PS : All images credit and content copyright : MBC
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tuan Jo
memanggil Seo Yeon agar bisa tetap bangun. Seo Yeon seperti masih bisa membuka
matanya. Tuan Jo terus membangukan Seo Yeon, Akhirnya Seo Yeon membuka mata dan
melihat ibunya yang terluka. Tuan Jo menenangkan anaknya.
“Tidak
apa-apa.” Kata Tuan Jo dan diluar terlihat mobil Seo Yeon sudah terbalik
dijala. Seo Yeon memanggil ibunya lagi.
“Tidak
apa-apa, Seo Yeon.” Kata Tuan Jo terus menenangkan anaknya sambil terus
memeluknya. Seo Yeon menatap sang ayah.
“Seo
Yeon, dengarkan... Kau... Kau harus pergi dari sini.” Ucap Tuan Jo. Seo Yeon
bingung.
“Ayah
bagaimana?”kata Seo Yeon. Tuan Jo berjanji kalau akan segera keluar juga.
“Jadi...
Kau harus pergi lebih dahulu dan minta bantuan.” Ucap Tuan Jo. Seo Yeon menatap
terus sang ayah seperti tak ingin pergi.
“Seo
Yeon... Jangan menatap ayah. Jangan melihat kami dan pergi saja. Ibu dan Ayah
akan baik-baik saja. Jadi, jangan... Jangan menoleh ke belakang. Bisakah kau
berjanji?” kata Tuan Jo
Seo Yeon
menganguk. Tuan Jo pun memuji anaknya itu gadis pintar lalu mencoba memecahkan
kaca mobil dan membuka jalan untuk anaknya. Seo Yeon pun keluar menatap sang
ayah yang masih ada didalam mobil, Tuan Jo menyuruh Seo Yeon untuk segera
pergi.
“Maafkan
ayah. Ayah... Minta maaf.” Ucap Tuan Jo melihat anaknya yang pergi. Seo Yeon
berjalan dengan membawa sepatu ayahnya yang tergeletak dijalan.
Tiba-tiba
terdengar bunyi suara mobil yang jatuh ke pingir jalan. Seo Yeon berhenti dan
teringat permintaan ayahnya “Jangan menoleh ke belakang. Jangan melihat kami
dan pergi saja. Ibu dan Ayah akan baik-baik saja. Jadi, jangan menoleh ke
belakang. Bisakah kamu berjanji?”
Akhirnya
Seo Yeon berlari sampai akhirnya sebuah mobil datang dengan menyalakan klakson
karena ditengah jalan. Mobil itu pun berhenti, Seo Yeon langsung meminta tolong dan langsung jatuh lemas.
Di rumah
Won Jae
menerima telp kaget mengetahui kalau orang tua mereka mengalami kecelakaan lalu
bertanya Rumah sakit mana. Won Seok keluar kamar bertanya ada apa. Won Jae memberitahu tentang Kecelakaan mobil
yaitu mengalami kecelakaan mobil. Won Seok kaget mendengarnya.
“Entahlah.
Ayo...” ucap Won Jae bergegas pergi dan tak sadar kalau ada Seo Joon dirumah.
Di sebuah
ruang rawat, seorang anak tertawa menonton TV. Won Seok datang dengan wajah
penuh amarah langsung meluapkan emosinya. Si pria bingung siapa Won Seok yang
memukulnya. Kedua orang tua datang menyuruh agar menghentikanya.
“Aku
tidak ingat apa yang terjadi.” Ucap si anak, Won Jae pun
datang meminta agar melepaskan adiknya tanganya
“Aku akan
membunuhmu!” teriak Won Seok penuh amarah. Won Jae meminta agar sang adik
berhenti.
“Akan
kuhajar dia sampai mati.” Teriak Won Seok. Akhirnya Won Jae berteriak meminta
adiknya tenang dan memberitahu kalau tak ada yang bisa diselamatkan.
“Kalian
preman atau apa? Tangani sesuai hukum!” teriak si ibu anak laki-laki. Won Seok
tak pedul menyuruh mereka saja melapor.
“Tutup
mulut kalian! Jika kalian bicara lagi, akan kubunuh kalian.” Tegas Won Jae
mengancam.
Di lorong
rumah sakit
Won Seok
dan Won Jae bersandar dengan tatapan kosong. Won Seok ingin tahu keadaan Seo
Yeon. Won Jae menjawab belum ingat dan harus menemui ayah mereka untuk kali terakhir. Won Seok langsung jatuh
lemas mengaku tidak bisa.
“Aku
tidak bisa melakukan itu. Bagaimana aku bisa melihatnya? Bagaimana... Bagaimana
aku bisa menemuinya?” ucap Won Seok menangis
Seo Joon
yang masih kecil berusaha untuk menyalakan lampu rumah tapi karena masih kecil
tak sampai. Akhirnya ia hanya bisa menangis ketakutan karena gelap dan saat itu
juga kehilangan ayah dan ibunya.
“Aku seharusnya merasa bersalah,
sedih, dan marah. Tapi aku melampiaskannya kepada kedua kakakku... Ibu dan
adikku, lalu hidup dalam ketidaktahuan.”
Seo Yeon
duduk menatap cerminya merasa kalau semua ini kesalahanya.
Won Seok
dan Won Jae pun saling mendorong didepan kamar Seo Yeon. Seo Yeon keluar kamar,
Won Jae bertanya apakah adiknya malu lar, Seo Yeon menganguk lalu berjalan
pergi. Won Jae mengaku sengaja tidak memberitahunya....
“Aku
mengerti alasan kalian melakukan itu. Aku mau lari.” Ucap Seo Yeon.
“Itu
bukan salahmu... Itu bukan salahmu... Jangan berpikir macam-macam.” Kata Won
Seok. Seo Yeon tak banyak bicara memilih untuk pergi.
“Dia
jelas berpikir semua itu salahnya, bukan? Tamat sudah.” Kata Won Jae menata
adiknya.
“Apa yang
terjadi? Apa yang sudah tamat?” tanya Seo Joon yang baru bangun keluar kamar.
“Kenapa
kamu sudah bangun? Tidurlah. Kembalilah tidur.” Kata Won Seok mendorong adiknya
masuk dan keduanya pun bergegas pergi.
Seo Joon
bingung melihat kakaknya, Joo Hee menuruni tangga dan akan masuk ke kamar
mandi. Seo Joon langsung bergegas masuk ke kamar mandi, Joo Hee melonggo
bingung. Seo Joon membuka pintu kembali memperingatkan kalau ada didalam
“Jadi,
jangan matikan lampu.” Ucap Seo Joon. Joo Hee hanya bisa melonggo bingung
melihat tinga Seo Joon.
Joo Hee
melihat Jang Min yang tidur dengan selimut yang terbuka, lalu menariknya. Jang
Mi membuka mata dan memanggi Joo Hee. Joo Hee kaget berpikir kalau
membangunkannya. Joo Hee bertanya Apa semua orang tua seperti itu. Joo Hee
bingung.
“Apa
mereka bersedia mengorbankan diri demi anak-anak mereka? Bisakah mereka mati
menggantikan anak-anak mereka?” ucap Jang Mi akhirnya duduk.
“Itu...
Kurasa begitu.” Kata Joo Hee. Jang Mi bertanya Apa orang tua oo Hee juga
seperti itu.
“Aku tidak
terlalu ingat tentang ayahku. Tapi ibuku seperti itu. Demi memberiku dan
kakakku uang sebanyak mungkin, dia bekerja di restoran sampai sehari sebelum
meninggal.” Cerita Joo Hee.
“Apa Dia
sudah meninggal?” tanya Jang Mi. Joo Hee membenarkan kalau ibunya sakit keras.
“Kenapa
kamu tiba-tiba menanyakan itu?” tanya Joo Hee. Jang Mi mengaku tidak tahu ada
orang tua seperti itu lalu memegang tangan Joo Hee seperti ingin memberikan
kekuatan juga.
Seo Yeon
berlari teringat saat pertama kali datang ke rumah Tuan Jo karena ibunya
menikah. Dua kakaknya mengandeng bermain kalau mereka akan akur dan Tuan Jo pun
yaki kalau semua akan baik-baik saja. Saat remaja Seo Yeon meminta ayahnya
mengantar.
“Ayah
ikut... Ayah harus melihat pria yang memberimu banyak masalah.” Ucap Tuan Jo
sebelum kecelakaan akan mengantar anaknya.
“Bangun...
Seo Yeon... Maafkan ayah... Ibu dan Ayah akan baik-baik saja. Jangan menoleh ke
belakang. Bisakah kau berjanji?”
Seo Yeon
berhenti berlari mengingat semua kenangan dengan ayahnya lalu melihat nama "Lee
Kang Woo" tapi tak mengangkatnya. Kang Woo bingung karena Seo Yeont tak
mengangkatnya dan berpikir Seo Yeon masih tidur.
“Jantungku
berdebar-debar sampai tidak bisa tidur nyenyak... Aku akan mengantarmu ke
sekolah!” ucap Kang Woo berlari masuk kamar mencari bajunya.
Seo Joon
keluar dari rumah kaget melihat Kang Woo dengan memanggilnya “Ahjussi Dirut”
ada didepan rumah. Kang Woo mengeluh dipanggil “Ahjussi” lalu memberitahu kalau
ia itu seusia kakaknya dan bertanya Di
mana Seo Yeon sekarang.
“Dia
pergi ke sekolah.” Kata Seo Joon. Kang Woo kaget kalau Seo yeon sudah pergi.
Seo Joon kembali memanggil Ahjussi.
“Jangan
memanggilku seperti itu!”teriak Kang Woo marah. Seo Joon blak-blakan bertanya
apakah Kang Woo mengencani kakaknya.
"Mengencani"?
Ya... Kurasa begitu... Kenapa?” ucap Kang Woo bangga. Seo Joon heran karena
Kang Woo itu kaya dan tampan.
“Kurasa
kau terlalu muda untuk menyadari pesonanya. Tapi memang, akan sangat aneh jika
kau mengetahuinya. Omong-omong... Kuharap kita bisa akur, adik iparku.” Kata
Kang Woo mendekati Seo Joon
"Adik
ipar"?” ucap Seo Joon bingung. Kang Woo pun menawarkan tumpangan. Seo Joon
langsung setuju dan masuk mobil.
“Pikiranmu
sangat sederhana.” Komentar Kang Woo melihat tingkah adik iparnya.
Akhirnya
sampai didepan sekolah, Kang Woo langsung menyuruh keluar dari mobil. Seo Joon
bingung bertanya apakah turun disini dan Kang Woo tak ikut, apakah Kang Woo
tidak bekerja. Kang Woo menjawab tidak. Seo Joon heran kenapa tak berkerja.
“Aku
hanya ingin saja.” Ucap Kang Woo. Seo Joon pikir kalau Kang Woo sudah dipecat
dan pengangguran
“Tidak!
Suruh kakakmu keluar!” tegas Kang Woo. Seo Joon mengeluh kalau tidak mau
kakaknya mengencani pria pengangguran.
“Untuk
apa dia mengencani pria yang menganggur?” keluh Seo Joon. Kang Woo membalas
kalau itu tak benar dan bukan pengangguran!
Seo Yeon
sudah ada diruangan, adiknya masuk memberitahu Mantan direktur utama menunggu
di depan sekolah. Seo Yeon hanya bisa trdiam. Seo Joon membahas kakaknya yang
benci pria tampan tapi malah berkencan dengan Kang Woo.
“Kau
cepat Pergilah. Dia menunggumu.” Ucap Seo Joon. Seo Yeon mengerti dan menyuruh
adiknya masuklah ke kelas lalu tiba-tiba memeluk sang adik.
“Seo
Joon... Maafkan kakak.” Ucap Seo Yeon memeluk erat sang adik dengan mata
berkaca-kaca dan langsung keluar ruangan.
“Astaga,
aku merinding... Ada apa dengannya? Astaga.” Ucap Seo Joon bingung melihat
sikap kakaknya.
Kang Woo
sibuk merapihkan rambutnya dikaca spion karena akan bertemu dengan Seo Yeon. Saat itu pintu mobilnya terbuka, Kang Woo
bertanya pada Seo Yeon Apa tampak rapi, tapi ternyata Min Hyuk yang masuk ke
dalam mobilnya. Kang Woo langsung berteriak marah.
“Sedang
apa kamu di sini?”tanya Kang Woo. Min Hyuk mengaku mendengar ada mobil mencurigakan.
“Aku
datang untuk memeriksa apakah itu orang mesum.” Kata Min Hyuk. Kang Woo tak
percaya dianggap "Mesum"
“Apa Kamu
protes karena sudah dipecat?” tanya Min Hyuk. Kang Woo mengaku tidak karena
kemari untuk menemui Seo Yeon.
Kang Woo
mendengar suara bunyi ponselnya dan yakian kalau Seo Yeon mengirimkan pesan.
Tapi wajahnya langsung sedih membaca pesan Seo Yeon “Mari bertemu lain kali.
Aku sedang sibuk” Saat itu Min Hyuk bisa
melihat wajah kecewa.
“Pindahkan
mobilmu sekarang.” Ucap Min Hyuk lalu keluar dari mobil. Kang Woo mengeluh
kalau berharap bisa bekerja di sini.
Mobil
Kang Woo pun meninggalkan sekolah, saat itu Seo Yeon melihat dari depan pintu
seperti tak bisa merelakan kepergiaan Kang Woo. Saat itu Min Hyuk juga melihat
seperti tak tega dengan wajah Seo Yeon.
Wakepsek
dan guru menunggu di ruangan, melihat Min Hyuk datang langsung bertanya Apa Mantan
direktur utama sudah pergi. Min Hyu menganguk. Wakepsek merasa tak percaya
kalau Kang Woo bisa sepatuh itu.
“Dengan
temperamennya itu, dia pasti akan melawan.” Kata Wakepsek. Guru memberikan kode
agar tak banyak bicara.
“Ini
tidak seberapa... Itu bukan hal yang disengaja. Tapi kami memberi tahu Pimpinan
tentang dia sedikit.” kata Wakepsek. Sang guru juga mengaku sedikit.
“Jangan
khawatir. Kau akan baik-baik saja.”kata Min Hyuk menenangkan keduanya.
“Kenapa
dia tidak menunjuk pria hebat seperti Anda sejak awal? Kenapa dia menunjuk Kang
Woo Benar, kan?” kata Wakepsek lalu tertawa bahagia dan akhirnya pamit pergi.
Min Hyuk
terdiam sendirian dalam ruangan, teringat kembali saat melihat Seo Yeon didepan
pintu lalu berpikir bibinya pasti belum melakukan apa pun.
Nyonya Oh
sibuk memilih foto dengan wajah kesal. Nyonya Han bertanya apa yang dilakukan.
Nyonya Oh mengeluh kalau harus mengurus putranya sendiri karena Min Hyuk yang
paling disayangi oleh ibu mertuanya. Nyonya Han bertanya apakah Nyonya Oh merajuk karena mencopot Kang Woo dari
posisinya
“Ya, Ibu
benar... Apa Ibu sungguh tidak memercayainya?” keluh Nyonya Oh marah
“Dia tidak
pernah membuktikan dirinya.” Kata Nyonya Han. Nyonya Oh membenarkan kalau akan
mengurusnya mulai sekarang.
“Apa Definisimu
soal mengurusnya itu mengatur jadwal kencan buta?” ucap Nyonya Han.
“Ada
banyak wanita hebat di luar sana, lalu kenapa?” kata Nyonya oh marah. Nyonya
Han melirik melihat anaknya memanggil dan akhirnya pergi ke dapur.
Nyonya
Han bertanya Kenapa istri Tuan Lee marah
dan berpikir karena membawa Kang Woo ke
kantor pusat. Tuan Lee menjawab bukan
begitu dan membeirtahu kalau Kang Woo pasti mengencani seseorang. Nyonya Han
kaget mendengarnya.
“Karena
itu dia marah.” Jelas Tuan Lee. Nyonya Han ingin tahu Gadis seperti apa dia
“Aku juga
tidak tahu.” Kata Tuan Lee. Nyonya Han tetap ingin tahu siapa wanita itu.
“Dengarkan
aku, Bu.. Ibu dan aku harus satu tim. Jika kita membantu Kang Woo, Maka Kang Woo
akan...” ucap Tuan Lee.
Tapi
Nyonya Han langsung berlari memanggil Nyonya Oh, Tuan Lee panik meminta agar
ibunya berhenti. Nyonya Han tak peduli langsung berjalan e ruang tengah.
“Gawat.
Ini mengerikan... Aku malah memperburuk situasi. ..Kang Woo. Aku harus
memberitahunya.” Ucap Tuan Lee bingung akan menelp Kang Woo tapi supnya sudah
meluap dan buru-buru mematikan kompor.
Hyun Soo
melihat gambar pakaian yang dibuat Kang Woo sambil menghirup seperti merasa ada
bau uang dar gambar itu. Ia pun memuji Kang Woo memang berbakat. Ia mengaku
bisa membayangkan Park Seok Min dan Hi-Seven dengan pakaian ini. Kang Woo hanya
diam saja.
“Apa yang
kamu pikirkan?” tanya Hyun Soo. Kang Woo menceritaan mereka saling mencurahkan
perasaan dan bersenang-senang.
“Kami
bahkan pergi berkencan. Kenapa dia tidak balik meneleponku keesokan harinya?”
ucap Hyun Soo heran.
“Apa ini
soal Seo Yeon? Hei, dia tidak sepertimu. Dia pasti di kelas.” Kata Hyun Soo
“Apa yang
dia lakukan saat istirahat? Bagaimana dengan jam makan siang? Sepertinya Mengirimiku
pesan atau meneleponku tidak sulit.” Kata Kang Woo heran.
“Berapa
kali kau menghubunginya?” tanya Hyun Soo. Kang Woo menjawab sepuluh kali.
“Apa Kau
mengirim sepuluh pesan?” tanya Hyun Soo. Kang Woo mengaku Tidak tapi menelepon
10 kali dan mengirim 20 pesan.
“Itu
Memuakkan sekali.”komentar Hyun Soo. Kang Woo heran itu dianggap Memuakkan.
“Ayolah.
Tahu kapan harus berhenti. Dia akan muak dan kabur ke bukit bahkan sebelum
status kalian resmi.” Jelas Hyun Soo. Kang Woo seperti baru menyadari kalau itu
yang terjadi.
Mi Kyung
duduk di ruangan melihat nama "Bodoh" yang menelpnya lalu mengeluh
kalau Hyun Soo sangat memuakkan karena terus menghubunginya. Seo Yeon yakin
kalau Hyun Soo sangat menyukai Mi Kyung dengan senyuman bahagia.
“Sulit
untuk menahan pesonaku begitu pria sudah menyukaiku. Aku seperti rawa.” Kata Mi
Kyung membanggakan dirinya.
“Ada apa?
Apa Kau sama sekali tidak menyukainya?” tanya Seo Yeon. Mi Kyung menjelaskan.
“Begini, dia
bukan orang jahat, tapi aku tidak yakin. Ada yang tidak beres. Aku bisa menebak
ada banyak wanita di sekelilingnya. Aku juga tidak merasa nyaman karena
ternyata labelnya lebih besar dari dugaanku.” Ucap Mi Kyung
“Kukira
kau tertarik dengan aset pria.” Komentar Seo Yeon menatap temanya.
“Setelah
melihat pria dengan aset di luar bayanganku, maka aku merasa sedikit
terintimidasi karena aku hanya manusia biasa. Aku tidak mau pria yang lebih
kaya 10 level dariku. Tiga sampai empat level akan sempurna bagiku.” Kata Mi
Kyung. Seo Yeon terdiam.
“Maksudku
aku. Itu hanya aku. Ini tidak ada hubungannya denganmu dan Kang Woo, mengerti?
Hei, aku mulai lapar... Ayo curi makanan dari Kantor Kesehatan.” Kata Mi Kyung
berdiri.
“Tidak,
aku tidak mau.” Ucap Seo Yeon. Mi Kyung heran kenapa tak mau kesana. Seo Yeon
merasa tak ingin pergi kesana.
“Dia
bukan dokter sekolah lagi. Kini dia direktur utama. Kita tidak bisa bersikap
santai seperti sebelumnya.” Kata Seo Yeon
“Aku
tidak percaya... Apa Pak Lee akhirnya...” kata Kang Woo lalu bergegas pergi.
Di
ruangan UKS, Min Hyuk melihat isi lacinya masih penuh dengan coklat dan makan
cemilan lainya seperti kecewa kalau Seo Yeon tak datang. Mi Kyung masuk
memberitahu Seo Yeon tidak akan datang
ke sini sekarang. Meski menyiapkan camilan untuknya, Seo yeon tidak akan datang
ke sini lagi.
“Kenapa
tidak?” tanya Min Hyuk. Mi Kyung pikir rekan kerjanya itu tak perlu bertanya.
“Kenapa
kau cukup yakin untuk mengakui perasaanmu kepadanya? Jangan salah paham. Kau
tahu dia bukan tipe yang akan membahas ini dengan orang lain. Aku cepat
tanggap. Itu saja. Apa ini Kepercayaan diri atau kesombonganmu?” tanya Mi
Kyung.
“Sifat
keras kepalaku.” Balas Min Hyuk. Mi Kyung sudah menduganya.
“Ini
bukan sembarang orang, melainkan Kang Woo. Kalian sepupu. Berhentilah
mengejarnya, agar Seo Yeon tidak merasa risih” kata Mi Kyung memperingati.
“Aku
tidak yakin... Aku agak egois. Aku tidak suka saat keadaan berjalan baik bagi
orang lain.”kata Min Hyuk dingin lalu mengambil coklat dan langsung pergi.
“Astaga.
Kalimat dengan wajah itu. Itu sangat keren.” Ucap Mi Kyung heran lalu mengeluh
melihat Hyun Soo yang terus menelpnya.
“Astaga,
apa ponselnya menempel padanya seharian?” keluh Mi Kyung lalu mengangkat telp
dan berteriak “Ada apa”
Hyun Soo
yang ada di kantornya hampir terjatuh karena kaget mendengar teriakan Mi Kyung.
Mi Kyung mengeluh Ada apa, menyuruh Hyun Soo bicara karean sedari tadi yang
meneleponnya. Hyun Soo mengaku tidak
tahu Mi Kyung akan mengangkat.
“Aku
meneleponmu karena kebiasaan.” Kata Hyun Soo. Mi Kyung pikir Hyun Soo itu
sedang bercanda dan akan menutup telp.
“Mari
kita makan... Makanlah bersamaku. Kalau dipikir-pikir, kita tidak pernah makan
bersama.” Kata Hyun Soo.
“Tidak.”
Ucap Mi Kyung. Hyun Soo ingin tahu alasan menolaknya. Mi Kyung pikir Jika
begitu mereka akan berteman lalu menutup telp.
“Sungguh?
Dia memintaku mentraktirnya makan tempo hari. Astaga. Dia tidak suka uang atau
makanan. Aku harus apa?” ucap Hyun Soo kesal tapi akhirnya memuji si mungil it manis sekali.
Seo Yeon
duduk di meja kerjanya membaca pesan dari Kang Woo yang sangat banyak tapi tak
dibalas.
“Selamat
pagi. Halo, Seo Yeon. Bukankah kamu sedang istirahat? Apa Kau sudah makan? Kau
makan banyak? Kurasa kau sangat sibuk. Aku ingin bertemu. Telepon aku setelah
kamu selesai bekerja!”
Kang Woo
bahkan mengirimkan emoticon, seperti tak tahan karena merindukanya. Ia
tersenyum melihat tapi terlihat sangat frustasi dengan keadaaanya sekarang.
Min Hyuk
datang merasa kalau tepat waktu datang karena Seo Yeon itu sangat membutuhkan
semua cemilanya. Seo Yeon melihat ada banyak cemilan, Min Hyuk pikir Seo Yeon
tahu kalau ia tidak punya banyak teman karena selalu berhati-hati.
“Kau
mungkin mengetahuinya saat rapat. Apa Kau tidak bisa makan denganku?” ucap Min
Hyuk.
“Aku akan
makan saja.” Kata Seo Yeon akhirnya menerima biskuit milik Min Hyuk. Keduanya
pun makan bersama dalam diam.
Kang Woo
memperlihatkan fotonya bersama dengan Seo Yeon pada Dokter Kim dengan wajah
bangga. Dokter Kim pikir kalau itu bagus. Kang Woo merasa ini semua berkat
kerja keras Dokter Kim karena menyuruhnya menghadapi trauma untuk mengatasi
traumanya
“Berkat
nasihat itu, aku bertemu dengan Seo Yeon lagi.” Kata Kang Woo
“Lantas,
kurasa kau tidak perlu datang lagi setelah hari ini.” Ucap Dokter Kim
“Tapi
omong-omong, bagaimana cara yang tepat untuk mengencani wanita?”kata Kang Woo
“Berkencan
bukan keahlianku. Namun, semua masalah psikologi kita memiliki satu sumber.
Jadi Apa masalahnya?” ucap Dokter Kim akhirnya bahagia melihat isi uang yang
diberikan Kang Woo.
“Mana
yang harus kutanyakan lebih dahulu?” kata Kang Woo.Dokter Kim pikir Kang Woo
bisa santai saja menanyakan.
Sementara
kembaran dokter Kim sedang duduk disebuah perustakaan membaca bukan di bagian "Manajemen"
Seo Yeon
berjalan pulang, tiba-tiba dari belakang ada dua orang yang mengejarnya. Won
Jae dengan nafas terengah-engah bertanya Kenapa tidak naik bus. Seo Yeon
mengaku berjalan pulang dan bertanya apakah mereka menunggu di halte bus.
“Tidak.
Untuk apa? Kami berolahraga.” Ucap Won Jae mengelak tapi nafasnya
terengah-engah.
“Kami
tidak sengaja bertemu denganmu di sini. Mari kita berpura-pura begitu dan minum
bersama.” Kata Won Seok. Won Jae setuju merkea harus minum. Seo Yeon bingung
diajak minum oleh dua kakak tirinya.
Bersambung
ke "Episode 22"
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar