PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 19 Desember 2019

Sinopsis Love With The Flaws Episode 14

PS : All images credit and content copyright : MBC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Ho Dol datang ke rumah Seo Yeon tapi terlihat gugup lalu melihat ada mobil Won Seok jadi menduga kalau masih di rumah. Ia akhirnya berjongkok disamping mobil tapi seekor kucing seperti menjerit karena mengganggu. Ho Dol pun meminta maaf.
Akhirnya Ho Dol bersandar didepan pintu tapi tiba-tiba pintu terbuka dan tubuhnya pun terjungkal. Saat itu Won Seok sudah ada di atasnya, dan bertanya Sedang apa. Ho Dol makin panik langsung berdiri tak bisa berkata-kata
“Apa Kau berusaha menghindariku?” tanya Won Suk. Ho Dol langsung menegaskan akan merahasiakannya
“Percayalah padaku.” Kata Ho Dol lalu bergegas masuk. Won Seok yang melihat Ho Dol bingung dengan tingkahnya. 

Di dalam kamar, Jang Mi menatap sandal plastik yang diberikan Seo Yeon bahkan menaruhnya dalam kotak kaca seperti benda yang berharga. Ia pun mengingat sata Seo Yeon memberikan sandal sambil berkata
“Kau menarik perhatianku sejak tadi. Pergelangan kakimu pasti sakit sekali. Kamu bisa memakai ini.”
Ia teringat dengan sesuatu lalu melihat foto Min Hyuk yakin kalau menyukai Seo Yeon, begitu juga Kang Wo. Ia pun bertanya-tanya “Tapi ada apa di antara mereka berdua.
“Astaga, aku tidak tahu.. Kenapa ada banyak orang di sekelilingnya?” keluh Jang Mi frustasi.
“Astaga, tidak ada tempat yang bisa kudatangi... Apa ini satu-satunya cara?” kata Jang Mi menatap sebuah kotak. 

Kang Woo membaca laporan lalu melihat nama Lee Joo Hee yang punya catatan yang bagus. Seo Yeon langsung bersemangat mendengar nama Joo Hee lalu memberitahu kalau kondisinya membaik jadi pasti akan memenangkan pertandingan ini.
“Tapi yang lainnya biasa saja.” Komentar Kang Woo sinis. Seo Yeon yakin Mereka hanya perlu terus berlatih.
“Kita tunggu dan lihat saja.” Ucap Kang Woo dingn. Seo Yeon lalu melihat Pak Kentang tumbuh cukup besar.
“Dan airnya juga bersih. Kau mencurahkan hatimu untuk ini.” Ucap Seo Yeon bahagia.
“Jika ingin mengambilnya lagi, silakan saja.” Ucap Kang Woo marah. Seo Yeon kesal denga sikap Kang Woo yang menyebalkan.
“Kau bisa makan apa pun yang ada di sana.” Ucap Kang Woo. Seo Yeon bahagia mendengarnya dan langsung pergi ke dapur.
“Aku hanya bercanda. Jangan khawatir. Aku tidak akan melepaskanmu.” Ucap Kang Woo berbicara pada Pak kentang. 


Seo Yeon membuka kulkas hanya bisa melonggo lalu berpikir  orang kaya juga punya lemari es mewah. Kang Woo melihat Seo Yeon memakan sosis sambil mengeluh. Seo Yeon pikir Kang Woo sudah menyuruhny makan apa pun yang dimilikinya.
“Kau bahkan tidak memasaknya.” Keluh Kang Woo. Seo Yeon pikir Tidak apa-apa karena semua sama begitu memakannya.
“Aku membeli macam-macam buah, susu, dan semuanya. Dan kamu memilih makan itu?” ucap Kang Woo sinis
“Ini enak... Jangan pelit dengan makanan!” kata Seo Yeon kesal. Akhirnya Kang Woo pergi ke dapur. 

Kang Woo membuat nasi goreng dengan telur dadar setengah matang. Seo Yeon hanya bisa melonggo melihat Kang Woo yang bisa bisa melakukan ini. Kang Woo memberi nasehat Seo Yeon harus makan dengan baik saat makan sesuatu lalu menyuruhnya segara makan saja.
“Apa Kau mau berbisnis denganku?” ucap Seo Yeon mencoba masakan Kang Woo dan ingin menjualnya. Kang Woo bahagia melihat Seo Yeon makan dengan lahap.
“Bagaimana denganmu?” tanya Seo Yeon. Kang Woo tak ingin makan karena takut gemuk.
“Ayolah... Kau Makanlah.” Ucap Seo Yeon ingin menyuapi Kang Woo. Tapi Kang Woo hanya diam saja seperti sangat takut gemuk.
“Apakah aneh karena aku memakai sendok ini?” kata Seo Yeon. Kang Woo pun akhirnya makan dari sendok yang sama.
Seo Yeon pikir kalau rasanya sangat enak. Kang Woo pun tersenyum dengan bibi bersemu merah karena Seo Yeon menyukai masakannya. 

Seo Yeon ingin mencuci piring karena tak enak Kang Woo sudah masak jadi harus mencuci piringnya. Kang Woo menolak ingn melakukan sendiri dan memastikan kalau semua bersih dengan sempurna. Seo Yeon berkomentar Kang Woo itu mencuci piring dengan serius.
“Ya, bagus jika rajin dalam segala hal.” Ucap Kang Woo lalu menyuruh Seo Yeon berhenti berkeliaran dan makan buahnya.
Seo Yeon tersenyum melihat buah tropis yang sudah dipotong lalu mulai memakanya, dengan wajah bahagai memuji kalau rasanya seperti daging sapi. Kang Woo kembali tersenyum.
Saat itu telp Kang Woo berdering seperti seseorang tak menerima email darinya padahal sudah mengirimkanya. Ia dengan kode ditanganya agar Seo Yeon makan saja lalu bergegas masuk ruang kerjanya. 


Kang Woo menelp memberitahu kalau sudah mengirim surel jadi bisa memeriksanya lagi dan akan bertemu di rapat. Setelah menutup telp, Kang Woo dikagetkan dengan Seo Yeon sudah ada di ruanganya lalu bertanya  Kenapa ada di sini
“Kau menyuruhku mengikutimu.” Ucap Seo Yeon berpikir Kang Woo menyuruh untuk mengikutinya.
“Aku menyuruhmu tetap di sana.” Kata Kang Woo sinis. Seo Yeon seperti baru menyadarinya.
“Aku tidak tahu banyak soal ini, tapi terlihat sangat bagus. Desainmu.” Kata Seo Yeon melihat gambar yang dibuat Kang Woo.
“Desainku lumayan” kata Kang Woo bangga. Seo Yeon ingin tahu Tkenapa Kang Woo tidak membuat pakaian wanita
“Dahulu kamu sering menggambarnya. Apa Kau ingat? Gambar yang kamu berikan kepadaku. Aku masih punya...” ucap Seo Yeon yang langsung disela oleh Kang Woo.
“Sebaiknya kamu pergi.” ucap Kang Woo sinis. Seo Yeon melonggo bingung tapi akhirnya pergi meninggalkan rumah. 

Seo Yeon melihat kembali gambar gaun pengantin yang dibuat Kang Woo, lalu teringat saat Kang Woo memberikan ketika mengunakan pakaian jas yang rapih. Ia pun melihat Kang Woo itu sudah sehebat ini tapi sikapnya berbeda pada dirinya. 

Ho Dol di kampus binggung melihat Won Seok ada didepanya lalu berpikir kalau terus berhalusinasi sambil mengucek-ngucek matanya. Won Seok terus menatapnya menyuruh Ho Dol untuk berhenti cukup. Ho Dol kaget kalau Won Seok itu ternyata nyata.
“Berhentilah menghindariku. Pastikan kau mengajar mereka tepat waktu. Mengerti?” tegas Won Seok. Ho Dol menganguk mengerti.
“Malam itu... Di bar... Tatapan berharapmu menggangguku. Jangan berpikir semua minoritas ada di pihak yang sama. Saat individu membentuk kelompok, pasti ada satu orang jahat di antara mereka.” Ucap Won Seok
“Jadi, kau mencemaskanku. Kamu melindungiku dari orang jahat. Aku tidak tahu.” Kata Ho Dol menahan harunya.
“Tidak, maksudku, aku orang jahat itu. Aku yang jahat, jadi, jangan diambil hati... Lupakan saja... Dan keluargaku tahu soal itu. Jadi, tidak usah mengatakan akan merahasiakannya, mengerti?” ucap Won Seok
“Bagaimana bisa? Bagaimana kau memberi tahu mereka?” kata Ho Dol tiba-tiba memegang tangan Won Seok. Won Seok bingung tiba-tiba Ho Dol memegang tanganya.
Sementara Pria yang sebelumnya mengambil dompet Won Seok, kaget melihat Ho Won Seok saling berpegangan tangan dikampus terlihat sangat marah bertanya siapa bedebah di sampingnya?


Kang Woo membaca laporan Seo Yeon dan memujinya itu bagus. Seo Yeon hanya diam saja, Kang Woo bertanya apakah Seo Yeon tidak pulang. Seo Yeon balik bertanya apakah sudah selesai  dan Tidak ada lagi. Kang Woo berpikr Seo Yeon sangat bersemangat dengan pekerjaannya.
“Ini semua berkat seseorang.” Ucap Seo Yeon. Kang Woo mengaku ada janji hari ini. Seo Yeon ingin mengambil kunci mobil Kang Woo.
“Tidak, aku akan pergi sendiri... Kau boleh pergi.” kata Kang Woo. Seo Yeon pun menganguk mengerti dan  pamit akan bertemu besok.
Seo Yeon pulang dengan wajah sedih karena Kang Woo selalu memperlakukannya seperti sopir pribadi tapi kenapa sekarang menolaknya pergi. Ia lalu berpikir Kang Woo pergi ke tempat yang tidak boleh dikunjungnya.
Saat itu seorang pria seperti tunawisma dengan wajah mirip dengan Dokter Kim tersedak karena memakan roti. Seo Yeon memberikan minum kalau belum membukanya. Kembaran dokter Kim pun meminumnya lalu pergi denga membawa kardus.
“Apa dia akan berkencan buta lagi?” ucap Seo Yeon sedih dan menepuk dadanya seperti terasa sakit. 


Kang Woo mengemudikan mobilnya sambil mengeluh hanya Seo Yeon wanita yang tersisa di dunia ini karena Ke mana pun melihat, pasti ada wanita itu. Ia melewati  halte bus berusaha untuk mengabaikanya saat melihat Seo Yeon yang tertidur di halte.
“Apa Kau dalam perjalanan? Kau tidak lupa dengan janji temu kita, bukan?” ucap Seseorang menelp Kang Woo.
“Maaf, tapi sepertinya aku harus membatalkan.” Kata Kang Woo.
Kang Woo akhirnya berhenti didepan halte menyuruh Seo Yeo masuk karena harus pergi ke suatu tempat bersama. Seo Yeon mengeluh Kang  Woo itu plinplan sekali dan seperti ditipu akhirnya masuk mobil untuk menyetir. 

Jang Mi sibuk seperti alat pemancar yang bisa mendengarkan pembiacaran dari jarak tertentu. Tapi alatnya tak berfungsi padahal penjualnyabilang itu hanya akan fokus pada satu suara. Ia pun berpikir ,ungkin seharusnya membeli yang 3.000 dolar alih-alih yang 2.000 dolar ini.
Akhirnya Jang Mi mencoba menaikikan aliran listrinya, tapi malah membuat terbakar dan membuat semua listrik diwilayahnya mati. 

Seo Joon sedang duduk dimeja belajar sambil menyanyi kalau"Aku takut kegelapan" tiba-tiba lampu dikamarnya mati. Ia pun menuruti tangga memanggil kakaknya, tapi kakinya malah tersandung membuat ponselnya terjatuh.
Akhirnya Seo Joon yang ketakutan langsung menangis memanggil ibunya seperti saat masih kecil. Joo Hee membawa senter bingung melihat Seo Joon hanya menangis memanggil ibunya dan langsung memeluknya agar tenang.
Tapi saat itu juga lampu menyala, Seo Joon dan Joo Hee saling menatap. Seo Joon langsung berdiri menghapus air matanya lalu memperingatkan Joo Hee agar tak memberitahu Seo Yeon kalau tadi sangat ketakutan sampai menangis. 

Seo Yeon mengemudikan mobilnay mengaku ini kali pertamanya mengunjungi pasar kain, dan itu menyenangkan. Kang Woo seperti ikut senang tapi menutupi perasaanya lalu menegaskan Seo Yeon bisa mengantarnya ke sana mulai sekarang.
“Akan menyenangkan bagimu dan memudahkan untukku.” Kata Kang Woo. Seo Yeon mengeluh langkahi dulu mayatnya
Saat itu Seo Yeon tak melihat mobil didepanya berhenti, akhirnya mengerem mendadak  lalu memegang  dada Kang Woo karena ingin melindunginya. Kang Woo terlihat kaget tiba-tiba merasa jantungnya berdegup dengan kencang.
“Aku mengantuk.” Ucap Kang Woo sengaja memundurkan bangkunya. Seo Yeon menganguk mengerti.
“Aku akan membangunkanmu saat kita tiba.” Kata Seo Yeon. Kang Woo mengeluh kalau ini membuatnya gila agar sadar. 


Di sebuah ruangan latihan, Kang Hee sepert sedang melakukan Yoga saat itu pelatihnya menyuruh Kang Hee agar mengangkat telpnya lebih dulu.  Seseorang memberitahu kalau sudah mengirim laporan dan akan segera memeriksanya.
“Kapan dia mengambilnya? Maka dia akan bangun di pagi hari. Baik. Bawa dia ke kamar 1405. Sampai jumpa.” Ucap Seorang pria menelp didepan pintu mengoda Kang Hee yang duduk sendirian.
“Dasar Bajingan menjijikkan.” Umpat Kang Hee marah lalu pergi menuju parkiran. 

Ia melihat si pria membawa seorang wanita sambil mengeluh kalau  lebih berat dari dugaannya dan memastikan untuk masuk kamar 1405.  Kang Hee masuk ke dalam mobil lalu melihat Won Jae berjalan didepanya.
Ia lalu teringat dengan ucapan si pria ditelp “Maka dia akan bangun di pagi hari. Bawa dia ke kamar 1405.” Saat itu Won Jae tiba-tiba keluar dengan membawa si wanita memanggil Lee Kang Hee dan menaruh dikursi belakang dan menyuruhnya agar segera pergi.
“Kau bisa turun.” Ucap Kang Hee. Won Jae bingung mendengarnya. Kang Hee tahu Won Jae adalah pri dengan mobil RC dan bicara soal sopan ke valet dan sifatnya.
“Ya, itu aku... Tapi ini mendesak. Ayo pergi.” ucap Won Jae. Kang Hee pikir Won Je itu berpura-pura. Won Jae bingung dianggap Pura-pura
“Apa Kau ingin aku percaya bahwa ini juga kebetulan? Turunlah. Aku akan bawa wanita itu... Cepat Turun.” Kata Kang Hee sinis.
“Astaga, ini tidak berjalan lancar.” Keluh Won Jae akhirnya turun dari mobil melihat Kang Hee pergi sendiri.
Si pria akhirnya datang bertanya siapa Won Jae yang berani mengambil wanita itu. Won Jae lalu mengaku kalau ia adalah kakaknya. Si pria tak percaya karena tahu wanita tidak punya kakak, Won Jae pikir Kalau begitu, anggap saja ia kakaknya dari klub.
“Ini sulit dipercaya... Beraninya kau ikut campur denganku, Pria Tampan?” ucap Si pria mengejek.
“Jika pria memanggil pria lain pria tampan, artinya wanita pasti berpikir pria itu sangat tampan... Astaga, baguslah... Fitur wajahmu tidak selaras.” Ejek Won Jae.
“Aku? Dia bicara denganku? Dasar bajingan.” Kata si pria marah. 


Seo Yeon menghentikan mobilnya dan melihat Kang Woo tertidur pulas. Ia melihat seorang mabuk mencoba untuk mengemudikan mobilnya sendiri lalu bergega turun dan langsung menghadangnya. Si pria mengumpat marah melihat Seo Yeon yang menghentikan mobilnya.
“Apa kamu gila?” teraiak si pria. Seo Yeon pikiria harus mengatakan itu pada pria itu “Apa kamu gila?”
“Beraninya kau mengemudi setelah minum-minum!” teriak Seo Yeon. Si pria akan memukul Seo Yeon, tapi Kang Woo tiba-tiba datang menerima pukulan dan tetap didadanya.

Kang Hee sudah ada dirumah sakit menerima telp dari Tuan Kim ingin tahu apakah sudah menyelidikinya. Tuan Kim memberitahu kalau Pria itu adalah orang di pusat kebugaran adalah anak haram kelima pimpinan Perusahaan Baekdam, Baek Jun Gyo.
“Dia di Kantor Polisi Gangnam karena tuduhan penyerangan.” Ucap Tuan Kim.Kang Hee kaget mendengar Penyerangan
Di kantor polisi
Tuan Baek mengeluhkalau ada dikantor polisi dengan wajah babak belur. Sementara Won Jae santai dan terlihat baik-baik saja. Tuan Baek pikir Won Jae itu tak tahu siapa dirinya karena akan membuatnya membusuk di penjara seumur hidup.
“Tenang dan duduklah.” Ucap Polisi. Kang Hee datang berkomentar kalau Won Jae itu bukan salah satunya. Won Jae kaget melihat Kang Hee datang.
“Pak Baek Gook Hwa.” Ucap Kang Hee. Tuan Baek mengeluh siapa yang berani berbicara padanya.
“Kau tahu Pimpinan Baek tidak akan pernah memaafkanmu jika kau dibicarakan oleh orang-orang, bukan?”kata Kang Hee. Tuan Baek terlihat marah pada Kang Hee.
“Aku punya pernyataan wanita itu dalam USB ini. Apa yang ingin kamu lakukan? Haruskah kuserahkan ini kepada polisi Atau kamu akan menyelesaikan ini dengan tenang?” ucap Kang Hee memegang USB ditanganya. Tuan Baek mengumpat kesal mendengarnya. Won Jae tersenyum mendengarnya. 



Won Jae berjalan dilorong berkomentar kalau Mereka terus melakukan ini karena tidak pernah dihukum jadi seharusnya Kang Hee menyerahkan buktinya. Kang Hee pikir terkadang, kata-kata lebih cepat dari hukum lalu memberitahu Tuan Park kalau akan mengirimkan sesuatu.
“Telepon aku begitu kau melihatnya. Baiklah.” Ucap Kang Hee lalu menutup telp.
“Aku tidak berjanji tidak akan bicara dengan wartawan. Dan jangan cemaskan wanita itu. Orang tuanya datang menjemputnya.” Ucap Kang Hee.
“Astaga, dia selalu memilih pria terburuk.” Keluh Won Jae. Kang Hee heran  Bagaimana Won Jae tahu soal niat mereka
“Aku tahu saat pria datang ke kelab dengan maksud tersembunyi. Mata mereka berbeda.”jelas Won Jae
“Jadi, Apa kau mengikuti mereka ke hotel dan menyelamatkannya?” kata Kang Hee. Won Jae dengan bangga kalau bisa menjadi teman yang setia.
“Apa Kau tidak berubah pikiran saat menjadi kaki tangan mereka?” ejek Kang Hee.
“Aku tidak percaya ini. Apa aku memakai pakaian yang salah hari ini? Kenapa kamu terus berpikir aku salah satu bedebah itu? Kenapa?” keluh Won Jae.
“Kau bisa menelepon polisi. Kenapa kamu susah payah...” kata Kang Hee. Won Jae pikir  Jika menelepon polisi saat itu, maka ia pasti sudah mati.
“Pegawai kelab dan para preman akan menyerangku. Kami teman, tapi tidak sedekat itu untuk mempertaruhkan nyawaku. Keadaan akan berubah jika keluarganya punya Shinhwa Food.” Ucap Kang Hee
“Apa Kau tidak akan berpura-pura tidak tahu soal keluargaku?”ejek Kang Hee.
“Kau sudah membaca dramaku. Apa gunanya?  Jangan khawatir. Aku tidak akan muncul dalam hidupmu lagi. Omong-omong, terima kasih untuk hari ini.” Ucap Won Jae lalu melangkah pergi. 

 Kang Hee melihat pengacaranya Kim lalu berkomentar kalau sudah bilang tidak butuh datang tapi malah datang ke kantor polisi. Tuan Kim mengaku kalau datang bukan untuk Kang Hee. Beberapa saat kemudian, Seo Yeon dan Kang Woo keluar dari kantor polisi.



“Maaf karena ini larut malam. Dia bersikap tidak masuk akal.” Ucap Kang Woo. Tuan Kim mengaku Tidak apa-apa.
“Dia tidak akan bisa mengemudi lagi, bukan?” tanya Seo Yeon memastikan.
“Benar. Ini serangan ketiganya. Dan tuntutan penyerangan ditambahkan kali ini. Jika itu tidak cukup untuk memberinya pelajaran, dia bukan manusia.” kata Tuan Kim. Seo Yeon pun mengucapkan terima kasih.
“ Apa yang terjadi?” tanya Kang Hee mendekati ketiganya. Kang Woo kaget melihat kakaknya ada dikantor polisi dan ingin tahu kenapa Kakaknya di sini
“Namaku Lee Kang Hee... Siapa kau?” tanya Kang Hee pada Seo Yeon.  Kang Hee menjawab Kakaknya tidak perlu tahu.
“Terima kasih, Pak Kim... Sampai jumpa.” Ucap Kang Woo lalu menarik Seo Yeon untuk pergi.
“Pak Kim... Tolong jangan beri tahu para orang tua soal insiden kami hari ini. Jika mereka tahu, itu tidak akan bagus.” Ucap Kang Hee melihat adiknya pergi. 

Kang Woo terus menarik Seo Yeon, Seo Yeon mengeluh meminta agar pelan-pelan. Setelah berjalan cukup jauh, Kang Woo langsung jatuh lemas lalu terlihat sangat marah karena Seo Yeon itu pasti sudah gila.
“Bagaimana kamu bisa berpikir untuk melompat di depan mobil Dan tepat di hadapanku?” ucap Kang Woo marah
“Apa Kau terkejut?”  tanya Seo Yeon. Kang Woo masih mengingat Beberapa saat lalu, Seo Yeon berusaha mencegah mantannya menyetir.
“Dan kau hampir terluka saat berusaha menghentikannya. Apa yang kamu pikirkan?” ucap Kang Woo marah
“Aku harus menghentikannya.” Tegas Seo Yeon. Kang Woo pun ingin tahu kenapa harus Seo Yeon.
“Jika dahulu seseorang melakukan hal yang sama sepertiku, orang tuaku tidak akan.. Sampai jumpa... Terima kasih untuk hari ini. Dan maafkan aku..” ucap Seo Yeon menahan rasa sedihnya dan akan pergi. Kang Woo menahanya.  
“Apa maksudmu? Apa yang terjadi pada orang tuamu?” tanya Kang Woo. Seo Yeon tak menjawab melepaskan tangan Kang Woo. 


Seo Yeon pulang dengan wajah sedih, melihat kakaknya ada didapur dan bertanya Kenapa Kakaknya tiba-tiba makan tahu. Won Jae mengaku habis dari tempat yang buruk jadi harus membersihkan tubuh dan hati. Seo Yeon pikir juga seperti itu dan ikut makan tahu.
“Enak. Ini merek apa?” tanya Seo Yeon. Won Jae mengaku tak tahu karena hanya memilihnya saja.
“Shinhwa Food?”ucap Seo Yeon melihat bungkus penutup, lalu keduanya langsung mengumpat kesal.
“Kenapa kau membencinya?” tanya Won Jae heran. Seo Yeon pun balik bertanya pada kakaknya.
“Tidak suka saja.” Kata Won Jae menutupinya. Seo Yeon mengaku juga sama.
“Apa Kau masih mengencani pria itu?” tanya Won Jae. Seo Yeon mengaku  mereka tidak berkencan tapi ada kisah.
“ Lihat? Kakak punya firasat... Tidak mungkin kamu menyukai pria tampan sepertinya. Ada apa? Apa kakak harus memukulinya? Kau bisa Minta saja.” Ucap Won Jae.
“Jika harus menghajarnya, maka aku akan melakukannya sendiri.” Kata Seo Yeon memperlihatkan kepalan tanganya.
“Ini Luar biasa... Lihat betapa kuatnya tinjumu. Tapi tetap saja. Jika kau bosan memukulinya, hubungi kakak. Kakak bisa mengambil alih.” Ucap Won Jae lalu pamit masuk kamar karena mau tidur.
“Apa wanita itu tidak perlu tahu? Jadi, aku orang yang tidak pantas diperkenalkan kepada keluarganya?” ucap Seo Yeon memikirkan tentang sikap Kang Woo pada kakaknya. 



Kang Woo pulang sambill termenung mengingat yang dikatakan Seo Yeon “Jika dahulu seseorang melakukan hal yang sama sepertiku, orang tuaku tidak akan...” lalu mengeluarkan ponselnya. Mi Kyung sudah dicafe ingin tahu alasan Kang Woo tiba-tiba ingin bertemu dengannya.
“Kurasa kita tidak sedekat itu untuk bertemu larut malam berdua.” Sindir Mi Kyung
“Hanya kau yang bisa kutanyai. Apa terjadi sesuatu kepada orang tua Seo Yeon?” tanya Kang Woo
“Kenapa kau ingin tahu?” tanya Mi Kyung. Kang Woo menatap Mi Kyung dengan tatapan memohon.
“Kejadiannya saat SMP. Mungkin sehari sebelum wisata sekolah.” Ucap Mi Kyung. Kang Woo terlihat terkejut. 


Di rumah, Kang Woo terlihat lemas dan sangat sedih teringat dengan terahir kali bertemu dengan Ayah Seo Yeon dan mengingkat sepatunya.  Ia sempat bertanya pada Seo Yeon “Apa dia masih tinggal di sini bersamamu? Aku akan menyapa lain kali saja.” Seo Yeon terlihat berkaca-kaca.
“Mereka meninggal bersamaan karena orang yang mengemudi sambil mabuk.” ucap Mi Kyung. Kang Woo sedih menatap tali sepatu yang diajarkan oleh Ayah Seo Yeon. 

Seo Yeon terlihat terluka diwajahnya lalu melihat seusatu didepanya dan terlihat shock. Seo Yeon langsung membuka mata terlihat tak percaya kalau sudah lama  tidak memimpikan itu. Kang Woo berlari pagi hari dan tersadar sudah ada didepan rumah Seo Yeon.
“Bukan hanya tanganku Tapi Kini kakiku juga... Aku pasti gila.” Ucap Kang Woo saat itu Seo Yeon keluar rumah. Kang Woo buru-buru bersembunyi dan melihat Seo Yeon berlari sendirian.

Seo Yeon sudah menyebrangi sungai Han, lalu berpikir tanpa berlari,jadi pasti berantakan. Kang Woo menatap Seo Yeon dari belakang. Seo Yeon lalu tersadar dan kaget melihat Kang Woo.  Kang Woo menatap Seo Yeon meminta dalam hati agar jangan sebut namana.
“Apa Kau di sini untuk berolahraga juga?” tanya Seo Yeon. Kang Woo meminta agar Jangan bicara padanya.
“Jangan tersenyum kepadaku. Kubilang jangan tersenyum kepadaku.” ucap Kang Woo melihat Seo Yeon tersenyum seperti melihat saat Seo Yeon masuk remaja.
Keduanya seperti bertemu kembali disungai Han saat masih remaja.  Akhirnya Kang Woo berjalan mendekat dan langsung meminta maaf. Seo Yeon bingung tiba-tiba Kang Woo meminta maaf.
“Untuk segalanya di masa lalu, yang terjadi baru-baru ini, sekarang, bahkan di masa depan. Aku akan terus meminta maaf. Aku akan membuatmu khawatir. Aku akan membuatmu kesal. Aku akan membuatmu memikirkan diriku.” Ucap Kang Woo. Seo Yeon bingung.
“Maaf karena aku menyukaimu.” Kata Kang Woo lalu mendekatkan wajahnya pada Seo Yeon
Bersambung ke episode 15

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar