PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Rabu, 25 Desember 2019

Sinopsis Diary of a Prosecutor. Episode 3 Part 2

PS : All images credit and content copyright : JBTC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini

“Seperti inilah kisahnya. Setelah suami wanita tua ini lama meninggal, yang dia miliki dalam hidupnya hanyalah putranya. Tapi anak itu memiliki sifat yang sangat buruk dan selalu terlibat masalah sejak kecil. Itu membuat ibunya stres.”
“Tapi putranya bertemu dengan wanita baik, menikah, dan akhirnya menjadi baik. Dia mendapat pekerjaan di pabrik dan bekerja keras menghasilkan uang. Dia ingin memenuhi kewajibannya sebagai seorang anakdan akan mengirim ibunya berlibur ke luar negeri.”
“Berkat putranya, dia akhirnya bisa naik pesawat dan menangis bahagia. Sampai di sini, itu kisah yang indah.”

Si nenek menceritakan Putranya adalah anak yang polos. Lalu Beberapa tahun lalu, temannya yang punya bisnis sendiri harus mengambil pinjaman. Ia merasa kasihan dengan hal yang anak itu alami Jadi, membiarkan dia meminjam uang atas namanya.
“Tapi itu menjadi masalah, dan jaksa memanggilku beberapa kali. Ternyata jumlahnya meningkat, tapi aku tidak tahu... Astaga.” Cerita si nenek sambil menangis. Jung Hwan tak tega memberikan tissue.
“Aku harus naik pesawat itu. Jadi Aku harus bagaimana?Kudengar kita tidak bisa terbang jika menjadi buronan. Jika aku tidak bisa berlibur... Bagaimana... Bagaimana aku akan menghadapi putra dan menantuku?”cerita si nenek terus menangis.
Mi Ran memberikan kasus tentang si nenek. Jung Woo melihatnya sambil menatap bingung karena sudah jam setengah 7 malam.

“Sekali lagi, Pak Kim berpikir. "Apakah benar-benar perlu menangkap wanita tua yang tampak sangat baik?”  Si nenek yang terlihat sangat kebingungan menangis saat baru masuk ruangan.
Akhirnya Jung Wo memutuskan untuk tak memperbolehkan si nenek itu pergi. Si nenek frustasi melihat pesawat yang terbang diatasnya.
“ Putranya mengirimnya pergi ke luar negeri untuk kali pertama. Jika dia tidak pergi karena aku, apakah aku tidak akan menyesalinya?”
Si anak datang mencengkram baju Jung Woo meminta pertanggung jawabanya. Jung Woo pun hanya bisa diam saja.
“Putranya mudah marah. Jika dia masuk ke ruanganku,maka aku akan sangat takut. Dia datang ke sini secara sukarela, jadi, dia mungkin tidak akan kabur." Sekali lagi, di akhir pemikiran itu, gadis itu ada di sana.”
Jung Woo seperti bisa membayangkan seorang gadis yang sudah menunggunya untuk kencan buta. 

“Ibu.. Ini Pasti ada kesalahpahaman. Aku akan menghapus Anda dari daftar buronan. Jadi, nikmatilah liburan Anda. Namun, kami akan memanggil Anda begitu Anda kembali, dan Anda harus datang. Mengerti?” ucap Jung Woo baik hati.
Si nenek pun mengucapkan Terima kasih banyak sambil terus menangis haru dengan kebaikan Jung Woo.  Jung Woo pikir Tidak perlu berterima kasih dan memberitahu kalau Semua baik-baik saja.
Akhirnya Ia menunggu lift mengirimkan pesan “Aku akan terlambat sekitar sepuluh menit. Maafkan aku.” Si  nenek pun memberikan senyuman pada Jung Woo. Si wanita pun membalas yang bernama Ji Hye “Tidak apa-apa. Aku akan menunggumu.” Wajah Jung Woo pun terlihat bahagia. 

Tapi saat pintu terbuka, Myung Joo mulai menatap Jung Woo yang akan pulang dengan si nenek. Tuan Hong pun mengajak Jung Woo untuk gabung makan dengan mereka karen Pak Lee mentraktir semua orang makan malam.
“Siapa wanita ini?” tanya Myung Joo berbisik. Jung Woo menjawab nenek itu buronan dan harus pergi ke luar negeri. Saat semua keluar, Myung Joo pun menahan pintu lift.
“Sepertinya ada yang harus kutangani... Pergilah tanpa aku.” Kata Myung Joo dan mengajak Jung Woo untuk ikut denganya juga.
Jung Woo terdiam, Myung Joo pun meminta sang nenek untuk ikut denganya lagi. Si nenek bingung, Jung Woo pun meminta agar ikut masuk sebentar saja.
Di dalam lift, Si nenek dengan wajah sedih mengaku akan ke luar negeri besok pagi dan putranya... Myung Joo dengan tegas mengatakan bsa bicarakan itu di ruangannya. Si nenek pun hanya bisa diam saja.
 “Baiklah. Mau kuceritakan sekarang?”


"Bagian 4: Jung Bok Rye, Penyamarannya Adalah Kejahatan"
“Pemirsa, kalian tahu tentang siput kerucut? Mereka tampak seperti siput laut biasa, tapi menghasilkan racun yang disebut conotoxin, yang jauh lebih mematikan daripada racun yang diproduksi oleh ular, kalajengking, dan ikan buntal.”
Siput yang terlihat diam tapi mengeluarkan seperti lidahnya yang membuat ikan didekatnya mati
“Itu Seperti wanita ini.”
Si nenek datang dengan gaya elegan seperti seorang nyonya yang sangat kaya raya. Dua orang pria pun menyambutnya, Si nenek ingin tahu Ada apa dengan masalah di Cheongju. Pria pertama memberitahu akan mendapat untung besar Jika si nenek ke sana, maka semuanya akan beres.
“ Isi dayanya.” Ucap nenek memberikan battery porttablenya. Pria lain menawarkan rokok juga. Si nenek langsung menolaknya.
“Rokokmu membuatku pusing.” Ucap si nenek. Pria itu pun meminta maaf.  Si nenek akhirnya meminta mereka agar mendengarkan ucapanya.
“Jika kalian tidak ingin kembali hidup seperti dahulu, maka sebaiknya kalian bekerja dengan baik.” Ucap Si nenek. Keduanya menganguk mengerti 


“Sebenarnya dia adalah penipu berantai kejam yang melakukan penipuan 10 juta dolar tanpa menunjukkan emosi. Jika dia menginginkannya, banyak bisnis kecil bisa bangkrut dalam sekejap. Target utamanya adalah perusahaan distribusi kecil yang bisa dipercaya yang membangun kepercayaan lewat transaksi tagihan.”
Seorang pria datang ke sebuah perusahan dengan melakuan perjanjian dengan si nenek dan juga anak buahnya duduk dibangku direktur. 
“Dia mencari CEO boneka dan membeli perusahaannya. Lalu untuk sementara, dia diam-diam membagikan produk dan berusaha membangun kepercayaan lebih lanjut. Saat semua orang mulai sepenuhnya memercayai perusahaan itu, dia tiba-tiba memperlihatkan cakarnya.”
Direktur palsu pun mulai memesan barang sesuai dengan perintah si nenek.
“Biasanya, dia akan tiba-tiba membuat pesanan besar.Produk yang mudah dijual adalah yang terbaik. Batang aluminium, laptop, atau komputer, misalnya. Dia akan bohong bahwa dia menerima pesanan besar dari perusahaan besar.”
“Untuk membuktikannya, dia akan menunjukkan kartu nama dari perusahaan besar yang mudah dipalsukan. Jika mereka masih curiga, dia bilang perusahaan itu akan menerima pesanan di gudang. Ini selalu berhasil menipu semua orang.”
Seorang pria memastikan dengan datang ke gudang dan banyak barang disana. Si nenek melihat dari kejauhan didalam mobil seperti ingin memastikan semuanya berjalan dengan lancar, setelah sesuai dengan rencananya ia pun meninggalkan gudang.
“Maka produk yang bernilai sekitar 10 juta dolar akan begitu saja menghilang bersama Bu Jung Bok Rye. Saat pembayaran jatuh tempo, perusahaan yang menjual produk tidak pernah menerima pembayaran dan akhirnya menyadari bahwa itu penipuan.”
Beberapa orang pun frustasi karena mengetahui mereka sudah ditipu oleh nenek Jung. Seorang wanita memasukan berkas di dalam rak dengan label  "Jung Bok Rye"


“Tapi sudah terlambat. Tidak ada cara untuk melacak penipu tua ini yang menipu orang di seluruh negeri. Jadi, mengeluarkan penundaan dakwaan dan memasukkan wanita itu ke DPO adalah satu-satunya hal yang bisa dilakukan jaksa.”
“Semua kasus penuntutan dakwaan yang harus ditangguhkan karena keberadaan terdakwa tidak diketahui berakhir di arsip. Lalu saat identitasnya harus diperiksa atas penipuan lain, atau saat terdakwa harus pergi ke luar negeri...”
Nyonya Jung mengeluarkan bedaknya memberitahu  Pekan depan, harus menemui Chun Quy di Hanoi jadi meminta mereka agar menyiapkan semua untuknya. Keduanya menganguk mengerti.  Si pria pikir kalau Tapi Nyonya Jung ada di daftar buronan.
“Apa yang akan Anda lakukan?” tanya si pria. Nyonya Jun dengan mata liciknya memberitahu  Ada cara untuk mengatasinya.

"Dua jam sebelum insiden"
Nyonya Jung turun dari mobil dengan pakaian lusuh seperti nenek yang tak memiliki apapun. Ia tahu kalau Waktunya adalah Jumat sore, saat para jaksa ingin cepat pulang, dan tepat di titik itu.  Ia berjalan masuk dengan penuh keyakinan tinggi.
“Di kantor kejaksaan, hanya ada pegawai baru yang bergegas pergi untuk menghadiri kencan buta.”
Akhirnya Jung Woo pun memutuskan akan menghapusnya dari daftar buronan. Si nenek tersenyum licik mengucapkan Terima kasih banyak.
“Tampaknya rencananya berhasil, tapi...”
Myung Joo dengan mata yang jeli melihat sikap si nenek akhirnya mengajak untuk masuk kembali ke kantor kejaksaan.
“Tapi dia kebetulan bertemu dengan Nona Cha dan harus kembali ke kantor.” 
Di dalam lift, Si nenek dengan wajah memohon memberitahu akan ke luar negeri besok pagi. Putranya.... Myung Joo yang tak bisa tertipu menegaskan bisa bicarakan itu di ruangannya. 


"Bagian 5, Bangkit dan Jatuhnya Nona Cha"
Myung Joo masuk ke ruangan melihat note yang dituliskan Jung Woo "Kepada Nona Cha, yang sangat kuhormati..." dan langsung membuangnya. Jung Woo pun memberikan berkas pada Myung Joo. Myung Joo langsung menyuruh si nenek duduk didepanya.
“Ini akan butuh waktu lama...Pak Lee, bisa pesan makanan untuk ibu ini? Pesan untuk kami juga.” Ucap Myung Joo
“Tentu. Bu, mau pesan apa?” tanya Jung Hwan. Nenek Jung mengaku tidak lapar dan mengaku tidak begitu berselera.
“Akan butuh waktu lama untuk membaca semua itu. Kurasa aku akan ketinggalan pesawat.” Kata Myung Joo
“Berapa usiamu?” tanya Nenek Jung untuk berbasa basi. Myung Joo menjawab Usianya 36 tahun.
“Benarkah? Usiaku tepat 36 tahun saat suamiku meninggal. Apa Kau sudah menikah?” tanya Nenek Jung seperti ingin mengalihkan pembicaraan. 

“Bu Jung, aku harus fokus membaca ini.” Ucap  Myung Joo lalu mencari sesuatu di "Markas Kasus Kejaksaan" dan memanggil Jung Hwan untuk datang ke mejanya.
Jung Hwan melihat laporan dari "Kantor Kejaksaan Pusat Seoul, Kantor Kejaksaan Utara Seoul, Kantor Kejaksaan Daejeon" dan masih banyak lagi. Myung Joo pun meminta agar menghubungi mereka dan minta semua data yang dibutuhkan. Jung Hwan menganguk mengerti.
Nenek Jung mulai panik dengan keringat yang terus keluar dilehernya.  Jung Hwan menelp kantor kejaksan lain kalau sangat membutuhkan salinan berkas kasus.
“Nona Cha berusaha keras menahan senyumnya. Semua kejaksaan di seluruh negeri telah menunda penuntutan. Itu artinya wanita tua yang tampak menyedihkan di hadapannya, sebenarnya adalah seorang penipu skala nasional.” 
Wajah Myung Joo tersenyum bahagia melihat kasus besar yang ada didepanya.
“Nona Cha merasa senang sekali... Ini dia. Kasus ini adalah bunga teratai yang mekar di kota berlumpur ini. Akhirnya! Kasus gemilang ini tersembunyi di antara semua kasus yang tidak selesai.” 

Myung Joo pun memberikan penyataan pada pers kalau  Penipu berskala nasional sedang diselidiki oleh Departemen Kriminal Dua Cabang Jinyeong. Min Ho dkk pun berdiri mendampinginya. Ia pun mendapatkan penghargaan dan foto bersama dengan kepala jaksa.
“Berdasarkan skala kasusnya, dia mungkin bisa mengadakan konferensi pers. Dia mungkin terpilih sebagai Jaksa Terbaik Tahun Ini. Dengan sedikit keberuntungan...”
Akhirnya Myung Joo membawa semua barang ke  dalam mobil. Jung Woo memastikan kalau semua sudah lengkap. Semua melambaikan tangan pada Myung Joo yang meninggalkan kantor kejaksaan. Myung Joo seolah tak peduli karena akhirnya bisa kembali ke Seoul akhirnya menangis haru saat masuk pintu gerbang tol Seoul.

Mi Ran pun memberikan lembaran fax pada Myung Joo yan baru dikirimkan.  Nenek Jung mengaku merasa agak mual dan juga berkeringat dingin dan meminta izin untuk pergi ke dokter. Myung Joo tak peduli menyuruh duduk kembali.
“Aku punya masalah jantung... Kali terakhir, aku terlambat masuk ke UGD. Aku hampir benar-benar lumpuh. Ini surat medis.” Ucap Nenek Jung. Myung Joo melihat "Surat Medis"
“Ini dari dua tahun lalu.” Kata Myung Joo jeli. Nenek  Jung mengakusudah bertahun-tahun sakit.
“Apa Anda selalu membawanya? Ada bekas jari di mana-mana.” Kata Myung Joo sinis. Nenek Jung makin panik
“Boleh aku minum air?”kata Nenek Jung. Myung Joo mempersilahkan. Nenek Jung berjalan sempoyongan dan meminta agar memanggil ambulance.
“Bu Jung, aku tahu Anda berpura-pura.. Duduklah kembali.” kata Myung Joo tak peduli melihat Nenek Jung yang terjatuh.
Saat itu nenek Jung hanya diam saja, Jung Hwan dan Jung Woo pun bergegas melihatnya. Myung Joo terlihat shock melihat Nenek Jung mengeluarka busa dari mulutnya dan juga kejang. Jung Hwan meminta memanggil ambulance. Mi Ran pun mengangkat telp.  Akhirnya Jung Hwan membawa Nenek Jung keluar dari pengadilan. 

Min Ho mengendarai mobilnya dan melihat ambulance berjalan dengan cepat dan melihat kalau menuju ke kantornya. Ia pun bertanya-tanya Apa yang terjadi. Semua panik melihat Nyonya Jung yang tak sadarkan diri dengan mulut berbusa.
“Bukankah dia wanita yang tadi? Apa yang terjadi?” ucap Tuan Hong panik dan saat itu Min Ho datang membuat asam lambungnya pun sudah tak bisa ditahan lagi.
“Nona Cha, apa yang terjadi di sini?” tanya Tuan Kim akhirnya keluar karena melihat kegaduhan. Myung Joo terlihat sangat shock.

Dokter memberitahu “Bu Jung Bok Rye meninggal pada tanggal 17 September 2019, pukul 11.14 pagi. Semoga dia beristirahat dengan tenang.”  Semua anak dan cucunya pun menangis dan pemakaman dilaksanakan.
Myung Joo akhirnya dilakukan "Investigasi Agresif Membunuh Tersangka" lalu keluar dengan membawa barangnya, semua wartawan pun menunggu untuk mewawancarainya. Myung Joo hanya bisa diam terlihat masih sangat shock.
“Untuk sesaat, dia percaya kasus ini adalah bunga teratai yang akan membawanya ke Seoul. Apa yang akan terjadi kepadanya? Semuanya sudah berakhir.” 


Sun Woong melihat Nenek Jung yang akan dibawa ambulance seperti melihat sesuatu dan menahanya.
“Biarkan aku mengubah topik saat ini. Semua orang punya hidung yang berbeda, dan indra penciuman orang juga berbeda. Semua orang menyukai aroma bunga, tapi sebagian orang menyukai aroma unik seperti amonia. Kalau aku, aku sangat menyukai aroma detergen ini.”
Di rumah, Sun Woong menciuam aroma detergent sebelum mencuci pakaian yang menurutnya sangat harum.  Petugas pikir mereka  harus bergegas dan menyuruhnya turun. Sun Woong bisa mencium sesuatu dari mulut Nenek Jung yang berbusa.
“Nenek ... Aku tahu ini sulit. Kamu sebaiknya bangun sekarang.” Kata Sun Woong. Si nenek Jung terlihat berusaha terus kejang.
“Jangan lakukan ini. Turunlah...” kata petugas. Sun Woong meminta agar diam dan memberikan kesempatan.
“Bu. Kapan aku harus menambahkan pelembut kain? Ayolah. Tidak baik jika kamu terus menelan.. Bisa ambilkan air? Dia harus membilas mulutnya.” Ucap Sun Woong. Petugas pun akan mengambilkan air.
“Nenek ... kubilang bangun!” kata Sun Woong. Akhirnya Nenek Jung kesal bangun mengumpat marah sambil melepaskan wignya.
Semua kaget melihat Nenek Jung terlihat baik-baik saja bahkan bisa mengumpat. Nenek Jung bertanya siapa Pria itu. Sun Woon menjawab menjawab Jaksa Lee Sun Woong dari Cabang Jinyeong.


Jung Hwan memperlihatkan benda putih seperti pil dan dimasukan ke dalam gelas yang berisi air lalu mencampurnya dan saat itu keluarlah busa. Myung Joo terlihat shock ternyata terkena tipu, Sun Woong pun bangga bisa melihat penipuan Nyonya Jung.
“Ini benda yang wajib dimiliki para buron... Dan ini dibuat oleh Bu Jung Bok Rye. Itu detergen berkonsentrat tinggi yang dijadikan pil untuk menghasilkan busa berat saat menyentuh air. Benda seperti air mata palsu bahkan tidak sebanding dengan ini.”
Nyonya Jung akhirnya masuk penjara dengan baju tahanan, terihat marah karena bisa berjalan sendiri dan tak perlu dituntun.
“Pada akhirnya, Bu Jung Bok Rye, penipu yang terkenal di Korea berhasil dipenjara.” 

“Mari beri tepuk tangan untuk Nona Cha atas kerja kerasnya.” Ucap  Tuan Kim. Semua yang ada diruangan pun memberikan tepuk tangan pada Myung Joo. Grup Tuan Nam terlihat sinis Myung Joo bisa menyelesaikan kasus besar.
“Nama Jaksa Cha Myung Ju dipampang di halaman depan Koran Jinyeong.”
Jung Woo menaiki taksi meminta agar melaju lebih cepat karena sedang terburu-buru. Saat itu pesan masuk dari Ji Hye  “Jaga dirimu.”  Jung Woo kembali sedih karena kencan butanya gagal lagi. Ambulance pun membawa Tuan Hong ke rumah sakit.
“Selama proses ini, ada pengorbanan penuh air mata dari beberapa jaksa. Kita tidak boleh melupakannya.” 

Judul dibagian depan koran daerah  "Kelompok penipu terkenal yang memakai surat sanggup bayar Ditahan di Jinyeong" Min Ho terlihat sangat bangga lalu memuji Myung Joo memang hebat dan sudah Kerja bagus. Ia pun juga memuji Sun Woo karena juga bekerja dengan baik.
“Konon, jika kita memegang dua kartu As pada permainan poker, kita tidak akan pernah kalah.” Kata Min Ho bangga
“Omong-omong, seharusnya fotomu ada di sini... Maafkan aku.” Kata Min Ho melihat wajahnya pada Myung Joo
“Lalu aku ini apa? Apa Kartu sekop yang tidak berguna?” kata Myung Joo.  Min Ho pikir Yoon Jin  adalah kartu Ratu, Ratu hati.
“Lalu bagaimana denganku?” tanya Tuan Hong. Min Ho menjawab  itu Joker. Semua  pun tertawa dan akhirnya keluar dari ruangan.
Sun Woong melihat Myung Joo pergi seperti ingin mendekatinya tapiMyung Joo seolah tak peduli. Tuan Hong melihat Sun Woong hanya berdiri didepan pintu pun bertanya. Sun Woong mengaku Bukan apa-apa. 


Sun Woong keluar kanto melihat Myung Joo makan ramyun sendiri lalu memberikan bir dan berkomentar kalau Myung Joo pasti bekerja lembur lagi. Myung Joo membenarkan , Sung Woong pikir  itu sulit kaena Beban kerja Myung Joo hampir tiga kali lipat daripada yang lain.
“Tidak apa-apa.” Kata Myung Joo. Sun Woong pun mengusulkan berbagi pekerjaannya.
“Kita bekerja di departemen yang sama. Aku merasa tidak enak jika minum bir, sementara seseorang masih bekerja.” Kata Sun Woong
“Nikmatilah birmu... Aku masih ada pekerjaan.” Ucap Myung Joo mengembalikan birnya. Sung Woong menahanya pergi.
“Kali terakhir, saat aku agak kasar kepadamu, aku tidak bermaksud begitu. Jadi, kuharap kamu tidak menyimpan dendam.” Kata Sun Woong
“Apa Kau sudah menyerah? Itu agak mengecewakan. Kukira kau menyatakan perang terhadapku.” Ucap Myung Joo sinis.
“Benarkah aku menyatakan perang kepadamu?” komentar Sun Woong. Myung Joo pikir Sun Woong  tidak mengatakannya dengan lantang,
“tapi kau menunjukkannya melalui tindakanmu.” Kata Myung Joo mengingat saat membuka botol dengan pengaris. 


Min Ho bertanya apa itu, dengan santai Sun Woong mengaku buka apa-apa. Myung Joo merasa Jung Woo ingin memberiku pesan dengan penggaris tukang kayu tempo hari. Seolah-olah, "Aku punya sesuatu yang tidak kamu miliki. Kau tahu apa ini, kan?" Sun Woong melonggo bingung.
“Jangan bilang kau memakai penggaris itu sebagai pembuka botol. Jangan berpura-pura.” Tegas Myung Joo. Jung Woo ingin menjelaskan.
“Itu agak kekanak-kanakan, tapi itu membuatku penasaran. Apakah Jaksa Lee Sun Woong layak menerima penggaris tukang kayu? Apakah dia sungguh rela memakainya sebagai pembuka botol? Kurasa aku akan segera tahu.” Ucap Myung Joo lalu berjalan pergi.
“Benar juga... Tentang Detergen itu... Terima kasih. Itu alasanmu berbicara denganku saat kau lewat, kan?” ucap Myung Joo. Sun Woong hanya bisa menatap bingung Myung Joo yang pergi dan menghabiskan birnya. 


Di ruangan Min Ho dengan bangga memasukan dalam figura artikel "Kelompok penipu terkenal yang memakai surat sanggup bayar Ditahan di Jinyeong" lalu teringat suatu saat pergi ke pusat.
Flash Back
Min Ho menyapa seniornya dalam ruangan, Tuan Nam pun ikut dengan mereka. Tuan Park pun menyapa keduanya dengan penuh semangat da meminta sek membawakan teh. Saat itu Min Ho melihat sesuatu yang disimpan dalam kotak kaca.
“Pak, bukankah itu penggaris tukang kayu?” ucap Tuan Nam penuh semangat terlihta nama "Wakil Kepala Jaksa, Park Jeong Gon"
“Penggaris tukang kayu?” ucap Min Ho bingung. Tuan Nam pikir Min Ho pasti tidak mengetahuinya karena dari kampus lain.
“Tapi bukankah kau mempelajari hukum konstitusi menggunakan buku Profesor Park Dae Cheon?” kata Tuan Nam. Min Ho mengingat-ingat nama Park Dae Cheon
 “Itu adalah penggaris tukang kayu pemberian Profesor Park Dae Cheon kepada muridnya yang berharga. Hampir tidak ada yang menerimanya tiap tahun. Bukan begitu, Pak?” kata Tuan Nam penuh semangat. Tuan Park membenarkan. 
“Setelah Jaksa Agung menerimanya, tidak ada yang menerimanya selama beberapa tahun sebelum aku.” Ucap Tuan Park.
“Tapi posisi itu akan segera menjadi milikmu.”kata Tuan Nam menjilat Tuan Park tersipu malu mendengarnya.

“Seseorang di departemenku juga memilikinya.” Kata Min Ho. Keduanya kaget dan ingin tahu siapa itu.
“Apa Maksudmu, Cha Myung Ju?” kata Tuan Nam yakin. Min Ho menjawab bukan.
Ia mengingat saat Jung Woo membuka botol dengan pengari dan mnegaku ini bukan apa-apa. Dan ditempat lain pengaris itu sangat berharga bahkan disimpan dalam kotak kaca.
“Bagaimana Lee Woong Sun mendapatkan penggaris tukang kayu itu?” tanya Min Ho.
Sementara Sun Woong menatap pengaris yang dianggapnya biasa saja tapi Myung Joo menganggap seperti simbol pertarungan. 

Epilog
Sun Woong masuk kedai kopi melihat Myung Joo sudah ada didalamnya. Keduanya pun terlihat tak saling tegur sapa. Myung Joo melihat Sun Woong mengeluarkan kartu kupon kopi gratis dan hanya bisa menahan senyuman.
“Ini espreso dobel.. Apa Kau mau kartu keanggotaan?” tanya si pemilik. Myung Joo menolak karena tidak akan lama di sini lalu pamit pergi dengan menahan senyuman pada sikap Sun Woong yang mengandalkan gratisan. 

Sung Woong memberikan kartunya, si bibi melihat Sun Woong sudah mengumpulkan semua cap dan bertanya Apa yang diinginkan hari ini. Sun Woong ingin tahu Apa yang termahal di menu cafe. S bibi menjawab Ini es teh hijau blender dengan keping cokelat min.
“Aku pesan yang itu.” Kata Sun Woong dengan cepat. Si bibi pun mengangu mengerti.
“Omong-omong, wanita yang tadi adalah kolegaku. Boleh aku minta cap untuk minumannya? Aku akan lama di sini.”kata Sun Woong.
“Entahlah.” Kata si bibi terlihat sedikit cemberut. Sun Woong memperlihatkan senyumanya memohon agar memberikan cap pembelian juga.
Bersambung ke episode 4

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar