PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Jung Hwan berlari dilorong sambil mengendong
seorang nenek, Wajah Jung Woo pun panik mengantar sang nenek. Si nenek akhirnya dibawa masuk ke dalam
ambulance. Semua orang kejaksan panik melihat seorang nenek seperti pingsan.
“Terkadang kita menghadapi krisis
dalam hidup kita. Di antara hidup dan mati, saat masa lalu kita terlintas di benak kita, inilah yang kami
pikirkan. "Apa penyebab krisis ini?”
“Apakah karena orang ini?” ucap Sun
Woong mengarah pada Tuan Hong. Ia lalu berpikir itu karena Myung Joo
“Jika bukan, lalu Apakah ini salahku?" gumam Sun Woong melihat sang nenek yang dibawa masuk ke dalam
ambulance.
Sun Woong
masuk ke kedai kopi dan melihat Myung Joo sudah ada didalam. Myung Joo keluar
kedai hanya bisa menahan senyuman. Di kantor keduanya berjalan di lorong dan
tak ada yang saling menyapa, seolah musuh bebuyutan.
“Misalnya, pertanyaan seperti ini muncul di benakku. "Apakah
ini terjadi karena ketegangan antara aku dan Jaksa Cha?"
Flash Back
“Tugas
jaksa adalah bergerak cepat saat mengetahui tidak akan menang.” Ucap Myung Joo
“Tidak
ada kasus yang pasti kalah. Itu bergantung kepadamu.” Balas Sun Woong
“Tugas
jaksa adalah mencari tahu apakah bisa menang. Tidak mengakui dan mengabaikannya
dianggap...” ucap Myung Joo dan saat itu Min Ho datang memarahi keduanya.
“Kenapa
kalian berteriak di hadapan semua orang? Apa yang akan kalian lakukan...” ucap
Min Ho marah
“Kami berada dalam gencatan senjata sejak pertengkaran kami beberapa
hari lalu.”
Akhirnya
Sun Woong dan Myung Joo masuk ruangan dengan membanting pintu. Dua orang yang
sedang lewat bingung, akhirnya mereka pun
memutuskan agar jangan hiraukan mereka.
**
"Bagian 1, Perang dan
Kedamaian Jaksa Lee"
Semua
sedang makan siang bersama, Myung Joo tiba-tiba mengusulkan untuk pindah ke
ruangannya. Sun Woong terlihat kaget.
“Tapi Cha Myung Joo yang melanggar gencatan senjata dan tiba-tiba
menyerangku.”
“Pak Kim
Jung Woo. Bagaimana jika dia pindah ke ruanganku?” ucap Myung Joo. Sun Woong
bingung kenapa tiba-tiba.
“Dia akan
memiliki pengawas baru, dan aku ingin bekerja dengan jaksa junior yang
kompeten. Kami berdua sama-sama untung.” Kata Myung Joo.
“Entahlah.
Dia mulai menguasai pekerjaannya. Bukankah dia akan bingung jika pindah ke
ruang lain sekarang?” jelas Sun Woong
“Aku akan
melatih dan membimbingnya dengan baik agar dia tidak bingung.” Kata Myung Joo
menatap Jung Woo. Jung Woo terlihat bahagia merapihakn dasinya.
“Baiklah.
Pak Kim, kamu pindah ke kantor Nona Cha. Dia mengerjakan banyak kasus, jadi,
aku yakin dia butuh bantuan.” Ucap Min Ho. Sun Woong mengeluh kesal dan Jung
Woo pun mengucapkan Terima kasih.
Yoon Jin
keluar dari restoran lebih dulu bertanya apa Jung Woo apakah sangat senang.
Jung Woo menganguk. Tuan Hong menarik Sun Woong agar berjalan menjauh. Sun
Woong bertanya ada apa. Tuan Hong meminta agar Sun Woong bersikap baik kepada
Cha Myung Joo
“Apa Kau
pikir aku masalahnya? Kau melihat itu juga. Kalau begitu, bicaralah kepadanya..”
Ucap Sun Woong kesal.
“Aku tahu
ini bukan salahmu. Tapi begitulah dia. Dia bertindak sejauh ini karena dia
sangat angkuh. Aku tidak akan meminta ini kepada orang lain Tidak bisakah kau mencoba
untuk lebih pengertian? Dia juniormu.” Kata Tuan Hong mencoba mendamaikan.
“Apa
maksudmu? Dia mengatakan sebaliknya.” Keluh Sun Woong. Tuan Hong pikir
perlakukan Myung Joo seperti seniornya.
“Kenapa
kau tiba-tiba seperti ini?” keluh Sung Woong. Tuan Hong mengaku Tiap kali
mereka tegang, maka ia menjadi sangat tertekan.
Hei,
dengar. Menurutmu, kenapa aku mulai minum ini lagi?” kata Tuan Hong memperlihatkan
obat cairnya.
“Apa kau Kambuh
lagi?” ucap Sun Woong. Tuan Hong menganguk. Sun Woong tak peduli lagi karena
itu bukan keputusannya lalu beranjak pergi. Tuan Hong mengejarnya.
Jung Woo
sedang membereskan barang diatas meja, Nyonya Jang menyuruh Jung Woo Bicaralah dengan Pak Lee sebelum mengemasi
barangnya. Jung Woo pikir kalau Sun Woong sudah diberi tahu. Sun Woong masuk
ruangan melihat Jung Woo sudah membereskan barangnya.
“Apa yang
kamu lakukan? Kukira itu pekan depan.”ucap Sun Woong dengan nada menyindir.
“Nona Cha
bilang, aku harus segera pindah jika tidak mengerjakan sesuatu. Pak Cho juga
menyetujuinya.” Ucap Jung Woo
“Apa
maksudmu? Pekerjaan kita banyak sekali... Astaga, bukan main.” Ucap Sun Woong
kesal.
Jung Woo
bingung akan menaruh barangnya lagi. Sung Woong yang kesal menyuruh agar pergi
saja. Jung Woo pun akhirnya memberesakan barangnya. Sun Woong tahu kalau Jung
Woo pasti Berkemas dan pergi saja.
“Sejak
kapan kamu peduli? Akan kutangani semuanya, jadi, pergilah.”sindir Sun Woong.
Jung Woo pun kebingungan.
Saat itu
datang seroang ibu yang mengendong anaknya yang terus memanggil “Ibu...” Sun
Woong pun menyuruh duduk, Nyonya Jang pun mencoba membantu menenangkanya.
“Kau
tertangkap dengan kendaraan yang kelebihan muatan di jalanan. Di mana suamimu?”
tanya Sun Woong
“Dia
tidak bisa bolos kerja.” Kata Si wanita mencoba menenangkan anaknya yang terus
menangis.
“Astaga,
maafkan aku. Tidak ada yang menjaganya.” Kata Si ibu dibantu dengan Nyonya Jang
“Pak Kim,
Apa kau belum pindah?” ucap Myung Joo membuka pintu. Jung Woo mengaku baru mau
ke sana.
“Pak Kim,
sepertinya kau yang mengurus ini.” Kata Sun Woong. Si anak terus saja menangis
memanggil ibunya.
“Jangan
menangis. Seharusnya kau berhati-hati.” Ucap Sun Woong mencoba menenangkan si
anak agar tak terus menangis.
“Apa Kau
mengeluarkan denda sebesar 2.000 dolar?” tanya Si wanita. Sun Woong membenarkan
karena ini bukan kali pertama.
“Pak... Bisa
turunkan jumlahnya sedikit saja? Penghasilan suamiku 2.000 dolar sebulan. Jika
membayar sebanyak itu, kami tidak bisa makan sebulan penuh. Pak, kumohon.” Ucap
Si ibu mencoba menenangkan anaknya.
“Tolong
bantu keluargaku” pinta si ibu dan memohon pada anaknya agar jangan menangis.
Nyonya Jang ingin menggendongnya tapi si anak menolal
“Dia
terus menangis.” Ucap Myung Joo. Si ibu mengaku anaknya itu tidak tidur semalam.
“Dia sama
sekali tidak mirip denganmu. Siapa namanya? Berapa bulan?” ucap Myung Joo. Si
ibu bingung. Sun Woo langsung berteriak marah. Myung Joo pun meminta waktu
sebentara. Sun Woong pun meminta izin.
Keduanya
akhirnya masuk ke ruangan lain, Myung Joo mengaku yakin anak itu bukan anaknya.
Sun Woong mengeluh Apa maksud ucapanya.
Myung Joo tahu sebagian orang membawa anak orang lain untuk mendapatkan
simpati saat menemui jaksa.
“Atas dasar
apa kamu mengusulkan itu?” tanya Sun Woong. Myung Joo bertanya apakah Sung
Woong tidak melihat dia menangis sangat keras
“Ibu mana
yang menyebut anaknya sendiri "Sayang", bukan namanya?” kata Myung
Joo. Sun Woong menatap si anak yang masih terus menangis.
“Meskipun
pengawasanmu benar, mereka jelas melakukan ini karena sangat putus asa. Ini
pelanggaran ringan, jadi, bisa dibiarkan kali ini. Keadaan mereka cukup buruk..”
Kata Sun Woong
“Bagaimana
kamu bisa yakin? Apa Hanya berdasarkan ucapannya? Mungkin aku ikut campur dalam
hal yang tidak seharusnya, tapi aku tidak bisa mengabaikannya.” Ungkap Myung
Joo lalu keluar ruangan. Sun Woong hanya bisa menghela nafas panjang.
Akhirnya
Sung Woong mengantar si ibu ke depan lift, Si ibu mengucapkan terimakasih. Sun
Woong terlihat senang karena anaknya akhirnya tenang. Saat itu Tuan Kim keluar
lift, Sun Woong menyapanya tapi Tuan Kim mengabaikanya dan langsung masuk ke
ruangan Myung Joo.
“Bagaimana
kabarmu?” tanya Myung Joo melihat Tuan Kim yang datang. Tuan Kim tersenyum
sumringah.
“Terima
kasih banyak. Berkat kau, aku bisa melewatinya. Ini Hanya hal kecil yang menunjukkan
rasa terima kasihku.” Kata Tuan Kim dan memberikan kantungnya sebagai imbalan
“Astaga,
aku tidak bisa menerimanya. Cukup ucapan terima kasih.” Kata Myung Joo.
“Jangan
bilang begitu... Terimalah ini. Aku membelikanmu beberapa apel.”ucap Tuan Kim.
“Kami
bisa mendapat masalah besar karena menerima hal seperti ini. Bagaimana kalau
kita makan apel ini bersama?” kata Jung Hwan. Tuan Kim pun setuju.
Di
ruangan Nyonya Jang menyuruh petugas mengambil komputer, telepon, dan lampu
meja juga dan pindahkan ke 309 dan selesaikan dengan cepat. Sun Woong kembali
ke ruangan melihatnya dengan tatapan dingin. Nyonya Jang memberitahu kalau Jung
Woo meminta ini karena harus segera mulai bekerja.
Sun Woong
dimejanya dan menerima pesan di ponselnya “Kepala Cabang mengadakan rapat pukul 16.00. Siapkan berita
kasus tidak selesai. Semua orang harus hadir.”
Tuan Kim
melihat untuk Bagian Kriminal Dua, jumlah kasus tidak terpecahkan telah
berkurang sedikit. Min Ho membenarkan dengan bangga Setelah ada Nona Cha dan pegawai baru lainnya
di tim, maka keadaan menjadi jauh lebih baik.
“Nona
Cha, kuharap kau tidak bekerja terlalu keras.” Kata Tuan Kim. Sun Woong
merendahkan diri kalau menikmati pekerjaannya.
“Selain
itu, bukankah pejabat pemerintah di Jinyeong dituduh melakukan penipuan saham
atau penghindaran pajak?” ucap Tuan Kim
“Benar.
Memang ada.” Kata Sun Woong. Tuan Kim pun bertanya Apakah ada laporan mengenai
kasus ini.
“Aku akan
menyatukannya...” kata Sung Woong dan langsung disela oleh Myung Joo membawa
berkasnya. Tuan Kim pun memuji Myung Joo
sudah menyiapkannya. Sun Woong terlihat menatap sinis.
“Jika dia ingin berperang, aku tidak akan menghindarinya. Tapi
sekali lagi, akulah yang pertama mengulurkan tanganku sebagai isyarat
perdamaian.”
Di dalam
lift, Tuan Hong memberikan kode agar Sun Woong mulai bicara. Sung Woong
akhirnya menyusulkan makan malam bersama di Restoran Satu Meja dan ia yang
traktir. Tuan Hong pun senang mendengar akan pergi ke Restoran itu
“Ya, kita
sebaiknya pergi bersama.” Kata Tuan Kim. Sun Woong pun mengajak Myung Joo
bergabung juga. Saat itu pintu lift terbuka.
“Hei, Pak
Kim. Bergabunglah dengan kami. Pak Lee mentraktir semua orang makan malam.”
Kata Tuan Hong penuh semangat. Jung Woo terlihat bingung.
Akhirnya
mereka sampai lantai bawah, Jung Woo mengajak si nenek untuk berjalan lebih
dulu. Tuan Hong dkk membahas makanan yang pasti lezat dan berpikir masih ada
meja kosong. Myung Joo menahan pintu lift lalu berpikir Sepertinya ada yang
harus ditangani.
“Kalian Pergilah
tanpa aku.” Kata Myung Joo lalu menyuruh Jung Woo agar masuk lagi. Sun Woong
sempat kaget dan akhirnya seolah tak peduli menyuruh mereka pergi saja.
Di
restoran, Sung Woong makan seperti menahan amarahnya. Yoon Jin mengingat yang
diucapan Myung Joo "Sepertinya ada yang harus kutangani. Kalian Pergilah
tanpa aku." Ia kesal karean Myung Joo berpkir mereka tidak punya urusan, karena ia juga melakukan
banyak persiapan sebelum rapat.
“Astaga,
jangan seperti itu.” Ucap Tuan Hong menenanganya. Yoon Jin kesal karena Myung
Joo itu tidak lihat betapa sibuknya
“Ini kali
kedua aku menawarkan diri untuk mentraktir dan ditolak di sepanjang hidupku.”
Kata Sun Woong dengan tatapan sedih
Saat itu
kuliah Sung Woong mengatakan “Kubilang aku tidak mau. Kenapa kamu mentraktirku
makan?” lalu Terakhir kali mengatakan “Sepertinya ada yang harus kutangani.
Pergilah tanpa aku.” Tuan Hong menyadarkan Sun Woong.
“Sudah jelas sekarang... Perang dimulai.”
Sung
Woong dkk baru saja kembali dari makan bersama dan melihat ambulance langsung
berlari bertanya ada apa. Sun Woong melihat akalu itu adalah wanita tadi yang
mereka lihat dalam satu lift
“Tunggu,
apa yang terjadi? Ada masalah apa?” ucap Min Ho datang. Tuan Hong melihat
kedatangan Min Ho ketakutan langsung jatuh tak sadarkan diri. Yoon Jin bingung
mencoba menahanya.
“Kenapa ini terjadi kepada Pak Hong pada saat kekacauan ini? Sebenarnya,
ada kisah sedih di balik semua ini.”
"Bagian 2, Kisah Pak
Hong"
Flash Back
"Pagi sebelum kejadian"
Tuan Hong
masuk ke ruangan karena Min Ho mencarinya. Min Ho pun menyuruh Tuan Hong untuk
duduk. Min Ho bertanya Siapa jaksa senior di departemen mereka. Tuan Hong menjawab
kalau itu dirinya. Min Ho mengulang pertanyaan lagi. Min Ho menjawab itu
dirinya sebagai jaksa senior.
“Bagaimana
kau bisa mengatakannya semudah itu? Sebagai jaksa senior, kenapa kau membiarkan
kedua jaksa bersikap seperti itu? Mereka berteriak di kantor pada siang
bolong.” Kata Min Ho. Tuan Hong hanya diam saja.
“Selain
mengabaikan hierarki, mereka juga tidak menunjukkan sopan santun. Apa aku
salah? Sebagai jaksa senior, bukankah kau seharusnya mengurus juniormu dengan
lebih baik dan lebih dahulu memperingatkanku tentang masalah apa pun.”ucap Min
Ho
“Setelah
bertahun-tahun di kejaksaan, apakah itu permintaan yang berlebihan? Pada usiaku
saat ini, apakah aku harus memastikan semua orang rukun?” kata Min Ho. Tuan
Hong menjawab tida.
“Aku
melakukan ini bukan demi kebaikanku. Kau tahu betapa aku memedulikanmu, bukan?”
ucap Min Ho.
Keduanya
tiba-tiba menyanyikan lagu nasional, sampai akhirnya Tuan Hong keluar ruangan. Akhirnya Tuan Hong mengalami "Kram perut,
stadium satu"
Saat
makan siang, Sun Woong menceritakan Jung Woo menginterogasi tersangka sendiri
hari ini dan akhirnya mulai terdengar seperti jaksa sungguhan bahkan memberi
tahu tersangka bahwa dia baru dan ceroboh bahkan menyelesaikan kasus dengan
sempurna hari ini.
“Pak Kim,
akhirnya kamu mulai berguna?” ucap Yoon Jin. Tuan Hong akhirnya memuji Sun
Woong membimbingnya dengan baik.
“Kau
menyanjungku. Tidak banyak yang kulakukan.” Kata Sun Woong malu-malu
“Pak Kim,
ini saatnya kamu mengatakan, "Aku belajar banyak darimu, Pak Lee."
Apa aku salah? Apa Kau mau aku mengajarimu keterampilan sosial?” kata Yoon Jin
mengejek.
“Bagaimana
jika kamu pindah ke ruanganku?”kata Myung Joo seperti tak mau kalah. Sun Woong
kaget mendengarnya.
“Pak Kim
Jung Woo. Bagaimana jika dia pindah ke ruanganku?”kata Myung Joo. Sun Woong pun ingin tahu alasan Myung Joo
tiba-tiba mengatakan hal itu.
“Dia akan
memiliki pengawas baru, dan aku ingin bekerja dengan jaksa junior yang
kompeten. Kami berdua sama-sama untung.” Kata Myung Joo
“Entahlah.
Dia mulai menguasai pekerjaannya. Bukankah dia akan bingung jika pindah ke
ruang lain sekarang?” kata Sun Woong
“Aku akan
melatih dan membimbingnya dengan baik agar dia tidak bingung.” Kata Myung Joo.
Saat itu
Min Ho menatap Tuan Hong yang memulai memuji Sun Woong da membuat adu mulut
kembali. Tuan Hong akhirnya kembali merasakan asam lambung yang meningkat di
level dua.
Di
ruangan
Tuan Hong
duduk sambil terus memegang perutnya. Dua orang ibu-didepanya saling adu mulut.
Ibu pertama marah karena Putrannya masih memakai gips, bahkan tidak bisa
memegang pensil dan ia meminta pertanggung jawabanya kalau sampai nilainya
turun.
“Kenapa
kamu menyalahkan putraku? Mereka bermain, dan tidak sengaja putramu jatuh. Itu
saja.” Ucap Ibu kedua.
“Pak
Jaksa, tahanan anak saja tidak cukup. Dia harus dimasukkan ke penjara biasa. Tolong
hukum dia seberat mungkin agar dia bisa belajar.” Kata Ibu pertama.
“Apa
katamu? Kau serius?” kata Ibu kedua, sampai akhirnya Tuan Hong berdiri meminta
mereka berhenti adu mulut.
“Tolong
hentikan sekarang... Anak-anak selalu bertengkar.” Ucap Tuan Hong ibu keduanya
pun setuju dengan ucapan Tuan Hong
“Meski
begitu, tidak baik menyakiti seseorang.” Kata Tuan Hong. Ibu kedua kali ini
yang menyetujuinya.
“ Berkelahi
bukan masalah besar, tapi mereka tidak boleh menyusahkan orang lain. Apa yang
harus kulakukan?” Jelas Tuan Hong kesal. Keduanya melonggo bingung
Dan
akhirnya Tuan Hong mengalami "Kram
perut, stadium tiga" lalu menerima
pesan dari Min Ho “Temui aku di lobi.”
Min Ho
berlari ke luar kantor ketakutan melihat
punggung Min Ho yang sudah menunggunya, lalu mendekat dan bertanya apakah Min
Ho akan keluar. Min Ho membenarkan kalau
akan ke kantor pusat lalu memberitahu Tuan Hong kalau Kepala Cabang
mengadakan rapat pukul 16.00.
“Pastikan
untuk menyiapkan berita kasus tidak selesai dan beri tahu semua orang, ya?”
ucap Min Ho. Tuan Hong mengerti.
“Jong
Hak... Apa Kau melihat mereka berdua memperebutkan Kim Jung Woo tadi?” tanya
Min Ho. Tuan Hong menganguk.
“Mereka
lancang di depanku. Bekerjalah dengan lebih baik.” Tegas Min Ho. Tuan Hong
mengerti.
“Jika sesuatu
terjadi selagi aku pergi, siapa yang akan bertanggung jawab?” kata Min Ho
“ Apakah
itu tanggung jawabku?.. Yahh Aku kepala jaksa. Tentu saja, itu tanggung
jawabku.” Kata Tuan Hong dan akhirnya ia mengalami "Kram perut, stadium
empat"
Tuan Hong
menuliskan pesan pada grup “Kepala Cabang mengadakan rapat pukul 16.00. Siapkan
berita kasus tidak selesai. Semua orang harus hadir.” Sung Woong dan Myung Joo
menjawab seperti benar-benar tak mau kalah.
“Cha
Myung Ju dan Lee Woong Sun. Kalian berdua memutuskan untuk benar-benar
mengabaikanku? Apa Kalian pikir aku teman kalian? Apa Kalian pikir aku tidak
penting karena aku baik kepada kalian? Apa Kalian pikir aku tidak penting?Apa Kalian
pikir bisa memperlakukanku seperti ini?” keluh Tuan Hong menatap ponselnya dan
tiba-tiba langsung berdiri.
“Hei, Lee
Sun Woong! Bedebah... Kau dan Cha Myung Ju menjadikan seluruh Departemen
Kriminal Dua sangat tidak nyaman. Andai ini di masa lalu, aku pasti sudah
menghancurkan kalian berdua! Apa Kalian mengerti?” teriak Tuan Hong tiba-tiba
Sun Woong datang membuka pintu.
“Sedang
apa kamu? Kukira kau memarahi seseorang.” Kata Sun Woong. Tuan Hong mengelak
dengan menunjuk ke arah yang lain.
“Aku
datang untuk mengantarmu ke rapat.” Kata Sun Woong. Tuan Hong pun mengajak
mereka segera pergi.
Saat di
rapat, Sung Woong terlihat marah karena Myung Joo yang mendapatkan pujian
karena sudah menyiapkannya. Tuan Hong makin bingung. Didalam lift pun, Sung
Woong mencoba agar mereka dekat dengan makan malam bersama di Restoran Satu
Meja dan mentraktir.
“Nona
Cha, bergabunglah dengan kami.” Ucap Sun Woong, tapi saat keluar lift Myung Joo
tiba-tiba membatalkanya.
“Sepertinya
ada yang harus kutangani... Pergilah tanpa aku.” Kata Myung Joo dan langsung
menyuruh Jung Woo untuk ikut dengan bersama dengan si nenek.
“Sudah
jelas sekarang... Perang dimulai.” ucap Sun Woong marah saat ada direstoran.
Tuan Hong pun akhirnya masuk ke Kram perut, stadium lima
Setelah mereka
makan kembali ke kantor dan panik melihat seorang nenek yang dibawa masuk ke
dalam ambulance. Semua terlihat panik, Tuan Hong melihat Min Ho datang dan
teringat dengan yang diucapkannya sebelum pergi.
“Jika
sesuatu terjadi selagi aku pergi, siapa yang bertanggung jawab?”
Dan saat
itu Tuan Hong merasakan asam lambungnya semakin naik dan sampai ke level
maksimal lalu jatuh pingsan. Yoon Jin bingung melihat Tuan Hong yang tak
sadarkan diri.
“Inilah kisah Pak Hong. Tapi
sebenarnya, orang yang mengalami perubahan emosi paling dramatis mungkin Pak
Kim.”
"Bagian 3, Hari Keberuntungan Pak
Kim"
"Pagi
sebelum kejadian"
Jung Woo
menerima pesan seperti akan melakukan kencan buta lagi Kalau begitu, sampai jumpa pukul 19.00”
wajahnya tersenyum bahagia membaca pesan padahal sebelumnya kecewa dengan teman
kuliahnya.
“Adakalanya
semua tampak baik-baik saja Bagi Pak Kim, inilah salah satunya.”
Jung Woo
pun menyeberang jalan dengan senyuman bahagia karena tak perlu menunggu. Saat
di ruangan, Jung Woo memperlihatkan foto si wanita pada Nyonya Jang dengan
senyuman malu-malu. Nyonya Jang bertany siapa dia.
“Aku akan
bertemu dengannya pukul 19.00. Dia seorang pramugari.” Ucap Jung Woo bahagia.
“Foto ini
diedit, kan?” kata Nyonya Jang. Jung Woo mengaku tidak. Diam-diam Mi Ran
seperti ingin tahu.
“Begitulah
penampilannya apa adanya.” Kata Jung Woo. Sun Woong memanggil Jung Woo.
“Bukankah
kamu ada interogasi nanti? Apa Persiapanmu sudah selesai?” tanya Sun Woong
seperti menyindir. Jung Woo pun mengangguk mengerti.
“Astaga...
Ada apa? Kenapa kalian tersenyum? Coba kulihat.” Ucap Sun Woong tak tahan
melihat Jung Woo dan Nyonya Jang saling tersenyum.
Jung Woo
akhirnya memperlihatkan ponsenya. Sun Woong pun ingin tahu siapa wanita itu
adan melihat fotonya seperti tak percaya kalau Jung Woo akan kencan buta,
Nyonya Jang pikr menurutnya wanita itu cantik. Mi Ran mendekat berpura-pura
memberikan berkas dengan mata yang melirik.
Jam
setengah 12 siang, Dua orang ibu-ibu
mulai adu mulut. Ibu yang pertama meminta agar menunggu. Sementara Ibu keduanya
mengeluh sampai kapan akan menunggu. Jung Woo meminta keduanya agar bisa tenang
dan adu mulut.
“Jadi, Bu
Kim Ju Eun adalah agen real estat dan Bu Jang Eun Ju adalah penyewa.” Ucap Jung
Woo. Keduanya membenarkan.
“Bu Kim
menyuruhmu pindah dan akan mengembalikan uang jaminan. Benarkan?” ucap Jung Woo
“Polisi
sudah menolak kasus ini tanpa dakwaan. Kenapa jaksa tiba-tiba meneleponku? Aku
ada rapat dengan klien pagi ini, tapi harus membatalkannya.” Kata Nyonya Kim
sinis
“Meskipun
polisi menolak kasus itu, kita harus memeriksanya dan membuat keputusan akhir.
Jadi, kau memercayai Bu Kim dan pindah, Bu Jang?” kata Jung Woo. Nyonya Jang
membenarkan.
“Dia
bilang setelah kukeluarkan barang-barangku, maka uangnya akan segera
ditransfer. Kami saling mengenal. Jadi, aku memercayainya. “ kata Nyonya Jang
“Tapi Bu
Kim tidak mengembalikan uang jaminan dan menundanya selama ini, bukan?” ucap
Jung Woo
“Kau
bilang "Menunda"? Pak, itu terdengar kurang pantas.” Ucap Nyonya Kim
marah
“Baik,
kutarik kembali ucapanku. Anda tidak mengembalikan uang jaminan.” Kata Jung Woo
mencoba untuk lebih sopan
“Aku
hendak mengembalikannya, tapi anakku bertengkar di sekolah, dan aku memakai
uang itu untuk berdamai. Tentu saja aku akan mengembalikan uang itu.” Cerita Nyonya
Kim
“Jadi,
kamu tidak berniat mengambil uang itu, tapi keadaan memaksamu menggunakannya,
bukan?” kata Jung Woo menyimpulkan
“Benar.
Sejak awal, aku tidak berniat menipunya. Jadi, ini bukan kasus penipuan. Eun
Ju, haruskah kamu bertindak sejauh ini dan memenjarakanku? Setidaknya aku harus
terus bekerja untuk mengembalikan uangmu. Jika aku dipenjara, bagaimana kamu
akan menerima uangmu?” kata Nyonya Kim
“Jual
rumahmu... Gara-gara kau, keluargaku tinggal di penginapan selama lebih dari
dua pekan!!” ucap Nyonya Jang
“Bu Kim,
kembalikan uang jaminannya dan berdamai dengannya.” Kata Jung Woo
“Aku
tidak punya uang... Tapi Tentu saja aku ingin membayarnya. Aku hanya meminta
waktu. Kenapa kau kasar sekali? Aku sungguh tidak punya uang. Apakah itu dosa?”
ucap Nyonya Kim terlihat sombong
“Bu Kim
Ju Eun! Kenapa itu bukan dosa? Sebagai agen real estat, Andalah yang paling
tahu saat seorang penyewa pindah, dia tidak punya pilihan lain. Kamu
memanfaatkan hubungan kalian untuk mengambil uangnya. Jika kau tidak mau
berdamai, akan kupastikan kau didakwa.” Teriak Jung Woo marah
“Aku
pemula, jadi, aku bisa gegabah! Apa Kamu mengerti?”teriak Jung Woo. Nyonya Kim
pun seperti hanya bisa diam.
Nyonya
Jang memberikan jempol pada juniornya. Jung Woo pun mengucapkan terimakasih. Sun
Woong menatap dengan bangga, Jung Woo berkomentar untuk dirinya "Aku sangat bersemangat hari ini, jaksa
yang tegas dan serius"
Saat makan
siang, Myung Joo langsung menawarkan pindah ke ruangannya. Sun Woong tak terima
dan ingin tahu alasanya. Myung Joo pikir itu karena Jung Woo akan memiliki
pengawas baru jadi ingin bekerja dengan jaksa junior yang kompeten.
Jung Woo
langsung terkesima mendengar pujian Myung Joo sebagai “Jaksa junior yang
kompeten.”
Akhirnya
Jung Woo diminta untuk segera pindah ke ruangan Myung Joo dengan menatap papan
nama yang berpikir akan mengubah hidupnya Ia pun menganggap dirinya "Kelas
berat, Jaksa muda, Bakat terlihat dengan sendirinya"
Jung Woo
masuk ke ruangan duduk disamping Jung Hwan dengan bangga. Jung Hwan pun berbagi
apel yang diberikan Tuan Kim. Jung Woo tiba—tiba melihat dipapan jadwal "Wawancara
saksi, Pak Kim, pukul 17.00" Myung Joo pun bertanya apa yang dilihat dan
apakah ada yang ingin ditanyakan.
“Apa Kita
memanggil seseorang sore ini?” tanya Jung Woo. Myung Joo membenarkan dan
bertanya balik.
“Memangnya
kenapa?” kata Myung Joo. Jung Woo mengaku ini bukan apa-apa.
“Rasanya
agak berbeda dari kantor Pak Lee.” Kata Jung Woo. Myung Joo menegaskan kalau
pasti berbeda. Jung Woo pun menganguk mengerti.
Jung Woo
terus melihat "Jadwal Bulan Januari" seperti sangat padat dan ingin
tahu jam berapa sekarang dan sudah pukul setengah empat kurang. Pesan masuk ke
ponselnya "Kepala Cabang mengadakan rapat pukul 16.00 Siapkan berita kasus
tidak selesai. Semua orang harus hadir"
“Pak Kim,
Apa kau sudah membaca pesan Pak Hong?” tanya Myung Joo. Jung Woo mengaku sudah.
“Pak Lee,
tolong siapkan materi kasus yang tidak terpecahkan. Kepala Cabang mengadakan
rapat pukul 16.00.” kata Myung Joo. Jung Woo pun menganguk mengerti.
“Tapi
menurutmu, rapat tentang apa?” tanya Jung Hwan. Myung Joo pikir Seorang jaksa dari Kantor Kejaksaan Pusat
Seoul tertangkap memanipulasi harga saham.
“Rapatnya
mungkin tentang memperketat kedisiplinan di kantor kita. Pak Kim, tolong
periksa kasus yang melibatkan donasi saham atau penghindaran pajak para pejabat
publik di Jinyeong. Kita mungkin membutuhkannya.” Kata Myung Joo. Jung Woo
menganguk mengerti.
“Kurasa
rapatnya akan lama. Pak Kim, kamu sebaiknya tetap di sini dan langsung
melakukan wawancara saksi pukul 17.00.” kata Myung Joo. Jung Woo kaget kalau
itu dirinya.
“Tapi aku
belum membaca catatan.” Kata Jung Woo. Myung Joo pikirJung Woo itu cerdas,
jadi, akan cepat memahaminya.
Jung Woo
kembali terpana mendengar kalau dirinya cerdas dan meminta agar menanganinya.
Jung Woo
pun mengingat kalau "Aku berjanji akan menemui gadis itu pukul
19.00." terlihat sangat gelisah memikirkanya.
“Dibutuhkan sekitar 45 menit untuk pergi dari kantor ke tempat
pertemuan mereka.”
Saat itu
seorang pria masuk, Jung Woo pun mempersilahkan masuk lalu meminta tolong Jung
Hwan mengambilkan berkasnya dan meminta Mi Ra agar membawa catatan apa pun yang
mereka miliki sekarang. Jung Woo bekerja dengan cepat sampat akhirnya wawancara
selesai.
Jung Woo
pun mencoret tulisan tepat jam 6 "Wawancara saksi, Pak Kim, pukul
17.00" lalu bergegas naik taksi yang sudah dipesan. Ia pun sampai tempat
kencan buta dan melihat wanita yang sudah terlihat cantik dari belakang.
"Selama
aku menyelesaikan wawancara saksi dalam satu jam dan pergi tepat waktu, aku
bisa menemuinya."
Jung Woo
pun bersemangat sudah memikirkan rencananya nanti.
“Selama rapat Kepala Cabang
berlanjut, tidak ada yang menghalangi Pak Kim.”
Jung Woo
gugup melihat jam dan tepat jam lima kurang lima belas menit. Seorang pria
datang meminta maaf karena tiba lebih awal. Jung Woo pikir tak masalah dengan
senyuman sumringah dan menyelesaikan wawawncara terakhir. Jung Woo bahagia mengantar si pria sampai ke
depan pintu.
“Aku akan
meneleponmu jika membutuhkan sesuatu.” Kata Jung Woo. Si bapak pikir bisa
menelp kapan saja.
Jung Woo
bahagia melihat jam masih pukul enam kurang dan mencoret tulisan di papan "Wawancara
saksi, Pak Kim, pukul 17.00" Setelah itu menuliskan note untuk Myung Joo
“Kepada
Nona Cha, yang sangat kuhormati, Maaf aku menulis surat ini pada hari pertama, tapi
aku punya janji yang sangat penting. Jadi, aku akan pulang lebih dahulu. Aku
sudah menyelesaikan wawancara saksi yang kau minta.”
Jung Woo
terlihat bahagia dan sudah siap untuk pergi kencan bahkan bertanya pada Mi Ra
bagaimana dengan dasinya. Mi Ra hanya diam saja. Jung Woo pun pamit pergi lebih dahulu.
“Sampai
jumpa besok pagi dengan wajah yang ceria dan tersenyum.” Kata Jung Woo penuh
semangat, tapi saat itu seorang nenek berdiri didepan pintu. Si nenek langsung menangis pada Jung Woo
seperti ingin mengadu sesuatu.
Bersambung ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar