PS : All images credit and content copyright : MBC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
"Kami akan selalu mengingat senyum malumu,Beristirahatlah
dengan tenang. Mendiang Lee Jae Ho, nama panggung Cha In Ha, 1992-2019"
Wakil
Kepala memanggil Dirut baru untuk masuk, Kang Woo pun masuk ruangan guru
menyapa semua guru sebagai guru baru. Semua guru melonggo termasuk Seo Yeon,
Seo Yeon menatap Kang Woo tanpa rasa takut. Kang Woo pun mencoba melawanya.
“Lihat apa kau? Aku akan
membunuhmu.” Ucap Seo Yeon. Kang Woo mulai terintimidasi lagi dan membuat
perutnya kembali sakit dan mencoba menahan bokongnya
Flash Back
“Tidak!!!..
Perutmu akan lebih bergemuruh sebelum membalas dendam dengan sikap seperti itu.”
Ucap Dokter Kim. Kang Woo memegang perutnya karena merasakan akan Bergemuruh.
“Kau
ingin hidup dalam kegelisahan dan mencemaskan kapan kau akan buang air di
celanamu?” kata Dokter Kim
“Buang
air di celanaku? Tidak, aku tidak mau.” Kata Kang Woo panik. Dokter Kim mengaku
tidak bisa mendengar suaranya.
“Tidak!”teriak
Kang Woo dengan suara nyaring. Dokter Kim pun akan mencoba lagi.
“Apa pun
situasinya, jangan hindari matanya.” Tegas Dokter Kim yang sudah duduk di depan
Kang Woo.
“Tunggu,
tapi kau yakin pengobatan ini juga dipakai oleh NASA?” tanya Kang Woo seperti
tak yakin.
“Apa Kau
tidak memercayaiku?” ucap Dokter Kim kesal. Kang Woo mengaku Bukannyatidak
memercayainya.
“Kenapa?
Apa ada masalah?” tanya Dokter Kim menurunkan gambar dan juga penampilan
sebagai wanita.
“Peran...
Bermain peran adalah salah satu pengobatan psikologi dasar.” Jelas Dokter Kim.
Kang Woo akhirnya melihat piagam dan akhirnya setuju.
“Mari
mulai lagi. Jangan menjadi orang pertama yang memutuskan kontak mata dengannya.”
Ucap Dokter Kim.
Kang Woo
mencoba menatap kearah Seo Yeon tapi tak bisa menahan dan akhirnya memalingkan
wajahnya. Wakil Direktur bingung bertanya Kang Woo melihat ke mana dan apakah
Ada lagi yang ingin dikatakan. Kang Woo memalingkan badan dan mengeluarkan
sesuatu.
“Kurasa
dia menyiapkan sesuatu.” Kata Wakil Direktur melihat Kang Woo mengeluarkan
sesuatu.
Flash Back
Dokter
Kim memberikan obat pada Kang Woo sambil mengatakan “Ini antidiare yang sangat efektif yang diimpor
dari Italia. Minum ini saat darurat, saat kamu tidak bisa bergerak.”
Kang Woo
membuka pil obatnya, tapi malah jatuh ke tumpukan batu didalam pot. Ia akhirnya
hanya bisa tertawa melihat pot yang bercampur dengan obatnya. Kang Woo akhirnya
hanya bisa tertawa lalu keluar dari luar ruangan. Semua binggung melihat
tingkah Kang Woo.
“Dia
pasti bukan tipe pendiam... Itu menurutku. Kalian tahu kita mengadakan pesta
penyambutan setelah bekerja, bukan? Kuharap kalian semua akan hadir.” Ucap
Wakil Direktur. Semua mengangguk mengerti.
Kang Woo
menelp Dokter Kim mengeluh kalau Permainan peran itu tidak membantu. Dokter Kim
sedang makan jajangmyun merasa itu mustahil. Kang Woo pikir itu mungkin saja. Dokter Kim bisa mengerti
lalu berpikir seharusnya mengundang subjeknya atau menggunakan fotonya.
“Mungkin
gambarnya terlalu lemah. Potret dia dan berlatihlah dengan itu.” Ucap Dokter
Kim
“Di mana
aku bisa mendapatkan fotonya?” tanya Kang Woo kesal. Dokter Kim pikir wanita
itu bekerja di sana.
“Apa Kau
menyuruhku untuk memfotonya diam-diam?” keluh Kang Woo.
“Jika
tidak mau, bagaimana jika kamu memotret orang lain dengan dia sebagai latar
belakangnya?” ucap Dokter Kim
“Kau
yakin NASA memakai metode ini?” tanya Kang Woo tak yakin. Dokter Kim melihat
mienya sudah terlalu matang.
Kang Woo
akhirnya sudah menutup telp lalu mencari obat dalam tumpukan batu. Wajahnya
terlihat bahagia menemukan obatnya dan buru-buru meminumnya. Ia kaget melhat wakil
dan Guru lain sudah ada dalam ruangan menetapnya heran.
“Pak, aku
sudah mengetuk sebelum masuk.” Ucap Wakil. Kang Woo mengerti seolah tak terjadi
apapun ingin tahu ada apa.
“Aku
ingin tahu apa kau mau berkeliling.” Kata Wakil. Kang Woo pikir sepuluh menit
lagi.
“Tidak,
30 menit lagi.” Kata Kang Woo. Wakil mengerti dan akan kembali nanti dan akan
mengambil pot kesayanganya.
“Jangan
pedulikan dia. Kami akan kembali setelah 30 menit.” Kata guru langsung menarik
keluar ruangan.
Keduanya
keluar dari ruangan, Wakil mengeluh Kang Woo yang mengambil potnya bahkan
memakan batu. Guru membenarkan. Wakil heran Situasi konyol macam apa ini. Guru
pun merasa penasaran apa kaitannya dengan Shinhwa Food.
“Aku
yakin itu bukan apa-apa. Dia mungkin hanya kerabat yang sangat jauh dan tidak
berguna. Jika dia terkait langsung dengan Pimpinan, maka dia akan bekerja di
kantor pusat. Kenapa dia datang jauh-jauh kemari? Aku yakin dia tidak akan lama
di sini.” Kata Wakil
“ Dia
bilang 30 menit, bukan? Perhatikan apa yang kulakukan.” Tegas Wakil lalu
berjalan pergi. Guru pun mengikutinya.
Seo Yeon
dan Mi Kyung berada di atap sambil makan permen. Beberapa anak datang berkomentar cuacanya
bagus untuk membolos. Dua guru menatap anak muridnya, semua hanya bisa
tertunduk langsung mengajak mereka kembali belajar karena cuaca terbaik untuk
belajar.
“Bagaimana
bisa Anus menjadi direktur utama? Apakah semudah itu mendapatkan posisi itu? Menurutmu,
Apa dia punya hubungan dengan Shinhwa Food?” ucap Mi Kyung
“Apa pun
itu, rasanya tidak masuk akal dia menjadi direktur utama sekolah suci ini. Kita
harus mengungkap perbuatannya kepada kita dan membuatnya mengundurkan diri.”
Kata Seo Yeon kesal
“Apa kau
gila? Bagaimana jika dia punya hubungan dekat? Kalau begitu, kita harus
mengundurkan diri.” Ucap Mi Kyung
“Astaga,
aku tidak pernah menganggapmu tipe seperti ini. Tidak ada alasan bagi kita
untuk takut. Dia bukan apa-apa.” Komentar Seo Yeon
“Diam. Kau
terlalu berisik.” Komentar Mi Kyung lalu mengeluarkan ponselnya tapi telp yang
dihubungi tidak menjawab.
Seo Yeon
bertanya siapa yang ditelp. Mi Kyung menjawab Park Hyun Soo. Menurutnya Jika mereka
benar-benar berkencan, maka Hyun Soo akan tahu tentang masa lalu Kang Woo. Seo
Yeon pikir Hyun Soo tidak boleh tahu bahwa Mi Kyung tahu soal mereka.
“Kau
menganggapku apa?” keluh Mi Kyung lalu marah karena Hyun Soo tak menjawab
telpnya.
Saat Hyun
Soo baru keluar dari lift melihat seorang pria panik lalu bertanya ada
apa. Sang Manager menceritakan kalau
kemarin sudah bilang dengan artisnya kalalu harus pergi pukul 09.00. Tapi dia
tidak mengangkat telepon atau membuka pintu.
“Ini
sebabnya aku harus tahu kode aksesnya. Aku tahu privasi itu penting, tapi
situasi seperti ini sangat menegangkan.” Ucap Manager panik
“Aku akan
membawanya keluar, jadi, katakan kepada mereka bahwa dia akan sedikit
terlambat.” Kata Hyun Soo
“Apa?
Kenapa kau tidak memberitahuku kode aksesnya?” keluh Manager
Hyun Soo
masuk ke rumah dan melihat rumah Seok Min yang berantakan sambil berkatak
alasan tak ingin memberitahu kode rumah karena semua ini. Ia lalu melihat Seok
Min yang meninggalkan rekaman bernilai ratusan ribu dolar.
“Tapi
lihatlah dia, berpose di sana... Dasar berandal!” ucap Hyun Soo lalu melihat
Seok Min sedang bertelanjang dada didepan jendela.
Tapi saat
pria itu membalikan badan ternyata bukan Seok Min, tapi Won Seok lalu bertanya
siapa Hyun Soo yang datang. Hyun Soo pun balik bertanya siapa pria yang ada di
rumah Seok Min. Won Seok langsung melepaskan hantu dan memakain celananya.
Hyun Soo
seperti malu langsung memalingkan wajanya, Seok Min baru saja keluar dari kamar
mandi melihat Hyun Soo datang langsung menyapanya. Won Seok melhat Seok Min
langsung pamit pergi setelah memakai kemejanya.
“Hei,
siapa dia? Tidak banyak pria mirip dia. Dia dari agensi mana? Apa Dia bukan
anggota agensi? Tidak mungkin.” Ucap Hyun Soo penasaran. Seok Min hanya bisa
tersenyum bahagia.
“Bicaralah,
Bedebah!” keluh Hyun Soo langsung memukul kepala artisnya.
“Kamu
melarangku mengatakan apa pun!” teriak Seok Min kesal. Hyun Soo mengeluh agar
Seok Min melakukan di luar!
“Benar,
kamu ada syuting.” Ucap Hyun Soo. Seok Mi bingung. Hyun Soo mengeluh kalau Seok
Min tidak dengar tentang iklan alat cukur pukul 09.00
“Tidak!
Habislah aku....”kata Seok Min langsung bergegas ganti baju. Hyun Soo hanya
bisa mengeluh melihat tingkah artisnya yang akan membunuhnya.
Ia
melihat ponselnya pesan dari Mi Kyung masuk “Apa hubungan antara Kang Woo dan
Shinhwa Food?” lalu bertanya-tanya apa maksudnya Mi Kyung menanyakan hal itu.
Seorang
bibi membuka kotak makan yang masih utuh sambil merasa sedih karena tidak makan
ini. Jang Mi tiba-tiba datang mengejutkan si bibi. Bibi sampai terlonjak
kaget. Jang Mi bertanya Di mana
maskernya. Ibi mengaku membuangnya karena kotor.
Beberapa
orang sedang melewat jalan berkomentar ada orang gila dan kasihan kepadanya.
Wanita lain melihat Jang Min sedang mengorek sampah karena jijik sekali.
Seorang pemulung melihat Jang Mi berpikir pasti sangat lapar.
“Kau Makanlah
ini.” Kata si pria memberikan minuman. Jang Min menatap si paman mengaku Tasnya
tertinggal di dalam.
“Lain
kali aku akan membayarmu. Aku berjanji.” Kata Jang Min. Si pria pun tak bisa
berkata-kata.
Jang Mi
terus mencarinya lalu berteriak bahagia menemukan masker dengan tulisan nomor
telp Seo Yeon. Tapi ia sedih karena sudah tak jelas tulisanya.
Kang Woo
akhirnya diajak berjalan-jalan dengan wakil direktur dan guru, sambil menuruni
tangga bertanya di mana Kepala Sekolah. Wakil kepala mengaku mereka belum
pernah bertemu dan menurutnya Kepala Sekolah mereka bagaikan udara.
“Kami
tidak melihat Kepala Sekolah, tapi Kepala Sekolah jelas ada.” Ucap Wakil
“Apa Kepala
Sekolah tidak bekerja, tapi dibayar?” keluh Kang Woo. Wakil seperti binggung
lalu mengaku Bukan itu maksudku.
“Kita
butuh kepala sekolah seperti kita butuh udara. Tapi Kepala Sekolah tidak
muncul...” kata Kang Woo.
“Maksudku,
bukan berarti Kepala Sekolah tidak bekerja. Kau mungkin tidak merasakan
kehadiran Kepala Sekolah, tapi dia bersama kita. Apa sebutannya?” kata Wakil
dan Guru menyebut layaknya Debu halus.
“Kepala
Sekolah seperti debu halus.” Ucap Wakil. Kang Woo tak ingin membahasnya lagi
dan akan menyelidikinya sendiri.
“Aku akan
mulai mengevaluasi guru dan staf terlepas dari posisi mereka.” Ucap Kang Woo.
Wakil dan guru terlihat bingung.
“Astaga.
Kurasa kau tidak memahami situasinya. Tidak ada yang bisa menyentuh Kepala
Sekolah.” Kata Wakil
“Kudengar
Kepala Sekolah kita cukup dekat dengan Pimpinan Shinhwa Food. “ ucap guru dan langsung ditutup mulutnya oleh
wakil.
“Astaga...
Itu hanya rumor. Hanya rumor.. Dia membicarakan rumor.” Kata Wakil panik lalu
menarik si guru untuk pergi. Kang Woo hanya bisa mengelengkan kepala melihat
tingkah keduanya.
Di rumah
Nyonya Oh
sibuk memilih foto wanita diatas meja seperti ingin menjodohkan dengan anaknya.
Sementar Nenek Han berbicara di telp membahas cucunya yang tiba tepat waktu dan menurutnya berkuranglah
satu masalah yang harus mereka khawatirkan.
“Astaga,
dia memiliki banyak potensi, tapi sikapnya sering tidak sopan.” Ucap Nenek Han.
Nyonya Oh mengeluh mendengar komentar Nyonya Han.
“Ajari
dia dengan baik, dan jadikan dia pekerja yang bertanggung jawab.” Perintah
Nenek Han.
“Apa itu
Kepala Sekolah?” tanya Nyonya Oh setelah ibu mertuanya menutup telp. Nenek Han
membenarkan.
“Apa pendapat
Ibu tentang wanita ini? Aku suka mata dan bibirnya. Keduanya cantik.” Ucap
Nyonya Oh memperlihatkan sebuah foto.
“Ketampanan
tidak akan membantunya. Kang Woo perlu wanita yang dewasa dan rajin yang bisa
mengurus dirinya sendiri.” Kata Nyonya Han.
“Kenapa
Ibu menyetujuiku untuk menikahi putra Ibu?” tanya Nyonya Oh.
“Kau
punya banyak uang.” Kata Nyonya Han santai. Nyonya Oh tak percaya kalau itu
karena uang yang dimilikinya.
“Ibu
benar. Memiliki uang bisa dianggap kemampuan seseorang. Mereka tidak secantik
aku saat aku masih muda.” Ucap Nyonya Oh tertawa bahagia.
Wakil
membahas Pemandangannya bagus dan juga terbuka. Ia memberitahu kalau Dindingnya
tidak dilapisi ubin tapi memakai marmer dan Untuk rumput di stadion, karena
mereka memberikan harga yang sangat tinggi jadi menolaknya.
Kang Woo
malah melihat ke arah lapangan, Seo Yeon sedang mengajar anak murid
berolahraga. Kang Woo membahas mereka yang memiliki Tim atletik jadi ingin tahu
Bagaimana timnya. Wakil memberitahu Kepala Sekolah sangat tertarik dengan tim
itu.
“Tapi
mereka belum punya prestasi.” Ucap Wakil. Kang Woo pikir Tidak ada gunanya
mempertahankan tim tanpa prestasi.
“Menjalankan
sekolah bukan kegiatan amal.”komentar Kang Woo sinis lalu saat berjalan
teringat dengan pesan Dokter Kim “Potret
dia dan berlatihlah dengan itu.”
Saat itu
Wakil membahas tentang sekolah yang indah. Kang Woo tiba-tiba menyuruh keduanya
berdiri membelakangi lapangan karena akan memotretnya. Keduanya bingung, tapi
akhirnya menurutinya. Kang Woo berpura-pura mengambil foto tapi kameranya
mengarah pada Seo Yeon yang ada ditengah lapangan.
“Astaga,
kurasa aku baru saja berkedip... Coba kulihat. Apa Kau mengambil foto bagus?”
ucap Wakil ingin melihat ponsel Kang Woo.
“Aku akan
menyelesaikan tur hari ini.” Kata Kang Woo buru-buru menyembunyikan ponselnya
lalu melangkah pergi.
“Kenapa
dia mengambil foto itu jika tidak mau menunjukkannya?” komentar Wakil heran.
Min Hyuk
duduk di ruangan, Kang Woo masuk mengeluh kalau Min yuk Berani kamu memanggil
direktur utama ke kantornya. Min Hyuk tak peduli menyuru Kang Woo duduk
saja. Kang Woo mengelu sepupunya itu
memang tidak sopan sekali.
“Apa Kau
baik-baik saja? Kenapa kamu berlari seperti itu di tengah perkenalan?” kata Min
Hyuk penasaran.
“Lagi
pula, tidak banyak yang bisa kukatakan.” Kata Kang Woo. Min Hyuk bertanya Apa
ada sesuatu yang tidak disukai Kang Woo.
“Aku
bicara soal misofobiamu. Apa Kau dirawat karena itu?” tanya Min Hyuk penasaran.
Tiba-tiba Kang Woo menanyakan pertanyaan dengan cepat.
“Berapa
usiamu saat menonton film dewasa pertamamu? Kapan itu? Di mana kau menontonnya?
Dengan siapa?” tanya Kang Woo. Min Hyuk mencoba menutup mulutnya tapi akhirnya
membuka mulutnya.
“Saat
kelas empat dengan temanku di rumah temanku.” Akui Min Hyuk. Kang Woo tak
percaya kalau itu Kelas empat
“Dasar Berandal.
Aku tidak mengira kamu anak nakal.” Ejek Kang Woo. Min Hyuk menghela nafas
karena tak bisa berbohong.
“Jangan
cemaskan aku. Khawatirkan saja dirimu. Bagaimana kamu bisa menyebut dirimu
normal jika tidak bisa berbohong? Itukah
alasanmu memanggilku kemari?” ucap Kang Woo
“Orang
akan tahu bahwa kau cucu Pimpinan.” Ucap Min Hyuk khawatir. Kang Woo pikir tak
ada yang salah dengan itu.
“Mungkin
tidak masalah bagimu, tapi bagiku itu masalah. Kuharap orang-orang tidak akan
tahu tentangku.” Jelas Min Hyuk yang ingin menutupi jati dirinya
“Apa Kau
tidak mau orang tahu kamu bagian dari yayasan?” tanya Kang Woo. Min Hyuk
membenarkan dan meminta bantuan sepupunya.
“Begini, aku
tidak perlu memberi tahu orang-orang soal itu. Tapi kenapa sekolah ini? Kau
tidak tertarik dengan bisnis sekolah.” Kata Min Hyuk
“Apa aku
mencuri tempatmu?” tanya Kang Woo sinis. Min Hyuk mengaku tidak seperti itu
tapi hanya penasaran.
“Itu membuatku
bertanya-tanya kenapa kau memilih di sini.” Akui Min Hyuk. Kang Woo menegaskan
kalau tidak akan lama di sini.
Kang Woo
membaca berkas ditanganya tentang "Rencana Anggaran Tim Trek dan
Lapangan" Ia lalu berkomentar ternyata Seo Yeon itu punya pekerjaan biasa saja
seperti ini.
“Tapi apa
yang dia katakan kepadaku? "Buang air besar"? Aku akan membuka mataku
lebar-lebar dan mengatakan bahwa kau dipecat.Aku akan melakukan itu.” Ucap Kang
Woo dengan mata melotot yakin.
Kang Woo
akhirnya melihat hasil foto yang baru diambilnya, lalu mencoba memperbesar foto
dan terlihat dengan jelas tatapa Seo Yeon mengarah padanya. Ia tak percaya
kalau Seo Yeon itu tahu kalau sengaja memotretnya.
“Ahh...
Tidak mungkin... Astaga, perutku.” Ucap Kang Woo merasakan perutnya bergejolak.
Seo Yeon
keluar dari "Ruang Guru" dan melihat Kang Woo keluar ruangan dan
langsung berteriak memanggilnya. Kang Woo menengok tapi tak melihat ada orang
yang memanggilnya, Seo Yeon ternyata sudah ditarik dengan mulut yang ditutup.
Mi Kyung
dan Seo Yeon melihat berita online di komputer "'Bertemu dengan Lee Kang
Hee, Direktur Shinhwa Food'" Mi Kyung membahas tantang "Satu putra
dan satu putri" yaitu Lee Kang Hee dan Lee Kang Woo dan Seo Yeon pasti
tahu apa yang dimaksud.
“Jadi, si
bedebah Lee Kang Woo, adalah cucu dari Pimpinan Shinhwa Food?” kata Seo Yeon
terlihat tak percaya
“Ya. Dia
generasi ketiga dari keluarga konglomerat yang hanya pernah kita dengar. Sial.
Andai aku tahu lebih awal...” kata Mi Kyung terkesima
“Lalu
apa? Apa kau akan menjadi korban di pernikahan palsu?” keluh Seo Yeon sinis.
“Ya dan
tidak. Kurasa aku bisa menghadapi risiko semacam itu jika menjadi menantu
keluarga kaya.” Ucap Mi Kyung
“Hei.... Sadarlah!”
teriak Seo Yeon. Mi Kyung mengeluh Seo Yeon itu mengejutkannya.
“Aku
hanya "berpikir" soal itu. Apa aku tidak boleh berpikir bebas dengan
otakku sendiri?” ucap Mi Kyung
“Dia
pantas dihajar karena mempermainkan kita.” Kata Mi Kyung pikir tak ada yang
bisa dilakukan.
“Dia
direktur utama dan bisa menjadi pewaris.” Kata Mi Kyung. Seo Yeon pikir tak ada
alasan untuk itu.
“Apa Kau
pikir aku akan membiarkannya begitu saja?” kata Seo Yeon marah. Mi Kyung pikir
Ucapan dan tindakantampaknya tidak sesuai. Seo Yeon mengelak.
“Memangnya
kenapa jika dia direktur utama? Memangnya kenapa jika dia pewaris perusahaan?” ucap
Seo Yeon seolah tak peduli.
“Hanya
itu yang dia butuhkan. Bukankah sudah jelas? Kamu pegawai kontrak. Lagi pula,
kau bilang perlu persetujuan Direktur Utama untuk lomba lari. Si Anus memiliki
kekuatan yang mengendalikan kariermu..” Ucap Mi Kyung
“Jika dia
memutuskan untuk menggunakan kekuasaannya, kariermu akan berakhir. Mengerti? Jadi,
kita harus menjauh darinya jika bisa. oke? Mari berpura-pura tidak mengenalnya.
Kita tidak perlu menonjol. Itu tidak sulit.” Tegas Mi Kyung. Seo Yeon pun hanya
bisa terdiam.
Diruangan
Tuan Lee, terlihat tulisan motto hidupnya "Kerajinan atas Kesuksesan"
Kang Hee masuk ruangan ayahnya memberitahu mereka harus pergi karena Rapat akan
segera dimulai. Tuan Lee bertanya Apa keberadaannya diperlukan untuk rapat.
“Kau bisa
melewatkan pertemuan lain, tapi kau berjanji untuk menghadiri rapat dengan para
eksekutif.” Ucap Kang Hee
“Kenapa
aku membayar mereka begitu besar? Aku membayar mahal agar mereka bisa bekerja
sendiri tanpa aku. Lagi pula, aku sedang sibuk. Masih banyak yang harus kukerjakan
dengan semua laporan ini.” Ucap Tuan Lee. Kang Hee memutar laptop milik ayahnya
ternyata sedang bermain games.
“Ayo
pergi. Baiklah, ayo. Aku tidak pernah bilang tidak... Astaga, aku sangat benci
bekerja. Bisakah kamu mengambil jabatanku? Biarkan aku pensiun!” keluh Tuan Lee
“Cobalah
membujuk Bu Pimpinan .. Dia bilang tidak akan mengizinkanku sebelum aku
menikah.” Keluh Kang Hee.
“Aku sungguh
tidak mau menghadiri rapat... Aku sungguh tidak ingin bekerja.” Balas Tuan Lee
seperti sudah muak. Kang Hee memohon pada sang ayah tapi Tuan Lee merengek
seperti akan kecil karena tak ingin ikut rapat.
Tuan Lee
keluar dari ruangan mengeluh Apa mereka ingin menunjukkan bahwa mereka bekerja
dan Kenapa mereka harus mengadakan rapat. Kang Hee pikir Ayah CEO-nya jadi pasti
tahu bagaimana situasi di perusahaannya.
“Aku bisa
membaca laporan mereka. Kenapa mengadakan rapat? Kenapa mereka mengadakan rapat
padahal aku bisa membaca laporan?” kata Tuan Lee kesal
“Aku akan
menikahi pria gila kerja.” Keluh Kang Hee melihat tingkah ayahnya yang enggan
berkerja.
Di
showroom mobil, Won Jae sedang tertidur didalam mobil dengan cap terbuka dan
merasakan seperti sedang ada dipantai. Manager melihat Won Jae mengeluh karena
pegawainya tidur adan akan memarahinya. Pegawai lain menahan managernya.
“Model mobil.
Dia seperti model mobil!” ucap pegawai melihat Won Jae yang tampan dan beberapa
orang ingin mengambil gambar.
“Hei,
beri dia sesuatu yang membuatnya tampak lebih baik.” Kata Managernya.
Won Jae
sudah mengunakan kacamata hitamnya, lalu bingung menatap sekeliling. Pegawai
menyapa Won Jae sudah bangun dan berpikir bisa tidur sebentar lagi. Si Manager
melihat Won Jae bangun memarahi pegawainya karena berpikir sudah membangunkannya
“Jangan
bangun. Teruslah tidur dan Pakai itu kembali.” kata si Manager. Won Jae
terlihat bingung.
“Berkat
kau, hari ini kami menjual tiga mobil model ini.” Kata si pegawai. Won Jae
terlihat bingung
Akhirnya
Won Jae melihat majalah yang membuatnya tertidur melihat wajah Kang Hee sebagai
anak dari pewaris utama. Lalu Ia mengingat dengan sikap Kang Hee yang
menyuruhnya agar memarkirkan mobil, seperti tak percaya kalau wanita itu adalah
orang kaya.
“Shinhwa
Food? Karena itulah dia arogan.” Keluh Won Jae terlihat kesal.
Sementara
Seo Yeon sibuk melihat di internet, "Es krim premium Shinhwa Bakery,
Shinhwa Tripe, babat terbaik. Shinhwa Food, permulaan hari yang lezat" Ia
tak percaya kalau hampir semua makanan milik Shinhwa Food juga.
“Tempat
ini sangat bagus.” Kata Seo Yeon lalu panik melihat Kang Woo berjalan didepanya
dan buru-buru bersembunyi.
“Bukankah
lebih baik aku berteman dengan Kang Woo? Tapi Ini sangat menyedihkan... Seo
Yeon, hidupmu sangat menyedihkan.. Sial.” Ucap Seo Yeon memukul kepalanya di
dinding.
Tapi
tiba-tiba ada roti yang menyanggah kepalanya, Min Hyuk terlihat melindungi
kepala Seo Yeon dengan rotinya tapi seolah sangat sedih karena rotinya jadi
rusak. Seo Yeon pikir kalau Min Hyuk sendiri yang meletakkannya di sana. Min
Hyuk akhirnya memberikan rotinya untuk Seo Yeon.
“Astaga, Apa
ini juga dibuat oleh Shinhwa Food? Tapi Kenapa enak sekali? Ini enak sekali.”
ucap Seo Yeon kesal sambil memakan habis rotinya.
Won Seok
sibuk mencari sesuatu di meja barnya. Salah seorang pegawai melihat Won Seok
bertanya apakah u mencari dompetnya. Won Seok k membenarkan dan bertanya apakah
melihatnya karena sengaja meninggalkan dimeja bar semalam.
“Pasti
menyenangkan menjadi sepopuler ini.” Ucap Si pegawai memberikan sebuah kertas
pada Won Seok. Won Seok membacanya.
Won Seok
sudah duduk disebuah tempat, terlihat beberapa pria sedang mengobrol dan salah
satunya Cho Ho Dol yang pernah datang ke bar Won Seok,merasa ketinggalan
sesuatu di kelas jadi akan kembali setelah mengambilnya.
“Kenapa
dia selalu meninggalkan semuanya?” keluh temanya menunggu. Satu satu membahas
kalau ada jurusan tari hari ini?
“Kenapa
kita mengajak Ho Dol? Dia tidak membuat kita tampak hebat.” Keluh temanya.
“Levelnya
di bawah kita. Kita butuh orang yang lebih buruk.” Tegas teman lainya.
“Omong-omong,
bagaimana caramu meyakinkannya? Dia tidak pernah datang ke kencan buta.” Tanya teman
satunya.
“Aku
menyuruhnya makan sebanyak mungkin tanpa membayar.” Kata si pria. Saat itu Ho
Dol keluar dari kelas meminta maaf karena menunggu lalu berjalan bersama. Won Seok hanya diam saja mendengar pembicaraan
anak yang masih kuliah.
Tiba-tiba
seorang datang berkomentar tidak mengira Won Seok akan datang jauh-jauh kemari.
Won Seok mengembalikan lembaran kertas mengaku Ini sangat menyebalkan. Si pria
pikir Won Seok tidak mau menemuinya kecuali melakukan ini.
“Cepat
Serahkan... Berikan kepadaku.” kata Won Seok seolah tak peduli. Si pria
akhirnya mengembalikan dompet Won Seok.
“Aku
kuliah di Universitas Hangook. Itu universitas terbaik di Korea.” Kata si pria
mengikuti Won Seok. Won Seok bertanya lalu kenapa seolah tak peduli.
“Aku
muda, seksi, dan pintar. Kenapa kamu tidak mau memacariku? Apa yang tidak kamu
sukai dariku? Katakan. Aku akan memperbaikinya.” Ucap si pria penasaran.
Tiba-tiba
Won Seok mendekati Si pria seperti ingin menciumnya didepan umum. Si pria panik
akhirnya menjauhkan Won Seok seperti tak nyaman.
“Kau
tidak bisa menerimanya, bukan? Menyebalkan mengencani pria yang tidak bisa
menghadapi dirinya.” Sindir Won Seok lalu berjalan pergi.
Won Seok
masuk mobil lalu membuka dompetnya dan melihat ada foto sang ayah yang masih
disimpan olehnya.
Jang Min
duduk di bangku taman, seorang pria datang karena Jang Min memesan ayam. Jang Min
kecea melihat pengantarnya bukan si wanita pengantar makanan.
Sementara
di sekolah, Seo Yeon kembali melatih anak muridnya berlatih. Ia lalu heran
meihat Joo Hee yang membawanya. Joo Hee
hanya mengeleng dan Seo Joon mengikuti dari belakang memanggil kakaknya. Seo
Yeon menegaskan menyuruh memanggil Ibu Guru Joo. Seo Joon mengeluh karena harus
duduk dengan Joo Hee sekarang. Seo Yeon pikir memangnya kenapa.
“Bukankah
sudah cukup aku tinggal dengannya? Kenapa aku harus duduk dengannya di sekolah
juga?” keluh Seo Joon.
“Apa yang
kau cemaskan?” tanya Seo Yeon. Seo Joon pikir Sudah jelas kalau Joo Hee akan
mulai menyukainya.
“Aku
tidak bisa tinggal dengan penggemar seram di rumah yang sama.” Kata Seo Joo
terlalu percaya diri. Seo Yeon langsung menendang adiknya agar segera pergi
saja.
“Tunggu
dan lihat saja. Kamu akan menyesal mengabaikan perkataanku.” Kata Seo Joon. Seo
Yeon berteriak marah .
“Sial... Seharusnya
aku lebih bijak dalam membesarkannya.” Teriak Seo Yeon marah.
Joo Hee
mendekati Seo Yeon setelah berganti pakaian. Seo Yeon memeluk anak muridnya
meminta maaf Joo Hee harus duduk dengannya dan bertanya Kenapa tidak
menghindarinya. Joo Hee mengaku Itu diundi, jadi tidak punya pilihan lain.
Flash Back
Seo Joon
sedang duduk santai sambil memainkan ponselnya, Joo Hee sibuk menulis membaca
pesan di ponselnya. Seo Joon mengirimkan pesan “Berhenti menatapku.” Joo Hee hanya meliriknya sambil menghela nafas. Pesan
kembali masuk “Kubilang,
berhenti menatapku. Jangan lihat aku!”
“Jangan
melewati garis. Aku akan membunuhmu jika kamu mengadukanku kepada Seo Yeon. Tunggu,
Apa kau menyukaiku? Sekalipun kau suka, jangan. Aku akan membunuhmu. Jangan
terlalu menempel.”
Joo Hee
yang hanya diam saja seperti terjatuh karena semua pesan yang terus dikirimkan
Seo Joon.
Joo Hee
bertanya apakah Seo Yeon pernah menerima 30 pesan dalam satu menit padahal
mereka bahkan tidak berteman di aplikasi pesan. Seo Yeon meminta maaf dan berjanji
akan bicara dengannya lagi jadi meminta Joo Hee agar Bertahanlah sebentar lagi.
“Tapi aku
tidak keberatan. Pada akhirnya dia akan berhenti. Aku punya waktu sebulan untuk
kompetisi lapangan, jadi, aku tidak punya waktu untuk khawatir.” Kata Joo Hee.
“Tentu
saja, kompetisi lapangan adalah hal yang penting...Tentu saja. Pak Dirut akan
segera menandatanganinya. Semangat!” kata Seo Yeon yakin memberikan semangat
pada Joo Hee.
“Ini
membuatku gila. Dia tidak akan menolak tanda tangan karena dendam pribadi, bukan?” ucap Seo Yeon
yakin
Seo Yeon
melihat Kang Woo sedang berjalan di pinggir lapangan dan langsung melambaikan
tanganya. Kang Woo kaget lalu memastikan kalau Seo Yeon melambaikan tangan
padanya. Seo Yeon dengan gaya imutnya menyapa Kang Woo.
Bersambung ke epsideo 6
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar