PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Jumat, 06 Desember 2019

Sinopsis Love With The Flaws Episode 7

PS : All images credit and content copyright : MBC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

"Kami akan selalu  mengingat senyum malumu, Beristirahatlah dengan tenang, Mendiang Lee Jae Ho,  nama panggung Cha In Ha, 1992-2019"
***
Di papan tulis terlihat tulisan "Kita akan putuskan teman sebangku baru!" Kang Woo duduk dengan wajah sedih karena belum memiliki teman sebangku, sementara semua temanya sudah mendapatkan teman sebangku. Tiba-tiba seorang wanita datang mendekati meja Kang Woo.
“Boleh aku duduk di sini?” ucap Seo Yeon, Kang Woo bersemu melihat Seo Yeon lalu menganguk.
“Baiklah! Akhirnya. Aku lega sekali. Aku bisa duduk sekarang... Ini sulit. Mari kita berteman baik.” Kata Seo Yeon duduk disamping Kang Woo dengan wajah bahagia. 

Kang Woo pulang melihat Seo Yeon didepan penjual makanan, lalu berpikir Seo Yeon tak ingin berteman dengannya memilih untuk berjalan berlalu saja. Seo Yeon langsung memanggil Kang Woo  dan bertanya apakah tidak melihatnya. Kang Woo terlihat bingung.
“Hei, kamu melihatku. Kenapa mengabaikanku?”keluh Seo Yeon. Kang Woo akhirnya meminta maaf.
“Hei, kemarilah... Cepat.” Kata Seo Yeon, Kang Woo pun berjalan mendekati Seo Yeon.
“Sedang ada beli dua gratis satu. Aku mungkin bisa makan dua, tapi tidak bisa makan tiga. Apa Kau mau?” ucap Seo Yeon sambil memeluk bahu Kang Woo layaknya teman. 

Mereka pun makan bersama di taman, Seo Yeon meihat Kang Woo  makan dengan lahap. Kang Woo pun terlihat senang bisa makan dengan Seo Yeon bersama. Seo Yeon bertanya apakah Kang Woo mau menjadi teman makan camilan.
“Teman-temanku tidak mau makan karena mereka sedang diet.” Kata Seo Yeon. Kang Woo langsung setuju.
“Baiklah. Mari kita segel.” Kata Seo Yeon mengulurkan jarinya, Kang Woo pu melingkarkan tanganya terlihat wajah bersemu merah.
“Omong-omong, apa yang kau gambar? Kau selalu menggambar sesuatu di kelas.” Ucap Seo Yeon lalu melihat buku milik Kang Woo.
“Ini luar biasa. Apa Kau bisa melakukan ini? Apa Kau ingin menjadi desainer?” ucap Seo Yeon memuji melihat gambar Kang Woo.
“Itu... Aku hanya...” kata Kang Woo terlihat malu, Seo Yeon memuji Kang Woo yang menurutnya sangat Keren sekali dan  Luar biasa.


Kang Woo tersenyum bahagia mengingat kenangan masa lalunya, sementara Seo Yeon menatap Kang Woo dengan wajah sinis merasa tak percaya Kang Woo melakukan itu di belakangnya.  Kang Woo tiba-tiba merasakan sesuatu dan memberitahu Seo Yeon kalau ini Terlalu dekat.
“Kau terlalu dekat.” Ucap Kang Woo mencoba kabur tapi Seo Yeon kembali menghadangnya.
“Kau mau ke mana?  Kita harus selesai bicara, kan?”ucap Seo Yeon mencoba menghadang Kang Woo agar tak kabur.
“Baik, mari kita berteman.” Kata Kang Woo. Seo Yeon kaget mendengarnya memastikan kalau ucapanya itu memang serius
“Apa Kamu sudah membaca rencana anggaran untuk tim atletik? Apa Bisa diteken besok? Kumohon?” ucap Seo Yeon
“Berhenti mengikutiku.” Tegas Kang Woo. Seo Yeon pun berhenti mengikuti Kang Woo.
“Dan tadi itu bukan seperti yang kamu pikirkan. Tapi ini Sakit. Aku kesakitan.” Kata Kang Woo memperlihatkan kalau tanganya yang sakit lalu berjalan pergi.
“Kenapa dia? Dia tidak sekaku dugaanku.” Komentar Seo Yeon binggung melihat tingkah Kang Woo. 


Kang Woo mengemudikan mobilnya memegang dadanya bertanya-tanya “Ada apa denganku? Apa aku menderita aritmia?” Ia pun berpikir  sudah lama tidak melakukan pemeriksaan fisik lalu mengumpat kesal dan mengingat saat Seo Yeon menatapnya tiba-tiba dadanya berdebar. 

Sementara di restoran, Wakil kepala melonggo kaget karena Kang Woo tidak membayar. Pegawai membenarkan. Wakil memastikan kalau ada pria setinggi dirinya, cukup tampan, dan memakai kemeja putih dan dia tak membayarnya. Pegawai membenarkan kalau Kang Woo belum membayarnya.
“Astaga, bisakah kamu menelepon Direktur Utama Lee?” kata Wakil kepala shock.
“Aku tidak tahu nomor teleponnya.” Kata Guru. Wakil kesal karena gurunya itu tidak tahu nomor teleponnya. 

Seo Yeon dan Mi Kyung melihat dari kejauhan. Mi Kyung bertanya paakah Seo Yeon membunuhnya. Seo Yeon mengaku tak tahu. Mi Kyung melonggo tak percaya. Seo Yeon mengingat saat menahan Kang Woo lalu pergi begitu saja.
“Bagaimana ini? Dia tiba-tiba menghilang setelah kamu menemuinya, dan bahkan tidak membayar. Katakan. Di mana kamu menguburnya?” ucap Mi Kyung curiga
“Ayolah... Kami sudah bicara baik-baik.” Tegas Seo Yeon. Mi Kyung mengeluh kesal.
Wakil kepala kebingungan yang harus dilakukan, lalu mengeluarkan kartunya. Pegawai bertanya apakah Wakil  mau bayar sekaligus. Wakil menahan kartunya sepertinya tak ikhlas, lalu berpikir ada uang muka saat menerima pesanan. Si pegawai mengeleng.
“Cicilan enam bulan.” Kata Wakil pasrah. Semua pun tak bisa berkata-kata  Pegawai memberitahu kalau totalnya melebihi batas.
“Katanya kartu ini telah mencapai batasnya.” Ucap pegawai. Wakil kepala pun kebingungan. 

Sementara Kang Woo pergi ke "Konseling Dokter Kim" Dokter bertanya apakah Gejala lain muncul selain sindrom gangguan pencernaan. Kang Woo membenarkan. Dokter Kim pikir Sepertinya Kang Woo masih punya perasaan selain trauma atau dendam.
“Misalnya apa?” kata Kang Woo lalu menebak kalau itu  Benci. Dokter Kim hanya terdiam.
“Muak? Sebal? Berang. Tidak ramah. Geram.” Kata Kang Woo. Dokter Kim langsung menjawab “Cinta.”
“Tidak mungkin.” Tegas Kang Woo menyangkal. Dokter Kim pikir mereka agar bisa memikirkanya.
“Apa Kau gelisah setiap kali bertemu dengannya? Kecemasan adalah tanda emosi terbesar yang kusebutkan...” kata Dokter Kim.
“Tidak mungkin!” ucap Kang Woo. Dokter Kim pikir Kang Woo tidak boleh menyangkalnya seperti itu.
“Aku tidak menyangkalnya. Itu hanya aritmia.” Jelas Kang Woo. Dokter Kim menegaskan Kang Woo  jangan menyimpulkan.
“Tidak.”ucap Kang Woo. Dokter Kim menyuruh Kang Woo agar membuka hatinya. Kang Woo menjawab tidak.
“Dan pikirkanlah.” Kata Dokter Kim. Kang Woo menegaskan Tidak akan pernah!
“Apa Kamu pernah memikirkannya?” ucap Dokter Kim. Kang Woo mengaku tidak. Dokter Kim pikir saat Kang Woo keluaratau saat makan makanan enak. Kang Woo menegaskan tidak.
“Lantas saat kamu duduk-duduk?” kata Dokter. Kang Woo menjawab tidak. Dokter Kim belum bicara. Kang Woo menjawab tidak.
“Jadi, apa dia pernah terpikirkan begitu saja? Sekarang? Kurasa kamu...” ucap Dokter Kim. Kang Woo terus menjawab tidak dari malam dan akhirnya matahari terbit. 


Dokter Kim tertidur disofa. Sementara Kang Woo masih terlihat segar bugar dan bertanya Kenapa ia melakukan itu. Dokter Kim tersadar dari tidurnya lalu merasa matanya sangat silau lalu menegaskan semalaman sudah mengatakan....
“Tidak... Bukan itu... Menurutmu kenapa aku seperti itu? Aku sangat ingin tahu. Kenapa aku melakukan itu?” ucap Kang Woo heran.
“Baiklah... Hatimu pasti tegang karena kau terlalu stres.” Ucap Dokter. Kang Woo seperti senang mendengar yang diduga
“Tolong periksakan dirimu.” Kata Dokter Kim. Kang Woo bisa sedikit senag karena sesuai dengan dugaan.
“Dia sudah punya jawabannya... Anak yang gigih.” Keluh Dokter Kim melihat Kang Woo akhirnya keluar dari ruanganya. 

Kang Woo pergi ke dokter memeriksa tubuhnya, Dokter melihat  Jantung Kang Woo tampak baik-baik saja. Kang Woo kage merasa itu Tidak mungkin dan yakin ada yang salah dengan jantungnya. Ia mengaku Ada rumor kakek buyutnya meninggal karena penyakit jantung.
“Bukankah benar penyakit jantung menurun ke keluarga?”kata Kang Woo panik.
“Jangan khawatir. Tidak ada yang salah dengan jantungmu. Hasil tes darahmu juga bagus. Kau sehat.” Ucap Dokter
“Tidak. Aku tidak sehat. Kau yakin tidak ada kemungkinan kecil atau kemungkinan terkecil jantungku bermasalah?” ucap Kang Woo merasa jantungnya yang berdegup kencang
“Kadar kolesterolmu sedikit naik.” Ucap Dokter. Kang Woo bisa bernafas lega berpikir kalau pasti karean itu.
“Kamu dokter yang hebat. Sungguh.” Ucap Kang Woo lalu tersenyum bahagia menjabat tanganya. 


Kang Woo akhirnya pulang ke rumah membuat jus sayuran dan langsung meminumnya dari tempat jus. Dengan senyuman bahagia menegaskan kalau Kolesterol, Tamat riwayatnya.
“Ini mengagumkan... Jus hijau paling bagus untuk menurunkan kadar kolesterol.” Ucap Kang Woo tersenyum bahagia seperti masalahnya sudah selesai setelah minum jus.
Kang Woo mengemudikan mobilnya ke sekolah, lalu melihat sosok Seo Yeon berjalan di trotoar menuju sekolah. Jantung Kang Woo seperti berdegup kencang, Ia pun mencoba agar tetap sadar dan melanjukan mobilnya dengan cepat. Seo Yeon melihat mobil Kang Woo melonggo binggung. 

Wakil melihat Seo Yeon datang mengeluh ada apa lagi kali ini. Seo Yeon memberitahu Ini tentang anggaran untuk tim atletik dan berpikir kalau  Dirut menyetujui anggaran itu. Wakil mengaku tidak. Seo Yeon melonggo kaget.
“Dia bilang akan menyetujuinya.” Ucap Seo Yeon bingung. Wakil bertanya apakah setelah kekacauan yang dia buat semalam.
“Selain itu, dia tidak datang ke sekolah hari ini.” Kata Wakil. Seo Yeon bingung karena Kang Woo itu datang.
“Aku melihat mobilnya tadi pagi.” Kata Seo Yeon. Wakil mengeluh pada Seo Yeon selalu membalas ucapanknya. 

Seo Yeon masuk ke ruangan Kang Woo merasa kalau Tidak mungkin kalau proposalya ditolak. Tapi Kang Woo memang sedang tak ada diruangan, Kang Woo sedang berbaring dikamarnya sedang mengunakan masker diwajahnya sambil berbaring.
“Tidak ada gunanya ke sekolah dan membuat diriku stres. Aku direktur utama. Aku bisa pergi kapan pun aku mau.” Ucap Kang Woo. 

Seo Yeon yang gelisah pergi ke depan sekolah sambil mengeluh Kang Woo yang sedang datang lama sekali. Wajahnya yang mengharap Kang Woo datang pun sama seperti penggalan puisi
"Aku akan pergi ke tempat yang kamu janjikan sebelum kau. Selagi menunggumu,  suara langkah kaki mendekat membuat jantungku berdebar kencang." "Selagi menunggumu, aku juga akan menghampirimu."
Seo Yeon merasaka ada orang yang melangkah mendekatinya, matanya langsung berbinar-binar berpikir kalau Kang Woo yang datang. Tapi ternyata Mi Hyuk datang memberikan apel padanya. Seo Yeon pun tak menolak. 


Sementara Mi Kyung sedang membaca puisi di samping jendela
"Melalui pintu yang dilalui orang-orang, aku mengikuti langkah yang membuat jantungku berdebar kencang. Selagi aku menunggumu, aku juga akan menghampirimu." Ini puisi oleh Hwang Ji U.
“Bagaimana menurut kalian? Ini seperti ladang rumput laut.” Ucap Mi Kyung bangga dan tersadar kalau semua anak muridnya tertidur.
“Heii... Sadarlah, dasar rumput laut!.. Apa Kalian tidak akan bangun...” teriak Mi Kyung akhirnya mengesekan kukunya dipapan tulis. Semua menjerit karena ngilu hanya Joo Hee dan Seo Joon yang tak masih tertidur lelap. 

Di ruang latihan
Mi Kyung mengeluh Kakinya sakit karena pakai heels. Seo Yeon menyuruh agar pakai saja sandal. Mi Kyung memberitahu kalau sandal tidak cocok dengan pakaian ini. Seo Yeon pikir Tidak ada yang melihat. Mi Kyung mengeluh kalau dirinya yang melihat.
“Omong-omong, Apa kau mengelola bengkel di rumah? Maksudku Seo Jun dan Joo Hee. Mereka tertidur di kelasku. Apa mereka membuat bola sepak di rumah? Apa kau mengeksploitasi tenaga mereka?” ucap Mi Kyung
"Aku tidak peduli jika mereka bermain. Yang penting sehat." Itu motoku untuk mereka.” Kata Seo Yeon
“Astaga, apa mereka berusia lima tahun? Coba Ingat ini. Jika tidak belajar, mereka akan di peringkat terakhir.” Tegas Mi Kyung
“Baiklah. Aku akan mengurusnya.”kata Seo Yeon. Mi Kyung lalu membahas aklau Lee Kang Woo pasti tidak datang
“Dia akan datang besok.” Ucap Seo Yeon yakin. Mi Kyung melihat Ujung bibir Seo Yeon gemetar.
“Apa Kau yakin kalian sudah berbaikan?” kata Mi Kyung. Seo Yeon mengaku sudah.
"Mari berteman Aku akan menandatanganinya besok." Itu yang dia katakan.” Ucap Seo Yeon, Mi Kyung mengajak mereka pergi sebelum Wakil Kepsek mengomelinya. 


Wakil berbicara dengan semua guru kalau waktu mereka  tinggal tiga pekan lagi hingga UTS jadi meminta para guru agar Jangan bersantai atau membuang waktu dengan berpikir ada banyak waktu. Ia meminta juga Jangan menjiplak pertanyaan dari bahan belajar.
“Sebagai pengajar, berusahalah membuat ujian. Tekunlah dan bertanggung jawab untuk persiapan UTS. Itu saja untuk hari ini.” Ucap kepala dan Seo Yeon mendengar dengan seksama.
“Pak. Direktur Utama akan datang besok, bukan? Anggaran untuk tim atletik harus disetujui.” Ucap Seo Yeon bergegas mengejar wakil sebelum keluar ruangan.
“Itu terserah Pak Dirut.” Ucap Wakil seolah tak peduli. Min Hyuk melihat Seo Yeon merasa kasihan, Mi Kyung melihat tatapan Min Hyuk langsung menegurnya.
“Pak Lee... Kenapa kamu terus memberi Seo Yeon makanan?” keluh Mi Kyung. Min Hyuk menjawab untuk memancingnya. Mi Kyung melonggo melihat Min Hyuk langsung pergi.
“Apa itu tadi? Untuk memancingnya? Kukira dia menyukainya. Apa dia melakukan eksperimen?” ucap Mi Kyung bingung.
Min Hyuk mencoba menelp Kang Woo tapi ponselya tak aktif lalu berpikir Jika Kang Woo tidak datang ke sekolah besok... seperti teringat dengan Seo Yeon yang sedang sedih. Ia membuka lemari makananya lalu berpikir  Makanan apa yang akan memberi Seo Yeon energi



Kang Woo baru saja mandi mengangkat telp dari kakaknya berpikir Kang Hee pasti ingin tahu sesuatu sampai meneleponnya. Kang Hee mengaku sudah mendengar adiknya bekerja di sekolah. Kang Woo pikir kakaknay pasti lega karena tidak memilih perusahaan.
“Apa Kau pikir bisa menjadi ancaman bagi kakak?” keluh Kang Hee. Kang Woo pikir Jika Kakaknya segugup itu, menikahlah.
“Kakak baru bisa menjadi CEO setelah menikah. Apa masalahnya? Nikahi saja siapa pun.” Kata Kang Woo
“Lihat? Itu membuktikan kamu tidak tahu apa pun soal bisnis. Pernikahan adalah bisnis paling tidak menguntungkan. Apa Kakak harus menikahi sebarang orang?” keluh Kang Hee.
“Kakak tidak bisa dihentikan. Bagi Kakak, seluruh hidup Kakak adalah bisnis, bukan?” ejek Kang Woo
“Karena kita sedang membahasnya, izinkan kakak menanyakan ini. Pakaianmu cukup bagus.” Komentar Kang Hee. Kang Woo tiba-tiba terdiam.
“Kenapa kau diam saja?” kata Kang Hee. Kang Woo kaget kalau kakaknya bisa mengetahuinya.
“Apa Kakak mengawasiku?” kata Kang Woo. Kang Hee pikir Itu bukan kata yang tepat.
“Anggap saja kakak mengaturmu. Jangan khawatir. Para orang tua tidak tahu. Selain itu, jika kamu ingin mengelola perusahaan mode, maka kakak akan menelaahnya.” Kata Kang Hee. Kang Woo hanya diam saja. Kang Hee mengeluh adiknya diam lagi.
“Aku akan melakukannya sendiri. Aku tidak butuh bantuan.” Ucap Kang Woo menolak.
“Kau memakai uang keluarga untuk biaya hidup dan hiburan. Tapi Apa kau tidak mau keluarga kita terlibat dalam bisnismu? Itu harga diri atau kesombongan?” kata Kang Hee menyindir.
“Ini sesuatu yang sangat ingin kulakukan. Jadi Berpura-puralah tidak tahu.” Ucap Kang Woo. Kan Hee pun tidak akan menawarkan lagi.
“Baiklah.. Apa Kita sepakat ini tidak berkaitan dengan Shinhwa Food?” ucap Kang Woo memastikan. Kang Hee pun menyetujuinya.
“Semoga berhasil... Jika kamu tingkatkan kualitasnya, kakak akan memakai merekmu. Sampai jumpa.” Ucap Kang Hee lalu menutup telp.
“Kurasa dia tidak menyia-nyiakan hidupnya.” Komentar Kang Hee setelah menutup telp. 


Sementara Kang Woo mengeluh semua itu sangat Menyebalkan sekali. Ia tak percaya kalau sang kakak tahu terlalu cepat. Ia berpikir kalau seharusnya Kang Hee  tahu setelah mencapai sesuatu. Saat itu ponselnya bergetar, Hyun Soo menelp. Kang Woo dengan sinis mengangkatnya.
“Kau tahu kita ada rapat hari ini, bukan? Sampai nanti, Pak Lee.” Ucap Hyun Soo lalu menutup telpnya.
“Aku tidak percaya Lee Kang Woo bekerja untukku!” jerit Hyun Soo bahagia lalu berteriak kesal melihat banyak sampah digedungnya.
“Apa Mereka tidak tahu cara mendaur ulang? Bagaimana jika aku didenda karena tidak mendaur ulang dengan benar? Aku yang bayar! Astaga, anak-anak nakal ini. Mereka tidak peduli pada perusahaan. Kenapa mereka tidak peduli?”ucap Hyun Soo terus mengomel. 

Seo Yeon dan Mi Kyung pergi membeli minuman, Mi Kyung pikir punya ide bagus. Seo Yeon bertanya tentang apa. Mi Kyung menjawab ini tentang Park Hyun Soo karena bisa mencari tahu soal pekerjaannya. Seo Yeon pikir untuk apa.
“Apa Kau tidak penasaran? Jika keluarga Lee Kang Woo mengelola Shinhwa Food, Aku yakin Park Hyun Soo mengelola bisnis besar.”kata Mi Kyung yakin
“Meski begitu, apa yang akan kau lakukan? Kukira kau tidak pertimbangkan dia untuk jadi suamimu.” Ucap Seo Yeon
“Kau hanya melihat satu hal, tapi gagal melihat gambaran besar. Dari Lee Kang Woo dan Park Hyun Soo, kita akan temui teman-teman mereka dan temannya teman-teman mereka. Saat terus bertemu orang-orang,  maka aku yakin akan menemukan seseorang.” Ucap Mi Kyung
“Aku ragu mereka semua seperti Won Seok.” Komentar Seo Yeon. Mi Kyung pikir Seo Yeon memang hebat.
“Jika kau ingin menikah dengan baik tanpa wawasan dan berusaha sekeras ini, itu namanya mencuri. Jadi, apa ide bagusmu?” tanya Seo Yeon. 


Mi Kyung menunjuk pada buku tahunan menunjuk foto "Park Hyun Soo" dan lalu memberitahu Won Seok kalau pria itu pelanggan di barnya. Won Seok seolah tak pedul merapihkan rambutnya. Mi Kyung memberitahu Hyun Soo  tampak lebih tua dari usianya, jadi, terlihat seperti saat masih bersekolah.
“Kau mengenalinya, kan?” kata Mi Kyung. Won Seok malah bertanya balik kenapa apakah Hyun Soo dia mengkhianati atau semacamnya?
“Begini, sebenarnya...” ucap Mi Kyung merengek. Seo Yeon melihat tingkah Mi Kyung mengeluh kalau temanya menggunakan cara yang salah.
“Dia tidak akan tertipu air mata wanita.” Ucap Seo Yeon. Won Seok menoleh pada adiknya ingin tahu ada apa dengan temanya.
“Kita harus mencari tahu dia bekerja di bidang apa. Hanya saja... Dia dan rekannya merayu Seo Yeon dan aku.” Ucap  Mi Kyung. Won Seok langsung beraksi karena ada yang merayu adiknya.
“Ya. Dia terus mengajaknya kencan berpura-pura bukan homoseksual. Mereka pasti berpikir akan menyenangkan mempermainkan kami. Dia sering sekali merayu Seo Yeon. Coba Lihat. Kamu tahu siapa dia, bukan? Apa pekerjaannya?” kata Mi Kyung penasaran.
“Aku tidak ingat semua pelangganku. Meskipun tahu, aku tidak bisa mengungkap informasi pribadi.” Kata Won Seok.
Mi Kyung kembali merengek. Seo Yeon mengeluh kalau itu tidak mempan padanya. Won Seok pun pergi, Seo Yeon melambaikan tangan padasang kakak semoga hari Kakak menyenangkan lalu memberitahu Mi Kyung  Itu mungkin berhasil pada Won Jae, tapi tidak akan berhasil pada Won Seok.
“Hei... Apa yang kau lakukan?” kata Seo Yeon heran melihat Mi Kyung berbaring diranjang Won Seok.
“Bagaimana rasanya bangun di samping pria tampan seperti kakakmu? Dia bahkan wangi.” Kata Mi Kyung tersenyum sendiri dibalik selimut.
“Apa kau mesum? Ayo bangun.” Kata Seo Yeon. Mi Kyung masih saja berkomentar kalau tubuh Won Seok akan lelah karena ia ada di ranjangnya.
“Ayo Bangun... Kau harus berhati-hati. Pria bisa berbahaya.” Teriak Seo Yeon. Mi Kyung masih saja berbaring diatas tempat tidur Won Seok.
Won Seok keluar dari rumah membuka pintu mobilnya lalu teringat dengan kata-kata Mi Kyung kalau Hyun Soo dan rekannya merayu mereka berdua/ Ia pun mengingat wajah Hyun Soo adalah pria yang masuk ke rumah Seok Min saat bertelanjang dada. 



Seo Joon masuk lift tak sengaja berpapasan dengan Kang Woo. Keduanya terlihat canggung tapi saling menatap. Kang Woo melihat Seo Joon keluar lebih dulu lalu melihat seragamnya itu SMA Shinhwa, lalu mengeluh Kenapa berpapasan dengan siswa pelatihan di sini
“Dia mengingatkanku pada Joo Seo Yeon. Itu hanya terjadi saat aku stres di depan Joo Seo Yeon.” Ucap Kang Woo tiba-tiba merasakan dadanya berdebar. 

Di ruang latihan, mereka semua sedang menonton video danca. Jung Ho bertanya pada Seo Joon apakah  sudah memutuskan akan melakukan apa untuk tes akhir bulan, Seo Joon pikir tidak perlu menyiapkannya karena masih punya waktu.
“Hei, kali ini akan berbeda.. CEO akan hadir.” Kata Jung Ho. Seo Joon tahu lalu teringat sesuatu.
“Kurasa aku baru saja melihat CEO.” Kata Seo Joon. Jung Ho kaget ingin tahu kapan itu.
“Di lift. Kantor CEO ada di lantai atas, bukan? Astaga, kenapa aku tidak memikirkan itu?” ucap Seo Joon kesal.
“Bagaimana penampilannya? Menurut rumor, dia terlihat sangat jelek.” Kata Jung Ho
“Tidak. Itu gila. Dia sangat tampan. Kukira dia model.” Ucap Seo Joon. Jung Ho tak percaya mendengarnya dan ingin tahu Di lantai berapa melihatnya. 

Saat itu pelatih masuk ruangan,  memberitahu kalau ujian mereka di akhir bulan akan diadakan setelah UTS. Semua melonggo kaget mendengarnya, Pelatih memberitahu Jika nilai mereka tidak naik dari rapor terakhir, itu tidak memenuhi syarat dan itu pesan dari CEO.
“Itu tidak adil... Bu, jangan lakukan itu.” Keluh anggota Trainee. Pelatih menyuruh mereka semua diam.
“Jika tidak suka, kamu bisa pergi... Tentu saja, itu berarti kau akan kehilangan peluang besar menjadi bintang idola sukses sebagai grup pria dari Hi-Seven. Baiklah. Kalian akan bergantian mengatakan tujuan kalian.” Kata Pelatih memanggil nama trainee.
“Lee Hyung Won... Kamu peringkat 20 di kelas, bukan? Kamu hanya perlu mempertahankan nilaimu.” Kata Pelatih
“Aku akan mencoba berada di peringkat ke-10 kali ini.” Kata Hyung Won yakin. Seo Joon yang mendengarnya terlihat iri.
“Jika kau tidak bisa mencapai tujuanmu, semua berakhir. Pikirkan baik-baik.” Ucap Pelatih. Hyun Woo yakin bisa melakukannya.
“Baiklah. Jika kau bilang begitu. Selanjutnya adalah Joo Seo Joon... Bagus. Kamu punya banyak ruang untuk dipanjat... Katakan. Berapa tempat?” kata Pelatih.
“Seratus!” tegas Seo Joon yakin sementara trainee yang lainya hanya bisa mengejek. 


Di kantor
Hyun Soo mempelihatkan model pakaian wanita dalam slide lalu menjelaskan  Di satu sisi, artis adalah papan iklan berjalan. Dan Yang mereka makan dan kenakan menciptakan keuntungan yang sangat besar. Ia memebritahu Para penggemar sangat setia jika menyangkut mode.
“Bahkan jika kausnya seharga ratusan dolar, lalu jika bintang favorit mereka memakai kemeja itu, mereka akan bekerja paruh waktu untuk memakai kemeja yang sama.” Jelas Hyun Soo
“Akan kuberi contoh. Tingkat laba untuk barang-barang kita sangat tinggi seperti yang kau tahu padahal desainnya jelek. Mari kita manfaatkan itu untuk keuntungan kita. Kita harus membuatnya lebih baik daripada barang-barang. Kita harus meluncurkan lini mode agar penggemar dan orang biasa bisa memakai produk kita.” Jelas Hyun Soo.
“Baiklah. Ada model yang bisa mempromosikan merek. Kita punya ibu modal dan klien. Apa yang tidak kita miliki? Desainernya. Pakaian ini tampak bagus, bukan?” ucap Hyun Soo memperlihatkan rancana baju lainya.
“Pria ini merancang pakaian itu. Dia desainer yang bertugas meluncurkan lini mode” ucap Hyun Soo lalu menyuruh Kang Woo menyapa.
“HS Entertainment. Namanya Lee Kang Woo.” Kata Kang Woo singkat lalu kembali duduk.
“Itu saja? Ada hal lain yang ingin kamu katakan?” bisik Hyun Soo. Kang Woo pikir mereka lakukan perlahan saja.
“Seperti yang kalian lihat, dia sangat tidak sopan. Tapi dia desainer yang bagus, jadi, mari maklumi dia. Tentu saja, kita bisa mengundang desainer terkenal, tapi jika begitu, kita tidak bisa mengambil keuntungan besar.” Kata Hyun Soo mengejek temanya.
“Untungnya, dia tidak terlalu terkenal. Jadi, gajinya tidak terlalu tinggi. Selain meluncurkan lini mode kita sendiri, dia akan menjadi direktur mode untuk Hi-Seven dan grup baru yang akan segera debut.” Jelas Hyun Soo. Kang Woo seperti mengikuti apa yang disukainya. 



Keduanya duduk di ruangan Hyun Soo. Hyun Soo memastikan Kang Woo yang sungguh tidak akan merancang pakaian wanita. Kang Woo mengaku tidak mau dan Itu ada dalam kontrak lalu mengeluh Hyun Soo yang masih membahas itu.
“Hei... Kakakku tahu.” Akui Kang Woo. Hyun Soo kaget kalau Kang Hee tahu kalau Kang Woo desainer di perusahaannya.
“Apa katanya? Dia menyuruhmu segera berhenti?” tanya Hyun Soo panik. Kang Woo mengaku tidak seperti itu tapi Sebaliknya.
“Dia menyuruhku menyerahkan proposal jika aku ingin mengelola perusahaan mode. Dia akan menelaahnya.” Ucap Kang Woo.
“Benarkah? Hei, dapatkan investasi dari Shinhwa Food.” Kata Hyun Soo. Kang Woo langsung menjerit kesal.
“Baiklah... Mari lakukan ini dengan uang dan otakmu.” Ucap Hyun Soo mengerti dengan sikap temanya.
Sek datang memberitahu Hyun Soo kalau semua sudah siap.  Hyun Soo mengajak pergi. Kang Woo mengeluh apa lagi kali ini. 


Hyun Soo mengajak Kang Woo pergi club. Tapi Kang Woo seperti tak nyaman, Hyun Soo menyuruh Kang Woo agar bisa ceria  karena Kang Woo itu  bukan siapa-siapa di sini dan bukan cucu pimpinan Shinhwa Food tapi hanya pegawai.
“Tidak ada yang sukses sendirian. Mereka akan membantumu.” Ucap Hyun Soo. Kang Woo seperti masih tak nyaman dengan hingar bingar.
“Jika kamu tidak mau melakukan apa pun, minta uang kepada keluargamu dan mulailah dengan nyaman. Aku tidak akan minta ganti rugi. Apa mau batalkan saja? Haruskah aku menelepon Kang Hee?” ucap Hyun Soo mengancam
“Jangan. Ayolah... Aku tidak pernah bilang tidak akan ikut. Aku akan ikut.” Kata Kang Woo. 

Won Jae masuk ke club yang sama membawa artikel Kang Hee lalu bertanya apakah wanita itu sering datang ke sini. Si bartender memberitahu kalau Won Jae tidak bisa mendapatkannya karena Kang Hee tidak datang ke sini untuk bertemu pria.
“Dia datang ke sini untuk menari... Penampilanmu? Dia tidak peduli. Uang? Apalagi. Dia tidak butuh apa pun. Kenapa dia menginginkanmu?” ucap Bartender. Won Jae seperti tak percaya mendengarnya.
“Aku tahu kamu hebat,  tapi kau tidak bisa mendapatkannya.” Ucap Bartender. Won Jae merasa Kang Hee memang menarik.
Bersambung ke "Episode 8"

Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar