Tegas
Jung Hyuk. Tuan Jo bingung apa maksud ucapan Jung Hyuk itu.
Saat itu
telp berdering dengan keras. Tuan Jo mengangkatnya. Terdengar teriakan dari
Kolonel Senior “Apa maksud semua ini?
Bukankah sudah kau tutup kasus kecelakaan truk itu? Aku menerima permintaan
resmi dari Badan Keamanan untuk mengirim para sopir dan kau.”
“Tapi
mereka ingin aku juga? Aku tidak terlibat! Bukankah kau janji akan bertanggung
jawab penuh? Kenapa aku harus dipanggil? Datang ke ruanganku!” teriak Kolonel
Senior. Saat itu Tuan Jo melirik seperti takut Jung Hyuk mendengarnya.
“Dengar,
Ri Jung Hyuk.” Kata Tuan Jo. Jung Hyuk langsung memotongnya kalau melihat Tuan
Jo sibuk jadi Akan mebawa anak buahnya.
Saat
keluar ruangan Jung Hyuk melihat Tuan Jung datang dengan membawa berkas. Tuan
Jung panik melihat Jung Hyuk dan langsung menyembunyikanya. Jung Hyuk pun
akhirnya perg, ditangan Tuan Jung sudah ada lembaranTRANSKRIP.
Beberapa
orang sedang berkerumun mengejek anak yang dianggap “Anak Pengkhianat” dan menyurhnya
pergi. Se Ri melihat kalau Tampaknya
perundungan itu ada di Utara dan Selatan. Beberapa anak terus menyuruh si anak
pengkhianat pergi.
“Hei! Dasar
berandal cilik!.. Dengarlah. Kenapa kalian merundungi satu anak?” teriak Se Ri
memisahkan mereka.
“Kau
siapa?”ujar salah satu anak. Se Ri dengan sangat yakin kalau ia dari Pasukan
Khusus.
“Aksen
Selatanku bagus, 'kan? Jika tahu apa yang kulakukan di Selatan, kalian pasti
takut.” Kata Se Ri mengancam.
“Ayahnya
pengkhianat!” teriak si anak. Se Ri mengeluh mendengar kata Pengkhianat.
“Semua
pekerjaan itu terhormat. Tak peduli apa pekerjaan ayahnya. Apa peduli kalian? Jika
terus merundungi yang lemah, maka kalian akan jadi seperti Pyo Chi Su.” Kata Se
Ri.
“Siapa
Pyo Chi Su?”tanya si anak bingung. Se Ri menjawab kalau dia adalah pria jelek.
“Jika
kalian merundunginya lagi, maka akan kulaporkan ke Ri Jung Hyuk.” Kata Se RI.
Si pria ingin tahu siapa Jung Hyuk itu.
“Dia bisa
bertarung dengan baik. Jika dia dengar soal ini, kalian bisa kena masalah. Jadi
Bubar. Bubarlah!”teriak Se Ri. Semua pun berlari bubar.
Se Ri
membantu U Pil berdiri sambil mengelh karena membiarkan mereka memukulinya
padaha seharus melawan agar mereka tak merendahkannya. U Pil mengaku mendengar harus
bersikap baik pada teman-temannya. Se Ri mengeluh siapa yang mengatakan hal
itu.
“Ayahku.”
Kata U Pil. Se Ri pikir ayah U Pil pasti ayahnya itu pria yang hebat.
“Tapi dunia
ini bukan kebun bunga. Jangan bersikap baik kepada yang memukulimu. Mereka yang
memukul tak tahu sakitnya dipukul. Hanya penerimanya yang tahu. Jika ada yang
mau merundungmu, pukul saja lebih dahulu.” Kata Se Ri
“Apa Kakak
melakukan itu?” tanya U Pil . Se Ri membenarkan saat melakukannya Lalu mereka
berhenti merundungnya.
“Mereka
Juga berhenti mendekat... Kesepian lebih baik daripada kesakitan.. Ayo Pakai
tasmu lagi.” Ucap Se Ri.
Tuan Park
dan Sek Hong masuk ruangan dengan wajah gugup, Seorang pria mengaku sebenarnya
suatu pagi, mendengar sesuatu saat bersih-bersih beberapa hari lalu Tapi
suaranya tak begitu jelas Dan ada banyak protofon di frekuensi yang sama.
“Apa
kalian Masih mau dengarkan?” tanya si pria. Keduanya menganguk dengan wajah
tegang.
Terdengar
suara “Ini Se-ri, ganti.” Keduanya kaget dan Tuan Park pikir Sek Hong bisa
mendengar juga dan bertanya apakah berpikir itu suarany Sek Hong yakin itu
suaranya, Tuan Park seperti baru mendapatkan anugerah karena mendengar suara Se
Ri.
“Kudengar
suara itu pagi dan malam... Astaga, aku merinding. Aku merinding saat dengar
suara itu. Kurasa tubuhku mengingatnya.” Kata Sek Hong
“Berikan
kami diska lepasnya. Jika kami lapor ke polisi dan lacak transmisi ini,maka kami
bisa menemukannya.” Ucap Tuan Park. Si pria menganguk mengerti.
Nyonya Do
turun dari mobil menelp Suaminya kalau baru sampai di rumah Ibudan sudah
memikirkannya, serta menyadari bahwa harus tunjukkan kesetiaannya bukan berdoa.
Akhirnya
Nyonya Do masuk menemui Nyonya Han, sang ibu mertua mengaku minta maaf atas kejadian terakhir jadi
Suaminya menyuruh agar mengunjungi Ibu karena terlalu malu. Nyonya Han hanya
diam sambil meminum teh.
“Ibu tahu
dia membangun resor di Bali, 'kan? Begitu Ayah pensiun, maka kami akan buat
satu gedung pribadi untuk digunakan Ibu dan Ayah. Itu ideku.” Kata Nyonya Do
“Bali?
Ide bagus.. Apa Kau mau mengusir kami?” ucap Nyonya Han sinis. Nyonya Do panik
mengaku bukan begitu.
“Aku
hanya ingin Ibu dan Ayah menikmati waktu romantis...” ucap Nyonya Do
“Apa Kau
tahu kami sudah pisah ranjang selama 20 tahun?” kata Nyonya Han. Nyonya Do
kaget mendengarnya.
“Kenapa?”
tanya Nyonya Do. Nyonya Han menjawab tak tahu. Nyonya Do pikir Ibu pasti begitu
kesepian.
“Benar.. Kau
pasti lelah. Sebaiknya kau pergi... Aku harus istirahat.” Kata Nyonya Han.
“Ibu!
Kami akan pindah ke rumah ini. Rumah ini besar. Pasti sepi jika kalian berdua
di kamar terpisah. Jangan anggap aku sebagai menantu. Tapi Aku akan menjadi
putri Ibu. Ibu sudah tak punya putri.” Ucap Nyonya Do
“Kau
bilang apa? Apa Aku tak punya putri?”
kata Nyonya Han marah
“Ibu
pernah punya putri. Tapi tidak punya lagi, jadi...” kata Nyonya Do. Nyonya Han
tak percaya kalau dianggap Se Ri sudah mati.
“Ibu,
kenapa berkata begitu? Se-ri belum mati! Dia tetap hidup di hati kita
selamanya.” Kata Nyonya Do terus mencoba menjilat.
Nyonya Han
terus menyuruh pergi saja dan Nyonya Do mengaku ada satu hal lagi. Nyonya Han
menyuruh agar mengataan saja. Nyonya Do tahu Ibunya punya saham perusahaan.
Delapan persen jadi meminta agar bisa mendukung mereka.
“Jika
digabung dengan saham pendukung kami, kami punya kesempatan. Bagaimana?” kata
Nyonya Do dengan wajah melas.
Nyonya Do
menelp suaminya memberitahu kalau tidak berhasil dan Ibu mertuanya bahkan makin
marah kepadanya. Se Joon pun ingin tahu apa yang dikatakan istrinya. Nyonya Do
mengaku tak bilang apa-apa tapi hanya bilang akan jadi putrinya.
“Kepribadiannya
aneh... Pantas mereka pisah kamar! Atau Apa karena pisah kamar? Entahlah. Dan
Kau apa sudah tangkap si penipu itu? Kau harus tangkap dia! Tamat sudah jika
adikmu yang menangkapnya!” teriak Nyonya Do
SHENYANG,
TIONGKOK
Seorang
pria sudah jatuh tersungkur di lantai, Se Hyung duduk di sebuah gudang bertanya
apakah pria itu sudah bicara Anak buahnya mengatakaan Tuan Oh tetap menutup mulut.
Se Hyun mengeluh Tuan Oh tidak buka
mulut padahal tak selamatkan Korea.
“Aku tak
tahu apa pun.” Kata Tuan Oh. Se Hyung bertanya apakah sudah membahas uang. Anak
buahnya menjawab belum.
“Karena
itulah dia bungkam. Mari kita akhiri ini. Kau Dapat berapa dari Gu Seung Jung ?
Akan Kuberi 10 kali lipat.” Kaat Se Hyung. Tuan Oh langsung melotot tajam.
Tuan Chun
menerima telp dari Tuan Oh, kalau tak
bisa bawa dia ke Tiongkok. Ia pikir walau bisnis mereka ilegal, tapi pasti ada
etika bisnis karena mereka sudah menjanjikan perlindungan jadi Bagaimana bisa
begitu.
“Apa?
Sepuluh kali? Apa Dia sungguh akan bayar?” teriak tuan Chun dan melihat Seung
Jung keluar kamar dan berpikir akan menghubunginya nanti. “Aku sungguh bosan...
Ayo ke Pyongyang besok. Ayo ke Okryu-gwan dan kasino.” Rengek Seung Jung.
“Baiklah....
Kita ke Pyongyang besok.” Kata Tuan Chun. Seung Jung tak percaya dan wajahnya
langsung tersenyum bahagia.
Bersambung
ke Part 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar