PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
“Seperti inilah kisahnya. Setelah suami wanita tua ini lama
meninggal, yang dia miliki dalam hidupnya hanyalah putranya. Tapi anak itu
memiliki sifat yang sangat buruk dan selalu terlibat masalah sejak kecil. Itu
membuat ibunya stres.”
“Tapi putranya bertemu dengan wanita baik, menikah, dan akhirnya
menjadi baik. Dia mendapat pekerjaan di pabrik dan bekerja keras menghasilkan
uang. Dia ingin memenuhi kewajibannya sebagai seorang anakdan akan mengirim
ibunya berlibur ke luar negeri.”
“Berkat putranya, dia akhirnya bisa naik pesawat dan menangis
bahagia. Sampai di sini, itu kisah yang indah.”
Si nenek
menceritakan Putranya adalah anak yang polos. Lalu Beberapa tahun lalu, temannya
yang punya bisnis sendiri harus mengambil pinjaman. Ia merasa kasihan dengan
hal yang anak itu alami Jadi, membiarkan dia meminjam uang atas namanya.
“Tapi itu
menjadi masalah, dan jaksa memanggilku beberapa kali. Ternyata jumlahnya
meningkat, tapi aku tidak tahu... Astaga.” Cerita si nenek sambil menangis.
Jung Hwan tak tega memberikan tissue.
“Aku
harus naik pesawat itu. Jadi Aku harus bagaimana?Kudengar kita tidak bisa
terbang jika menjadi buronan. Jika aku tidak bisa berlibur... Bagaimana... Bagaimana
aku akan menghadapi putra dan menantuku?”cerita si nenek terus menangis.
Mi Ran
memberikan kasus tentang si nenek. Jung Woo melihatnya sambil menatap bingung
karena sudah jam setengah 7 malam.
“Sekali lagi, Pak Kim berpikir. "Apakah
benar-benar perlu menangkap wanita tua yang tampak sangat baik?” Si nenek
yang terlihat sangat kebingungan menangis saat baru masuk ruangan.
Akhirnya
Jung Wo memutuskan untuk tak memperbolehkan si nenek itu pergi. Si nenek
frustasi melihat pesawat yang terbang diatasnya.
“ Putranya mengirimnya pergi ke
luar negeri untuk kali pertama. Jika dia tidak pergi karena aku, apakah aku
tidak akan menyesalinya?”
Si anak
datang mencengkram baju Jung Woo meminta pertanggung jawabanya. Jung Woo pun hanya
bisa diam saja.
“Putranya
mudah marah. Jika dia masuk ke ruanganku,maka aku akan sangat takut. Dia datang
ke sini secara sukarela, jadi, dia mungkin tidak akan kabur." Sekali lagi,
di akhir pemikiran itu, gadis itu ada di sana.”
Jung Woo
seperti bisa membayangkan seorang gadis yang sudah menunggunya untuk kencan
buta.
“Ibu..
Ini Pasti ada kesalahpahaman. Aku akan menghapus Anda dari daftar buronan. Jadi,
nikmatilah liburan Anda. Namun, kami akan memanggil Anda begitu Anda kembali, dan
Anda harus datang. Mengerti?” ucap Jung Woo baik hati.
Si nenek
pun mengucapkan Terima kasih banyak sambil terus menangis haru dengan kebaikan
Jung Woo. Jung Woo pikir Tidak perlu
berterima kasih dan memberitahu kalau Semua baik-baik saja.
Akhirnya
Ia menunggu lift mengirimkan pesan “Aku akan terlambat sekitar sepuluh menit. Maafkan
aku.” Si nenek pun memberikan senyuman
pada Jung Woo. Si wanita pun membalas yang bernama Ji Hye “Tidak apa-apa. Aku
akan menunggumu.” Wajah Jung Woo pun terlihat bahagia.
Tapi saat
pintu terbuka, Myung Joo mulai menatap Jung Woo yang akan pulang dengan si
nenek. Tuan Hong pun mengajak Jung Woo untuk gabung makan dengan mereka karen
Pak Lee mentraktir semua orang makan malam.
“Siapa
wanita ini?” tanya Myung Joo berbisik. Jung Woo menjawab nenek itu buronan dan
harus pergi ke luar negeri. Saat semua keluar, Myung Joo pun menahan pintu
lift.
“Sepertinya
ada yang harus kutangani... Pergilah tanpa aku.” Kata Myung Joo dan mengajak
Jung Woo untuk ikut denganya juga.
Jung Woo
terdiam, Myung Joo pun meminta sang nenek untuk ikut denganya lagi. Si nenek
bingung, Jung Woo pun meminta agar ikut masuk sebentar saja.
Di dalam
lift, Si nenek dengan wajah sedih mengaku akan ke luar negeri besok pagi dan
putranya... Myung Joo dengan tegas mengatakan bsa bicarakan itu di ruangannya.
Si nenek pun hanya bisa diam saja.
“Baiklah. Mau kuceritakan
sekarang?”
"Bagian 4: Jung Bok Rye,
Penyamarannya Adalah Kejahatan"
“Pemirsa, kalian tahu tentang siput kerucut? Mereka tampak seperti
siput laut biasa, tapi menghasilkan racun yang disebut conotoxin, yang jauh
lebih mematikan daripada racun yang diproduksi oleh ular, kalajengking, dan
ikan buntal.”
Siput
yang terlihat diam tapi mengeluarkan seperti lidahnya yang membuat ikan
didekatnya mati
“Itu Seperti wanita ini.”
Si nenek
datang dengan gaya elegan seperti seorang nyonya yang sangat kaya raya. Dua
orang pria pun menyambutnya, Si nenek ingin tahu Ada apa dengan masalah di
Cheongju. Pria pertama memberitahu akan mendapat untung besar Jika si nenek ke
sana, maka semuanya akan beres.
“ Isi
dayanya.” Ucap nenek memberikan battery porttablenya. Pria lain menawarkan
rokok juga. Si nenek langsung menolaknya.
“Rokokmu
membuatku pusing.” Ucap si nenek. Pria itu pun meminta maaf. Si nenek akhirnya meminta mereka agar
mendengarkan ucapanya.
“Jika
kalian tidak ingin kembali hidup seperti dahulu, maka sebaiknya kalian bekerja
dengan baik.” Ucap Si nenek. Keduanya menganguk mengerti
“Sebenarnya dia adalah penipu berantai kejam yang melakukan penipuan
10 juta dolar tanpa menunjukkan emosi. Jika dia menginginkannya, banyak bisnis
kecil bisa bangkrut dalam sekejap. Target utamanya adalah perusahaan distribusi
kecil yang bisa dipercaya yang membangun kepercayaan lewat transaksi tagihan.”
Seorang
pria datang ke sebuah perusahan dengan melakuan perjanjian dengan si nenek dan
juga anak buahnya duduk dibangku direktur.
“Dia
mencari CEO boneka dan membeli perusahaannya. Lalu untuk sementara, dia
diam-diam membagikan produk dan berusaha membangun kepercayaan lebih lanjut. Saat
semua orang mulai sepenuhnya memercayai perusahaan itu, dia tiba-tiba
memperlihatkan cakarnya.”
Direktur
palsu pun mulai memesan barang sesuai dengan perintah si nenek.
“Biasanya, dia akan tiba-tiba membuat pesanan besar.Produk yang mudah
dijual adalah yang terbaik. Batang aluminium, laptop, atau komputer, misalnya. Dia
akan bohong bahwa dia menerima pesanan besar dari perusahaan besar.”
“Untuk membuktikannya, dia akan menunjukkan kartu nama dari perusahaan
besar yang mudah dipalsukan. Jika mereka masih curiga, dia bilang perusahaan
itu akan menerima pesanan di gudang. Ini selalu berhasil menipu semua orang.”
Seorang
pria memastikan dengan datang ke gudang dan banyak barang disana. Si nenek
melihat dari kejauhan didalam mobil seperti ingin memastikan semuanya berjalan
dengan lancar, setelah sesuai dengan rencananya ia pun meninggalkan gudang.
“Maka
produk yang bernilai sekitar 10 juta dolar akan begitu saja menghilang bersama
Bu Jung Bok Rye. Saat pembayaran jatuh tempo, perusahaan yang menjual produk tidak
pernah menerima pembayaran dan akhirnya menyadari bahwa itu penipuan.”
Beberapa
orang pun frustasi karena mengetahui mereka sudah ditipu oleh nenek Jung. Seorang
wanita memasukan berkas di dalam rak dengan label "Jung Bok Rye"
“Tapi sudah terlambat. Tidak ada cara untuk melacak penipu tua ini yang
menipu orang di seluruh negeri. Jadi, mengeluarkan penundaan dakwaan dan
memasukkan wanita itu ke DPO adalah satu-satunya hal yang bisa dilakukan jaksa.”
“Semua kasus penuntutan dakwaan yang harus ditangguhkan karena
keberadaan terdakwa tidak diketahui berakhir di arsip. Lalu saat identitasnya
harus diperiksa atas penipuan lain, atau saat terdakwa harus pergi ke luar
negeri...”
Nyonya
Jung mengeluarkan bedaknya memberitahu
Pekan depan, harus menemui Chun Quy di Hanoi jadi meminta mereka agar
menyiapkan semua untuknya. Keduanya menganguk mengerti. Si pria pikir kalau Tapi Nyonya Jung ada di
daftar buronan.
“Apa yang
akan Anda lakukan?” tanya si pria. Nyonya Jun dengan mata liciknya
memberitahu Ada cara untuk mengatasinya.
"Dua jam sebelum insiden"
Nyonya
Jung turun dari mobil dengan pakaian lusuh seperti nenek yang tak memiliki
apapun. Ia tahu kalau Waktunya adalah Jumat sore, saat para jaksa ingin cepat
pulang, dan tepat di titik itu. Ia
berjalan masuk dengan penuh keyakinan tinggi.
“Di kantor kejaksaan, hanya ada pegawai baru yang bergegas pergi
untuk menghadiri kencan buta.”
Akhirnya
Jung Woo pun memutuskan akan menghapusnya dari daftar buronan. Si nenek
tersenyum licik mengucapkan Terima kasih banyak.
“Tampaknya rencananya berhasil, tapi...”
Myung Joo
dengan mata yang jeli melihat sikap si nenek akhirnya mengajak untuk masuk
kembali ke kantor kejaksaan.
“Tapi dia
kebetulan bertemu dengan Nona Cha dan harus kembali ke kantor.”
Di dalam
lift, Si nenek dengan wajah memohon memberitahu akan ke luar negeri besok pagi.
Putranya.... Myung Joo yang tak bisa tertipu menegaskan bisa bicarakan itu di
ruangannya.
"Bagian 5, Bangkit dan Jatuhnya Nona
Cha"
Myung Joo
masuk ke ruangan melihat note yang dituliskan Jung Woo "Kepada Nona Cha,
yang sangat kuhormati..." dan langsung membuangnya. Jung Woo pun
memberikan berkas pada Myung Joo. Myung Joo langsung menyuruh si nenek duduk
didepanya.
“Ini akan
butuh waktu lama...Pak Lee, bisa pesan makanan untuk ibu ini? Pesan untuk kami
juga.” Ucap Myung Joo
“Tentu.
Bu, mau pesan apa?” tanya Jung Hwan. Nenek Jung mengaku tidak lapar dan mengaku
tidak begitu berselera.
“Akan
butuh waktu lama untuk membaca semua itu. Kurasa aku akan ketinggalan pesawat.”
Kata Myung Joo
“Berapa
usiamu?” tanya Nenek Jung untuk berbasa basi. Myung Joo menjawab Usianya 36
tahun.
“Benarkah?
Usiaku tepat 36 tahun saat suamiku meninggal. Apa Kau sudah menikah?” tanya
Nenek Jung seperti ingin mengalihkan pembicaraan.
“Bu Jung,
aku harus fokus membaca ini.” Ucap Myung
Joo lalu mencari sesuatu di "Markas Kasus Kejaksaan" dan memanggil
Jung Hwan untuk datang ke mejanya.
Jung Hwan
melihat laporan dari "Kantor Kejaksaan Pusat Seoul, Kantor Kejaksaan Utara
Seoul, Kantor Kejaksaan Daejeon" dan masih banyak lagi. Myung Joo pun
meminta agar menghubungi mereka dan minta semua data yang dibutuhkan. Jung Hwan
menganguk mengerti.
Nenek
Jung mulai panik dengan keringat yang terus keluar dilehernya. Jung Hwan menelp kantor kejaksan lain kalau sangat
membutuhkan salinan berkas kasus.
“Nona Cha berusaha keras menahan senyumnya. Semua kejaksaan di
seluruh negeri telah menunda penuntutan. Itu artinya wanita tua yang tampak
menyedihkan di hadapannya, sebenarnya adalah seorang penipu skala nasional.”
Wajah
Myung Joo tersenyum bahagia melihat kasus besar yang ada didepanya.
“Nona Cha
merasa senang sekali... Ini dia. Kasus ini adalah bunga teratai yang mekar di
kota berlumpur ini. Akhirnya! Kasus gemilang ini tersembunyi di antara semua
kasus yang tidak selesai.”
Myung Joo
pun memberikan penyataan pada pers kalau
Penipu berskala nasional sedang diselidiki oleh Departemen Kriminal Dua
Cabang Jinyeong. Min Ho dkk pun berdiri mendampinginya. Ia pun mendapatkan
penghargaan dan foto bersama dengan kepala jaksa.
“Berdasarkan
skala kasusnya, dia mungkin bisa mengadakan konferensi pers. Dia mungkin
terpilih sebagai Jaksa Terbaik Tahun Ini. Dengan sedikit keberuntungan...”
Akhirnya
Myung Joo membawa semua barang ke dalam
mobil. Jung Woo memastikan kalau semua sudah lengkap. Semua melambaikan tangan
pada Myung Joo yang meninggalkan kantor kejaksaan. Myung Joo seolah tak peduli
karena akhirnya bisa kembali ke Seoul akhirnya menangis haru saat masuk pintu
gerbang tol Seoul.
Mi Ran
pun memberikan lembaran fax pada Myung Joo yan baru dikirimkan. Nenek Jung mengaku merasa agak mual dan juga
berkeringat dingin dan meminta izin untuk pergi ke dokter. Myung Joo tak peduli
menyuruh duduk kembali.
“Aku
punya masalah jantung... Kali terakhir, aku terlambat masuk ke UGD. Aku hampir
benar-benar lumpuh. Ini surat medis.” Ucap Nenek Jung. Myung Joo melihat "Surat
Medis"
“Ini dari
dua tahun lalu.” Kata Myung Joo jeli. Nenek
Jung mengakusudah bertahun-tahun sakit.
“Apa Anda
selalu membawanya? Ada bekas jari di mana-mana.” Kata Myung Joo sinis. Nenek
Jung makin panik
“Boleh
aku minum air?”kata Nenek Jung. Myung Joo mempersilahkan. Nenek Jung berjalan
sempoyongan dan meminta agar memanggil ambulance.
“Bu Jung,
aku tahu Anda berpura-pura.. Duduklah kembali.” kata Myung Joo tak peduli
melihat Nenek Jung yang terjatuh.
Saat itu
nenek Jung hanya diam saja, Jung Hwan dan Jung Woo pun bergegas melihatnya.
Myung Joo terlihat shock melihat Nenek Jung mengeluarka busa dari mulutnya dan
juga kejang. Jung Hwan meminta memanggil ambulance. Mi Ran pun mengangkat
telp. Akhirnya Jung Hwan membawa Nenek
Jung keluar dari pengadilan.
Min Ho
mengendarai mobilnya dan melihat ambulance berjalan dengan cepat dan melihat
kalau menuju ke kantornya. Ia pun bertanya-tanya Apa yang terjadi. Semua panik
melihat Nyonya Jung yang tak sadarkan diri dengan mulut berbusa.
“Bukankah
dia wanita yang tadi? Apa yang terjadi?” ucap Tuan Hong panik dan saat itu Min
Ho datang membuat asam lambungnya pun sudah tak bisa ditahan lagi.
“Nona
Cha, apa yang terjadi di sini?” tanya Tuan Kim akhirnya keluar karena melihat
kegaduhan. Myung Joo terlihat sangat shock.
Dokter
memberitahu “Bu Jung Bok Rye meninggal pada tanggal 17 September 2019, pukul
11.14 pagi. Semoga dia beristirahat dengan tenang.” Semua anak dan cucunya pun menangis dan
pemakaman dilaksanakan.
Myung Joo
akhirnya dilakukan "Investigasi Agresif Membunuh Tersangka" lalu
keluar dengan membawa barangnya, semua wartawan pun menunggu untuk
mewawancarainya. Myung Joo hanya bisa diam terlihat masih sangat shock.
“Untuk sesaat, dia percaya kasus ini adalah bunga teratai yang akan
membawanya ke Seoul. Apa yang akan terjadi kepadanya? Semuanya sudah berakhir.”
Sun Woong
melihat Nenek Jung yang akan dibawa ambulance seperti melihat sesuatu dan
menahanya.
“Biarkan aku mengubah topik saat ini. Semua orang punya hidung yang
berbeda, dan indra penciuman orang juga berbeda. Semua orang menyukai aroma
bunga, tapi sebagian orang menyukai aroma unik seperti amonia. Kalau aku, aku
sangat menyukai aroma detergen ini.”
Di rumah,
Sun Woong menciuam aroma detergent sebelum mencuci pakaian yang menurutnya
sangat harum. Petugas pikir mereka harus bergegas dan menyuruhnya turun. Sun
Woong bisa mencium sesuatu dari mulut Nenek Jung yang berbusa.
“Nenek
... Aku tahu ini sulit. Kamu sebaiknya bangun sekarang.” Kata Sun Woong. Si
nenek Jung terlihat berusaha terus kejang.
“Jangan
lakukan ini. Turunlah...” kata petugas. Sun Woong meminta agar diam dan
memberikan kesempatan.
“Bu.
Kapan aku harus menambahkan pelembut kain? Ayolah. Tidak baik jika kamu terus
menelan.. Bisa ambilkan air? Dia harus membilas mulutnya.” Ucap Sun Woong.
Petugas pun akan mengambilkan air.
“Nenek
... kubilang bangun!” kata Sun Woong. Akhirnya Nenek Jung kesal bangun
mengumpat marah sambil melepaskan wignya.
Semua
kaget melihat Nenek Jung terlihat baik-baik saja bahkan bisa mengumpat. Nenek
Jung bertanya siapa Pria itu. Sun Woon menjawab menjawab Jaksa Lee Sun Woong
dari Cabang Jinyeong.
Jung Hwan
memperlihatkan benda putih seperti pil dan dimasukan ke dalam gelas yang berisi
air lalu mencampurnya dan saat itu keluarlah busa. Myung Joo terlihat shock
ternyata terkena tipu, Sun Woong pun bangga bisa melihat penipuan Nyonya Jung.
“Ini benda yang wajib dimiliki para buron... Dan ini dibuat oleh Bu
Jung Bok Rye. Itu detergen berkonsentrat tinggi yang dijadikan pil untuk
menghasilkan busa berat saat menyentuh air. Benda seperti air mata palsu bahkan
tidak sebanding dengan ini.”
Nyonya
Jung akhirnya masuk penjara dengan baju tahanan, terihat marah karena bisa
berjalan sendiri dan tak perlu dituntun.
“Pada akhirnya, Bu Jung Bok Rye, penipu yang terkenal di Korea
berhasil dipenjara.”
“Mari
beri tepuk tangan untuk Nona Cha atas kerja kerasnya.” Ucap Tuan Kim. Semua yang ada diruangan pun
memberikan tepuk tangan pada Myung Joo. Grup Tuan Nam terlihat sinis Myung Joo
bisa menyelesaikan kasus besar.
“Nama Jaksa Cha Myung Ju dipampang di halaman depan Koran Jinyeong.”
Jung Woo
menaiki taksi meminta agar melaju lebih cepat karena sedang terburu-buru. Saat
itu pesan masuk dari Ji Hye “Jaga
dirimu.” Jung Woo kembali sedih karena
kencan butanya gagal lagi. Ambulance pun membawa Tuan Hong ke rumah sakit.
“Selama proses ini, ada pengorbanan penuh air mata dari beberapa
jaksa. Kita tidak boleh melupakannya.”
Judul
dibagian depan koran daerah "Kelompok
penipu terkenal yang memakai surat sanggup bayar Ditahan di Jinyeong" Min
Ho terlihat sangat bangga lalu memuji Myung Joo memang hebat dan sudah Kerja
bagus. Ia pun juga memuji Sun Woo karena juga bekerja dengan baik.
“Konon,
jika kita memegang dua kartu As pada permainan poker, kita tidak akan pernah
kalah.” Kata Min Ho bangga
“Omong-omong,
seharusnya fotomu ada di sini... Maafkan aku.” Kata Min Ho melihat wajahnya
pada Myung Joo
“Lalu aku
ini apa? Apa Kartu sekop yang tidak berguna?” kata Myung Joo. Min Ho pikir Yoon Jin adalah kartu Ratu, Ratu hati.
“Lalu
bagaimana denganku?” tanya Tuan Hong. Min Ho menjawab itu Joker. Semua pun tertawa dan akhirnya keluar dari ruangan.
Sun Woong
melihat Myung Joo pergi seperti ingin mendekatinya tapiMyung Joo seolah tak
peduli. Tuan Hong melihat Sun Woong hanya berdiri didepan pintu pun bertanya.
Sun Woong mengaku Bukan apa-apa.
Sun Woong
keluar kanto melihat Myung Joo makan ramyun sendiri lalu memberikan bir dan
berkomentar kalau Myung Joo pasti bekerja lembur lagi. Myung Joo membenarkan ,
Sung Woong pikir itu sulit kaena Beban
kerja Myung Joo hampir tiga kali lipat daripada yang lain.
“Tidak
apa-apa.” Kata Myung Joo. Sun Woong pun mengusulkan berbagi pekerjaannya.
“Kita bekerja
di departemen yang sama. Aku merasa tidak enak jika minum bir, sementara
seseorang masih bekerja.” Kata Sun Woong
“Nikmatilah
birmu... Aku masih ada pekerjaan.” Ucap Myung Joo mengembalikan birnya. Sung
Woong menahanya pergi.
“Kali
terakhir, saat aku agak kasar kepadamu, aku tidak bermaksud begitu. Jadi, kuharap
kamu tidak menyimpan dendam.” Kata Sun Woong
“Apa Kau
sudah menyerah? Itu agak mengecewakan. Kukira kau menyatakan perang terhadapku.”
Ucap Myung Joo sinis.
“Benarkah
aku menyatakan perang kepadamu?” komentar Sun Woong. Myung Joo pikir Sun Woong tidak mengatakannya dengan lantang,
“tapi kau
menunjukkannya melalui tindakanmu.” Kata Myung Joo mengingat saat membuka botol
dengan pengaris.
Min Ho
bertanya apa itu, dengan santai Sun Woong mengaku buka apa-apa. Myung Joo
merasa Jung Woo ingin memberiku pesan dengan penggaris tukang kayu tempo hari. Seolah-olah,
"Aku punya sesuatu yang tidak kamu miliki. Kau tahu apa ini, kan?"
Sun Woong melonggo bingung.
“Jangan
bilang kau memakai penggaris itu sebagai pembuka botol. Jangan berpura-pura.”
Tegas Myung Joo. Jung Woo ingin menjelaskan.
“Itu agak
kekanak-kanakan, tapi itu membuatku penasaran. Apakah Jaksa Lee Sun Woong layak
menerima penggaris tukang kayu? Apakah dia sungguh rela memakainya sebagai
pembuka botol? Kurasa aku akan segera tahu.” Ucap Myung Joo lalu berjalan
pergi.
“Benar
juga... Tentang Detergen itu... Terima kasih. Itu alasanmu berbicara denganku
saat kau lewat, kan?” ucap Myung Joo. Sun Woong hanya bisa menatap bingung
Myung Joo yang pergi dan menghabiskan birnya.
Di
ruangan Min Ho dengan bangga memasukan dalam figura artikel "Kelompok
penipu terkenal yang memakai surat sanggup bayar Ditahan di Jinyeong" lalu
teringat suatu saat pergi ke pusat.
Flash Back
Min Ho
menyapa seniornya dalam ruangan, Tuan Nam pun ikut dengan mereka. Tuan Park pun
menyapa keduanya dengan penuh semangat da meminta sek membawakan teh. Saat itu
Min Ho melihat sesuatu yang disimpan dalam kotak kaca.
“Pak,
bukankah itu penggaris tukang kayu?” ucap Tuan Nam penuh semangat terlihta nama
"Wakil Kepala Jaksa, Park Jeong Gon"
“Penggaris
tukang kayu?” ucap Min Ho bingung. Tuan Nam pikir Min Ho pasti tidak
mengetahuinya karena dari kampus lain.
“Tapi
bukankah kau mempelajari hukum konstitusi menggunakan buku Profesor Park Dae
Cheon?” kata Tuan Nam. Min Ho mengingat-ingat nama Park Dae Cheon
“Itu adalah penggaris tukang kayu pemberian
Profesor Park Dae Cheon kepada muridnya yang berharga. Hampir tidak ada yang
menerimanya tiap tahun. Bukan begitu, Pak?” kata Tuan Nam penuh semangat. Tuan
Park membenarkan.
“Setelah
Jaksa Agung menerimanya, tidak ada yang menerimanya selama beberapa tahun
sebelum aku.” Ucap Tuan Park.
“Tapi
posisi itu akan segera menjadi milikmu.”kata Tuan Nam menjilat Tuan Park
tersipu malu mendengarnya.
“Seseorang
di departemenku juga memilikinya.” Kata Min Ho. Keduanya kaget dan ingin tahu
siapa itu.
“Apa Maksudmu,
Cha Myung Ju?” kata Tuan Nam yakin. Min Ho menjawab bukan.
Ia
mengingat saat Jung Woo membuka botol dengan pengari dan mnegaku ini bukan
apa-apa. Dan ditempat lain pengaris itu sangat berharga bahkan disimpan dalam
kotak kaca.
“Bagaimana
Lee Woong Sun mendapatkan penggaris tukang kayu itu?” tanya Min Ho.
Sementara
Sun Woong menatap pengaris yang dianggapnya biasa saja tapi Myung Joo
menganggap seperti simbol pertarungan.
Epilog
Sun Woong
masuk kedai kopi melihat Myung Joo sudah ada didalamnya. Keduanya pun terlihat
tak saling tegur sapa. Myung Joo melihat Sun Woong mengeluarkan kartu kupon
kopi gratis dan hanya bisa menahan senyuman.
“Ini
espreso dobel.. Apa Kau mau kartu keanggotaan?” tanya si pemilik. Myung Joo
menolak karena tidak akan lama di sini lalu pamit pergi dengan menahan senyuman
pada sikap Sun Woong yang mengandalkan gratisan.
Sung
Woong memberikan kartunya, si bibi melihat Sun Woong sudah mengumpulkan semua
cap dan bertanya Apa yang diinginkan hari ini. Sun Woong ingin tahu Apa yang
termahal di menu cafe. S bibi menjawab Ini es teh hijau blender dengan keping
cokelat min.
“Aku
pesan yang itu.” Kata Sun Woong dengan cepat. Si bibi pun mengangu mengerti.
“Omong-omong,
wanita yang tadi adalah kolegaku. Boleh aku minta cap untuk minumannya? Aku
akan lama di sini.”kata Sun Woong.
“Entahlah.”
Kata si bibi terlihat sedikit cemberut. Sun Woong memperlihatkan senyumanya
memohon agar memberikan cap pembelian juga.
Bersambung ke episode 4
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar