PS
: All images credit and content copyright : JBTC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Di sebuah
tempat yang cukup gelap, suasana terlihat sangat sunyi. Lee Sun Woong melihat
pria yang duduk disampingnya. Kim In Joo mulai dengan puisi "Aku memancing
di dekat sungai ini seharian, tapi yang
kutangkap hanya ikan kecil sebelum
berhenti. Meskipun merasa getir, aku
harus merelakannya. Tidak mudah menangkap ikan besar."
“"Pasang
tali pancingmu dan lihatlah bulan. Malam telah datang. Aku mendengar suara
burung hantu. Aku masih terjaga, jadi, aku tetap di sini sebentar." Balas
Sun Woong
“Malam
ini terlalu indah jika kita hanya melihat joran. Kita juga harus mengagumi
bebatuan, air, dan bulan.” Kata Tuan Kim. Sun Woong membenarkan.
“Bahkan
Gunung Kumgang harus menunggu sampai kau selesai makan.” Kata Tuan Kim
“Ini bukan makanan spesial,
tapi silakan ambil satu.” Kata Sun Woong membuka makananya. Tuan Kim senang
karena itu saran yang bagus
Tiba-tiba
terdengar suara sirine dari atas, polisi sudah ada di atas tebing dengan lampu
sentar. Sun Woong dan Tuan Kim bingung, Polisi menyuruah mereka naik keatas
karena dilarang mancing ditempat itu. Sun Woong kaget karena Tuan Kim sudah tak
ada disampingnya.
Tuan Kim
kabur dengan masuk ke dalam air. Sun Woo kebingungan karena banyak polisi yang
akan menangkapnya. Polisi
memperingatakan kalau iini zona dilarang memancing. Semua yang ada dibawah
panik.
“Ada kutipan terkenal dari
Laksamana Yi Sun Sin. "Mereka yang ingin hidup akan mati, dan mereka yang
rela mempertaruhkan nyawa akan hidup."
Seorang
polisi berjalan ke bawah melihat ada sesuatu yang tertutup. Sun Woong akhirnya
ketahuan bersembunyi dibalik jaket.
“Kurasa aku tidak punya cukup
kemauan untuk merelakan nyawa.”
Di kantor
polisi
Semua
orang sudah berkumpul, salah satu pria dengan bangga memperlihatkan ikan besar
tangkapanya. Semua terpana melihat ikan yang masih hidup. Sun Woong melirik
melihat ikan yang besarnya sekitar 50
cm.
“Astaga,
bau apa ini? Pak, masukkan itu kembali. Apa yang kamu lakukan? Memangnya ini
pasar ikan?” keluh polisi masuk ke dalam ruangan. Sun Woong pun terlihat bersembunyi
dibalik dinding
“Astaga,
kalian semua sangat berani. Kenapa kalian menangkap ikan di dalam pangkalan
militer? Itu melanggar hukum. Kalian tahu itu, bukan? Kalian semua pasti tahu
itu.” Kata Polisi. Semua menganguk mengerti.
“Baiklah,
kalau begitu. Mulai darimu, berikan KTP dan jawab saja pertanyaan kami dengan
jujur. Ayo. Duduklah dan Cepat” kata
Polisi
Sun Woong
duduk melihat ikan yang masih hidup lalu teringat sesuatu sambil bergumam “Entah apakah dia bisa keluar
dengan selamat.” Tuan Kim terlihat masih berenang membelah lautan di malam
hari. Polisi mulai menginterogasi orang-orang.
Satu pria
mengaku punya toko perangkat keras. Sun Woong yang mendengarnya mengeluh kalau
pria itu beruntung. Pria yang lain mengaku pengangguran. Sun Woong mengeluh
kalau iri kepadanya. Pria lainya mengaku mengajar piano untuk anak-anak.
“Astaga,
kenapa kamu melakukan ini padahal kamu mengajar anak-anak?” komentar Polisi.
Sun Woong pun mengeluh kalau ia yang melakukan ini
Polisi pun memanggil yang lainya. Sun Woong
akhirnya duduk dengan wajah tertunduk. Polisi meminta ID Cardnya. Sun Woong
hanya diam dan terlihat ragu. Polisi kembali meminta ID Cardnya. Akhirnya Sun
Woong memberikan ID Cardnya pada polis wajahnya terlihat tegang.
Akhirnya
Polisi melihat ID Card dan Polisi menanyakan pekerajaanya. Sun Woong menjawab
bekerja di sebuah perusahaan. Polisi seperti melihat data Sun Woong lalu
memanggilnya. Sun Woong menutup matanya seperti merasa akan dipenjara.
Polisi
memanggil Sun Woong lagi mengembalikan ID Cardnya dan menyuruh pergi. Sun Woong
bingung tapi polisi menyuruh mereka semua
yang sudah selesai boleh pulang dan akan memanggil kalian lain
kali. Sun Woong bisa bernafas lega
membawa alat pancingnya dan akan pergi.
Tapi saat
akan pergi seorang pria masuk ruangan dan mengenali wajah Sun Woong. Sun Woong
panik ingin membalikan badan tapi Si pria
mengenal Sun Woong kalau sudah 1 bulan yang lalu dan Sung Woong tak bisa
mengelak.
Di depan
kantor polisi Jinyeong terlihat slogan bertuliskan "Kepolisian Jinyeong
Melindungi Keselamatan dan Kebahagiaan Warga" Sun Woong akan pergi meninggalkan kantor
polisi, tapi pria itu malah menyuruh Sun Woong naik ke mobil polisi.
Sun Woong
menolak tapi si pria memaksa dan mendorong masuk ke dalam mobil dan menyuruh
anak buahnya pastikan mengantarnya dengan aman. Di tengah jalan, Sun Woong
meminta menurunkan di sekitar sini. Polisi langsun menolak.
“Dia
menyuruhku mengantarmu sampai tempat tujuan.” Ucap Si polisi. Sun Woong pun
hanya bisa menghela nafas.
Di kantor
kejaksaan, semua seperti sedang keluar untuk makan siang. Sun Woong menutupi wajahnya saat masuk ke
gedung kejaksaan. Semua bingung siapa yang datang dengan mobil polisi. Sun
Woong akhirnya turun dari mobil.
“Datanglah
tiap kali ada waktu untuk wawancara tambahan. “ kata Polisi. Sun Woong
menganguk mengerti
“Apa yang
dia lakukan?” Ucap Jo Min Ho lalu berjalan mendekati Sun Woong begitu dan
menyuruh segera berganti pakaian. Sementara yang lainya menatap heran pada Sun
Woong dan memilih untuk meninggalkanya.
“Ada apa
ribut-ribut? Kamu mungkin bertanya-tanya kenapa reaksiku berlebihan, tapi kau
tidak tahu situasiku.” Gumam Sun Woong sambil mengeluh
Di sebuah
ruangan, MC memberitahu Sekarang, kepala cabang akan memberikan pidato. Didepan
panggung bertuliskan spanduk "Jinyeong Bekerja Keras untuk Warganya yang
Ramah dan Bahagia" Sun Woong sudah berganti pakaian bergegas masuk
ruangan.
“Saat dan jika tertangkap polisi,
orang seperti kami juga akan mengalami masalah yang sama seperti para penjahat.”
Sementara
didepan podium, Tuan Kim menyapa keluarga Cabang Jinyeong dan mengucapkan selamat
pagi untuk mereka semua.
“Kami
adalah jaksa di Cabang Jinyeong.” Terlihat di dinding bagian depan tertulis "Kejaksaan Jangwon, Cabang
Jinyeong"
Terlihat
jembatan dengan air yang membiru. Sun Woong bercerita tentang Jinyeong, yaitu kota nelayan yang penuh dengan
budaya.
“Apa Kau pernah ke Jinyeong? Ini
kota pelabuhan yang terletak di pesisir selatan. Sekitar 200 kilometer lebih
besar daripada Seoul, tapi seluruh populasinya lebih sedikit daripada
Dobong-gu, Seoul.”
Sun Woong
membandingkan populasi "Dobong-gu, 330.000, Jinyeong, 320.000"
“Fakta
bahwa sebagian besar uang korban yang hilang adalah tabungan pensiun penduduk
setempat.. Kita, para jaksa di Jinyeong....” ucap Tuan Kim memberikan
pidatonya.
“Ini cabang
kecil yang hanya terdiri dari 12 jaksa, termasuk kepala cabang. Tapi cabang
kami telah mencetak dua rekor unik.
“Pertama, kami satu-satunya cabang yang
lupa dikunjungi oleh Jaksa Agung saat dia sedang blusukan ke cabang-cabang
daerah di luar Seoul.”
Semua
jaksa sudah bersiap dengan spanduk "Cabang Jinyeong Menyambut Jaksa Agung
ke-39" tapi ternyata Jaksa Agung tak jadi datang. Jaksa ke 40, 41 tak ada
yang datang ke tempat mereka.
“Tiga kali berturut-turut. Mengenai
rekor yang kedua, aku akan memberitahumu nanti.” Terlihat
Kamera yang mengarah pada ruangan 309
Di ruangan rapat, Tuan Kim duduk di tengah.
Jaksa Nam duduk didepan Tim Jaksa Jo Min Ho. Ia mengaku sudah menjadi jaksa selama 18 tahun, dan
belum pernah mengalami hal memalukan. Ia menyindir Seorang
jaksa dengan sukarela terlibat aktivitas ilegal dan ditangkap oleh polisi.
“Tunggu, aku harus memperkenalkan
kolegaku dahulu... Ini Nam Byung Jun, kepala Departemen Kriminal Satu.”
“Kau benar-benar menghancurkan reputasi dan citra publik
kejaksaan. Bagaimana kita
membawa ketertiban dan kedisiplinan ke kota ini? Ketegangan seputar otoritas investigasi
meningkat. Jadi, ini
tidak bisa dimaafkan.” Kata Tuan Nam tegas.
“Pak... Jangan abaikan ini tanpa sanksi. Kita harus mengajukan ini ke
komite pendisiplinan. Aku
yakin dia pantas menerima teguran keras.” Ucap Tuan Nam pada Tuan Kim
“Astaga,
Pak... Perbuatannya tidak dewasa dan memalukan, tapi dia benar-benar
menyesalinya. Jadi, tolong maafkan dia.” Kata Tuan Jo membela juniornya.
“Dampak
buruknya telah terjadi. Dia seharusnya berhati-hati sejak awal.” Kata Tuan Nam.
Sun Woong akhirnya berdiri membungkuk meminta maaf lebih dulu pada Tuan Kim.
“Aku
sungguh minta maaf. Karena kesalahanku, aku akhirnya mempermalukan kalian
semua, termasuk Kepala Kim dan Pak Nam. Itu sangat menyiksaku, dan aku merasa
tidak enak. Tidak ada yang bisa kukatakan.” Kata Sun Woong
“Namun, sebagai
jaksa penuntut umum negara ini, aku akan menderita karena hati nurani yang
bersama jika aku tidak mengatakan ini. Di TKP kemarin, sepertinya ada...” kata
Sun Woong melirik pada Tuan Kim
“Pak
Lee.. Karena dibutakan oleh keserakahan, orang terkadang memasuki tempat yang
dilarang. Karena ini pelanggaran pertamamu, aku akan membiarkannya kali ini.”
Ucap Tuan Kim
Tuan Nam
dkk langsung mengeluh dengan keputusan Tuan Kim, Tuan Km tak memperdulikan menyuruh Sun Woong
agar duduk. Sun Woong pun langsung mengucapkan terima kasih. Tuan Nam masih
ingin protes. Tuan Kim langsung menghentikanya.
“Cukup...
Aku tidak mau ini dibahas lagi.” Tegas Tuan Kim. Sun Wong pikir itulah kepala
cabang mereka.
“Dengan bertekad untuk tidak
dipermalukan polisi, dia berenang 2,8 km melawan angin dan ombak. Aku yakin dia
akan kehabisan energi di setengah perjalanan.”
Tuan Kim
berenang tanpa henti lalu ditengah jalan terlihat lelah membuka cangkang kerang
dan langsung memakanya. Ia lalu kembali berenang untuk menyelamatkan diri.
“Jadi, bagaimana dia bisa berenang
sejauh 2,8 km? Apakah dia hanya mengandalkan tekad?”
Tuan Kim
akhirnya sampai disebuah pelabuhan dan berjalan pulang demi menyelamatkan diri
dari polisi. Ia mendapatkan julukan "Kepala Cabang Jinyeong, Kim In Ju,
juga dijuluki Berang-berang Laut"
Keduanya
keluar dari ruangan, Min Ho mengeluh pada Tuan Nam itu mengarahkan jari kepada
koleganyaseperti itu. Tuan Nam menyindir Min Ho itu seharusnya mengurus timnya
dengan nada menyindir kalau lebih baik karena Salah satu dari mereka lebih
pantas menjadi pemancing daripada jaksa.
“Satu hal
lagi... Astaga, lupakan saja.” Ucap Tuan Nam lalu melangkah pergi. Min Ho
penasaran ingin tahu apa itu.
“Selesaikan
ucapanmu.. Hal lain apa?” teriak Min Ho, Tuan Nam tak peduli langsung berjalan
begitu saja.
“Teman-teman,
apa yang akan dia katakan tentangku?” tanya Min Ho pada anak buanya, tapi semua
memilih pergi.
Sun Woong
menatapnya. Min Ho ingin tahu apa itu. Sung Woong hanya diam saja dan pergi.
“Itu Kepala Departemen Kriminal
Dua, Cho Min Ho. Dia berusaha keras untuk tetap muda. Sayangnya, itu bisa
menjadi cukup memalukan.”
Min Ho
menaiki sepeda dengan peralatan yang lengkap, lalu masuk ke gedung kejaksaan
tanpa berganti pakaian. Oh Yoo Jin baru saja keluar dengan terburu-buru
mengunakan jubahhnya, Min Ho menyapa dan bertanya apakah akan menghadiri
sidang.
“Iya.... Astaga.
Pak Cho.” Keluh Yoo Jin melihat Min Ho. Min Ho tak mengerti bertanya ada apa.
Yoo Jin yang terburu-buru pun tak membahasnya.
"Kepala Departemen Kriminal Dua, Cho Min
Ho, Baru saja bercerai"
Yoo Jin
mengendong anaknya yang sedang minum susu sambil memakain masara. Ia pun
bergegas masuk ke dalam ruang sidang dan sudah terlambat. Hakim yang sudah ada
di dalam ruangan, Beberapa pria kekar langsung menyapanya.
“Itu Jaksa Oh Yoon Jin. Di Unit
Kejahatan Kekerasan, dia sering bertarung dengan geng. Tapi kini dia bertarung
dengan bayi-bayinya yang baru lahir.”
Yoo Jin
sudah duduk di bangkunya, lalu bingung melihat isi tasnya bukan berkas tapi
barang-barang perlengkapan anaknya. Hakim menatapnya, Yoo Jin memberikan kode
agar menunda 30 menit. Hakim memberitahu kalau mereka akan menunda selama 30
menit.
“Karena
dia juga harus menangani persidangan, yang dibutuhkan Jaksa Oh saat ini
adalah...
"Jaksa Oh Yoon Jin, Anggota
Unit Kejahatan Kekerasan menjadi ibu pekerja"
Seorang
pria sedang menghitung akan didepannya, dengan mulai saling mengalikan
angka-angka yang dilihatnya. Jaksa Hong
melihat nomornya yang didapatkan dari menang lotre, setelah itu ia mencoba agar
mendapatkan hadiah yang lainya,
“Itu
Jaksa Hong Jong Hak. Lima tahun lalu, dia membeli tiket lotre yang memenangkan
hadiah kedua dan mendapatkan 20.000 dolar. Dia memang pria yang beruntung.”
“Karena
bermimpi untuk menjadi kaya sejak itu, dia telah menghabiskan hampir 30.000
dolar untuk tiket lotre. Dia masih yakin akan memenangkan hadiah pertama kelak.”
"Jaksa Hong Jong Hak, Bertugas
menangani aktivitas spekulatif"
“Itu Jaksa Kim Jung Woo. Dia jaksa
pemula, yang dilatih olehku.”
Jung Woo
bersadar di depan meja kantor lengkap dengan papan namanya seolah sedang minum
dan ada kamera didepanya. Sung Woong bingung bertanya sedang apa. Jung Woo menyuruh agar pergi saja setelah
foto yang bagus langsung menguploud pada SNS.
“Berdasarkan pengamatanku sebagai mentornya,
biar kuberi tahu sesuatu. Perjalanannya masih panjang sebagai jaksa.”
"Jaksa baru Kim Jung Woo Dia
hanya anak-anak"
Di lorong
ruangan jaksa banyak yang lalu lalang dengan banyak orang yang berkerja. Sun
Woong memberitahu kalau tidak semua orang di kejaksaan adalah seorang jaksa.
“Mereka yang bekerja paling dekat
dengan kami adalah para penyidik dan asisten. Penyidik yang bekerja denganku
memiliki pengalaman 30 tahun. Namanya Jang Man Ok.”
Seorang
wanita dengan pakaian khas China dengan membawa rantang dan berteriak
menanyakan dengan bahasa mandarin “Di mana suamiku? Aku tidak bisa menghubunginya semalaman. Polisi
menyuruhku bertanya ke Konsulat.” Semua sedang makan hanya bisa
melonggo.
“Tapi
saat aku ke sana, mereka bilang dia di sini. Jadi, aku pergi jauh-jauh kemari
dari Busan. Apa ada yang mengerti ucapanku?” kata si wanita. Semua masih
melonggo.
“Siapa
kamu? Apakah kau istri Mingqing?” tanya Seorang wanita paruh baya dengan bahasa
mandarin yang fasih. Si wanita membenarkan.
“Interogasi
sudah berakhir. Kau mengerti maksudku?” kata Nyonya Jang . Si wanita menganguk mengerti.
“Ayo. Aku
akan mengantarmu menemuinya.” Kata Nyonya Jang memberikan kode bisa
menyelesaiaknya.
"Penyidik Jang Man Ok, Seorang
penyidik veteran"
Yoon Jin
pun bertanya-tanya Kapan Nyonya Jang belajar bahasa Mandarin. Sun Woong mengaku
mulai bertanya-tanya adakah yang tidak bisa dia lakukan. Jong Hak pikir mereka
saatnya menyelesaikan ini dan langsung mengatakan Batu, kertas, gunting.
Mereka
dengan cepat langsung mengeluarkan jarinya, Sun Woong seperti apes, kalah
karena membereskan semua piring. Semua akhirnya mengucapkan terima kasih lalu
bergegas pergi.
“Terakhir, itu aku.”
Sung
Woong keluar dari kantor kejaksaan lalu tak sengaja bertemu seseorang lalu menyapa salah seorang. Setelah
itu Ia menaruh bekas makan didekat pot tanaman yang besar.
“Aku sudah menjadi jaksa selama
sepuluh tahun. Sudah satu setengah tahun sejak aku pindah ke cabang ini. Sejujurnya,
aku tidak pernah sebahagia ini. Karena akhirnya aku kembali ke kampung
halamanku, Jinyeong.”
“Aku tidak pernah bekerja di
departemen elite seperti Keamanan Publik dan Investigasi Khusus. Aku dari
Departemen Kriminal. Sebenarnya, di sanalah tempat 90 persen jaksa berada. Sebagian
besar tugas mereka adalah hal seperti ini.”
Sung
Woong mengangkat telpnya menelp seseorang
bertanya apakah ini Bu Park Jung Nam lalu memberitahu kalau ia Jaksa Lee
Sun Woong yang bertanggung jawab atas
kasusnya.
“Ya, itu
benar.... Kau tidak perlu memanggilku begitu. Kau bisa memanggilku Sun Woong...
Omong-omong, Bu, kenapa tidak datang ke sini? Aku tahu ini merepotkan, tapi
tolong datanglah sekali saja. Aku akan sangat membantu.” Kata Sun Woong.
Jung Wook
pun menatap seniornya dengan tatapan heran.
Sun Woong terus bicara memohon agar bisa membantu dan datanglah. Jung
Wook bertanya pada Nyonya Jang opa dia harus bertindak sejauh itu. Nyonya Jang
menjawab separuh tugas memanggil orang.
“Kau
hanya perlu datang ke sini... Tentu saja... Baiklah. Terima kasih, Bu.” Ucap
Sun Woong mencoba menutup telp tapi
Nyonya Park terus bicara.
"Jaksa Lee Sun Woong, Karakter
utama, seorang ahli memohon"
Nyonya
Jang berkomentar kalau Nyonya Park itu sangat keras kepala saat meneleponnya
dan menurutnya Kemampuan Sung Woong itu sungguh luar biasa. Sung Woong dengan
bangga kalau tidak pernah gagal.
“Omong-omong,
wanita itu adalah korban. Kenapa dia tidak mau menemui jaksa?” kata Jung Woo
“Kita lihat
saja saat bertemu dengannya. Kita mewawancarai para korban hari ini, bukan?”
kata Sung Woong. Nyonya Jang membenarkan nanti pukul 14.00. Sung Woong
mengerti.
Di ruang
interogasi, Seorang pria duduk dengan mata tertutup. Sung Woong duduk dengan
Nyonya Jang disampingnya. Ia memanggil nama
Pak Lee Sun Cheol memberitahu Pada tanggal 18 Februari, menerima biaya
pengusiran setan sebesar 2.000 dolar tunai dari korban bernama Park Jung Nam.
“Apa itu
benar” tanya Sung Woong. Tuan Lee membenarkan. Sun Woong memberitahu Putra
korban menuntut karena Tuan Lee menerima uang itu tanpa melakukan pengusiran
setan.
“Ayolah,
jangan konyol... Pasti ada kesalahpahaman. Aku sudah melakukan pengusiran
setan. Sebanyak 21 kali.” Kata Tuan Lee.
“Kalau
begitu, apakah korban Park Jung Nam atau putranya hadir saat pengusiran setan?”
tanya Sun Woong
“Sebenarnya
tidak. Aku sendirian.” Kata Tuan Lee. Sun Woong pikir dari sudut pandang
korban, korban tidak akan tahu apakah Tuan Lee sungguh melakukan pengusiran
setan.
“Kenapa
kamu tidak mengundang korban saat melakukannya?” tanya Sun Woong.
“Astaga,
Jaksa Lee... Bu Park adalah salah satu pelanggan tetapku. Tiap kali wanita tua
itu dalam masalah, menurutmu berapa kali aku melakukan pengusiran setan? Aku
selalu melakukannya sendiri. Itu karena kepercayaan di antara kami.” Kata Tuan
Lee.
“Kamu
pikir aku apa? Aku penipu? Yang benar saja. Aku tidak percaya ini...” kata Tuan
Lee marah
“Aku
mengerti. Tenanglah... Kalau begitu, adakah yang bisa membuktikan kau benar-benar
melakukan pengusiran setan?” tanya Sun Woong
“Paman Gi
Bok mungkin melihatnya.” Kata Tuan Lee. Sung Woong pun mencatat nama Paman Gi
Bok dan ingin tahu siapa nama keluarganya.
“Jang Gi
Bok.” Jawab Tuan Lee. Sung Woong mencatatnya dan ingin tahu Berapa nomor ponselnya
“Dia
mungkin tidak punya ponsel.” Kata Tuan Lee. Sung Woong dan Nyonya Jang terlihat
binggung.
“Dia meninggal
tiga tahun lalu.” Kata Tuan Lee. Sung Woong menghela nafas lalu mengartikan
kalau Tuan Lee melihat orang mati
“Tentu
saja.. Aku bisa melihat, mendengar, dan bahkan berkomunikasi dengan mereka. Ini
semua karena kekuatan misterius dari dewi yang kulayani.” Ucap Tuan Lee. Nyonya
Jang bingung mendengar "Dewi"
“Kalau
begitu, bisakah kau menemui mendiang pamanku? Dia sangat menyayangiku saat
masih hidup.” Kata Nyonya Jang Tuan Lee
memikirkan tentang Paman Nyonya Jang.
“Beraninya
kamu berbohong di depanku, dasar wanita licik? Apa Kau tahu sedang bicara
dengan siapa? Beraninya kamu membohongiku dengan mulut kotormu itu?” teriak
Tuan Lee seperti kerasukan. Nyonya Jang dan Tuan Lee kaget.
Mereka
pun keluar dari "Ruang Investigasi" Sung Woong pun pamit pergi dengan
Tuan Lee dan akan menghubungi lagi. Tuan Lee pun berjalan dan tiba-tiba seperti
merasakan sesuatu, lalu menjerit ketakutan sampai terjatuh. Sung Woong dan
Nyonya Jang melihatnya bingung.
“Ada apa
dengannya?” tanya Sung Woong heran dan semua orang yang ada di dalam ruangan
pun langsung keluar.
“Kakiku
sakit.” Ucap Tuan Lee sepert kerasukan hantu wanita, Semua panik karena ada
hantu wanita?
“Aku
harus menemui ibuku... Tapi kakiku sangat sakit dan aku tidak bisa berjalan... Ibu!”
jerit Tuan Lee. Sung Woong meminta agar Tuan Lee tenang.
“Kau akan
baik-baik saja. Aku akan membantumu.” Kata Sung Woong. Yoon Jin melihat dengan
Min Ho mengajak pergi karena ketakutan.
Di depan
kamar 309 dan terlihat kosong tanpa berpenghuni.
“Cabang Jinyeong punya sejarah lain
yang aneh. Itu berkaitan dengan ruang 309 yang terletak di Departemen Kriminal
Dua. Selama lima tahun terakhir, pemilik ruang 309 berganti 11 kali.”
“Tapi yang mengejutkan adalah
setelah bekerja di kantor 309, mereka bersebelas berhenti bekerja sebagai
jaksa. Mereka juga melarikan diri.”
Sung
Woong menceritakan Nyonya Jang mencoba mengetes Tuan Lee, tapi itu menjadi
bumerang menurutnya pria itu tidak main-main. Yoon Jin mengartikan kalau Tuan
Lee itu mendadak kerasukan. Sung Woong membenarkan.
“Kudengar
dahulu tempat ini adalah pemakaman.” Kata Tuan Hong. Jung Woo tak percaya
mendengarnya.
“Apa Kau
tidak tahu? Lokasi sial yang dahulunya pekuburan harus digantikan dengan energi
kuat seperti kantor kejaksaan. Jika tidak, akan terjadi bencana.” Jelas Yoon
Jin
“Apa itu
artinya ada hantu di cabang kita?” tanya Jung Woo. Tuan Hong pikir sulit
mengatakan tidak ada hantu.
“Apa Maksudmu
ada atau tidak?” kata Jung Woo penasaran. Sun Woong mengaku ada.
“Gadis
yang memakai sepatu hak tinggi.” Ucap Sun Woong, Semua melonggo ketakutan, Yoon
Jin ingin tahu apa maksud ucapan Sun Woon itu
“Apa
Kalian tidak tahu? Kurasa sekitar lima tahun lalu. Ada kasus seorang gadis
berusia sekitar delapan tahu menghilang dengan sepatu hak tinggi milik ibunya. Empat
hari kemudian, sepatunya ditemukan di dekat tanggul laut, tapi gadis itu tidak
ditemukan.” Ucap Sun Woong.
Semua
menjerit tak percaya. Sun Woong
memberitahu sepatu hak tinggi itu satu-satunya barang bukti Jadi, polisi tidak
tahu siapa penculiknya dan Kasus itu belum terpecahkan.
“Tapi jaksa yang menangani kasus
itu menggunakan ruang 309. Tiap kerja lembur, dia selalu mendengar suara itu.”
Jaksa sendirian di ruangan melihat berkas "Kasus Anak Hilang" lalu tiba-tiba merasakan sesuatu di lorong kantornya.
“Dari ujung lorong, dia bisa mendengar
suara seseorang mendekat perlahan menuju ruang 309. Suara sepatu hak tinggi...”
Semua
langsung menjerit ketakutan, Tuan Hong mengeluh Yoon Jin yang berteriak terlalu
berlebihan. Yoon Jin memberitahu tentang cenayang itu bilang, "Kakiku
sakit." Ia merasa kalau itu hantu sepatu hak tinggi. Semua langsung
membenarkan.
“Lalu
apakah anak itu tewas?” tanya Tuan Hong. Yoon Jin pikir Mungkin sebabnya dia
menjadi hantu dan kembali kemari.
“Mungkin
dia menyimpan dendam.” Ucap Sun Woong. Jung Woo pikir Ruang 309 adalah ruang
terburuk.
“Kisah
yang sungguh seram, sedih, dan malang. Tapi kalian tahu apa yang seram, sedih, dan
malang?” kata Min Ho. Semua langsung mendekat dan peasaran.
“Ruang
309 telah kosong selama beberapa bulan, tapi kalian bergosip tentang hantu
seperti ini tanpa merasa khawatir.” Ucap Min Ho.
Semua
hanya bisa menghela nafas mendengarnya. Bahkan Sun Woong berpura-pura mengeluh
sup ini asin.
Di rumah,
Sun Woong mencari keyword "Kemampuan gaib cenayang" dan "Hasil
Pencarian" bentuk dengan gambar-gambar yang menakutkan. Ia pun ketakutan saat melihat
dari depan pintu seperti ada seseroang, ternyata Tuan Hong masuk rumah. Sun
Woong pun bernafas lega.
“Kau
sudah pulang... Astaga. Birnya sudah mau habis.”ucap Tuan Hong membuka kulkas.
“Kalau
begitu, belilah... Jangan datang dengan tangan kosong dan menyambar kulkas.”
Kata Sun Woong.
Saat itu
datang seorang pria dengan kacamata masuk ke dalam rumah, Di kantor ia selalu
menyapa dengan menyebutkan tugas dan namanya yaitu Penyidik Lee Jung Hwan
seperti terus berganti-ganti partner.
“Ini Penyidik Lee Jung Hwan. Tiap
kali jaksa baru datang ke ruang 309, dia dipindahkan ke sana sebagai penyidik.”
“Kau
sudah pulang. Aku datang karena mendengar suara kaleng bir dibuka.” Kata Jung
Hwan mengambil bir dalam kulkas.
“Tidak bisakah
kamu memakai celana panjang? Bagaimana jika ada yang melihatmu?” komentar Sun
Woong melihat Tuan Hong hanya mengunakan celana pendek.
“Lagi pula,
hanya kita yang ada di sini. Karena kita berkumpul di sini, mari bersulang.”
Kata Tuan Hong. Semua pun langsung bersulang.
Tuan Hong
lalu menganti berita di TV, sebuah drama tentang jaksa yang mengaku ini akan
mencegah dia menjadi menteri lalu memberikan USBnya. Si pria mengaku bangga dan
akan memercayai Jaksa Kim seperti biasanya.
“Apa itu?
Drama tentang kejaksaan lagi?” keluh Tuan Hong. Sun Woong melihat drama hanya
bisa tertawa mengejek.
“Mungkin ada dua tipe jaksa di
kepalamu. Pertama, jaksa yang telah menjadi budak kekuasaan.”
Tuan Hong
menganti channel seorang reporter sedang melaporkan adlam ruang sidang “Menurut
dokumen yang disediakan pihak penuntut, hakim dan jaksa yang menangani kasus
ini...Sidang akan segera dimulai.”
“Jaksa lainnya adalah orang suci
yang melawan kejahatan di masyarakat.”
Sun Woong
terdiam saat melihat sosok wanita berdiri di podium. Wanita itu memberitahu ia
adalah Jaksa Cha Myung Ju dari Unit Khusus Dua yang bertanggung jawab atas
penyelidikan Yayasan Berkat.
“Aku di
sini menggantikan Wakil Kepala Jaksa Woo Min Jae Yayasan Berkat telah.” Ucap
Myung Ju
“Apa Cha
Myung Ju memimpin pertemuan? Di mana bosnya?” kata Tuan Hong. Sun Woong
mengeluh kalau tak mungkin tahu.
“Pada
penipuan asuransi ini, total kerugiannya mencapai 200 juta dolar. Dan jumlah
biaya medis telah dibesar-besarkan untuk...” kata Myung Jun.
“200 juta
dolar? Apa kerugian pada kasus dukun itu?” tanya Tuan Hong. Sung Woong menjawa
Dua ribu. Tuan Hong memastikan lagi.
Sung Woong menjawab Dua ribu dolar.
“Seperti inilah sebagian besar
jaksa.”
Jung Woo
baru saja datang, Semua menyapa Jung Woo yang baru pulang. Tuan Hong mengajak
Jung Woo agar minum bersama mereka. Jung Woo mengeluh tolong jangan ganggu saat
ada di rumah lalu masuk ke dalam kamar.
Tuan Hong mengeluh melihat tingkah Jung Woo lalu bertanya apakah Sun
Woong masih tidak tahu kode aksesnya
“Aku berusaha.
Kita tonton acara lucu saja dan tertawa sekeras mungkin. Siapa tahu Pak Kim
akan penasaran dan keluar?” kata Sun Woong.
“Baiklah.
"Men on a Mission". Tapi Kapan kita harus tertawa?” ucap Tuan Hong
bingung melihat tayangan Knowing brother.
Sun Woong
mulai tertawa walaupun tak mengerti, Semua sengaja ikut tertawa keras.
Sementara dikamar Jung Woo terlihat galau menatap ponselnya, saat melihat
seseorang yang menelp dan langsung mengangkatnya dan mengaku mendapat nomornya
dari Dosen Jeong.
“Ye Rim,
aku menyukai suaramu... Kamu punya waktu akhir pekan ini? Sabtu ini.” Kata Jung Woo penuh semangat.
Bersambung ke part 2
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar