PS : All images credit and content copyright : MBC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
"Kami akan selalu mengingat senyum malumu, Beristirahatlah
dengan tenang, Mendiang Lee Jae Ho, nama
panggung Cha In Ha, 1992-2019"
***
Di papan
tulis terlihat tulisan "Kita akan putuskan teman sebangku baru!" Kang
Woo duduk dengan wajah sedih karena belum memiliki teman sebangku, sementara
semua temanya sudah mendapatkan teman sebangku. Tiba-tiba seorang wanita datang
mendekati meja Kang Woo.
“Boleh
aku duduk di sini?” ucap Seo Yeon, Kang Woo bersemu melihat Seo Yeon lalu
menganguk.
“Baiklah!
Akhirnya. Aku lega sekali. Aku bisa duduk sekarang... Ini sulit. Mari kita
berteman baik.” Kata Seo Yeon duduk disamping Kang Woo dengan wajah bahagia.
Kang Woo
pulang melihat Seo Yeon didepan penjual makanan, lalu berpikir Seo Yeon tak
ingin berteman dengannya memilih untuk berjalan berlalu saja. Seo Yeon langsung
memanggil Kang Woo dan bertanya apakah
tidak melihatnya. Kang Woo terlihat bingung.
“Hei,
kamu melihatku. Kenapa mengabaikanku?”keluh Seo Yeon. Kang Woo akhirnya meminta
maaf.
“Hei,
kemarilah... Cepat.” Kata Seo Yeon, Kang Woo pun berjalan mendekati Seo Yeon.
“Sedang
ada beli dua gratis satu. Aku mungkin bisa makan dua, tapi tidak bisa makan
tiga. Apa Kau mau?” ucap Seo Yeon sambil memeluk bahu Kang Woo layaknya teman.
Mereka
pun makan bersama di taman, Seo Yeon meihat Kang Woo makan dengan lahap. Kang Woo pun terlihat
senang bisa makan dengan Seo Yeon bersama. Seo Yeon bertanya apakah Kang Woo mau
menjadi teman makan camilan.
“Teman-temanku
tidak mau makan karena mereka sedang diet.” Kata Seo Yeon. Kang Woo langsung
setuju.
“Baiklah.
Mari kita segel.” Kata Seo Yeon mengulurkan jarinya, Kang Woo pu melingkarkan
tanganya terlihat wajah bersemu merah.
“Omong-omong,
apa yang kau gambar? Kau selalu menggambar sesuatu di kelas.” Ucap Seo Yeon lalu
melihat buku milik Kang Woo.
“Ini luar
biasa. Apa Kau bisa melakukan ini? Apa Kau ingin menjadi desainer?” ucap Seo
Yeon memuji melihat gambar Kang Woo.
“Itu... Aku
hanya...” kata Kang Woo terlihat malu, Seo Yeon memuji Kang Woo yang menurutnya
sangat Keren sekali dan Luar biasa.
Kang Woo
tersenyum bahagia mengingat kenangan masa lalunya, sementara Seo Yeon menatap
Kang Woo dengan wajah sinis merasa tak percaya Kang Woo melakukan itu di
belakangnya. Kang Woo tiba-tiba
merasakan sesuatu dan memberitahu Seo Yeon kalau ini Terlalu dekat.
“Kau
terlalu dekat.” Ucap Kang Woo mencoba kabur tapi Seo Yeon kembali
menghadangnya.
“Kau mau
ke mana? Kita harus selesai bicara, kan?”ucap
Seo Yeon mencoba menghadang Kang Woo agar tak kabur.
“Baik,
mari kita berteman.” Kata Kang Woo. Seo Yeon kaget mendengarnya memastikan
kalau ucapanya itu memang serius
“Apa Kamu
sudah membaca rencana anggaran untuk tim atletik? Apa Bisa diteken besok?
Kumohon?” ucap Seo Yeon
“Berhenti
mengikutiku.” Tegas Kang Woo. Seo Yeon pun berhenti mengikuti Kang Woo.
“Dan tadi
itu bukan seperti yang kamu pikirkan. Tapi ini Sakit. Aku kesakitan.” Kata Kang
Woo memperlihatkan kalau tanganya yang sakit lalu berjalan pergi.
“Kenapa
dia? Dia tidak sekaku dugaanku.” Komentar Seo Yeon binggung melihat tingkah
Kang Woo.
Kang Woo
mengemudikan mobilnya memegang dadanya bertanya-tanya “Ada apa denganku? Apa
aku menderita aritmia?” Ia pun berpikir sudah
lama tidak melakukan pemeriksaan fisik lalu mengumpat kesal dan mengingat saat
Seo Yeon menatapnya tiba-tiba dadanya berdebar.
Sementara
di restoran, Wakil kepala melonggo kaget karena Kang Woo tidak membayar.
Pegawai membenarkan. Wakil memastikan kalau ada pria setinggi dirinya, cukup tampan,
dan memakai kemeja putih dan dia tak membayarnya. Pegawai membenarkan kalau
Kang Woo belum membayarnya.
“Astaga,
bisakah kamu menelepon Direktur Utama Lee?” kata Wakil kepala shock.
“Aku
tidak tahu nomor teleponnya.” Kata Guru. Wakil kesal karena gurunya itu tidak
tahu nomor teleponnya.
Seo Yeon
dan Mi Kyung melihat dari kejauhan. Mi Kyung bertanya paakah Seo Yeon
membunuhnya. Seo Yeon mengaku tak tahu. Mi Kyung melonggo tak percaya. Seo Yeon
mengingat saat menahan Kang Woo lalu pergi begitu saja.
“Bagaimana
ini? Dia tiba-tiba menghilang setelah kamu menemuinya, dan bahkan tidak membayar.
Katakan. Di mana kamu menguburnya?” ucap Mi Kyung curiga
“Ayolah...
Kami sudah bicara baik-baik.” Tegas Seo Yeon. Mi Kyung mengeluh kesal.
Wakil
kepala kebingungan yang harus dilakukan, lalu mengeluarkan kartunya. Pegawai
bertanya apakah Wakil mau bayar
sekaligus. Wakil menahan kartunya sepertinya tak ikhlas, lalu berpikir ada uang
muka saat menerima pesanan. Si pegawai mengeleng.
“Cicilan
enam bulan.” Kata Wakil pasrah. Semua pun tak bisa berkata-kata Pegawai memberitahu kalau totalnya melebihi
batas.
“Katanya
kartu ini telah mencapai batasnya.” Ucap pegawai. Wakil kepala pun kebingungan.
Sementara
Kang Woo pergi ke "Konseling Dokter Kim" Dokter bertanya apakah
Gejala lain muncul selain sindrom gangguan pencernaan. Kang Woo membenarkan.
Dokter Kim pikir Sepertinya Kang Woo masih punya perasaan selain trauma atau
dendam.
“Misalnya
apa?” kata Kang Woo lalu menebak kalau itu
Benci. Dokter Kim hanya terdiam.
“Muak?
Sebal? Berang. Tidak ramah. Geram.” Kata Kang Woo. Dokter Kim langsung menjawab
“Cinta.”
“Tidak
mungkin.” Tegas Kang Woo menyangkal. Dokter Kim pikir mereka agar bisa
memikirkanya.
“Apa Kau
gelisah setiap kali bertemu dengannya? Kecemasan adalah tanda emosi terbesar
yang kusebutkan...” kata Dokter Kim.
“Tidak
mungkin!” ucap Kang Woo. Dokter Kim pikir Kang Woo tidak boleh menyangkalnya
seperti itu.
“Aku
tidak menyangkalnya. Itu hanya aritmia.” Jelas Kang Woo. Dokter Kim menegaskan
Kang Woo jangan menyimpulkan.
“Tidak.”ucap
Kang Woo. Dokter Kim menyuruh Kang Woo agar membuka hatinya. Kang Woo menjawab
tidak.
“Dan
pikirkanlah.” Kata Dokter Kim. Kang Woo menegaskan Tidak akan pernah!
“Apa Kamu
pernah memikirkannya?” ucap Dokter Kim. Kang Woo mengaku tidak. Dokter Kim
pikir saat Kang Woo keluaratau saat makan makanan enak. Kang Woo menegaskan
tidak.
“Lantas
saat kamu duduk-duduk?” kata Dokter. Kang Woo menjawab tidak. Dokter Kim belum
bicara. Kang Woo menjawab tidak.
“Jadi,
apa dia pernah terpikirkan begitu saja? Sekarang? Kurasa kamu...” ucap Dokter
Kim. Kang Woo terus menjawab tidak dari malam dan akhirnya matahari terbit.
Dokter
Kim tertidur disofa. Sementara Kang Woo masih terlihat segar bugar dan bertanya
Kenapa ia melakukan itu. Dokter Kim tersadar dari tidurnya lalu merasa matanya
sangat silau lalu menegaskan semalaman sudah mengatakan....
“Tidak...
Bukan itu... Menurutmu kenapa aku seperti itu? Aku sangat ingin tahu. Kenapa
aku melakukan itu?” ucap Kang Woo heran.
“Baiklah...
Hatimu pasti tegang karena kau terlalu stres.” Ucap Dokter. Kang Woo seperti
senang mendengar yang diduga
“Tolong
periksakan dirimu.” Kata Dokter Kim. Kang Woo bisa sedikit senag karena sesuai
dengan dugaan.
“Dia
sudah punya jawabannya... Anak yang gigih.” Keluh Dokter Kim melihat Kang Woo
akhirnya keluar dari ruanganya.
Kang Woo
pergi ke dokter memeriksa tubuhnya, Dokter melihat Jantung Kang Woo tampak baik-baik saja. Kang
Woo kage merasa itu Tidak mungkin dan yakin ada yang salah dengan jantungnya.
Ia mengaku Ada rumor kakek buyutnya meninggal karena penyakit jantung.
“Bukankah
benar penyakit jantung menurun ke keluarga?”kata Kang Woo panik.
“Jangan
khawatir. Tidak ada yang salah dengan jantungmu. Hasil tes darahmu juga bagus.
Kau sehat.” Ucap Dokter
“Tidak.
Aku tidak sehat. Kau yakin tidak ada kemungkinan kecil atau kemungkinan
terkecil jantungku bermasalah?” ucap Kang Woo merasa jantungnya yang berdegup
kencang
“Kadar
kolesterolmu sedikit naik.” Ucap Dokter. Kang Woo bisa bernafas lega berpikir
kalau pasti karean itu.
“Kamu
dokter yang hebat. Sungguh.” Ucap Kang Woo lalu tersenyum bahagia menjabat
tanganya.
Kang Woo
akhirnya pulang ke rumah membuat jus sayuran dan langsung meminumnya dari
tempat jus. Dengan senyuman bahagia menegaskan kalau Kolesterol, Tamat
riwayatnya.
“Ini
mengagumkan... Jus hijau paling bagus untuk menurunkan kadar kolesterol.” Ucap
Kang Woo tersenyum bahagia seperti masalahnya sudah selesai setelah minum jus.
Kang Woo
mengemudikan mobilnya ke sekolah, lalu melihat sosok Seo Yeon berjalan di
trotoar menuju sekolah. Jantung Kang Woo seperti berdegup kencang, Ia pun
mencoba agar tetap sadar dan melanjukan mobilnya dengan cepat. Seo Yeon melihat
mobil Kang Woo melonggo binggung.
Wakil
melihat Seo Yeon datang mengeluh ada apa lagi kali ini. Seo Yeon memberitahu Ini
tentang anggaran untuk tim atletik dan berpikir kalau Dirut menyetujui anggaran itu. Wakil mengaku
tidak. Seo Yeon melonggo kaget.
“Dia
bilang akan menyetujuinya.” Ucap Seo Yeon bingung. Wakil bertanya apakah setelah
kekacauan yang dia buat semalam.
“Selain itu,
dia tidak datang ke sekolah hari ini.” Kata Wakil. Seo Yeon bingung karena Kang
Woo itu datang.
“Aku
melihat mobilnya tadi pagi.” Kata Seo Yeon. Wakil mengeluh pada Seo Yeon selalu
membalas ucapanknya.
Seo Yeon
masuk ke ruangan Kang Woo merasa kalau Tidak mungkin kalau proposalya ditolak.
Tapi Kang Woo memang sedang tak ada diruangan, Kang Woo sedang berbaring
dikamarnya sedang mengunakan masker diwajahnya sambil berbaring.
“Tidak
ada gunanya ke sekolah dan membuat diriku stres. Aku direktur utama. Aku bisa
pergi kapan pun aku mau.” Ucap Kang Woo.
Seo Yeon
yang gelisah pergi ke depan sekolah sambil mengeluh Kang Woo yang sedang datang
lama sekali. Wajahnya yang mengharap Kang Woo datang pun sama seperti penggalan
puisi
"Aku
akan pergi ke tempat yang kamu janjikan sebelum kau. Selagi menunggumu, suara langkah kaki mendekat membuat jantungku
berdebar kencang." "Selagi menunggumu, aku juga akan
menghampirimu."
Seo Yeon
merasaka ada orang yang melangkah mendekatinya, matanya langsung berbinar-binar
berpikir kalau Kang Woo yang datang. Tapi ternyata Mi Hyuk datang memberikan
apel padanya. Seo Yeon pun tak menolak.
Sementara
Mi Kyung sedang membaca puisi di samping jendela
"Melalui pintu yang dilalui
orang-orang, aku mengikuti langkah yang membuat jantungku berdebar kencang.
Selagi aku menunggumu, aku juga akan menghampirimu." Ini puisi oleh Hwang
Ji U.
“Bagaimana
menurut kalian? Ini seperti ladang rumput laut.” Ucap Mi Kyung bangga dan
tersadar kalau semua anak muridnya tertidur.
“Heii... Sadarlah,
dasar rumput laut!.. Apa Kalian tidak akan bangun...” teriak Mi Kyung akhirnya
mengesekan kukunya dipapan tulis. Semua menjerit karena ngilu hanya Joo Hee dan
Seo Joon yang tak masih tertidur lelap.
Di ruang
latihan
Mi Kyung
mengeluh Kakinya sakit karena pakai heels. Seo Yeon menyuruh agar pakai saja
sandal. Mi Kyung memberitahu kalau sandal tidak cocok dengan pakaian ini. Seo
Yeon pikir Tidak ada yang melihat. Mi Kyung mengeluh kalau dirinya yang melihat.
“Omong-omong,
Apa kau mengelola bengkel di rumah? Maksudku Seo Jun dan Joo Hee. Mereka
tertidur di kelasku. Apa mereka membuat bola sepak di rumah? Apa kau
mengeksploitasi tenaga mereka?” ucap Mi Kyung
"Aku
tidak peduli jika mereka bermain. Yang penting sehat." Itu motoku untuk
mereka.” Kata Seo Yeon
“Astaga,
apa mereka berusia lima tahun? Coba Ingat ini. Jika tidak belajar, mereka akan
di peringkat terakhir.” Tegas Mi Kyung
“Baiklah.
Aku akan mengurusnya.”kata Seo Yeon. Mi Kyung lalu membahas aklau Lee Kang Woo
pasti tidak datang
“Dia akan
datang besok.” Ucap Seo Yeon yakin. Mi Kyung melihat Ujung bibir Seo Yeon gemetar.
“Apa Kau
yakin kalian sudah berbaikan?” kata Mi Kyung. Seo Yeon mengaku sudah.
"Mari
berteman Aku akan menandatanganinya besok." Itu yang dia katakan.” Ucap
Seo Yeon, Mi Kyung mengajak mereka pergi sebelum Wakil Kepsek mengomelinya.
Wakil
berbicara dengan semua guru kalau waktu mereka
tinggal tiga pekan lagi hingga UTS jadi meminta para guru agar Jangan
bersantai atau membuang waktu dengan berpikir ada banyak waktu. Ia meminta juga
Jangan menjiplak pertanyaan dari bahan belajar.
“Sebagai
pengajar, berusahalah membuat ujian. Tekunlah dan bertanggung jawab untuk
persiapan UTS. Itu saja untuk hari ini.” Ucap kepala dan Seo Yeon mendengar
dengan seksama.
“Pak.
Direktur Utama akan datang besok, bukan? Anggaran untuk tim atletik harus
disetujui.” Ucap Seo Yeon bergegas mengejar wakil sebelum keluar ruangan.
“Itu
terserah Pak Dirut.” Ucap Wakil seolah tak peduli. Min Hyuk melihat Seo Yeon
merasa kasihan, Mi Kyung melihat tatapan Min Hyuk langsung menegurnya.
“Pak
Lee... Kenapa kamu terus memberi Seo Yeon makanan?” keluh Mi Kyung. Min Hyuk
menjawab untuk memancingnya. Mi Kyung melonggo melihat Min Hyuk langsung pergi.
“Apa itu
tadi? Untuk memancingnya? Kukira dia menyukainya. Apa dia melakukan eksperimen?”
ucap Mi Kyung bingung.
Min Hyuk
mencoba menelp Kang Woo tapi ponselya tak aktif lalu berpikir Jika Kang Woo
tidak datang ke sekolah besok... seperti teringat dengan Seo Yeon yang sedang
sedih. Ia membuka lemari makananya lalu berpikir Makanan apa yang akan memberi Seo Yeon energi
Kang Woo
baru saja mandi mengangkat telp dari kakaknya berpikir Kang Hee pasti ingin tahu
sesuatu sampai meneleponnya. Kang Hee mengaku sudah mendengar adiknya bekerja
di sekolah. Kang Woo pikir kakaknay pasti lega karena tidak memilih perusahaan.
“Apa Kau
pikir bisa menjadi ancaman bagi kakak?” keluh Kang Hee. Kang Woo pikir Jika
Kakaknya segugup itu, menikahlah.
“Kakak
baru bisa menjadi CEO setelah menikah. Apa masalahnya? Nikahi saja siapa pun.”
Kata Kang Woo
“Lihat?
Itu membuktikan kamu tidak tahu apa pun soal bisnis. Pernikahan adalah bisnis
paling tidak menguntungkan. Apa Kakak harus menikahi sebarang orang?” keluh
Kang Hee.
“Kakak
tidak bisa dihentikan. Bagi Kakak, seluruh hidup Kakak adalah bisnis, bukan?”
ejek Kang Woo
“Karena
kita sedang membahasnya, izinkan kakak menanyakan ini. Pakaianmu cukup bagus.”
Komentar Kang Hee. Kang Woo tiba-tiba terdiam.
“Kenapa
kau diam saja?” kata Kang Hee. Kang Woo kaget kalau kakaknya bisa mengetahuinya.
“Apa
Kakak mengawasiku?” kata Kang Woo. Kang Hee pikir Itu bukan kata yang tepat.
“Anggap
saja kakak mengaturmu. Jangan khawatir. Para orang tua tidak tahu. Selain itu,
jika kamu ingin mengelola perusahaan mode, maka kakak akan menelaahnya.” Kata
Kang Hee. Kang Woo hanya diam saja. Kang Hee mengeluh adiknya diam lagi.
“Aku akan
melakukannya sendiri. Aku tidak butuh bantuan.” Ucap Kang Woo menolak.
“Kau
memakai uang keluarga untuk biaya hidup dan hiburan. Tapi Apa kau tidak mau
keluarga kita terlibat dalam bisnismu? Itu harga diri atau kesombongan?” kata
Kang Hee menyindir.
“Ini
sesuatu yang sangat ingin kulakukan. Jadi Berpura-puralah tidak tahu.” Ucap
Kang Woo. Kan Hee pun tidak akan menawarkan lagi.
“Baiklah..
Apa Kita sepakat ini tidak berkaitan dengan Shinhwa Food?” ucap Kang Woo
memastikan. Kang Hee pun menyetujuinya.
“Semoga
berhasil... Jika kamu tingkatkan kualitasnya, kakak akan memakai merekmu.
Sampai jumpa.” Ucap Kang Hee lalu menutup telp.
“Kurasa
dia tidak menyia-nyiakan hidupnya.” Komentar Kang Hee setelah menutup telp.
Sementara
Kang Woo mengeluh semua itu sangat Menyebalkan sekali. Ia tak percaya kalau
sang kakak tahu terlalu cepat. Ia berpikir kalau seharusnya Kang Hee tahu setelah mencapai sesuatu. Saat itu
ponselnya bergetar, Hyun Soo menelp. Kang Woo dengan sinis mengangkatnya.
“Kau tahu
kita ada rapat hari ini, bukan? Sampai nanti, Pak Lee.” Ucap Hyun Soo lalu
menutup telpnya.
“Aku
tidak percaya Lee Kang Woo bekerja untukku!” jerit Hyun Soo bahagia lalu
berteriak kesal melihat banyak sampah digedungnya.
“Apa Mereka
tidak tahu cara mendaur ulang? Bagaimana jika aku didenda karena tidak mendaur
ulang dengan benar? Aku yang bayar! Astaga, anak-anak nakal ini. Mereka tidak
peduli pada perusahaan. Kenapa mereka tidak peduli?”ucap Hyun Soo terus
mengomel.
Seo Yeon
dan Mi Kyung pergi membeli minuman, Mi Kyung pikir punya ide bagus. Seo Yeon
bertanya tentang apa. Mi Kyung menjawab ini tentang Park Hyun Soo karena bisa
mencari tahu soal pekerjaannya. Seo Yeon pikir untuk apa.
“Apa Kau
tidak penasaran? Jika keluarga Lee Kang Woo mengelola Shinhwa Food, Aku yakin
Park Hyun Soo mengelola bisnis besar.”kata Mi Kyung yakin
“Meski
begitu, apa yang akan kau lakukan? Kukira kau tidak pertimbangkan dia untuk
jadi suamimu.” Ucap Seo Yeon
“Kau
hanya melihat satu hal, tapi gagal melihat gambaran besar. Dari Lee Kang Woo
dan Park Hyun Soo, kita akan temui teman-teman mereka dan temannya teman-teman
mereka. Saat terus bertemu orang-orang,
maka aku yakin akan menemukan seseorang.” Ucap Mi Kyung
“Aku ragu
mereka semua seperti Won Seok.” Komentar Seo Yeon. Mi Kyung pikir Seo Yeon memang
hebat.
“Jika kau
ingin menikah dengan baik tanpa wawasan dan berusaha sekeras ini, itu namanya
mencuri. Jadi, apa ide bagusmu?” tanya Seo Yeon.
Mi Kyung
menunjuk pada buku tahunan menunjuk foto "Park Hyun Soo" dan lalu
memberitahu Won Seok kalau pria itu pelanggan di barnya. Won Seok seolah tak
pedul merapihkan rambutnya. Mi Kyung memberitahu Hyun Soo tampak lebih tua dari usianya, jadi, terlihat
seperti saat masih bersekolah.
“Kau
mengenalinya, kan?” kata Mi Kyung. Won Seok malah bertanya balik kenapa apakah
Hyun Soo dia mengkhianati atau semacamnya?
“Begini, sebenarnya...”
ucap Mi Kyung merengek. Seo Yeon melihat tingkah Mi Kyung mengeluh kalau
temanya menggunakan cara yang salah.
“Dia tidak
akan tertipu air mata wanita.” Ucap Seo Yeon. Won Seok menoleh pada adiknya
ingin tahu ada apa dengan temanya.
“Kita
harus mencari tahu dia bekerja di bidang apa. Hanya saja... Dia dan rekannya merayu
Seo Yeon dan aku.” Ucap Mi Kyung. Won
Seok langsung beraksi karena ada yang merayu adiknya.
“Ya. Dia
terus mengajaknya kencan berpura-pura bukan homoseksual. Mereka pasti berpikir
akan menyenangkan mempermainkan kami. Dia sering sekali merayu Seo Yeon. Coba Lihat.
Kamu tahu siapa dia, bukan? Apa pekerjaannya?” kata Mi Kyung penasaran.
“Aku
tidak ingat semua pelangganku. Meskipun tahu, aku tidak bisa mengungkap
informasi pribadi.” Kata Won Seok.
Mi Kyung
kembali merengek. Seo Yeon mengeluh kalau itu tidak mempan padanya. Won Seok
pun pergi, Seo Yeon melambaikan tangan padasang kakak semoga hari Kakak
menyenangkan lalu memberitahu Mi Kyung Itu
mungkin berhasil pada Won Jae, tapi tidak akan berhasil pada Won Seok.
“Hei...
Apa yang kau lakukan?” kata Seo Yeon heran melihat Mi Kyung berbaring diranjang
Won Seok.
“Bagaimana
rasanya bangun di samping pria tampan seperti kakakmu? Dia bahkan wangi.” Kata
Mi Kyung tersenyum sendiri dibalik selimut.
“Apa kau
mesum? Ayo bangun.” Kata Seo Yeon. Mi Kyung masih saja berkomentar kalau tubuh
Won Seok akan lelah karena ia ada di ranjangnya.
“Ayo
Bangun... Kau harus berhati-hati. Pria bisa berbahaya.” Teriak Seo Yeon. Mi
Kyung masih saja berbaring diatas tempat tidur Won Seok.
Won Seok
keluar dari rumah membuka pintu mobilnya lalu teringat dengan kata-kata Mi
Kyung kalau Hyun Soo dan rekannya merayu mereka berdua/ Ia pun mengingat wajah
Hyun Soo adalah pria yang masuk ke rumah Seok Min saat bertelanjang dada.
Seo Joon
masuk lift tak sengaja berpapasan dengan Kang Woo. Keduanya terlihat canggung
tapi saling menatap. Kang Woo melihat Seo Joon keluar lebih dulu lalu melihat
seragamnya itu SMA Shinhwa, lalu mengeluh Kenapa berpapasan dengan siswa
pelatihan di sini
“Dia mengingatkanku
pada Joo Seo Yeon. Itu hanya terjadi saat aku stres di depan Joo Seo Yeon.”
Ucap Kang Woo tiba-tiba merasakan dadanya berdebar.
Di ruang
latihan, mereka semua sedang menonton video danca. Jung Ho bertanya pada Seo
Joon apakah sudah memutuskan akan melakukan
apa untuk tes akhir bulan, Seo Joon pikir tidak perlu menyiapkannya karena masih
punya waktu.
“Hei,
kali ini akan berbeda.. CEO akan hadir.” Kata Jung Ho. Seo Joon tahu lalu
teringat sesuatu.
“Kurasa
aku baru saja melihat CEO.” Kata Seo Joon. Jung Ho kaget ingin tahu kapan itu.
“Di lift.
Kantor CEO ada di lantai atas, bukan? Astaga, kenapa aku tidak memikirkan itu?”
ucap Seo Joon kesal.
“Bagaimana
penampilannya? Menurut rumor, dia terlihat sangat jelek.” Kata Jung Ho
“Tidak.
Itu gila. Dia sangat tampan. Kukira dia model.” Ucap Seo Joon. Jung Ho tak
percaya mendengarnya dan ingin tahu Di lantai berapa melihatnya.
Saat itu
pelatih masuk ruangan, memberitahu kalau
ujian mereka di akhir bulan akan diadakan setelah UTS. Semua melonggo kaget
mendengarnya, Pelatih memberitahu Jika nilai mereka tidak naik dari rapor
terakhir, itu tidak memenuhi syarat dan itu pesan dari CEO.
“Itu
tidak adil... Bu, jangan lakukan itu.” Keluh anggota Trainee. Pelatih menyuruh
mereka semua diam.
“Jika
tidak suka, kamu bisa pergi... Tentu saja, itu berarti kau akan kehilangan
peluang besar menjadi bintang idola sukses sebagai grup pria dari Hi-Seven. Baiklah.
Kalian akan bergantian mengatakan tujuan kalian.” Kata Pelatih memanggil nama
trainee.
“Lee
Hyung Won... Kamu peringkat 20 di kelas, bukan? Kamu hanya perlu mempertahankan
nilaimu.” Kata Pelatih
“Aku akan
mencoba berada di peringkat ke-10 kali ini.” Kata Hyung Won yakin. Seo Joon
yang mendengarnya terlihat iri.
“Jika kau
tidak bisa mencapai tujuanmu, semua berakhir. Pikirkan baik-baik.” Ucap
Pelatih. Hyun Woo yakin bisa melakukannya.
“Baiklah.
Jika kau bilang begitu. Selanjutnya adalah Joo Seo Joon... Bagus. Kamu punya
banyak ruang untuk dipanjat... Katakan. Berapa tempat?” kata Pelatih.
“Seratus!”
tegas Seo Joon yakin sementara trainee yang lainya hanya bisa mengejek.
Di kantor
Hyun Soo
mempelihatkan model pakaian wanita dalam slide lalu menjelaskan Di satu sisi, artis adalah papan iklan
berjalan. Dan Yang mereka makan dan kenakan menciptakan keuntungan yang sangat
besar. Ia memebritahu Para penggemar sangat setia jika menyangkut mode.
“Bahkan
jika kausnya seharga ratusan dolar, lalu jika bintang favorit mereka memakai
kemeja itu, mereka akan bekerja paruh waktu untuk memakai kemeja yang sama.”
Jelas Hyun Soo
“Akan
kuberi contoh. Tingkat laba untuk barang-barang kita sangat tinggi seperti yang
kau tahu padahal desainnya jelek. Mari kita manfaatkan itu untuk keuntungan
kita. Kita harus membuatnya lebih baik daripada barang-barang. Kita harus
meluncurkan lini mode agar penggemar dan orang biasa bisa memakai produk kita.”
Jelas Hyun Soo.
“Baiklah.
Ada model yang bisa mempromosikan merek. Kita punya ibu modal dan klien. Apa
yang tidak kita miliki? Desainernya. Pakaian ini tampak bagus, bukan?” ucap
Hyun Soo memperlihatkan rancana baju lainya.
“Pria ini
merancang pakaian itu. Dia desainer yang bertugas meluncurkan lini mode” ucap
Hyun Soo lalu menyuruh Kang Woo menyapa.
“HS
Entertainment. Namanya Lee Kang Woo.” Kata Kang Woo singkat lalu kembali duduk.
“Itu
saja? Ada hal lain yang ingin kamu katakan?” bisik Hyun Soo. Kang Woo pikir
mereka lakukan perlahan saja.
“Seperti
yang kalian lihat, dia sangat tidak sopan. Tapi dia desainer yang bagus, jadi,
mari maklumi dia. Tentu saja, kita bisa mengundang desainer terkenal, tapi jika
begitu, kita tidak bisa mengambil keuntungan besar.” Kata Hyun Soo mengejek
temanya.
“Untungnya,
dia tidak terlalu terkenal. Jadi, gajinya tidak terlalu tinggi. Selain meluncurkan
lini mode kita sendiri, dia akan menjadi direktur mode untuk Hi-Seven dan grup
baru yang akan segera debut.” Jelas Hyun Soo. Kang Woo seperti mengikuti apa
yang disukainya.
Keduanya
duduk di ruangan Hyun Soo. Hyun Soo memastikan Kang Woo yang sungguh tidak akan
merancang pakaian wanita. Kang Woo mengaku tidak mau dan Itu ada dalam kontrak
lalu mengeluh Hyun Soo yang masih membahas itu.
“Hei... Kakakku
tahu.” Akui Kang Woo. Hyun Soo kaget kalau Kang Hee tahu kalau Kang Woo
desainer di perusahaannya.
“Apa
katanya? Dia menyuruhmu segera berhenti?” tanya Hyun Soo panik. Kang Woo
mengaku tidak seperti itu tapi Sebaliknya.
“Dia menyuruhku
menyerahkan proposal jika aku ingin mengelola perusahaan mode. Dia akan menelaahnya.”
Ucap Kang Woo.
“Benarkah?
Hei, dapatkan investasi dari Shinhwa Food.” Kata Hyun Soo. Kang Woo langsung
menjerit kesal.
“Baiklah...
Mari lakukan ini dengan uang dan otakmu.” Ucap Hyun Soo mengerti dengan sikap
temanya.
Sek
datang memberitahu Hyun Soo kalau semua sudah siap. Hyun Soo mengajak pergi. Kang Woo mengeluh
apa lagi kali ini.
Hyun Soo
mengajak Kang Woo pergi club. Tapi Kang Woo seperti tak nyaman, Hyun Soo
menyuruh Kang Woo agar bisa ceria karena
Kang Woo itu bukan siapa-siapa di sini
dan bukan cucu pimpinan Shinhwa Food tapi hanya pegawai.
“Tidak
ada yang sukses sendirian. Mereka akan membantumu.” Ucap Hyun Soo. Kang Woo
seperti masih tak nyaman dengan hingar bingar.
“Jika kamu
tidak mau melakukan apa pun, minta uang kepada keluargamu dan mulailah dengan
nyaman. Aku tidak akan minta ganti rugi. Apa mau batalkan saja? Haruskah aku
menelepon Kang Hee?” ucap Hyun Soo mengancam
“Jangan.
Ayolah... Aku tidak pernah bilang tidak akan ikut. Aku akan ikut.” Kata Kang
Woo.
Won Jae
masuk ke club yang sama membawa artikel Kang Hee lalu bertanya apakah wanita
itu sering datang ke sini. Si bartender memberitahu kalau Won Jae tidak bisa
mendapatkannya karena Kang Hee tidak datang ke sini untuk bertemu pria.
“Dia
datang ke sini untuk menari... Penampilanmu? Dia tidak peduli. Uang? Apalagi. Dia
tidak butuh apa pun. Kenapa dia menginginkanmu?” ucap Bartender. Won Jae
seperti tak percaya mendengarnya.
“Aku tahu
kamu hebat, tapi kau tidak bisa
mendapatkannya.” Ucap Bartender. Won Jae merasa Kang Hee memang menarik.
Bersambung
ke "Episode 8"
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar