PS : All images credit and content copyright : TVN
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Di rumah
Jung Hyuk
membuka kendi berisi daging yang dibungkus. Se Ri terpana bertanya kenapa
menaruh daging di sana. Ju Meok memberitahu Makanan tak akan membusukjika
ditaruh di wadah garam. Se Ri pun ingin tahu dimana lauk lainnya
Ju Meok
menujunkan sesuatu lalu membuka pintu seperti menuju bawah tanah. Se Ri
bertanya tempat apa ini dengan wajah melonggo. Ju Meok pikir apakah Se Ri tak
tahu apa itu gudang kimchi. Se Ri bingung mengaku kalau tak tahu apa itu
maksudnya.
“Ini
namanya gudang kimchi. Kami menyimpan kimchi dan pasta di sana. Keduanya tak
akan membusuk, tapi akan terfermentasi dengan lezat.” Ucap Ju Meok
“Astaga.
Tempat ini tampak organik... Bagaimana, ya? Ini sangat keren. Apa Maksudmu, semua
keluarga punya gudang ini, bukan kulkas?” tanya Se Ri penasaran.
“Jangan
bicara.”perintah Jung Hyuk agar tak memberitahu tentang keadaan di negaranya.
Se Ri pun memilih untuk melihat ruangan bawah tanah yang dianggap seperti
kulkas.
Jung Hyuk
mulai memanggang daging. Eun Dong terpana melihat daging yang dipanggang dengan
mulut melonggo. Jung Hyuk bertanya apa yang sedang dilihatnya. Eun Dong
memberitahu Di kampung halamannya menggunakan daun gugur dan rumput liar sebagai
kayu bakar.
“Menarik
sekali bisa melihat briket.” Kata Eun Dong. Jung Hyuk memastikan Sebentar lagi,
kampung halaman Eun Dong akan dimodernkan, jadi bisa pakainya.
“Jika
briket dianggap modern, lalu kompor gas seberapa maju?”komentar Se Ri. Jung
Hyuk langsung menatap sinis.
“Aku
hanya bicara sendiri. Apa Itu dilarang juga?” keluh Se Ri lalu meminta agar
Jangan terlalu matang karena lebih suka setengah matang. Jung Hyuk kembali
menatapnya.
“Aku hanya
bicara sendiri soal daging kesukaanku.” Kata Se Ri akhirnya hanya bisa
tertunduk.
Semua
makan dengan lahap sementara Jung Hyuk hanya diam saja melihat semuanya. Ia
memberitahu Se Ri kalau setelah makan, mereka harus kembali ke pos jadi meminta
agar Se Ri memastikan tak ada yang tahu soal dirimnya.
“Apa Aku
akan sendirian di sini?” tanya Se Ri panik.
Tentara Pyo mengeluh Se Ri itu ingin bersama dengan Jung Hyuk dirumah.
“Bukan
itu maksudku. Bagaimana kalau ada keadaan darurat? Kalian pun tak punya ponsel.”
Kata Se Ri. Tentara Pyo bingung apa maksudnya
Ponsel
“Apa yang
tidak kita punya?” tanya Tentara Pyo bingung. Ju Meok memberitahu maksudnya itu
telepon seluler.
“Telepon
seluler? Tentu saja ada.” Kata Tentara Pyo bangga. Se Ri senang dan bertanya
apakah mereka semua memilikinya.
“Kami tak
punya. Tapi komandan kompi kami punya. Dan banyak orang di negara ini punya
ponsel juga.” Ucap Tentara Pyo
“Tak apa
selama dia punya. Aku akan menghubunginya.” Ucap Se Ri bisa sedikit tenang.
“Kau
dilarang pakai ponsel saat bertugas.” Kata Jung Hyuk. Se Ri bingung kalau nanti
ada keperluan mendesak.
Jung Hyuk
menujuk telp di rumahnya lalu memberitahu kalau Se Ri tekan lima,maka akan terhubung ke kantor di
markasnya. Se Ri berkomentar kaau ini seperti meja pramutamu hotel. Jung Hyuk
menegsakan kalau rumahnya bukan hotel.
“Aku
hanya memberi contoh.” Ucap Se Ri. Jung Hyuk membalas kalau tak butuh
contohnya.
“Baiklah.
Akan kuhubungi jika sesuatu terjadi.” Kata Se Ri. Jung Hyuk berkomentar kalau Lebih
baik tak menelepon.
“Tak akan
sesering itu. Hanya saat mendesak.” Kata Se Ri menyakinkan.
Jung Hyuk
sudah ada diruangannya, telp berdering. Se Ri menelp meminta maaf lebih dulu
memberitahu kalau sedang mencari sabun mandi tapi tak menemukannya. Jong Hyuk
memberitahu kalau pasti ada sabun batang.
Beberapa
saat kemudian Se Ri menelp lagi, menanyakan shampo dan menurutnya ini sangat
mendesak. Jung Hyuk dengan ketus menjawab
Se Ri bisa mengunakan Sabun seperti terpaksa meladeninya.
“Aku
menelepon untuk jaga-jaga, walau kecil kemungkinan, siapa tahu kau punya. Apa Kau
punya lilin dengan wewangian? Aku sungguh membutuhkannya untuk mandi atau
tidur...” ucap Se Ri dan Jung Hyuk langsung menutupnya.
“Aku tak
dapat air panas. Ini sangat mendesak.” Ucap Se Ri bingung kembali menelp Jung
Hyuk.
Se Ri
akhirnya memasak air dengan tungku, lalu mengangkat air panas diember ke dalam
kamar mandi dan bingung yang harus dilakukan. Ia teringat dengan perintah Jung
Hyuk “Dengan jepitan pakaian di jemuran, jepitlah kantong mandinya.
“Selipkan di bawah ember, yang diisi air hangat.
untuk menghalangi udara. Lalu kau bisa mandi air hangat.”
Se Ri
menemukan plastik dengan jepitan dan langsung membuka seperti penutup di atas
ember yang sudah disisi air. Ia pun tak percaya melihat sauna basah untuk satu
orang dan menurutnya sangat luar biasa.
“Haruskah
aku melakukan ini? Haruskah menunggu beberapa hari tanpa pancuran air?” ucap Se
Ri ragu akhirnya masuk ke dalam plastik seperti berendam dan Hangat sekali,
bahkan Menyenangkan.
Di
kantor, Jung Hyuk mendengar bunyi telpnya
sambil mengeluh apa lagi Se Ri menelpnya. Tapi ternyata bukan Se Ri yang
menelp, Sersan Utama.
“Kecelakaan
mobil pagi ini di Gunung Suseok, semua perampok makam yang dibawa ke Pyongyang
juga tewas.” Ucap Sersan Utama.
BADAN
KEAMANAN
Jung Hyuk
pun datang dengan mobilnya, lalu teringat dengan ucapan pada Sersan Utama “Ini
selalu terjadi. Apakah ini kebetulan? Mungkinkah Badan Keamanan menyimpan satu
unit truk rahasia?” Di depan terlihat slogan “MARI BEKERJA DEMI PERDAMAIAN KOREA TETAP DI ATAS UNTUK MENCARI YANG
SEMBUNYI DI BAWAH’
Jung Hyuk
masuk ke gedung dengan penjagaan yang ketat lalu masuk ruangan melaporan Kapten
Ri Jung Hyuk dari Komandan Kompi 5. Di dalam ruangan sudah ada Senior Kolonel
dan juga Joo Chul Gang sedang meminum kopi.
“Apa Kompimu
akan diganti hari ini?” tanya Kolonel. Jung Hyuk membenarkan.
“Duduklah,
dan minum kopi instan... Kopi ini dari Selatan.” Kata kolonel memperlihatkan
banyak kopi dalam lacinya. Jung Hyuk menolak dengan halus.
“Kenapa?
Apa sebab ini barang sitaan dari Selatan? Awalnya aku merasa tak nyaman, tapi
kini aku ketagihan dengan rasa pahit dan manisnya. Kukira kau tak suka sesuatu
yang manis.” Komentar Kolonel.
“Aku
harus melaporkan sesuatu.” Ucap Jung Hyuk. Kolonel mempersilahkan.
“Kudengar
konvoinya terbalik karena kecelakaan pagi ini, dan semua perampok itu tewas.”
Kata Jung Hyuk.
“Aku
sudah dengar. Aku kasihan, tapi mau bagaimana?” ucap Chul Gang seolah tak
peduli
“Itu
harus diinvestigasi. Mereka menabrak mobil apa? Kecelakaan atau disengaja? Jika
disengaja, siapa pelakunya? Dan kenapa insiden seperti ini terus terjadi?” kata
Jung Hyuk dengan wajah serius.
“Kau punya
banyak pertanyaan, Kapten.” Komentar Kolonel. Jung Hyuk un meminta izin agar
bisa menyelidikinya.
“Baik.
Silakan. Badan Persidangan mengurus kecelakaan ini, akan kukabari mereka.
Sebaiknya pergi ke kantor pusat di Pyongyang besok.” Kata Chul Gang. Jung Hyuk
menganguk mengerti dan langsung pamit pergi.
“Apa Kau
yakin tak apa-apa?” tanya Kolonel gugup.
Chul Gang yakin karena Direktur itu sahabatnya.
“Kenapa
Ri Jung Hyuk begitu konservatif? Apa Dia punya dukungan?” tanya Kolonel
“Resumenya
tak menyebutkan soal latar belakang keluarganya. Aku belum tahu pasti dia
seperti apa.” Kata Chul Gang. Kolonel menganguk mengerti.
“Kolonel
Senior... Kurasa akan ada rekening baru.” Kata Chul Gang. Kolonel ingin tahu
siapa itu.
Di sebuah
HOTEL CHILBOSAN,Seung Jung masuk dengan wajah santai seolah tak punya rasa
salah bahkan mengoda wanita yang menurutnya canti.
“Dia bersembunyi setelah penipuan
satu miliar won. Dia datang ke Shenyang setelah pergi ke Filipina dan Malaysia untuk
menghindari kepolisian. Kita bisa pastikan jumlah kekayaannya. Dan dia tak
keberatan menghabiskan uang untuk dirinya. Sebaiknya kita mendekatinya.”
Seung
Jung masuk ke restoran, Tuan Oh melihat seorang pria yang sudah menunggunya.
CEO Chun pun menayap Tuan Oh dan mereka saling berjabat tangan. Seung Jung
menatap CEO Chun dan langsung duduk tanpa menyapanya.
“Kami tak
punya waktu, jadi, aku akan langsung saja. Begitu kau tanda tangani kontrak,
maka kau akan aman. Kami pasti melindungimu, dan membawamu ke Korea Utara dengan
selamat.” Jelas CEO Chun memperlihatkan berkas kontrak.
“Ada
berbagai pilihan dengan harga berbeda. Dimulai dari 20.000 dolar per bulan. Ukuran
rumahmu, layanan medis, aktivitas rekreasi, cakupannya, hingga asuransi jiwa. Semua
bisa dipilih.” Kata CEO Chun.
“Kalau
yang paling mahal?” tanya Seung Jung dengan sedikit sombong. CEO Chun menjawab seratus ribu dolar per
bulan.
“Jadi,
1.200.000 dolar per tahun.” Tegas CEO Chun yang sudah menyiapkan rumah dengan
ukuran besar.
Disebuah
tempat sudah ada papan bertuliskan [TERTUTUP BAGI UMUM] Rumah dengan lantai dua
sudah banyak penjaga disekitarnya. Sebuah mobil masuk membawa bahan makanan ke
dalam rumah, dengan fasilitas yang lengkap.
“Kau akan dapat rumah dua lantai,
dengan ruang tamu, sauna dalam rumah, dan kolam renang. Kau bisa Dapat lima orang
penjaga yang terlatih. Koki profesional, pengurus rumah, sopir, dan tukang
kebun juga termasuk.”
“Kau bisa
nikmati aktivitas rekreasi seperti golf atau berburu. Kau juga bisa memasuki
kasino. Bagaimana?” ucap Tuan Chun.
“Kubayar
200.000 dolar per bulan. Jadi, 2.400.000 dolar per tahun. Tapi sebaiknya kau
tak ingkar janji setelah memasuki negara itu. Kalian harus ingat kalau uangku ada
di rekening luar negeri. Jika ada yang menyakitiku, maka kalian tak akan dapat
uangnya. Paham?” ucap Seung Jun memastikan.
“Pak Gu
Seung Jun, UU pembatasan penyerangan,
lima tahun. Lalu Mencederai, tujuh tahun. Kasus penipuan sepertimu, sepuluh
tahun. Banyak orang dari Korea Selatan habiskan masa UU pembatasan di sini, di
bawah perlindungan anak buahku demi menghindari kepolisian Korea Selatan dan
Interpol.” Kata CEO Chun
“Aku
tahu... Sebab itu aku kemari.” Ucap Seung Jun. CEO Chun menegaskan kalau
mereka menjalankan bisnis dengan
pertaruhkan nyawa.
“Demi
melindungi pelanggan kami yang melakukan tindak kriminal, maka kami harus
lakukan tindak kriminal juga. Jadi, tanpa kepercayaan bersama, kita tak akan
bisa menyepakati kontrak ini.” Tegas CEO Chun.
Seung Jun
terlihat sedikit gugup mengaku paham dan mengeluh CEO Chun itu terlalu serius
sekali. Ia memberitahu mau ke Korea
Utara hanya untuk tur Gunung Kumgang dan langsung memberikan tanda tanganya
dengan cepat diatas surat kontrak.
Di korea
utara
Semua
anak sedang bermain bersama. Nyonya Ma memanggil Nam Sik anaknya yang masih
main karena sudah malam lalu mengajaknya pulang. Nyonya Na pun juga memanggil anaknya untuk
segera pulang. Semua ibu mengajak anaknya pulang, hanya satu anak yang
tertinggal.
“U Pil...”
teriak seorang pria. U Pil memanggil sang ayah dengan wajah bahagia. Tuan Jung
Man Bok memeluk sang anak bertanya Sedang apa dilapangan sendiri
“Apa ini?”
tanya U Pil melihat ayahnya membawa makanan. Tuan Jung memberitahu kalau ini
donat kesukaan anaknya. U Pil terlihat bahagia makan donat sambil pulang dengan
sang ayah.
Se Ri
baru saja selesai mandi lalu tiba-tiba lampu dirumah mati dan mengeluh kalau banyak
sekali kejutan hari ini. Sementara ditiap rumah par istri meminta agar membawa lampu
karena listriknya mati. Nyonya Hyun membawakan makan untuk suaminya Tuan Jung
dan anaknya.
Tuan Jung
membawakan senter kepala untuk anaknya agar bisa belajar. Se Ri kebingungan
karena lampu dirumah mati dan mencoba menelp Jung Hyuk tapi tak ada yang
mengangkatnya, lalu berpikir kalau mau menguburnya. Ia pun mencoba mencari
senter.
Tiba-tiba
terdengar suara seseroang masuk rumah. Se Ri panik berpikir ada orang yang
jahat masuk dan mencari vas bunga untuk memukul si pencuri, tapi saat seseorang
masuk itu adalah Jung Hyuk membawa banyak belanjaan. Keduanya pun kaget.
“Kau
sedang apa? Kenapa kau di sini?” keluh Se Ri seperti sangat ketakutan.
“Kau bilang
butuh lilin, Kau butuh in saat mandi dan tidur.” Ucap Jung Hyuk memperlihatkan
lilin besar ditanganya.
“Ini
hanya lilin. Yang aku butuh lilin dengan wewangian.” Keluh Se Ri lalu menangis.
Jung Hyuk binggung dan akirnya meminta maaf.
“Aku tahu
kau akan merasa bingung. Tapi aku tak percaya apa yang sedang kualami saat ini.”
Ungkap Se Ri terus menangis. Jung Hyuk pun hanya bisa terdiam mengambil vas
dari tangan Se Ri.
Di semua
rumah terlihat gelap dan hanya ada nyala lilin. Nyonya Na sibuk menutup jendela
meminta agar suaminya lebih cepat. Tuan Choi gugup kalau ada orang yang tahu.
Nyonya Na seolah tak peduli dan akhirnya bahagia melihat rumah mereka terang
dengan bantuan genset lalu memanggil Ho Yeong bisa selesaikan PRnya sekarang.
“Ibu,
karena ada pemadaman, aku bisa tidur saja.” Kata Ho Yeong. Nyonya Na langsung
memukul anaknya.
“Ayahmu
bahkan membawa generator diam-diam untuk nyalakan lampu. Cepat selesaikan
PR-mu. Jika kau melawan lagi, ibu telanjangi dan usir dari rumah.” Kata Nyonya
Na memarahi anaknya.
“Aku
bukan peringkat terakhir. Nam Sik masih di bawahku.” Kata Ho Yeong. Nyonya Na
baru mengetahuinya.
“Kau
pasti merasa tenang karena Nam Sik di bawahmu. Tapi Lakukan saja.” Kata Nyonya
Na. Ho Yeong pun tak bisa melawan.
Nyonya Na
akhirnya mendekati suaminya bertanya apakah bisa dipromosi kali ini. Tuan Choi
mengaku tak tahu kalau itu Tergantung
kolonel senior yang menilai. Nyonya Na mengeluh kolonel senior kejam sekali
kepada suaminya.
“Seharusnya
kau coba bujuk istrinya.” Kata Tuan Choi. Nyonya Na mengaku sudah berusaha
keras agar disukai olehnya.
“Kenapa
bilang begitu? Soal istri Kapten Na. Aku melihatnya pergi ke rumah Kapten Na membawa
barang-barang.” Ucap Tuan Choi. Nyonya Na kaget mendengarnya.
Akhirnya
Nyonya Na datang ke rumah Nyonya Ma membawa kentang rebus samblil terus
mengetuk pintu, tapi Nyonya Ma tak mendengar karena sedang menontonTV. Nyonya
Na yang masuk melonggo kaget karena rumah Nyonya Ma terang benderang sambil
menonton layar datar.
“Lihatlah
Ok Geum. Dia menyalakan generator agar aku bisa menonton TV.” Kata Nyonya Ma
“Ok Geum,
kakimu tak apa-apa?” tanya Nyonya Na, Nyonya Yang dengan nafas terengah-engah
mengaku tak apa-apa.
“Aku
senang bisa melihatmu tertawa. Aku tak peduli jika kakiku patah. Ini Bukan
masalah.” Kata Nyonya Yang terus mengayuh sepeda. Nyonya Na hanya bisa
melonggo.
Di sebuah
fitness center, Sang Ah juga sedang berolahraga. Ye Jin datang menyapa Sang Ah
lalu berdiri disampingnya. Sang Ah seperti tak suka kedatangan Ye Jin. Ye Jin mengaku makan terlalu banyak tadi jadi
merasa kembung.
“Apa sudah
ada kabar?” tanya Ye Jin. Sang Ah pikir mereka
seharusnya ditelepon jika ada kabar terbaru.
“Aku
kasihan. Dia masih muda. Dia bahkan belum menikah. Maksudku, Ayah bahkan mau
mewariskan bisnisnya kepada dia. Dia mungkin mengira itu akan terjadi. Waktunya
sungguh tak pas.” Komentar Ye Jin.
“Apa
maksudmu?” tanya Sang Ah seolah tak mengerti, Ye Jin pikir mereka semua tahu kalau Ayah tak sungguh-sungguh.
“Dia tak
sungguh melakukannya. Dia hanya ingin memancing suamiku. Pasti diberi ke putra
sulung, tapi dia ingin putranya berusaha lebih keras. Jadi, dia berbohong, bilang
putrinya yang akan menggantikan. Dia sungguh licik.” Ucap Ye Jin.
Sang Ah
sengaja menyalakan Berita di layar TV terlihat “Saham Pilihan Seri tetap menguat
selama tiga hari, menarik perhatian di pasar saham.” Ye Jin yakin Begitu kabar CEO-nya menghilang,
maka harga sahamnya akan terjun bebas. Sang Ah hanya bisa menghela nafas.
Se Ri
duduk dengan Jung Hyuk dengan nyala lampu menceritakan apakah tahu soal saham,
menurutnya Jung Hyuk pasti tak tahu. Ia memceritakan Harga saham naik turu sebesar miliaran won
tiap harinya.
“Aku bahkan
pernah investasi tiga miliar won karena kenalanku, dan kehilangan semuanya.
Tapi... Aku sekarang lebih kesal daripada saat itu. Daripada saat aku
kehilangan tiga miliar won. Aku lebih kesal dan sedih.”ungkap Se Ri terus
menangis.
“Apa yang
kulakukan di sini? Aku bahkan tak tahu di mana lokasi Korea Utara. Dan kenapa
aku harus menangis di hadapan orang asing? Ini sungguh menyebalkan.” Keluh Se
Ri. Jung Hyuk tiba-tiba langsung mematikan lilin dengan tanganya.
“Jangan
cemas. Aku tak bisa melihatmu sekarang.”Keberuntungan dan kesialan layaknya
koin, ada dua sisi silih berganti. Segalanya akan baik-baik saja.” Kata Jung
Hyuk menyakinkan.
“Apa Kau
yakin?”tanya Se Ri. Jung Hyuk yakin lalu berdiri. Se Ri bertanya Jung Hyuk mau
kemana.
“Aku
harus naik kereta ke Pyongyang di pagi hari.” Kata Jung Hyuk. Se Rin ingin tahu
Kapan akan kembali. Jung Hyuk menjawab tak tahu.
“Aku mungkin
tak bisa mengantarmu pergi. Kameradku akan membantu. Jangan cemas dan Aku
bawakan barang yang kau butuhkan.” Kata Jung Hyuk dan keluar dari rumah.
Se Ri
ikut keluar menahan Jung Hyuk dan ingn tahu Siapa namanya karena mau mengingatnya dan mau membalas bantuannya.
Jung Hyuk pikir tak perlu dan menurutnya itu tak membantu.
“Aku
sudah memintamu, jangan beri tahu apa yang terjadi saat kau pulang. Sebaiknya,
lupakan saja.” Ucap Jung Hyuk dingin. Se Ri pun tak bisa berkata-kata.
Se Ri
akhirnya masuk rumah melihat tas yang dibawa Se Ri ingin tahu apa isinya. Ia
melhat beberapa botol shampo lalu mengeluh kalau Jung Hyuk K tadi menyuruhnya
memakai sebatang sabun dari kepala sampai kaki.
“Ini
semua dari Korea Selatan... Dia dapat dari mana?” ucap Se Ri bertanya-tanya.
Flash Back
Jung Hyuk
terlihat gugup didepan pedagang kosmetik. Seorang wanita pun bertanya apakah Jung Hyuk mencari kosmetik.
Jung Hyuk terlihat binggung, Si wanita membuka tirai dibagian belakang
memberitahu kalau itu barang-barang dari Selatan.
“Ini toner,
dan ini pembersih wajah. Ini krim siang, itu krim malam. Mana yang kau
butuhkan?” ucap Si wanita. Jung Hyuk bingung akhirnya meminta semuanya.
Se Ri
lalu melihat tas lain dan isinya adalah pakaian dalam, tak pecaya kalau Jun
Hyuk juga membelinya.
Flash Back
Si bibi
bertanya apakah butuh pakaian dalam dan memperlihatkan di rak lain kalau itu
pakaian dalam dari Selatan dengan merek Vivian, Venus Bodyguard jadi ingn tahu
Jung Hyuk mau yang mana. Jung Hyuk memalingkan wajahnya terlihat malu mengaku mengambil
semuanya.
“Lalu
Ukurannya? Ukuran yang kau butuhkan?” tanya si wanita. Jung Hyuk tak tahu
menjawab yang mana pun boleh.
“Astaga,
dia salah mengira ukuranku... Mungkin akan muat.” Ucap Se Ri melihat pakaian
dalamnya hanya bisa tersenyum. Ia lalu melihat ada botol dalam kotak.
Se Ri
makaikan obat di kakinya lalu berkomentar kalau Jung Hyuk pura-pura cuek, tapi ternyata dia manis. Lalu
berpikir Jika ini mimpi, meminta agar membangunkannya.
Bersambung
Ke Part 3
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar