PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Seorang
pria paruh baya datang melihat Sun Woong seperti memang ingin menemuinya.
“Sedikit berlebihan, pria ini
mengurus setengah kasus di Jinyeong. Ini Pengacara Choi Tae Joong. Aku akan
melewatkan perkenalannya. Karena dia selalu memperkenalkan diri dengan baik”
“Dahulu
aku seorang jaksa...Begini, Pak Lee ini dahulu adalah juniorku di kantor.” Ucap
Tuan Choi. Tuan Park baru mengetahuinya.
“Pak Lee...
Kau sebaiknya menghentikan kasus ini dan berdamai dengan sikap yang baik. Untuk
apa seorang jaksa berusaha mendakwa pria tidak bersalah hanya karena
penampilannya?” sindir Tuan Choi
“Itu
tidak benar. Jika kau ingin berdamai, datanglah bersama Pak Park dari Industri
Jeongsu dan berikan uang damai di depan mataku. Jangan berdamai jika tidak
begitu.” Tegas Sun Woong lalu mengeluh kalau ini Benar-benar menyebalkan.
Di
ruangan, Semua sudah berkumpul di ruangan Min Ho. Myung Joo lalu berkata
kalauMulai sekarang, biarkan menangani setengah kasus yang ditugaskan ke Departemen
Kriminal Dua Selain itu, akan menerima semua
kasus yang belum terpecahkan lebih dari dua bulan dari masing-masing. Tuan Hong
akhirnya memberikan tepuk tangan.
“Nona
Cha... Bukankah seharusnya kamu membahas ini denganku dahulu?” komentar Min Ho
seperti dilangkahi.
“Maafkan
aku... Aku ingin menjelaskannya saat semua orang hadir agar tidak ada
kesalahpahaman.” Kata Myung Joo. Semua terlihat kebingungan.
“Aku tahu
kau berusaha untuk bekerja keras, dan aku tidak menentangnya, tapi apa alasanmu
melakukan ini?” ucap Yoon Jin
“Menurut pengamatanku, ada sekitar
50 kasus yang ditugaskan ke Cabang Jinyeong tiap hari. Sekitar 20 orang
ditugaskan ke Departemen Kriminal Dua.”
“Tapi berdasarkan kesulitan kasus, beban
kerja Departemen Kriminal Dua mengambil sekitar 25 persen dari beban kerja
Cabang Jinyeong. Itu terlalu sedikit. Itu sebabnya departemen kita bahkan
mengerjakan uji coba.”
Myung Joo
melihat beberapa orang yang membawa berkas dengan trolly, lalu sempat bertanya
pada dua wanita yang sebelumnya dilihat oleh Sun Woong.
“ Selain itu, tiap jaksa memiliki
10 kasus tidak terpecahkan, dan mereka terus menumpuknya tanpa memecahkannya. Jadi,
para jaksa merasa lebih tertekan tiap harinya.”
“Aku
yakin Cabang Jinyeong tidak boleh tetap begini selama aku di sini. Aku
mengatakan ini sebagai isyarat untuk bekerja lebih giat. Jadi, kalian harus
menganggap ini sebagai pengurangan beban kalian.” Ucap Myung Joo denga penuh
semangat.
“Pak Cho,
kuharap Anda bisa memanfaatkanku dan menerima tawaran ini.” Kata Myung Joo.
Saat itu Sun Woong masuk ruangan meminta maaf karena terlambat.
Semua
hanya diam dan terlihat tegang, Sun Woong bingung apa yang terjadi.
Semua
berkumpul diruangan, Yoon Jin mengulang kata-kata Myung Joo "Aku yakin
Cabang Jinyeong tidak boleh tetap begini selama aku di sini." Ia mengeluh
kalau Myung Joo itu sangat menyebalkan.
“Dia
bahkan akan mengambil semua kasus tidak terpecahkan. Dia pantas untuk sombong.”
Ucap Tuan Hong bahagia. Yoon Jin mengeluh Tuan Hong mendukung Myung Joo.
“Pikirkan
baik-baik. Bukankah seharusnya kita bersyukur? Tidak ada yang memerintahkannya,
tapi dia rela bekerja lebih keras. Kita tidak perlu menghalanginya.” Ucap Tuan
Hong
“Di sisi
baiknya, kurasa kamu benar... Tapi tetap saja...” kata Yoon Jin. Tuan Hong
mengelu tapi apa.
“Kita
pikirkan ini secara positif.” Kata Tuan Hong. Jung Woo merasa memang tidak
berhak mengatakan ini, tapi...
“Baiklah,
jangan katakan.” Kata Yoon Jin dan Sun Woong bersamaan. Jung Woo akhirnya
menutup mulutnya.
“Jadi,
keputusannya sudah dibuat?” tanya Sun Woong. Tuan Hong memberitahu Pak Cho sedang
membahasnya dengan Kepala Kim jadi akan segera mendengar sesuatu.
Tuan Kim
pikir Myung Joo sudah muak dengan diam saja. Mi Ho terlihat bingung. Tuan Kim
ingin tahu pendapat Min Ho tentang ini. Min Ho pikir kalau Myung Joo bertekad
untuk bekerja keras, dan tidak ada alasan bagiku untuk menolak.
“Tapi itu
memengaruhi anggota lain. Aku khawatir ini berdampak negatif pada kerja sama
tim.” Kata Min Ho
“Apa Kau
pernah mendengar tentang "Efek Ikan Lele"?” tanya Tuan Kim. Min Ho
bingung apa maksudnya "Efek Ikan Lele"
“Nelayan
Norwegia menempatkan ikan lele di ember bersama ikan sarden untuk menjaga
kesegaran ikan sarden hingga mencapai pelabuhan. Ikan sarden terus berusaha
kabur dari ikan lele dan selalu waspada..” Jelas Tuan Kim.
“Itu
memaksimalkan instingnya untuk bertahan hidup Anggap saja ini membesarkan ikan
lele.”ungkap Tuan Kim. Min Ho pun mengerti.
Di
ruangan lainya, semua berkumpul. Seorang pria mengeluh kalau Jung Hwan sungguh
tidak akan pergi. Jung Hwan mengeluh karena selalu diriny dan berpikir mereka
belum dengar, kalau Setengah kasus akan diberikan ke ruangan itu mulai sekarang
Bahkan semua yang tidak terpecahkan.
“Kirim
Penyidik Kim.” ucap Jung Hwan. Tuan Kim mengeluh kalau akan menikah bulan
depan.
“Lalu
kenapa?” kata Jung Hwan heran. Ketua membela kalau Penyidik Kim tidak akan
punya waktu.
“Kau
hanya tidak tahu. Ada banyak persiapan sebelum menikah.” Ucap Ketua.
“Kalau
begitu, kirim Penyidik Jung.” Ucap Jung Hwan. Tuan Jung mengingatkan kalau akan punya anak bulan depan.
“Istrimu
yang akan melahirkan, bukan kau.” Komentar Jung Hwan. Ketua pikir Penyidik Jung
juga tidak akan punya waktu.
“Kau
hanya tidak tahu. Ada banyak persiapan sebelum menjadi seorang ayah.”jelas Si
prai.
“Aku
tidak akan pergi.” tegas Jung Hwan. Saat itu Myung Joo datang langsung
memanggil Lee Jung Hwan.
“Aku
Jaksa Cha Myung Joo.. Kudengar kamu penyidik yang hebat. Kamu pandai dalam
menyelidiki kasus. Bagaimana jika kau berhenti jual mahal dan ikut denganku?”
ucap Myung Joo tegas.
Jung Hwan
tak bisa menolak. Myung Joo menyuru Jung Hwan agar kemasi barang-barangnya.
Jung Hwan mengaku sudah mengemasnya.
Di kantin,
Myung Joo sudah membahas kasus dari Departemen Kriminal Dua pada Jung
Hwan. Yoon Jin mengeluh meliaht Jung
Hwan itu sudah mulai. Tuan Hong lalu membahas saat kuliah Sun Woong itu.. Sung
Woong langsung menegaskan kalau mereka tidak dekat.
Di meja
makan, Nyonya Jang mengaku Kini mengerti... Kenapa Nona Cha tidak berhenti dan
datang jauh kemari. Yoon Jin pikir kalau Myung Joo itu mungkin datang untuk
mengacaukan tempat ini. Nyonya Jang menegaskan Bukan begitu.
“Melihat
sikapnya yang berani dan bertekad, sepertinya ada sesuatu yang mendukungnya.”
Ucap Nyonya Jang. Yoon Jin pikir seperti koneksi
“Tidak,
kudengar dia tidak punya koneksi lagi.” Kata Yoon Jin. Nyonya Jang menegaskan
Di dunia para jaksa, tidak ada koneksi yang terputus.
“Dia
tidak akan berakhir di sini jika punya koneksi.” Komentar Yoon Jin.
“Dia
punya... Pria yang menjadi Jaksa Agung setelah bekerja di Jinyeong. Kurasa
sekitar 15 tahun lalu. Dahulu dia jaksa yang menjanjikan di Seoul. Tapi suatu
hari, dia tiba-tiba dipindahkan ke Jinyeong.” Cerita Nyonya Jang.
Flash Back
Seorang
pria terlihat sangat percaya diri masuk ke dalam gedung kejaksan. Dia berkerja sangat keras. Nyonya Jang yakin
kalau pria itu sama seperti Nona Cha sekarang yaitu Seluruh cabang menjadi
panik seperti mereka
“Semua
orang penasaran bagaimana dia bisa ada di Jinyeong. Jaksa itu dijuluki
"Spider-Man". Cerita Nyonya Jung.
Yoon Jin binggung apa itu "Spider-Man"
Si pria
terlihat seperti mengeluarkan jaring-jaring laba-labanya ke atas seperti
melebarkan koneksi.
“Karena
dia punya banyak koneksi.” Kurasa dia sebenarnya Spider-Man sungguhan. Dia
membuat koneksi di mana-mana. Dalam setahun, dia benar-benar dipindahkan ke
Kejaksaan Agung. Setelah itu, dia terus mencetak prestasi, dan menjadi Jaksa
Agung lima tahun lalu.” Cerita Nyonya Jang.
“Lima
tahun lalu? Choi Sang Gul?” ucap Yoon Jin tak percaya mendengarnya.
“Dia
sudah menjadi Jaksa Agung saat aku bergabung ke kejaksaan. Saat itulah aku
sadar bahwa urusan pegawai di kejaksaan tidak terduga. Omong-omong, aku mulai
merindukannya. Apa yang sedang dia lakukan?” ucap Nyonya Jang lalu mengeluarkan
ponselnya.
Yoon Jin
bingung siapa yang ditelp Nyonya Jang. Nyonya Jang sengaja menekan speaker agar
Yoon Jin bisa mendengarnya. Yoon Jin tak
percaya saat suara Jaksa Choi menyapa Nyonya Jang seperti sangat dekat.
“Kenapa
kamu tidak menghubungiku belakangan ini?” ucap si pria. Yoon Jin mengaku masih
bekerja.
“Ini pria
tua pensiunan yang seharusnya meneleponmu. Omong-omong, apa kau berada di Fog
sekarang?” kata Jaksa Choi. Nyonya Jung membenarkan.
“Lihat
dirimu! Kau masih seperti cenayang.” Ejek Nyonya Jang. Tuan Choi terlihat
bangga mendengarnya. Yoon Jin langsung mengacungkan dua jempol.
“Setelah
lembur, kita pergi ke sana menikmati soju dan pollack kering. Hari-hari yang
menyenangkan, bukan?” kata Jaksa Choi. Nyonya Jang pikir ini menyenangkan
sekali.
Sun Woong
duduk di meja kerjanya lalu melihat komputernya dan terlihat marah. Ia masuk ke
dalam ruangan seperti ingin protes, tapi Myung Joo sudah ada diruangan Min Ho. Myung Joo pun akan pergi saat Sun Woong akan bicara dengan Min Ho.
“Nona
Cha, aku mau kamu tetap di sini.” Ucap Sun Woong, Myung Joo pun berhenti
melangkah.
“Ada apa?
Apa ada masalah?” tanya Min Ho. Sun Woong mengatakan tentang gaji yang belum
dibayar di Industri Jeongsu. Min Ho mengingat Industri Jeongsu
“Aku
hampir menyelesaikan kasusnya, tapi sudah diserahkan kepada Nona Cha.” Kata Sun
Woong marah. Min Ho mengaku lupa...
“Aku
ingin tahu apakah itu bisa ditugaskan kembali kepadaku.” kata Sun Woong
“Begini...
Aku tidak yakin soal itu. Kita tidak sedang bermain pingpong. Melempar kasus
itu bolak-balik...” kata Min Ho. Sun Woong ingin bicara tapi disela oleh Myung
Joo
“Seperti
kata Pak Cho, menugaskannya kembali kepadamu pada hari yang sama bukanlah ide
yang bagus. Cobalah lihat dari sudut pandang orang yang terlibat. Jika kasus
mereka dipindahkan untuk kali kedua dalam sehari, mereka akan bingung dan
khawatir.” Kata Myung Joo. Min Ho setuju.
“Dia ada
benarnya, tapi kasus ini harus ditangani oleh seseorang yang tahu...” ucap Sun
Woong
“Jangan
khawatir. Aku akan menyelidiki masalah ini dengan saksama. Lagi pula, ini
kasusku sekarang.” Kata Sun Woong.
“Nona Cha
akan bekerja dengan baik... Pak Lee, kamu bisa tenang. Baiklah. Kalian boleh
pergi sekarang” ucap Min Ho. Sun Woong ingin bicara tapi Min Ho sudah
menyuruhnya untuk pergi.
Sun Woong
memanggil Myung Joo dilorong tapi Myung Joo seperti mengabaikan dan langsung
masuk ruangan. Sun Woong memberitahu Timnya kalau mulai sekarang, kita akan
menjadi orang tersibuk di cabang ini jadi meminta satu penyidik lagi.
“Itu
tidak akan mudah.” Kata Jung Hwan. Myung Joo pikir Tetap ajukan permintaan.
“Nona
Sung, kamu membantu Ruang 306 dan Ruang 309, tapi sebentar lagi kamu hanya akan
bekerja untukku. Bersabarlah untuk saat ini.” Kata Myung Joo. Mi Ran hanya diam
saja.
“Pak Lee,
aku mau kamu mengambil daftar kasus
tidak terpecahkan lebih dari dua bulan di tiap ruang. Minta semua jaksa di
bawahku untuk menuliskankan alasan penundaan dan ringkasan kasus dalam satu
halaman.” Ucap Myung Joo.
Jung Hwan
mengerti dan masih menatap layar komputernya. Myung Joo menegaskan kalau harus Sekarang. Jung Hwan pun bertanya Bagaimana dengan Pak Lee, apakah harus
meminta ringkasan juga. Myung Joo menatap bingung.
“Kudengar
dia masuk ke universitas lebih dahulu.” Kata Jung Hwan. Myung Joo dengan santai
menjawab kalau ia yang pertama masuk kejaksaan. Jung Hwan mengerti.
Semua
kembali berkumpul, Sun Woong mengeluh ini konyol karena Min Ho menugaskan ulang
kasus itu. Tuan Hong pikir biarkan Nona Cha menangani kasus ini karena yakin
dia akan bekerja dengan baik. Yoon Jin pikir ini kasusnya sekaran jadi Lupakan
saja.
“Ada apa?”
tanya Sun Woong melihat Jung Hwan datang. Jung Hwan memberitahu untuk tiap
kasus tidak terpecahkan, Nona Cha meminta menyertakan alasan penundaan dan
kesimpulan.
“Begitukah?
Harus berapa panjang?” tanya Tuan Hong seperti penuh semangat akan
mengerjakanya.
“Kau
tidak perlu melakukannya.” Kata Jung Hwan. Tuan Hong bingung ingin tahu
alasanya.
“Hanya
jaksa di bawah Nona Cha yang harus melakukannya.” Ucap Jung Hwan. Yoon Jin
mengerti.
“Baiklah.
Kapan?” tanya Yoon Jin. Jung Hwan menjawab
Tolong selesaikan hari ini. Jung Hwan hanya diam saja dan terlihat
gugup.
“Apa Kau
butuh hal lain?” tanya Sun Woong. Jung Hwan memberitahu kalau Sun Woong juga
harus melakukannya. Akhirnya Sun Woong mengangakt telpnya.
“Ini Lee
Sun Woong. Tolong datang sebentar ke ruang rekaman interogasi.” Ucap Sun Woong
dengan nada sinis.
Saat itu
Sun Woong keluar dan diikuti oleh Myung Joo. Nyonya Jang seperti mengirimkan
pesan pada semua pegawai “Darurat. Pak Lee melawan Nona Cha. Di ruang rekaman
interogasi.”
Semua
sudah berkumpul di ruang kontrol interogasi seperti ingin menonton film
dibioskop , Tuan Hang membawa cemilan. Di depan mereka Sun Woong dan Myung Joo
saling menatap sinis. Sun Woong pikir
akan memberitahu dua hal saja. Myung Joo pun mempersilahkan.
“Kau
mungkin menganggap para jaksa di sini bermalas-malasan. Tapi mereka punya
alasan untuk datang ke sini, sama sepertimu. Aku mau kau lebih menghormati
mereka. Kami di Cabang Jinyeong juga jaksa.” Tegas Kang Woo
“Kau mengatakan
itu kepadaku sekarang karena kau tidak senang aku meminta ringkasan darimu.
Begitukah?” sindir Myung Joo
“Bukan
hanya soal itu” kata Sun Woong. Myung Joo ingin tahu Apa lagi yang ingin
dikatakan
“Hal
lainnya adalah... Seperti yang kukatakan tadi, dalam menangani kasus Industri
Jeongsu, aku mau kau untuk bekerja lebih dekat denganku. Kasus itu seharusnya
tidak diselesaikan semudah itu.” Kata Sun Woong
“Apakah
itu permintaan?” kata Myung Joo. Sun Woong terlihat bingung. Myung Joo bertanya lagi apakah Sun Woong
mengajukan permintaan
“Itu
nasihat.” Kata Sun Woong. Myung Joo merasa tidak butuh nasihat dari orang di
bawah dengan nada sinis.
“Tapi aku
masuk kuliah sebelum kau” kata Myung Jo. Sun Woong pikir Siapa yang peduli soal
itu di kejaksaan.
Myung Joo
mengaku peduli. Sun Woong menegaksan tidak peduli. Semua yang menonton hanya
bisa terdiam. Sun Woong pikir Myung Joo
tidak menyukainya dan tahu semuanya. Myung Joo terlihat bingung. Sun
Woong pikir tapi itu tidak masalah.
“Aku juga
tidak menyukaimu!” tegas Sun Woong lalu keluar ruangan. Semua yang ada
diruangan terlihat kaget dan hanya bisa menghela nafas.
"Kau
tidak menyukaiku, kan ? Tapi tidak masalah". Ucap Yoon Jin mengulang
ucapan Sun Woong. Tuan Hong yang mendengarnya mengeluh Sun Woong melakukan itu
karena sungguh memalukannya.
Sun Woong
kembali duduk di ruangan, Jung Woo dan Nyonya Jang akhirnya datang mereka
terlihat malu hanya bisa menutup wajahnya. Sun Woong melihat anak buahnya
terlihat bingung.
“Apa Kau pikir aku kalah? Tidak
sama sekali. Kata orang, hidup ini seperti maraton. Pemenangnya belum
ditentukan sampai mencapai garis finis. Pemenang sebenarnya adalah orang yang
akan tersenyum di garis finis, bukan di garis start.”
Saat
makan siang, semua seperti berusaha untuk dekat dengan Myung Joo. Min Ho
memberitahu kalau restoran yang sangat terkenal. Yoon Jin membahas tentang
setengah udon dan setengah jajangmyeon. Sun Woong hanya diam dan sesekali
menatap Myung Joo.
Min Ho
melihat Myung Joo dan Sun Woong seperti tak saling mengobrol seperti yang
lainya.
Sun Woong
lembur diruanganya, Min Hoo masuk ruang memperlihatkan kalau mampir untuk minum
bir bersamanya. Sun Woong terlihat senang, Min Ho pun membahas kalau mendengar Sun Woong dan Myung Joo itu bertengkar. Sun Woong pikir itu bukan
pertengkaran.
“Ya,
terserah siapa pun yang bekerja di antara kalian. Kita semua satu tim.” Ucap
Min Ho. Saat itu Myung Joo masuk ruangan.
“Aku
memanggilnya agar kalian bisa berbaikan. Duduklah.” Kata Min Ho. Sun Woong pun
tak bisa berkata-kata. Myung Joo pun akhirnya duduk.
“Apa Kau
punya pembuka botol?”tanya Min Ho. Sun Woong mengambilnya dalam laci.
“Biar aku
saja, Pak.” Ucap Sun Woong membawa pengaris kayu. Min Ho bingung apa yang dipakai Sun Woong.
Sung Woo mengaku Bukan apa-apa.
Myung Joo
terdiam melihat "Penggaris Tukang Kayu" Min Ho mengajak mereka Bersulang
untuk masa depan cerah Departemen Kriminal Dua. Myung Joo melihat pengaris
kayu.
Myung Joo
kembali ke ruangan teringat dengan yang dikatakan Sun Woong dengan pengaris
kayunya “Bukan apa-apa.”
Flash Back
"Universitas Nasional Seoul, Upacara
Wisuda ke-61"
Semua
sudah memakai toga, Teman Myung Joo pikir Myung Joo mendapat penggaris tukang
kayu, teman lainya pikir itu mungkin dan tak perlu bertanya karena itu selalu
diberikan kepada mahasiswa terbaik. Temanya mengaku merasa iri pada Myung Joo.
“Berikutnya,
perwakilan wisudawan akan memberikan pidato. Perwakilan wisudawan, Cha Myung
Joo” ucap MC. Myung Joo terlihat gugup sebelum memberikan pidato.
“Aku
selalu bertanya-tanya siapa yang mendapatkannya.” Gumam Myung Joo.
Sung
Woong sedang ada diruangan menerima telp dari Tuan Choi yang ada di ruangan
Tuan Kim. Tuan Choi mengaku menelepon karena sangat terkesan. Sung Woong
terlihat bingung. Tuan Choi pikir karena Myung Joo itu dari Seoul
“Nona Cha
sangat tegas dan cepat bertindak... Pak Lee, kamu seharusnya mengikuti saranku
sejak lama. Itu akan membantumu.” Ucap Tuan Choi mengejek. Sun Woong langsung
keluar dari ruangan.
“Kenapa
kau biarkan Industri Jeongsu berdamai dengan para korban? Kau tahu apa yang
mereka lakukan? Dalam dua tahun terakhir...” ucap Sung Woong.
“Delapan
gaji belum dibayar. Mereka bahkan menggugat para korban, bukannya membayar
mereka hanya untuk membalas mereka setelah mencabut gugatannya. Ya, aku membaca
semua yang kau tulis di ringkasan.” Jelas Myung Joo.
“Apa Hanya
itu yang aku tulis? "Kali ini, kita bisa mengamankan bukti kuat. Karena itu,
kita harus mendakwa mereka untuk mencegah kasus serupa di masa depan." Aku
dengan jelas menulis bahwa kita harus mengawasi para korban untuk memastikan
mereka tidak berdamai.” Ucap Sun Woong
“Apakah
kita sudah mendapatkan bukti? Bagaimana bisa mendakwa mereka tanpa cukup bukti dapat
membantu kita mencegah kasus serupa di masa depan?” kata Myung Joo
“Kubilang
kita bisa mengamankan bukti dengan penyelidikan lebih lanjut dan memintamu
untuk mengawasi masalah ini. Kenapa kamu membiarkan mereka berdamai?” ungkap
Sun Woong
“Jika Kim
Young Choon tidak pernah mendapatkan uangnya, dan jika Industri Jeongsu
menuntutnya, apa tindakanmu?” tanya Sun
Woong
“Aku
sudah memperingatkan Pak Kim. Dialah yang membuat keputusan. Jadi, aku tidak
bertanggung jawab.” Kata Myung Joo seolah tak peduli.
“Situasinya
tidak memungkinkan dia membuat keputusan. Putranya mengalami kejang parah
beberapa hari lalu.” Ucap Sun Woong.
“Haruskah
aku memikirkan hal seperti itu sebagai jaksa?” ucap Myung Joo.
“Lalu
siapa lagi yang akan memikirkan hal seperti itu? Kau mungkin tidak tahu seperti
apa rasanya karena kau terbiasa dengan pakaian mahal dan sepatu mewahmu. Kasus
yang kita hadapi mungkin tampak sederhana, tapi nafkah dan kelangsungan hidup
seseorang bergantung pada mereka.” Tegas Sun Woong
“Kau
tumbuh di keluarga kaya. Tahu apa soal kelangsungan hidup?” sindir Myung Joo
akhirnya berdiri. Sun Woong tak terima mendengarnya.
“Kau
bahkan tidak tahu betapa Pak Kim membutuhkan 1.500 dolar itu. Apa Kau merasa
berhak bicara soal kelangsungan hidup?” balas Myung Joo.
“Aku tahu
soal itu. Tapi berdamai artinya Industri Jeongsu lolos sekali lagi.” Ucap Sun
Woong
“Jadi,
pada akhirnya, mendakwa adalah yang terpenting bagimu. Kau ingin merasa seperti
pahlawan setelah mendakwa perusahaan yang korup dan eksploitatif. Itu sebabnya
kau mengabaikan betapa putus asanya Pak Kim.” komentar Myung Joo.
“Aku tidak
pernah mengabaikan apa pun! Aku hanya melakukan tugasku sebagai jaksa!” tegas
Sun Woong tak bisa menahan emosi.
“Tugas
jaksa adalah bergerak cepat saat menyadari tidak akan menang.” Kata Myung Joo.
“Tidak
ada kasus yang pasti kalah. Itu bergantung kepadamu.” Balas Sun Woong
“Tugas
jaksa adalah mencari tahu apakah kita bisa menang. Tidak mengakui dan
mengabaikan itu dianggap melalaikan tugas.” Balas Myung Joo.
“Nona
Cha... Apa filosofimu sebagai jaksa? Kenapa kau tidak meluruskan standarmu
lebih dahulu?” ucap Sun Woong. Saat itu
Min Ho datang berteriak marah.
“Apa yang
kalian lakukan? Apa kalian anak kecil? Kenapa kalian berteriak di depan semua
orang? Bagaimana jika ada terdakwa yang melihat kalian?” ucap Min Ho memarahi
keduanya.
“Dalam pertarungan, menang dan
kalah tidak bisa langsung ditentukan. Terkadang, kamu terpaksa melakukan
gencatan senjata.”
Kasus dua
kakek yang memperebutkan seorang wanita, akhirnya sang nenek memilih pergi
meninggalkan desa. Dua kakek menangis melihat kepergian Ho Soon
“Terkadang
penyebabnya hilang, seperti dalam kasus kedua pria ini. Menang dan kalah tidak
berarti”
Di rumah,
Myung Joo duduk sendirian sambil minum dan menatap teras didepanya lalu melihat
nama "Min Sung Jin"diponselnya.
Flash Back
"Sepekan lalu, Kantor Kejaksaan Pusat
Seoul"
Tuan Min
pikir sudah menyuruh Myung Joo agar menenangkan para reporter dan membuat
mereka pergi. Myung Joo pikir dengan segala hormat, mereka punya bukti kuat,
dan opini publik... Tuan Min langsung
menyela.
“Khawatirkan
opini publik saat kau menjadi kepala departemen. Kau hanya menjalankan
pekerjaan kejaksaan. Tampak kurang ajar jika kau membahas opini publik. Pergilah
ke Jinyeong dan belajar mengendalikan dirimu. Lihatlah bagaimana orang lain
menjalani hidup.” Ucap Tuan Min
Myung Joo
ingin bicara tapi Tuan Min seolah tak peduli malah menyuruh Myung Joo membawa
bekas kopinya ke belakang.
Myung Joo
akhirnya mengangkat telpnya. Tuan Min bertanya apakah Myung Joo baik-baik saja,
Myung Joo mengaku baik-baik saja. Tuan Min ingin tahu Bagaimana keadaan di
Jinyeong? Apa Pekerjaannya banyak? Myung Joo mengaku melakukan yang terbaik.
“Harus
kuakui, kau mengejutkanku. Kukira kamu akan berhenti. Apakah aku salah
menilaimu? Kurasa kau harus membungkuk saat terpaksa.” Ucap Tuan Min terdengar
sinis.
“Apakah
itu pujian?” ucap Myung Joo. Tuan Min mengaku itu pujian. Myung Joo mengeluh
kalau pasti itu seperti sindirian.
“Baiklah,
jaga dirimu... Aku akan segera mengunjungi Jinyeong. Sampai bertemu nanti.”
kata Tuan Min
“Tidak
apa-apa, Pak. Sampai jumpa di Seoul.” Kata Myung Joo. Tuan Min hanya tertawa
dan menyetujuinya.
“Untuk menjadi pemenang besok, kau
menelan kepahitanmu hari ini. Begitulah orang dewasa bertarung.”
"Kenapa Cha Myung Ju datang ke
Jinyeong?"
"Satu. Dia tersentuh oleh ucapan Kepala
Kim In Ju"
"Dua. Dia ingin memulai kembali dengan
bermartabat"
"Tiga. Dia bermimpi menjadi Spider-Man
berikutnya"
"Empat. Dia ingin menjadi orang terakhir
yang tersenyum!"
Di rumah,
Sun Woong menonton tentang penderitaan anak-anak di afrik yaang sangat lapar
bahkan tidak punya tenaga untuk menangis.
Flash Back
“Setelah
mengunjungi Afrika selama liburan musim panas, aku kehilangan selera makanku dan
bahkan tidak bisa tidur di malam hari. Kalian tahu anak-anak berusia kurang
dari 10 tahun mati karena kurang gizi tiap hari di negara itu?” ucap Sun Woong
“Kesulitan
karena ujian pengacara terasa seperti kemewahan bagiku. Aku bahkan tidak bisa
fokus belajar, dan hidupku terasa sangat lesu belakangan ini. Jadi, aku memikirkan
apa yang bisa kulakukan. Aku tahu ada yang disebut "Sponsor Reguler".
Kata Sun Woong
“Aku
ingin melakukan itu. Kalian juga harus ikut denganku.coba lihatlah. Jika
membayar 10 dolar sebulan, kita bisa menyelamatkan banyak anak di negara itu.”
Kata Sun Woong membagikan brosur.
“Ini
Menyebalkan sekali.” komentar Myung Joo akan bergegas pergi. Sun Woong melonggo
bingung.
“Kita sudah
hidup di tempat menyedihkan. Apakah kita harus ke Afrika untuk melihat itu? Kau
seperti mengatakan 10 dolar itu tidak seberapa. Kau memang tipikal orang yang tumbuh
di keluarga kaya.” Ucap Myung Joo sebelum pergi.
“Ada apa
dengannya? Apa aku salah bicara?”ucap Sun Woong
bingung.
Sun Woong
hanya bisa menghela nafas lalu teringat sesuatu dengan ucapan Myung Joo “Kau
memang tipikal orang yang tumbuh di keluarga kaya. Kau tumbuh di keluarga kaya.
Kau tahu apa soal kelangsungan hidup?”
“Dia
ingat!” teriak Sun Woong yakin. Myung Joo terlihat masih minum di rumahnya.
"Kenapa Cha Myung Ju datang ke
Jinyeong?"
"Lima. Karena ada seseorang yang ingin
dia temui kembali?"
Epilog
Myung Joo
masih ada diruangan dan seorang pegawai memindahkan berkas dengan trolly dari
ruangan, Myung Joo melihat website "Menciptakan masyarakat yang adil Selamat
datang di Kejaksaan Jangwon, Cabang Jinyeong" lalu melihat anggotanya dibagian
atas "Kepala Cabang, Kim In Ju"
Saat itu
Tuan Kim menelp, Myung Joo sengaja
menekan speaker karena tanganya sibuk dengan mouse. Tuan Kim memperkenalkan
diri sebagai Kim In Ju dari Cabang Jinyeong dan mengaku menelepon karena
mendengar akan pindah kemari.
“Aku tahu
pemindahannya diputuskan karena insiden yang tidak menyenangkan. Kau pasti sedang
banyak pikiran saat ini, tapi aku cukup berpengalaman untuk memberitahumu bahwa
masalah kecil dalam hidup ini tidaklah berarti.” Ucap Tuan Kim
“Saat itu
terjadi, kamu merasa seluruh duniamu runtuh. Tapi jika dipikirkan lagi, kamu
akan tahu itu tidak seberapa. Jadi, tolong jangan menentangnya dan datanglah ke
cabang kami. Aku menelepon untuk mengatakan itu. Akan kupastikan rumah dinasmu
sangat bersih. Jadi, sampai jumpa di cabang kami.” Kata Tuan Kim.
Myung Joo
mengerti akan memasti akan datang ke
Jinyeong dan menemuinya langsung. Saat itu dilayarnya melihat foto "Jaksa
Lee Sun Woong" seperti sengaja pindah untuk bertemu dengan Sun Woong tapi
berpura-pura tak peduli.
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar