PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

Kamis, 02 Januari 2020

Sinopsis Love With The Flaws Episode 21

PS : All images credit and content copyright : MBC

Buat kalian yang suka membaca tulisan aku meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe. 
Tinggal Klik disini, buat yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe bulan ini 

Tuan Jo memanggil Seo Yeon agar bisa tetap bangun. Seo Yeon seperti masih bisa membuka matanya. Tuan Jo terus membangukan Seo Yeon, Akhirnya Seo Yeon membuka mata dan melihat ibunya yang terluka. Tuan Jo menenangkan anaknya.
“Tidak apa-apa.” Kata Tuan Jo dan diluar terlihat mobil Seo Yeon sudah terbalik dijala. Seo Yeon memanggil ibunya lagi.
“Tidak apa-apa, Seo Yeon.” Kata Tuan Jo terus menenangkan anaknya sambil terus memeluknya. Seo Yeon menatap sang ayah.
“Seo Yeon, dengarkan... Kau... Kau harus pergi dari sini.” Ucap Tuan Jo. Seo Yeon bingung.
“Ayah bagaimana?”kata Seo Yeon. Tuan Jo berjanji kalau akan segera keluar juga.
“Jadi... Kau harus pergi lebih dahulu dan minta bantuan.” Ucap Tuan Jo. Seo Yeon menatap terus sang ayah seperti tak ingin pergi.
“Seo Yeon... Jangan menatap ayah. Jangan melihat kami dan pergi saja. Ibu dan Ayah akan baik-baik saja. Jadi, jangan... Jangan menoleh ke belakang. Bisakah kau berjanji?” kata Tuan Jo
Seo Yeon menganguk. Tuan Jo pun memuji anaknya itu gadis pintar lalu mencoba memecahkan kaca mobil dan membuka jalan untuk anaknya. Seo Yeon pun keluar menatap sang ayah yang masih ada didalam mobil, Tuan Jo menyuruh Seo Yeon untuk segera pergi.
“Maafkan ayah. Ayah... Minta maaf.” Ucap Tuan Jo melihat anaknya yang pergi. Seo Yeon berjalan dengan membawa sepatu ayahnya yang tergeletak dijalan.
Tiba-tiba terdengar bunyi suara mobil yang jatuh ke pingir jalan. Seo Yeon berhenti dan teringat permintaan ayahnya “Jangan menoleh ke belakang. Jangan melihat kami dan pergi saja. Ibu dan Ayah akan baik-baik saja. Jadi, jangan menoleh ke belakang. Bisakah kamu berjanji?”
Akhirnya Seo Yeon berlari sampai akhirnya sebuah mobil datang dengan menyalakan klakson karena ditengah jalan. Mobil itu pun berhenti, Seo Yeon langsung meminta tolong  dan langsung jatuh lemas. 

Di rumah
Won Jae menerima telp kaget mengetahui kalau orang tua mereka mengalami kecelakaan lalu bertanya Rumah sakit mana. Won Seok keluar kamar bertanya ada apa.  Won Jae memberitahu tentang Kecelakaan mobil yaitu mengalami kecelakaan mobil. Won Seok kaget mendengarnya.

“Entahlah. Ayo...” ucap Won Jae bergegas pergi dan tak sadar kalau ada Seo Joon dirumah. 


Di sebuah ruang rawat, seorang anak tertawa menonton TV. Won Seok datang dengan wajah penuh amarah langsung meluapkan emosinya. Si pria bingung siapa Won Seok yang memukulnya. Kedua orang tua datang menyuruh agar menghentikanya.
“Aku tidak ingat apa yang terjadi.” Ucap si anak, Won Jae  pun  datang meminta agar melepaskan adiknya tanganya
“Aku akan membunuhmu!” teriak Won Seok penuh amarah. Won Jae meminta agar sang adik berhenti.
“Akan kuhajar dia sampai mati.” Teriak Won Seok. Akhirnya Won Jae berteriak meminta adiknya tenang dan memberitahu kalau tak ada yang bisa diselamatkan.
“Kalian preman atau apa? Tangani sesuai hukum!” teriak si ibu anak laki-laki. Won Seok tak pedul menyuruh mereka saja melapor.
“Tutup mulut kalian! Jika kalian bicara lagi, akan kubunuh kalian.” Tegas Won Jae mengancam.


Di lorong rumah sakit
Won Seok dan Won Jae bersandar dengan tatapan kosong. Won Seok ingin tahu keadaan Seo Yeon. Won Jae menjawab belum ingat dan harus menemui ayah mereka  untuk kali terakhir. Won Seok langsung jatuh lemas mengaku tidak bisa.
“Aku tidak bisa melakukan itu. Bagaimana aku bisa melihatnya? Bagaimana... Bagaimana aku bisa menemuinya?” ucap Won Seok menangis
Seo Joon yang masih kecil berusaha untuk menyalakan lampu rumah tapi karena masih kecil tak sampai. Akhirnya ia hanya bisa menangis ketakutan karena gelap dan saat itu juga kehilangan ayah dan ibunya.
“Aku seharusnya merasa bersalah, sedih, dan marah. Tapi aku melampiaskannya kepada kedua kakakku... Ibu dan adikku, lalu hidup dalam ketidaktahuan.”
Seo Yeon duduk menatap cerminya merasa kalau semua ini kesalahanya. 


Won Seok dan Won Jae pun saling mendorong didepan kamar Seo Yeon. Seo Yeon keluar kamar, Won Jae bertanya apakah adiknya malu lar, Seo Yeon menganguk lalu berjalan pergi. Won Jae mengaku sengaja tidak memberitahunya....
“Aku mengerti alasan kalian melakukan itu. Aku mau lari.” Ucap Seo Yeon.
“Itu bukan salahmu... Itu bukan salahmu... Jangan berpikir macam-macam.” Kata Won Seok. Seo Yeon tak banyak bicara memilih untuk pergi.
“Dia jelas berpikir semua itu salahnya, bukan? Tamat sudah.” Kata Won Jae menata adiknya.
“Apa yang terjadi? Apa yang sudah tamat?” tanya Seo Joon yang baru bangun keluar kamar.
“Kenapa kamu sudah bangun? Tidurlah. Kembalilah tidur.” Kata Won Seok mendorong adiknya masuk dan keduanya pun bergegas pergi.
Seo Joon bingung melihat kakaknya, Joo Hee menuruni tangga dan akan masuk ke kamar mandi. Seo Joon langsung bergegas masuk ke kamar mandi, Joo Hee melonggo bingung. Seo Joon membuka pintu kembali memperingatkan kalau ada didalam
“Jadi, jangan matikan lampu.” Ucap Seo Joon. Joo Hee hanya bisa melonggo bingung melihat tinga Seo Joon. 


Joo Hee melihat Jang Min yang tidur dengan selimut yang terbuka, lalu menariknya. Jang Mi membuka mata dan memanggi Joo Hee. Joo Hee kaget berpikir kalau membangunkannya. Joo Hee bertanya Apa semua orang tua seperti itu. Joo Hee bingung.
“Apa mereka bersedia mengorbankan diri demi anak-anak mereka? Bisakah mereka mati menggantikan anak-anak mereka?” ucap Jang Mi akhirnya duduk.
“Itu... Kurasa begitu.” Kata Joo Hee. Jang Mi bertanya Apa orang tua oo Hee juga seperti itu.
“Aku tidak terlalu ingat tentang ayahku. Tapi ibuku seperti itu. Demi memberiku dan kakakku uang sebanyak mungkin, dia bekerja di restoran sampai sehari sebelum meninggal.” Cerita Joo Hee.
“Apa Dia sudah meninggal?” tanya Jang Mi. Joo Hee membenarkan kalau ibunya sakit keras.
“Kenapa kamu tiba-tiba menanyakan itu?” tanya Joo Hee. Jang Mi mengaku tidak tahu ada orang tua seperti itu lalu memegang tangan Joo Hee seperti ingin memberikan kekuatan juga. 

Seo Yeon berlari teringat saat pertama kali datang ke rumah Tuan Jo karena ibunya menikah. Dua kakaknya mengandeng bermain kalau mereka akan akur dan Tuan Jo pun yaki kalau semua akan baik-baik saja. Saat remaja Seo Yeon meminta ayahnya mengantar.
“Ayah ikut... Ayah harus melihat pria yang memberimu banyak masalah.” Ucap Tuan Jo sebelum kecelakaan akan mengantar anaknya.
“Bangun... Seo Yeon... Maafkan ayah... Ibu dan Ayah akan baik-baik saja. Jangan menoleh ke belakang. Bisakah kau berjanji?”
Seo Yeon berhenti berlari mengingat semua kenangan dengan ayahnya lalu melihat nama "Lee Kang Woo" tapi tak mengangkatnya. Kang Woo bingung karena Seo Yeont tak mengangkatnya dan berpikir Seo Yeon masih tidur.
“Jantungku berdebar-debar sampai tidak bisa tidur nyenyak... Aku akan mengantarmu ke sekolah!” ucap Kang Woo berlari masuk kamar mencari bajunya. 



Seo Joon keluar dari rumah kaget melihat Kang Woo dengan memanggilnya “Ahjussi Dirut” ada didepan rumah. Kang Woo mengeluh dipanggil “Ahjussi” lalu memberitahu kalau ia itu seusia kakaknya dan bertanya  Di mana Seo Yeon sekarang.
“Dia pergi ke sekolah.” Kata Seo Joon. Kang Woo kaget kalau Seo yeon sudah pergi. Seo Joon kembali memanggil Ahjussi.
“Jangan memanggilku seperti itu!”teriak Kang Woo marah. Seo Joon blak-blakan bertanya apakah Kang Woo mengencani kakaknya.
"Mengencani"? Ya... Kurasa begitu... Kenapa?” ucap Kang Woo bangga. Seo Joon heran karena Kang Woo itu kaya dan tampan.
“Kurasa kau terlalu muda untuk menyadari pesonanya. Tapi memang, akan sangat aneh jika kau mengetahuinya. Omong-omong... Kuharap kita bisa akur, adik iparku.” Kata Kang Woo mendekati Seo Joon
"Adik ipar"?” ucap Seo Joon bingung. Kang Woo pun menawarkan tumpangan. Seo Joon langsung setuju dan masuk mobil.
“Pikiranmu sangat sederhana.” Komentar Kang Woo melihat tingkah adik iparnya. 


Akhirnya sampai didepan sekolah, Kang Woo langsung menyuruh keluar dari mobil. Seo Joon bingung bertanya apakah turun disini dan Kang Woo tak ikut, apakah Kang Woo tidak bekerja. Kang Woo menjawab tidak. Seo Joon heran kenapa tak berkerja.
“Aku hanya ingin saja.” Ucap Kang Woo. Seo Joon pikir kalau Kang Woo sudah dipecat dan pengangguran
“Tidak! Suruh kakakmu keluar!” tegas Kang Woo. Seo Joon mengeluh kalau tidak mau kakaknya mengencani pria pengangguran.
“Untuk apa dia mengencani pria yang menganggur?” keluh Seo Joon. Kang Woo membalas kalau itu tak benar dan bukan pengangguran!

Seo Yeon sudah ada diruangan, adiknya masuk memberitahu Mantan direktur utama menunggu di depan sekolah. Seo Yeon hanya bisa trdiam. Seo Joon membahas kakaknya yang benci pria tampan tapi malah berkencan dengan Kang Woo.
“Kau cepat Pergilah. Dia menunggumu.” Ucap Seo Joon. Seo Yeon mengerti dan menyuruh adiknya masuklah ke kelas lalu tiba-tiba memeluk sang adik.
“Seo Joon... Maafkan kakak.” Ucap Seo Yeon memeluk erat sang adik dengan mata berkaca-kaca dan langsung keluar ruangan.
“Astaga, aku merinding... Ada apa dengannya? Astaga.” Ucap Seo Joon bingung melihat sikap kakaknya. 


Kang Woo sibuk merapihkan rambutnya dikaca spion karena akan bertemu dengan Seo Yeon.  Saat itu pintu mobilnya terbuka, Kang Woo bertanya pada Seo Yeon Apa tampak rapi, tapi ternyata Min Hyuk yang masuk ke dalam mobilnya. Kang Woo langsung berteriak marah.
“Sedang apa kamu di sini?”tanya Kang Woo. Min Hyuk mengaku mendengar  ada mobil mencurigakan.
“Aku datang untuk memeriksa apakah itu orang mesum.” Kata Min Hyuk. Kang Woo tak percaya dianggap "Mesum"
“Apa Kamu protes karena sudah dipecat?” tanya Min Hyuk. Kang Woo mengaku tidak karena kemari untuk menemui Seo Yeon.
Kang Woo mendengar suara bunyi ponselnya dan yakian kalau Seo Yeon mengirimkan pesan. Tapi wajahnya langsung sedih membaca pesan Seo Yeon “Mari bertemu lain kali. Aku sedang sibuk”  Saat itu Min Hyuk bisa melihat wajah kecewa.
“Pindahkan mobilmu sekarang.” Ucap Min Hyuk lalu keluar dari mobil. Kang Woo mengeluh kalau berharap bisa bekerja di sini.
Mobil Kang Woo pun meninggalkan sekolah, saat itu Seo Yeon melihat dari depan pintu seperti tak bisa merelakan kepergiaan Kang Woo. Saat itu Min Hyuk juga melihat seperti tak tega dengan wajah Seo Yeon. 
Wakepsek dan guru menunggu di ruangan, melihat Min Hyuk datang langsung bertanya Apa Mantan direktur utama sudah pergi. Min Hyu menganguk. Wakepsek merasa tak percaya kalau Kang Woo bisa sepatuh itu.
“Dengan temperamennya itu, dia pasti akan melawan.” Kata Wakepsek. Guru memberikan kode agar tak banyak bicara.
“Ini tidak seberapa... Itu bukan hal yang disengaja. Tapi kami memberi tahu Pimpinan tentang dia sedikit.” kata Wakepsek. Sang guru juga mengaku sedikit.
“Jangan khawatir. Kau akan baik-baik saja.”kata Min Hyuk menenangkan keduanya.
“Kenapa dia tidak menunjuk pria hebat seperti Anda sejak awal? Kenapa dia menunjuk Kang Woo Benar, kan?” kata Wakepsek lalu tertawa bahagia dan akhirnya pamit pergi.
Min Hyuk terdiam sendirian dalam ruangan, teringat kembali saat melihat Seo Yeon didepan pintu lalu berpikir bibinya pasti belum melakukan apa pun.

Nyonya Oh sibuk memilih foto dengan wajah kesal. Nyonya Han bertanya apa yang dilakukan. Nyonya Oh mengeluh kalau harus mengurus putranya sendiri karena Min Hyuk yang paling disayangi oleh ibu mertuanya. Nyonya Han bertanya apakah Nyonya Oh  merajuk karena mencopot Kang Woo dari posisinya
“Ya, Ibu benar... Apa Ibu sungguh tidak memercayainya?” keluh Nyonya Oh marah
“Dia tidak pernah membuktikan dirinya.” Kata Nyonya Han. Nyonya Oh membenarkan kalau akan mengurusnya mulai sekarang.
“Apa Definisimu soal mengurusnya itu mengatur jadwal kencan buta?” ucap Nyonya Han.
“Ada banyak wanita hebat di luar sana, lalu kenapa?” kata Nyonya oh marah. Nyonya Han melirik melihat anaknya memanggil dan akhirnya pergi ke dapur. 

Nyonya Han bertanya Kenapa istri Tuan Lee  marah dan berpikir  karena membawa Kang Woo ke kantor pusat. Tuan Lee menjawab  bukan begitu dan membeirtahu kalau Kang Woo pasti mengencani seseorang. Nyonya Han kaget mendengarnya.
“Karena itu dia marah.” Jelas Tuan Lee. Nyonya Han ingin tahu  Gadis seperti apa dia
“Aku juga tidak tahu.” Kata Tuan Lee. Nyonya Han tetap ingin tahu siapa wanita itu.
“Dengarkan aku, Bu.. Ibu dan aku harus satu tim. Jika kita membantu Kang Woo, Maka Kang Woo akan...” ucap Tuan Lee.
Tapi Nyonya Han langsung berlari memanggil Nyonya Oh, Tuan Lee panik meminta agar ibunya berhenti. Nyonya Han tak peduli langsung berjalan e ruang tengah.
“Gawat. Ini mengerikan... Aku malah memperburuk situasi. ..Kang Woo. Aku harus memberitahunya.” Ucap Tuan Lee bingung akan menelp Kang Woo tapi supnya sudah meluap dan buru-buru mematikan kompor.

Hyun Soo melihat gambar pakaian yang dibuat Kang Woo sambil menghirup seperti merasa ada bau uang dar gambar itu. Ia pun memuji Kang Woo memang berbakat. Ia mengaku bisa membayangkan Park Seok Min dan Hi-Seven dengan pakaian ini. Kang Woo hanya diam saja.
“Apa yang kamu pikirkan?” tanya Hyun Soo. Kang Woo menceritaan mereka saling mencurahkan perasaan dan bersenang-senang.
“Kami bahkan pergi berkencan. Kenapa dia tidak balik meneleponku keesokan harinya?” ucap Hyun Soo heran.
“Apa ini soal Seo Yeon? Hei, dia tidak sepertimu. Dia pasti di kelas.” Kata Hyun Soo
“Apa yang dia lakukan saat istirahat? Bagaimana dengan jam makan siang? Sepertinya Mengirimiku pesan atau meneleponku tidak sulit.” Kata Kang Woo heran.
“Berapa kali kau menghubunginya?” tanya Hyun Soo. Kang Woo menjawab sepuluh kali.
“Apa Kau mengirim sepuluh pesan?” tanya Hyun Soo. Kang Woo mengaku Tidak tapi menelepon 10 kali dan mengirim 20 pesan.
“Itu Memuakkan sekali.”komentar Hyun Soo. Kang Woo heran itu dianggap Memuakkan.
“Ayolah. Tahu kapan harus berhenti. Dia akan muak dan kabur ke bukit bahkan sebelum status kalian resmi.” Jelas Hyun Soo. Kang Woo seperti baru menyadari kalau itu yang terjadi. 


Mi Kyung duduk di ruangan melihat nama "Bodoh" yang menelpnya lalu mengeluh kalau Hyun Soo sangat memuakkan karena terus menghubunginya. Seo Yeon yakin kalau Hyun Soo sangat menyukai Mi Kyung dengan senyuman bahagia.
“Sulit untuk menahan pesonaku begitu pria sudah menyukaiku. Aku seperti rawa.” Kata Mi Kyung membanggakan dirinya.
“Ada apa? Apa Kau sama sekali tidak menyukainya?” tanya Seo Yeon. Mi Kyung menjelaskan.
“Begini, dia bukan orang jahat, tapi aku tidak yakin. Ada yang tidak beres. Aku bisa menebak ada banyak wanita di sekelilingnya. Aku juga tidak merasa nyaman karena ternyata labelnya lebih besar dari dugaanku.” Ucap Mi Kyung

“Kukira kau tertarik dengan aset pria.” Komentar Seo Yeon menatap temanya.
“Setelah melihat pria dengan aset di luar bayanganku, maka aku merasa sedikit terintimidasi karena aku hanya manusia biasa. Aku tidak mau pria yang lebih kaya 10 level dariku. Tiga sampai empat level akan sempurna bagiku.” Kata Mi Kyung. Seo Yeon terdiam.
“Maksudku aku. Itu hanya aku. Ini tidak ada hubungannya denganmu dan Kang Woo, mengerti? Hei, aku mulai lapar... Ayo curi makanan dari Kantor Kesehatan.” Kata Mi Kyung berdiri.
“Tidak, aku tidak mau.” Ucap Seo Yeon. Mi Kyung heran kenapa tak mau kesana. Seo Yeon merasa tak ingin pergi kesana.
“Dia bukan dokter sekolah lagi. Kini dia direktur utama. Kita tidak bisa bersikap santai seperti sebelumnya.” Kata Seo Yeon
“Aku tidak percaya... Apa Pak Lee akhirnya...” kata Kang Woo lalu bergegas pergi. 



Di ruangan UKS, Min Hyuk melihat isi lacinya masih penuh dengan coklat dan makan cemilan lainya seperti kecewa kalau Seo Yeon tak datang. Mi Kyung masuk memberitahu  Seo Yeon tidak akan datang ke sini sekarang. Meski menyiapkan camilan untuknya, Seo yeon tidak akan datang ke sini lagi.
“Kenapa tidak?” tanya Min Hyuk. Mi Kyung pikir rekan kerjanya itu tak perlu bertanya.
“Kenapa kau cukup yakin untuk mengakui perasaanmu kepadanya? Jangan salah paham. Kau tahu dia bukan tipe yang akan membahas ini dengan orang lain. Aku cepat tanggap. Itu saja. Apa ini Kepercayaan diri atau kesombonganmu?” tanya Mi Kyung.
“Sifat keras kepalaku.” Balas Min Hyuk. Mi Kyung sudah menduganya.
“Ini bukan sembarang orang, melainkan Kang Woo. Kalian sepupu. Berhentilah mengejarnya, agar Seo Yeon tidak merasa risih” kata Mi Kyung memperingati.
“Aku tidak yakin... Aku agak egois. Aku tidak suka saat keadaan berjalan baik bagi orang lain.”kata Min Hyuk dingin lalu mengambil coklat dan langsung pergi.
“Astaga. Kalimat dengan wajah itu. Itu sangat keren.” Ucap Mi Kyung heran lalu mengeluh melihat Hyun Soo yang terus menelpnya. 


“Astaga, apa ponselnya menempel padanya seharian?” keluh Mi Kyung lalu mengangkat telp dan berteriak “Ada apa”
Hyun Soo yang ada di kantornya hampir terjatuh karena kaget mendengar teriakan Mi Kyung. Mi Kyung mengeluh Ada apa, menyuruh Hyun Soo bicara karean sedari tadi yang meneleponnya. Hyun Soo mengaku  tidak tahu Mi Kyung akan mengangkat.
“Aku meneleponmu karena kebiasaan.” Kata Hyun Soo. Mi Kyung pikir Hyun Soo itu sedang bercanda dan akan menutup telp.
“Mari kita makan... Makanlah bersamaku. Kalau dipikir-pikir, kita tidak pernah makan bersama.” Kata Hyun Soo.
“Tidak.” Ucap Mi Kyung. Hyun Soo ingin tahu alasan menolaknya. Mi Kyung pikir Jika begitu mereka akan berteman lalu menutup telp.
“Sungguh? Dia memintaku mentraktirnya makan tempo hari. Astaga. Dia tidak suka uang atau makanan. Aku harus apa?” ucap Hyun Soo kesal tapi akhirnya memuji si mungil it  manis sekali.

Seo Yeon duduk di meja kerjanya membaca pesan dari Kang Woo yang sangat banyak tapi tak dibalas.
“Selamat pagi. Halo, Seo Yeon. Bukankah kamu sedang istirahat? Apa Kau sudah makan? Kau makan banyak? Kurasa kau sangat sibuk. Aku ingin bertemu. Telepon aku setelah kamu selesai bekerja!”
Kang Woo bahkan mengirimkan emoticon, seperti tak tahan karena merindukanya. Ia tersenyum melihat tapi terlihat sangat frustasi dengan keadaaanya sekarang. 

Min Hyuk datang merasa kalau tepat waktu datang karena Seo Yeon itu sangat membutuhkan semua cemilanya. Seo Yeon melihat ada banyak cemilan, Min Hyuk pikir Seo Yeon tahu kalau ia tidak punya banyak teman karena selalu berhati-hati.
“Kau mungkin mengetahuinya saat rapat. Apa Kau tidak bisa makan denganku?” ucap Min Hyuk.
“Aku akan makan saja.” Kata Seo Yeon akhirnya menerima biskuit milik Min Hyuk. Keduanya pun makan bersama dalam diam. 

Kang Woo memperlihatkan fotonya bersama dengan Seo Yeon pada Dokter Kim dengan wajah bangga. Dokter Kim pikir kalau itu bagus. Kang Woo merasa ini semua berkat kerja keras Dokter Kim karena menyuruhnya menghadapi trauma untuk mengatasi traumanya
“Berkat nasihat itu, aku bertemu dengan Seo Yeon lagi.” Kata Kang Woo
“Lantas, kurasa kau tidak perlu datang lagi setelah hari ini.” Ucap Dokter Kim
“Tapi omong-omong, bagaimana cara yang tepat untuk mengencani wanita?”kata Kang Woo
“Berkencan bukan keahlianku. Namun, semua masalah psikologi kita memiliki satu sumber. Jadi Apa masalahnya?” ucap Dokter Kim akhirnya bahagia melihat isi uang yang diberikan Kang Woo.
“Mana yang harus kutanyakan lebih dahulu?” kata Kang Woo.Dokter Kim pikir Kang Woo bisa santai saja menanyakan.
Sementara kembaran dokter Kim sedang duduk disebuah perustakaan membaca  bukan di bagian "Manajemen"


Seo Yeon berjalan pulang, tiba-tiba dari belakang ada dua orang yang mengejarnya. Won Jae dengan nafas terengah-engah bertanya Kenapa tidak naik bus. Seo Yeon mengaku berjalan pulang dan bertanya apakah mereka menunggu di halte bus.
“Tidak. Untuk apa? Kami berolahraga.” Ucap Won Jae mengelak tapi nafasnya terengah-engah.
“Kami tidak sengaja bertemu denganmu di sini. Mari kita berpura-pura begitu dan minum bersama.” Kata Won Seok. Won Jae setuju merkea harus minum. Seo Yeon bingung diajak minum oleh dua kakak tirinya.
Bersambung ke "Episode 22"


Cek My Wattpad... Stalking 

      
Cek My You Tube Channel "ReviewDrama Korea"

PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09  & Twitter @dyahdeedee09  jadi biar makin semangat nulisnya. Kamsahamnida.

FACEBOOK : Dyah Deedee  TWITTER @dyahdeedee09 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar