PS : All images credit and content copyright : MBC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Ho Dol
datang ke rumah Seo Yeon tapi terlihat gugup lalu melihat ada mobil Won Seok
jadi menduga kalau masih di rumah. Ia akhirnya berjongkok disamping mobil tapi
seekor kucing seperti menjerit karena mengganggu. Ho Dol pun meminta maaf.
Akhirnya
Ho Dol bersandar didepan pintu tapi tiba-tiba pintu terbuka dan tubuhnya pun
terjungkal. Saat itu Won Seok sudah ada di atasnya, dan bertanya Sedang apa. Ho
Dol makin panik langsung berdiri tak bisa berkata-kata
“Apa Kau
berusaha menghindariku?” tanya Won Suk. Ho Dol langsung menegaskan akan
merahasiakannya
“Percayalah
padaku.” Kata Ho Dol lalu bergegas masuk. Won Seok yang melihat Ho Dol bingung
dengan tingkahnya.
Di dalam
kamar, Jang Mi menatap sandal plastik yang diberikan Seo Yeon bahkan menaruhnya
dalam kotak kaca seperti benda yang berharga. Ia pun mengingat sata Seo Yeon
memberikan sandal sambil berkata
“Kau menarik perhatianku sejak
tadi. Pergelangan kakimu pasti sakit sekali. Kamu bisa memakai ini.”
Ia
teringat dengan sesuatu lalu melihat foto Min Hyuk yakin kalau menyukai Seo
Yeon, begitu juga Kang Wo. Ia pun bertanya-tanya “Tapi ada apa di antara mereka
berdua.
“Astaga,
aku tidak tahu.. Kenapa ada banyak orang di sekelilingnya?” keluh Jang Mi
frustasi.
“Astaga,
tidak ada tempat yang bisa kudatangi... Apa ini satu-satunya cara?” kata Jang
Mi menatap sebuah kotak.
Kang Woo
membaca laporan lalu melihat nama Lee Joo Hee yang punya catatan yang bagus.
Seo Yeon langsung bersemangat mendengar nama Joo Hee lalu memberitahu kalau kondisinya
membaik jadi pasti akan memenangkan pertandingan ini.
“Tapi
yang lainnya biasa saja.” Komentar Kang Woo sinis. Seo Yeon yakin Mereka hanya
perlu terus berlatih.
“Kita
tunggu dan lihat saja.” Ucap Kang Woo dingn. Seo Yeon lalu melihat Pak Kentang
tumbuh cukup besar.
“Dan
airnya juga bersih. Kau mencurahkan hatimu untuk ini.” Ucap Seo Yeon bahagia.
“Jika
ingin mengambilnya lagi, silakan saja.” Ucap Kang Woo marah. Seo Yeon kesal
denga sikap Kang Woo yang menyebalkan.
“Kau bisa
makan apa pun yang ada di sana.” Ucap Kang Woo. Seo Yeon bahagia mendengarnya
dan langsung pergi ke dapur.
“Aku
hanya bercanda. Jangan khawatir. Aku tidak akan melepaskanmu.” Ucap Kang Woo
berbicara pada Pak kentang.
Seo Yeon
membuka kulkas hanya bisa melonggo lalu berpikir orang kaya juga punya lemari es mewah. Kang
Woo melihat Seo Yeon memakan sosis sambil mengeluh. Seo Yeon pikir Kang Woo
sudah menyuruhny makan apa pun yang dimilikinya.
“Kau
bahkan tidak memasaknya.” Keluh Kang Woo. Seo Yeon pikir Tidak apa-apa karena
semua sama begitu memakannya.
“Aku
membeli macam-macam buah, susu, dan semuanya. Dan kamu memilih makan itu?” ucap
Kang Woo sinis
“Ini
enak... Jangan pelit dengan makanan!” kata Seo Yeon kesal. Akhirnya Kang Woo
pergi ke dapur.
Kang Woo
membuat nasi goreng dengan telur dadar setengah matang. Seo Yeon hanya bisa
melonggo melihat Kang Woo yang bisa bisa melakukan ini. Kang Woo memberi
nasehat Seo Yeon harus makan dengan baik saat makan sesuatu lalu menyuruhnya
segara makan saja.
“Apa Kau
mau berbisnis denganku?” ucap Seo Yeon mencoba masakan Kang Woo dan ingin
menjualnya. Kang Woo bahagia melihat Seo Yeon makan dengan lahap.
“Bagaimana
denganmu?” tanya Seo Yeon. Kang Woo tak ingin makan karena takut gemuk.
“Ayolah...
Kau Makanlah.” Ucap Seo Yeon ingin menyuapi Kang Woo. Tapi Kang Woo hanya diam
saja seperti sangat takut gemuk.
“Apakah
aneh karena aku memakai sendok ini?” kata Seo Yeon. Kang Woo pun akhirnya makan
dari sendok yang sama.
Seo Yeon
pikir kalau rasanya sangat enak. Kang Woo pun tersenyum dengan bibi bersemu
merah karena Seo Yeon menyukai masakannya.
Seo Yeon
ingin mencuci piring karena tak enak Kang Woo sudah masak jadi harus mencuci
piringnya. Kang Woo menolak ingn melakukan sendiri dan memastikan kalau semua
bersih dengan sempurna. Seo Yeon berkomentar Kang Woo itu mencuci piring dengan
serius.
“Ya,
bagus jika rajin dalam segala hal.” Ucap Kang Woo lalu menyuruh Seo Yeon berhenti
berkeliaran dan makan buahnya.
Seo Yeon
tersenyum melihat buah tropis yang sudah dipotong lalu mulai memakanya, dengan
wajah bahagai memuji kalau rasanya seperti daging sapi. Kang Woo kembali
tersenyum.
Saat itu
telp Kang Woo berdering seperti seseorang tak menerima email darinya padahal
sudah mengirimkanya. Ia dengan kode ditanganya agar Seo Yeon makan saja lalu
bergegas masuk ruang kerjanya.
Kang Woo
menelp memberitahu kalau sudah mengirim surel jadi bisa memeriksanya lagi dan
akan bertemu di rapat. Setelah menutup telp, Kang Woo dikagetkan dengan Seo
Yeon sudah ada di ruanganya lalu bertanya
Kenapa ada di sini
“Kau
menyuruhku mengikutimu.” Ucap Seo Yeon berpikir Kang Woo menyuruh untuk
mengikutinya.
“Aku
menyuruhmu tetap di sana.” Kata Kang Woo sinis. Seo Yeon seperti baru
menyadarinya.
“Aku
tidak tahu banyak soal ini, tapi terlihat sangat bagus. Desainmu.” Kata Seo
Yeon melihat gambar yang dibuat Kang Woo.
“Desainku
lumayan” kata Kang Woo bangga. Seo Yeon ingin tahu Tkenapa Kang Woo tidak
membuat pakaian wanita
“Dahulu
kamu sering menggambarnya. Apa Kau ingat? Gambar yang kamu berikan kepadaku. Aku
masih punya...” ucap Seo Yeon yang langsung disela oleh Kang Woo.
“Sebaiknya
kamu pergi.” ucap Kang Woo sinis. Seo Yeon melonggo bingung tapi akhirnya pergi
meninggalkan rumah.
Seo Yeon
melihat kembali gambar gaun pengantin yang dibuat Kang Woo, lalu teringat saat
Kang Woo memberikan ketika mengunakan pakaian jas yang rapih. Ia pun melihat
Kang Woo itu sudah sehebat ini tapi sikapnya berbeda pada dirinya.
Ho Dol di
kampus binggung melihat Won Seok ada didepanya lalu berpikir kalau terus berhalusinasi
sambil mengucek-ngucek matanya. Won Seok terus menatapnya menyuruh Ho Dol untuk
berhenti cukup. Ho Dol kaget kalau Won Seok itu ternyata nyata.
“Berhentilah
menghindariku. Pastikan kau mengajar mereka tepat waktu. Mengerti?” tegas Won
Seok. Ho Dol menganguk mengerti.
“Malam
itu... Di bar... Tatapan berharapmu menggangguku. Jangan berpikir semua minoritas
ada di pihak yang sama. Saat individu membentuk kelompok, pasti ada satu orang
jahat di antara mereka.” Ucap Won Seok
“Jadi,
kau mencemaskanku. Kamu melindungiku dari orang jahat. Aku tidak tahu.” Kata Ho
Dol menahan harunya.
“Tidak,
maksudku, aku orang jahat itu. Aku yang jahat, jadi, jangan diambil hati...
Lupakan saja... Dan keluargaku tahu soal itu. Jadi, tidak usah mengatakan akan
merahasiakannya, mengerti?” ucap Won Seok
“Bagaimana
bisa? Bagaimana kau memberi tahu mereka?” kata Ho Dol tiba-tiba memegang tangan
Won Seok. Won Seok bingung tiba-tiba Ho Dol memegang tanganya.
Sementara
Pria yang sebelumnya mengambil dompet Won Seok, kaget melihat Ho Won Seok
saling berpegangan tangan dikampus terlihat sangat marah bertanya siapa bedebah
di sampingnya?
Kang Woo
membaca laporan Seo Yeon dan memujinya itu bagus. Seo Yeon hanya diam saja,
Kang Woo bertanya apakah Seo Yeon tidak pulang. Seo Yeon balik bertanya apakah
sudah selesai dan Tidak ada lagi. Kang
Woo berpikr Seo Yeon sangat bersemangat dengan pekerjaannya.
“Ini
semua berkat seseorang.” Ucap Seo Yeon. Kang Woo mengaku ada janji hari ini.
Seo Yeon ingin mengambil kunci mobil Kang Woo.
“Tidak,
aku akan pergi sendiri... Kau boleh pergi.” kata Kang Woo. Seo Yeon pun
menganguk mengerti dan pamit akan
bertemu besok.
Seo Yeon
pulang dengan wajah sedih karena Kang Woo selalu memperlakukannya seperti sopir
pribadi tapi kenapa sekarang menolaknya pergi. Ia lalu berpikir Kang Woo pergi
ke tempat yang tidak boleh dikunjungnya.
Saat itu
seorang pria seperti tunawisma dengan wajah mirip dengan Dokter Kim tersedak
karena memakan roti. Seo Yeon memberikan minum kalau belum membukanya. Kembaran
dokter Kim pun meminumnya lalu pergi denga membawa kardus.
“Apa dia
akan berkencan buta lagi?” ucap Seo Yeon sedih dan menepuk dadanya seperti
terasa sakit.
Kang Woo
mengemudikan mobilnya sambil mengeluh hanya Seo Yeon wanita yang tersisa di
dunia ini karena Ke mana pun melihat, pasti ada wanita itu. Ia melewati halte bus berusaha untuk mengabaikanya saat
melihat Seo Yeon yang tertidur di halte.
“Apa Kau
dalam perjalanan? Kau tidak lupa dengan janji temu kita, bukan?” ucap Seseorang
menelp Kang Woo.
“Maaf,
tapi sepertinya aku harus membatalkan.” Kata Kang Woo.
Kang Woo
akhirnya berhenti didepan halte menyuruh Seo Yeo masuk karena harus pergi ke
suatu tempat bersama. Seo Yeon mengeluh Kang
Woo itu plinplan sekali dan seperti ditipu akhirnya masuk mobil untuk
menyetir.
Jang Mi
sibuk seperti alat pemancar yang bisa mendengarkan pembiacaran dari jarak
tertentu. Tapi alatnya tak berfungsi padahal penjualnyabilang itu hanya akan
fokus pada satu suara. Ia pun berpikir ,ungkin seharusnya membeli yang 3.000
dolar alih-alih yang 2.000 dolar ini.
Akhirnya
Jang Mi mencoba menaikikan aliran listrinya, tapi malah membuat terbakar dan
membuat semua listrik diwilayahnya mati.
Seo Joon
sedang duduk dimeja belajar sambil menyanyi kalau"Aku takut
kegelapan" tiba-tiba lampu dikamarnya mati. Ia pun menuruti tangga
memanggil kakaknya, tapi kakinya malah tersandung membuat ponselnya terjatuh.
Akhirnya
Seo Joon yang ketakutan langsung menangis memanggil ibunya seperti saat masih
kecil. Joo Hee membawa senter bingung melihat Seo Joon hanya menangis memanggil
ibunya dan langsung memeluknya agar tenang.
Tapi saat
itu juga lampu menyala, Seo Joon dan Joo Hee saling menatap. Seo Joon langsung
berdiri menghapus air matanya lalu memperingatkan Joo Hee agar tak memberitahu
Seo Yeon kalau tadi sangat ketakutan sampai menangis.
Seo Yeon
mengemudikan mobilnay mengaku ini kali pertamanya mengunjungi pasar kain, dan
itu menyenangkan. Kang Woo seperti ikut senang tapi menutupi perasaanya lalu
menegaskan Seo Yeon bisa mengantarnya ke sana mulai sekarang.
“Akan
menyenangkan bagimu dan memudahkan untukku.” Kata Kang Woo. Seo Yeon mengeluh
langkahi dulu mayatnya
Saat itu
Seo Yeon tak melihat mobil didepanya berhenti, akhirnya mengerem mendadak lalu memegang
dada Kang Woo karena ingin melindunginya. Kang Woo terlihat kaget
tiba-tiba merasa jantungnya berdegup dengan kencang.
“Aku
mengantuk.” Ucap Kang Woo sengaja memundurkan bangkunya. Seo Yeon menganguk
mengerti.
“Aku akan
membangunkanmu saat kita tiba.” Kata Seo Yeon. Kang Woo mengeluh kalau ini
membuatnya gila agar sadar.
Di sebuah
ruangan latihan, Kang Hee sepert sedang melakukan Yoga saat itu pelatihnya
menyuruh Kang Hee agar mengangkat telpnya lebih dulu. Seseorang memberitahu kalau sudah mengirim
laporan dan akan segera memeriksanya.
“Kapan
dia mengambilnya? Maka dia akan bangun di pagi hari. Baik. Bawa dia ke kamar
1405. Sampai jumpa.” Ucap Seorang pria menelp didepan pintu mengoda Kang Hee
yang duduk sendirian.
“Dasar
Bajingan menjijikkan.” Umpat Kang Hee marah lalu pergi menuju parkiran.
Ia
melihat si pria membawa seorang wanita sambil mengeluh kalau lebih berat dari dugaannya dan memastikan
untuk masuk kamar 1405. Kang Hee masuk
ke dalam mobil lalu melihat Won Jae berjalan didepanya.
Ia lalu
teringat dengan ucapan si pria ditelp “Maka dia akan bangun di pagi hari. Bawa
dia ke kamar 1405.” Saat itu Won Jae tiba-tiba keluar dengan membawa si wanita
memanggil Lee Kang Hee dan menaruh dikursi belakang dan menyuruhnya agar segera
pergi.
“Kau bisa
turun.” Ucap Kang Hee. Won Jae bingung mendengarnya. Kang Hee tahu Won Jae
adalah pri dengan mobil RC dan bicara soal sopan ke valet dan sifatnya.
“Ya, itu
aku... Tapi ini mendesak. Ayo pergi.” ucap Won Jae. Kang Hee pikir Won Je itu
berpura-pura. Won Jae bingung dianggap Pura-pura
“Apa Kau
ingin aku percaya bahwa ini juga kebetulan? Turunlah. Aku akan bawa wanita
itu... Cepat Turun.” Kata Kang Hee sinis.
“Astaga,
ini tidak berjalan lancar.” Keluh Won Jae akhirnya turun dari mobil melihat
Kang Hee pergi sendiri.
Si pria akhirnya
datang bertanya siapa Won Jae yang berani mengambil wanita itu. Won Jae lalu
mengaku kalau ia adalah kakaknya. Si pria tak percaya karena tahu wanita tidak
punya kakak, Won Jae pikir Kalau begitu, anggap saja ia kakaknya dari klub.
“Ini
sulit dipercaya... Beraninya kau ikut campur denganku, Pria Tampan?” ucap Si
pria mengejek.
“Jika
pria memanggil pria lain pria tampan, artinya wanita pasti berpikir pria itu
sangat tampan... Astaga, baguslah... Fitur wajahmu tidak selaras.” Ejek Won
Jae.
“Aku? Dia
bicara denganku? Dasar bajingan.” Kata si pria marah.
Seo Yeon
menghentikan mobilnya dan melihat Kang Woo tertidur pulas. Ia melihat seorang
mabuk mencoba untuk mengemudikan mobilnya sendiri lalu bergega turun dan
langsung menghadangnya. Si pria mengumpat marah melihat Seo Yeon yang
menghentikan mobilnya.
“Apa kamu
gila?” teraiak si pria. Seo Yeon pikiria harus mengatakan itu pada pria itu
“Apa kamu gila?”
“Beraninya
kau mengemudi setelah minum-minum!” teriak Seo Yeon. Si pria akan memukul Seo
Yeon, tapi Kang Woo tiba-tiba datang menerima pukulan dan tetap didadanya.
Kang Hee
sudah ada dirumah sakit menerima telp dari Tuan Kim ingin tahu apakah sudah
menyelidikinya. Tuan Kim memberitahu kalau Pria itu adalah orang di pusat
kebugaran adalah anak haram kelima pimpinan Perusahaan Baekdam, Baek Jun Gyo.
“Dia di
Kantor Polisi Gangnam karena tuduhan penyerangan.” Ucap Tuan Kim.Kang Hee kaget
mendengar Penyerangan
Di kantor
polisi
Tuan Baek
mengeluhkalau ada dikantor polisi dengan wajah babak belur. Sementara Won Jae
santai dan terlihat baik-baik saja. Tuan Baek pikir Won Jae itu tak tahu siapa
dirinya karena akan membuatnya membusuk di penjara seumur hidup.
“Tenang
dan duduklah.” Ucap Polisi. Kang Hee datang berkomentar kalau Won Jae itu bukan
salah satunya. Won Jae kaget melihat Kang Hee datang.
“Pak Baek
Gook Hwa.” Ucap Kang Hee. Tuan Baek mengeluh siapa yang berani berbicara
padanya.
“Kau tahu
Pimpinan Baek tidak akan pernah memaafkanmu jika kau dibicarakan oleh
orang-orang, bukan?”kata Kang Hee. Tuan Baek terlihat marah pada Kang Hee.
“Aku
punya pernyataan wanita itu dalam USB ini. Apa yang ingin kamu lakukan? Haruskah
kuserahkan ini kepada polisi Atau kamu akan menyelesaikan ini dengan tenang?”
ucap Kang Hee memegang USB ditanganya. Tuan Baek mengumpat kesal mendengarnya.
Won Jae tersenyum mendengarnya.
Won Jae
berjalan dilorong berkomentar kalau Mereka terus melakukan ini karena tidak
pernah dihukum jadi seharusnya Kang Hee menyerahkan buktinya. Kang Hee pikir terkadang,
kata-kata lebih cepat dari hukum lalu memberitahu Tuan Park kalau akan
mengirimkan sesuatu.
“Telepon
aku begitu kau melihatnya. Baiklah.” Ucap Kang Hee lalu menutup telp.
“Aku
tidak berjanji tidak akan bicara dengan wartawan. Dan jangan cemaskan wanita
itu. Orang tuanya datang menjemputnya.” Ucap Kang Hee.
“Astaga,
dia selalu memilih pria terburuk.” Keluh Won Jae. Kang Hee heran Bagaimana Won Jae tahu soal niat mereka
“Aku tahu
saat pria datang ke kelab dengan maksud tersembunyi. Mata mereka berbeda.”jelas
Won Jae
“Jadi,
Apa kau mengikuti mereka ke hotel dan menyelamatkannya?” kata Kang Hee. Won Jae
dengan bangga kalau bisa menjadi teman yang setia.
“Apa Kau
tidak berubah pikiran saat menjadi kaki tangan mereka?” ejek Kang Hee.
“Aku
tidak percaya ini. Apa aku memakai pakaian yang salah hari ini? Kenapa kamu
terus berpikir aku salah satu bedebah itu? Kenapa?” keluh Won Jae.
“Kau bisa
menelepon polisi. Kenapa kamu susah payah...” kata Kang Hee. Won Jae pikir Jika menelepon polisi saat itu, maka ia pasti
sudah mati.
“Pegawai
kelab dan para preman akan menyerangku. Kami teman, tapi tidak sedekat itu
untuk mempertaruhkan nyawaku. Keadaan akan berubah jika keluarganya punya
Shinhwa Food.” Ucap Kang Hee
“Apa Kau
tidak akan berpura-pura tidak tahu soal keluargaku?”ejek Kang Hee.
“Kau sudah
membaca dramaku. Apa gunanya? Jangan
khawatir. Aku tidak akan muncul dalam hidupmu lagi. Omong-omong, terima kasih
untuk hari ini.” Ucap Won Jae lalu melangkah pergi.
Kang Hee melihat pengacaranya Kim lalu berkomentar kalau sudah bilang tidak butuh datang tapi malah datang ke kantor polisi. Tuan Kim mengaku kalau datang bukan untuk Kang Hee. Beberapa saat kemudian, Seo Yeon dan Kang Woo keluar dari kantor polisi.
“Maaf
karena ini larut malam. Dia bersikap tidak masuk akal.” Ucap Kang Woo. Tuan Kim
mengaku Tidak apa-apa.
“Dia
tidak akan bisa mengemudi lagi, bukan?” tanya Seo Yeon memastikan.
“Benar.
Ini serangan ketiganya. Dan tuntutan penyerangan ditambahkan kali ini. Jika itu
tidak cukup untuk memberinya pelajaran, dia bukan manusia.” kata Tuan Kim. Seo
Yeon pun mengucapkan terima kasih.
“ Apa
yang terjadi?” tanya Kang Hee mendekati ketiganya. Kang Woo kaget melihat
kakaknya ada dikantor polisi dan ingin tahu kenapa Kakaknya di sini
“Namaku
Lee Kang Hee... Siapa kau?” tanya Kang Hee pada Seo Yeon. Kang Hee menjawab Kakaknya tidak perlu tahu.
“Terima
kasih, Pak Kim... Sampai jumpa.” Ucap Kang Woo lalu menarik Seo Yeon untuk
pergi.
“Pak
Kim... Tolong jangan beri tahu para orang tua soal insiden kami hari ini. Jika
mereka tahu, itu tidak akan bagus.” Ucap Kang Hee melihat adiknya pergi.
Kang Woo
terus menarik Seo Yeon, Seo Yeon mengeluh meminta agar pelan-pelan. Setelah
berjalan cukup jauh, Kang Woo langsung jatuh lemas lalu terlihat sangat marah
karena Seo Yeon itu pasti sudah gila.
“Bagaimana
kamu bisa berpikir untuk melompat di depan mobil Dan tepat di hadapanku?” ucap
Kang Woo marah
“Apa Kau
terkejut?” tanya Seo Yeon. Kang Woo
masih mengingat Beberapa saat lalu, Seo Yeon berusaha mencegah mantannya
menyetir.
“Dan kau
hampir terluka saat berusaha menghentikannya. Apa yang kamu pikirkan?” ucap
Kang Woo marah
“Aku
harus menghentikannya.” Tegas Seo Yeon. Kang Woo pun ingin tahu kenapa harus
Seo Yeon.
“Jika
dahulu seseorang melakukan hal yang sama sepertiku, orang tuaku tidak akan.. Sampai
jumpa... Terima kasih untuk hari ini. Dan maafkan aku..” ucap Seo Yeon menahan
rasa sedihnya dan akan pergi. Kang Woo menahanya.
“Apa
maksudmu? Apa yang terjadi pada orang tuamu?” tanya Kang Woo. Seo Yeon tak
menjawab melepaskan tangan Kang Woo.
Seo Yeon pulang
dengan wajah sedih, melihat kakaknya ada didapur dan bertanya Kenapa Kakaknya
tiba-tiba makan tahu. Won Jae mengaku habis dari tempat yang buruk jadi harus
membersihkan tubuh dan hati. Seo Yeon pikir juga seperti itu dan ikut makan
tahu.
“Enak.
Ini merek apa?” tanya Seo Yeon. Won Jae mengaku tak tahu karena hanya
memilihnya saja.
“Shinhwa
Food?”ucap Seo Yeon melihat bungkus penutup, lalu keduanya langsung mengumpat
kesal.
“Kenapa
kau membencinya?” tanya Won Jae heran. Seo Yeon pun balik bertanya pada
kakaknya.
“Tidak
suka saja.” Kata Won Jae menutupinya. Seo Yeon mengaku juga sama.
“Apa Kau
masih mengencani pria itu?” tanya Won Jae. Seo Yeon mengaku mereka tidak berkencan tapi ada kisah.
“ Lihat?
Kakak punya firasat... Tidak mungkin kamu menyukai pria tampan sepertinya. Ada
apa? Apa kakak harus memukulinya? Kau bisa Minta saja.” Ucap Won Jae.
“Jika
harus menghajarnya, maka aku akan melakukannya sendiri.” Kata Seo Yeon
memperlihatkan kepalan tanganya.
“Ini Luar
biasa... Lihat betapa kuatnya tinjumu. Tapi tetap saja. Jika kau bosan
memukulinya, hubungi kakak. Kakak bisa mengambil alih.” Ucap Won Jae lalu pamit
masuk kamar karena mau tidur.
“Apa wanita
itu tidak perlu tahu? Jadi, aku orang yang tidak pantas diperkenalkan kepada
keluarganya?” ucap Seo Yeon memikirkan tentang sikap Kang Woo pada kakaknya.
Kang Woo
pulang sambill termenung mengingat yang dikatakan Seo Yeon “Jika dahulu
seseorang melakukan hal yang sama sepertiku, orang tuaku tidak akan...” lalu
mengeluarkan ponselnya. Mi Kyung sudah dicafe ingin tahu alasan Kang Woo tiba-tiba
ingin bertemu dengannya.
“Kurasa
kita tidak sedekat itu untuk bertemu larut malam berdua.” Sindir Mi Kyung
“Hanya kau
yang bisa kutanyai. Apa terjadi sesuatu kepada orang tua Seo Yeon?” tanya Kang
Woo
“Kenapa kau
ingin tahu?” tanya Mi Kyung. Kang Woo menatap Mi Kyung dengan tatapan memohon.
“Kejadiannya
saat SMP. Mungkin sehari sebelum wisata sekolah.” Ucap Mi Kyung. Kang Woo
terlihat terkejut.
Di rumah,
Kang Woo terlihat lemas dan sangat sedih teringat dengan terahir kali bertemu
dengan Ayah Seo Yeon dan mengingkat sepatunya.
Ia sempat bertanya pada Seo Yeon “Apa dia masih tinggal di sini
bersamamu? Aku akan menyapa lain kali saja.” Seo Yeon terlihat berkaca-kaca.
“Mereka
meninggal bersamaan karena orang yang mengemudi sambil mabuk.” ucap Mi Kyung.
Kang Woo sedih menatap tali sepatu yang diajarkan oleh Ayah Seo Yeon.
Seo Yeon
terlihat terluka diwajahnya lalu melihat seusatu didepanya dan terlihat shock.
Seo Yeon langsung membuka mata terlihat tak percaya kalau sudah lama tidak memimpikan itu. Kang Woo berlari pagi
hari dan tersadar sudah ada didepan rumah Seo Yeon.
“Bukan
hanya tanganku Tapi Kini kakiku juga... Aku pasti gila.” Ucap Kang Woo saat itu
Seo Yeon keluar rumah. Kang Woo buru-buru bersembunyi dan melihat Seo Yeon
berlari sendirian.
Seo Yeon
sudah menyebrangi sungai Han, lalu berpikir tanpa berlari,jadi pasti
berantakan. Kang Woo menatap Seo Yeon dari belakang. Seo Yeon lalu tersadar dan
kaget melihat Kang Woo. Kang Woo menatap
Seo Yeon meminta dalam hati agar jangan sebut namana.
“Apa Kau
di sini untuk berolahraga juga?” tanya Seo Yeon. Kang Woo meminta agar Jangan
bicara padanya.
“Jangan
tersenyum kepadaku. Kubilang jangan tersenyum kepadaku.” ucap Kang Woo melihat
Seo Yeon tersenyum seperti melihat saat Seo Yeon masuk remaja.
Keduanya seperti
bertemu kembali disungai Han saat masih remaja. Akhirnya Kang Woo berjalan mendekat dan
langsung meminta maaf. Seo Yeon bingung tiba-tiba Kang Woo meminta maaf.
“Untuk
segalanya di masa lalu, yang terjadi baru-baru ini, sekarang, bahkan di masa
depan. Aku akan terus meminta maaf. Aku akan membuatmu khawatir. Aku akan
membuatmu kesal. Aku akan membuatmu memikirkan diriku.” Ucap Kang Woo. Seo Yeon
bingung.
“Maaf karena
aku menyukaimu.” Kata Kang Woo lalu mendekatkan wajahnya pada Seo Yeon
Bersambung
ke episode 15
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar