Ok Nam
berjalan dengan melihat banyak mahasiswa yang lalu lalang, lalu mengaku kalau
merasa senang berada di sekitar siswa muda. Mereka pun membahas kalau Ada
saat-saat ketika fokus untuk belajar juga.
Flash Back
Ok Nam
belajar di khayangan dengan serius dengan beberapa peri. Nyonya Oh duduk
dipaling belakang. Dua orang lainya terlihat saling colek-colekan seperti
saling menganggu. Ibu Peri melihatnya terlihat marahi keduanya.
“Sudah
kuduga kau akan menjadi pembuat onar sejak aku melihatmu di air terjun. Fokus
pada buku-bukumu. Apa Kau ingin hari ini jadi hari terakhirmu? Aku mungkin saja
menggiling kalian semua.” Ucap Ibu Peri marah. Sementara Nyonya Oh yang
terlihat sedang membaca menganti isi buku yang lebih menarik.
“Suamiku
sudah menjadi seorang sarjana di dunia ini. Kepribadiannya yang tak egois dan
baik mirip Makhluk Abadi. Ngomong-ngomong, kudengar departemennya ada di
sekitar sini.” Kata Ok Nam tersenyum bahagia mengingat tentang suaminya.
Yi Hyun sedang
mengajar di ruangan tentang sel prokariotik tak memiliki nukleus atau membran
yang terdiri dari struktur uniseluler dan tak memiliki organel. Tiba-tiba
matanya melihat sosok Ok Nam duduk dalam kelas, wajahnya kaget dan berusaha
untuk konsenterasi.
“Di sisi
lain, sel-sel eukariotik... Tidak seperti sel prokariotik, sel ini memiliki
nukleus dan membran. Mereka terdiri dari struktur untai ganda. Mereka termasuk
organel seperti retikulum endoplasma. Mereka menyesuaikan lingkungan sel. Sel
prokariotik lebih kecil dari 1µm.” Ucap Yi Hyun bergegas menyelesaikan kelasnya
karena untuk kesekian kalinya bisa melihat Ok Nam duduk dalam kelasnya bahkan
berpindah tempat.
Setelah
kelas selesai Yi Hyun kebingungan karena tak melihat sosok Ok Nam berpikir
kalau semua aneh. Ketika keluar dari kelas, Ok Nam tiba-tiba sudah ada
dibelakang Yi Hyun dan membuatnya terlonjak kaget. Ok Nam meminta agar bicara sebentar.
“Apa Kau
muncul di kuliahku sekarang? Apa kau mahasiswa di universitas ini?” ucap Yi
Hyun marah
“Aku hanya
berakhir di sana ketika sedang berjalan-jalan.” Akui Ok Nam
“Apa kau
pikir ruang kuliahku adalah tempat yang... Dapat kau kunjungi dengan mudah saat
berjalan-jalan? Dari Gunung Gyeryong ke ruang kuliahku, kenapa kau
mengikutiku?” keluh Yi Hyun
Flash Back
Beberapa
orang menarik gerobak dan tanpa sadar menjatuhkan semua kayu yang bertumpuk di
pinggi jalan. Yi Hyun tak bisa marah hanya meminta orang yang didepanya untuk
membeli beberapa kayu. Ok Nam melihat dari kejauhan merasa kasihan.
“Pria
yang dulu kenal selalu menebang pohon di gunung dan menjualnya di pasar.
Bisnisnya tak begitu hebat, dia sering kembali dengan tangan kosong. Tapi
untungnya dia bereinkarnasi di dunia yang baikdan mengajar orang sebagai
seorang sarjana tanpa mengkhawatirkan jualannya.” Cerita Ok Nam bahagia.
“Jangan-jangan,
apa kau menyamakan orang itu dengan diriku?” ucap Yi Hyun sinis
“Aku tak
pernah mengatakan itu. Tapi Aku punya sesuatu untuk diberikan.” Kata Ok Nam. Yi
Hyun binggung apa yang akan diberikan Ok Nam.
“Aku tak
bisa mengambil ini jika ini hadiah. Ada hukum yang disebut "Tindakan Kim
Young Ran" hukuman bagi siapa saja yang mengambil hadiah dari siswa. Dan
aku benci menerima hadiah dari orang.” Kata Yi Hyun menolak.
“Aku
bukan murid, dan ini bukan hal seperti itu. Ini hanya kain yang aku sulam. Kau
akan tahu apa artinya ketika kau melihatnya, tapi bukalah nanti karena itu akan
membuatku malu jika kau membukannya di sini.” Ucap Ok Nam lalu bergegas pergi
meninggalkanya ditangan Yi Hyun.
Yi Hyun
mengeluh karena dirinya sibuk, tapi Ok Nam sudah pergi lebih dulu. Akhirnya Yi
Hyun melihat isi dan tak percaya melihat sulaman Ok Nam bunga bangau berpikir
kalau semua ini hanya lelucon saja.
“Satu hari di alam peri sama dengan satu tahun
di alam manusia. Aku sudah hidup 699 tahun, tapi tak berbeda dengan perjalanan
selama 699 hari. Semua tahun yang kutunggu tak terasa lama bagiku. Kau dapat
bersantai dan datang kepadaku perlahan karena aku tepat di sampingmu seperti
ini.” Gumam Ok Nam pulang dengan wajah bahagia.
Jung Min
mengumpat kesal saat masih ada di Lab, Kim Geum masuk ruangan akhirnya terpaksa
mengangkat telp yang terus berdering. Setelah menutup telp memberitahu Jung Min
kalau kantor departemen ingin Jung Min mengambil data yang dicetak.
“Aku tak
bisa pergi ke sana.” Ucap Jung Min frustasi. Kim Geum pikir Jun Min masih belum
selesai dengan laporannya.
“Apa Kau
bilang, Air Hitam, beberapa waktu yang lalu?” ucap Jung Min. Kim Geum pikir
Jung Min mau minum juga. Jung Min langsung bergegas pergi.
“Kau harus
mengunjungi kantor departemen.” Teriak Kim Geum. Sementara Kyung Sik tertidur
pulas setelah mengerjakan tugasnya.
Bong Dae
melihat Jung Min yang datang berkomentar kalau sedang dicambuk dari belakang
karena Rambutnya terlihat persis sama dengan pengkhianat yang dikenalnya. Jung
Min tak membalas ingin tahu keberadaan nenek Ok Nam.
“Ini hari
dia libur jadi Minum saja buatanku.” Kata Bong Dae. Jung Min meminta untuk
menyeduh Air Hitam. Bong Dae terlihat binggung.
“Tidak
masalah jika kau tak bisa.” Pikir Jung Min pasrah. Bong Dae pikir setiap kopi
berwarna hitam.
“Maksudku,
kopi spesial dari Nenek barista... Tapi Aku hanya akan pergi jika kau tak dapat
menyeduhnya.” Kata Jung Min
“Apa Kau
benar-benar ingin minum kopi itu? Itu harus Air Hitam. Jadi maksud perkataanmu
Air Hitam, bukan air gelap ataupun air yang jernih?” kata Bong Dae menahan Jung
Min untuk tak pergi.
Jung Min
mengangguk, Bong Dae pun siap membuatnya
dengan mengeluarkan biji kopinya.
[Stasiun
Gyeryong]
Tuan Park
seperti tak yakin mereka bisa datang tanpa persiapan. Tuan Goo pikir Tuan Park
itu cukup siap jadi apalagi yang harus dipersiapkan, karena sudah bilang
sebelumnya kalau Kereta Merpati akan membawa mereka ke Seoul dalam satu menit.
“Apa Kau
tak mendengarku?” keluh Tuan Goo. Tuan Park binggung Apa itu Kereta Merpati.
“Kereta
ke Seoul, dasar kau konyol. Kau tahu kereta, kan?” ejek Nyonya Oh. Tuan Park
mengaku sudah tahu.
“Berhentilah
bicara omong kosong dan cobalah temukan Kereta Merpati. Apa kau yakin itu akan
membawa kita ke Seoul sekejap kan?” ucap Nyonya Oh. Tuan Goo yakin kalau
ucapanya itu benar.
Tuan Goo
melihat seorang petugas sedang melayani calon penumpang lalu berjalan
mendekatinya bertanya Ke mana mereka harus pergi naik Kereta Merpati. Si
petugas binggung dan memberitahu kalau kereta Merpati Itu tak ada lagi.
Ketiganya hanya bisa melongo bingung
“Itu
Sudah lenyap dalam sejarah... Kau mau kemana?” tanya petugas.
“Kami
akan pergi ke Seoul.” Kata Tuan Goo. Petugas memberitahu kalau KTX berhenti distasiun ini juga.
“Jadi
naik kereta itu dan kau akan tiba di sana segera.”jawab petugas. Mereka
binggung hanya menyebut nama kereta baru.
“Pergi ke
sebelah situ, beli tiket sendiri, dan tunggu di balkon.” Ucap Petugas.
Nyonya Oh
kebingungan, Tuan Park berpikir kalau Tuan Oh memutuskan hubungan dengan kereta
juga dan Kereta Merpati tak ada lagi. Tuan Park menyuruh diam saja kalau tak
ingin berkelahi. Nyonya Oh kesal keduanya terus adu mulut.
“Semuanya
baik baik saja. Kita hanya perlu mengambil KTX atau apa itu, pergi ke Seoul, dan
jumpai Seon Seonnyeo di sana, berhentilah berdebat.” Ucap Nyonya Oh dan mereka
mengantri membeli tiket.
Jung Mi
kembali ke ruang lab, Kyung Sik masih tidur dengan lelap seperti sangat
kelelahan. Jung Min pun sudah membawa air hitam, ketika diminum seperti sangat
pahit dan sempat memuntahkanya. Tanganya sudah siap di keyboard karena
sebelumnya Kyung Sik bisa mengerjakanya tanpa henti, tapi tanganya tetap diam.
“Katanya
Air Hitam, tapi tetap saja... Apa yang harus kulakukan sekarang? Matilah aku.”
Jerit Jung Min frustasi.
Di
kampus, Kim Geum melihat tas yang dipakai Jeom Soon saat menjadi kucing lalu
memanggilnya. Jeom Soon tak mengubrisknya terus masuk ke dalam gedung, akhirnya
Kim Geum menghadangnya bertanya apakah tak dengar kalau ia memanggilnya. Jeom
Soon mengaku tak mendengar.
“Apa
ransel itu milikmu?” tanya Kim Geum, Jeom Soon membenarkan.
“Aku tahu
ini tak sopan tapi bisakah aku melihat dalamnya?” kata Kim Geum.
“Kenapa
bertanya jikau tahu itu tak sopan?” ucap Jeom Soon marah. Kim Geum mengaku
bukan seperti itu tapi merasa ada yang aneh. Jeom Soon berusaha pergi dengan
menjatuhkan barang Kim Geum.
“Berhenti...
Hei... Itu sosis Jeom Soon... Kau punya tas dan sosisnya... Kau siapa?” ucap
Kim Geum menahan Jeom Soon. Jeom Soon mengaku tak tahu.
“Di mana
Jeom Soon? Apa Kau menyakiti kucing malang itu? Di mana kau meninggalkannya?”
teriak Kim Geum. Jeom Soon yang kesal langsung memberikan pukulanya karena
ekornya akan segera keluar.
Kim Geum
pun terluka dibagian hidung dan bibir, Jeom Soon pikir seharusnya Kim Geum pergi begitu saja ketika bilang
tidak. Kim Geum pun kesal karena Jeom Soon yang tak memberitahu kalau dia
adalah Jeom Soon si kucing.
“Siapa
yang akan percaya kalau aku bilang berubah dari kucing menjadi manusia?” ucap
Jeom Soon.
“Meski
begitu, kekerasan itu buruk... Hidungku takkan berhenti berdarah.” Keluh Kim
Geum. Jeom Soon meminta maaf. Kim Geum pun ikut meminta maaf. Jeom Soon pikir
untuk apa.
“Aku tak
mendapatkan kepercayaanmu. Jika aku dipercaya, kau akan bilang padaku bahwa kau
adalah Jeom Soon.” Ungkap Kim Geum merasa bersalah.
“Tidak...
Kau tak melakukan kesalahan apa pun. Aku merasa sangat lega sudah menceritakan
rahasiaku kepadamu.” Jelas Jeom Soon. Kim Geum memastikan kalau Tak ada lagi
rahasia sekarang
“Yah, ada
sedikit tapi aku akan memberitahumu nanti.” akui Jeom Soon. Kim Geum bisa
mengerti Jeom Soon belum bisa memberitahukanya.
“Asal
tahu saja, kau benar-benar kuat untuk seukuran kucing. Lalu Apa Wi-Fi
berfungsi?” tanya Kim Geum.
Jeom Soon
menganguk dan memuji kalau semua berkat Kim Geum dan memanggilnya “Ahjussi” Tap
menurutnya kalau itu sulit bekerja pada
laptop tua. Kim Geum tahu karena melihat Jeom Seom seperti membawa tiga laptop.
“Ahjussi
digaji di tempat kerja walaupun sedikit. Jadi Aku akan membelikanmu laptop. Itu
Menjengkelkan jika mesin itu menghentikanmu dari menulis.” Ucap Kim Geum
mengerti.
“Aku tak
menulis sesuatu yang luar biasa.. Tapi, kamar Ahjussi berbau kemiskinan jadi
Kau tak perlu membelikanku.” Ucap Jeom Soon.
“Kau tumbuh
menjadi orang yang baik. Ahjussii tak punya keperluan untuk menghabiskan banyak
uang, jadi tak apa membelikanmu laptop. Tapi Apa ahjussi benar-benar bau
kemiskinan?” tanya Kim Geum.
“Yah, kau
tak bau kemewahan. Apa Kau baik-baik saja?” kata Jeom Soon khawatir. Kim Geum
mengaku baik-baik saja.
Tiga peri
akhirnya naik kereta. Nyonya Oh mengeluh karena
tiket kereta begitu mahal. Tuan Goo pikir itu membuat mereka lebih cepat
sampai di Seoul. Ketiga terlihat bahagai melihat kereta yang mulai bergerak
karena mungkin bisa bertemu dengan Nyonya Seon untuk makan malam.
“Aku
punya banyak teman di Seoul. Mereka berada di antara setiap bangunan. Begitu
tiba, aku akan membawamu ke restoran yang bagus. Jadi Tidurlah dulu di kereta.”
Kata Tuan Goo, semua terlihat sangat penuh semangat.
“Aku akan
mengikutimu di Seoul.” Kata Tuan Park. Tuan Goo pun meminta mereka bisa santai
saja. Tanpa disadari kalau kereta yang dinaiki
menuju Naju, Mokpo.
Jeom Soon
pulang ke rumah sambil membanting tubuhnya karena lelah. Ok Nam bertanya di
mana seharian ini. Jeom Soon mengaku berkeliling kampus. Ok Nam juga
menceritakan baru saja berkeliling kampus juga dan menurutnya kalau tempatnya
cukup besar jadi mereka tak berpapasan.
“Di tempat
besar itu, aku bertemu Kim Geum lagi.” Cerita Jeom Soon.
“Sepertinya
kalian ditakdirkan untuk menjadi dekat. Apa kau menyapanya?” tanya Ok Nam.
“Kami tak
harus saling menyapa dengan sopan.”akui Jeom Soon. Ok Nam memberitahu kalau Kafe
tutup besok.
“Kim Geum
dan aku akan pergi melihat gambar-gambar yang bergerak. Maukah kau ikut?” ucap
Ok Nam.
Jeom Soon
terlihat penuh semangat mendengar akan menonton Film tapi wajahnya langsung
berubah sedih.
[50 tahun
yang lalu]
Dilayar
terlihat adegan pria dan wanita bertemu dalam perang, lalu mereka berciuman. Ok
Nam terlihat senang menonton film yang ada dibioskop, lalu tersadar saat
melihat Jeom Soon yang mengeluarkan kumis serta buntutnya setelah melihat
adegan kiss. Ok Nam pun menarik anaknya untuk keluar gedung bioskop.
Ok Nam
merasa kasihan bertanya Apa masih terlalu sulit untuk menahanya. Jeom Soon tak
tahu padahal ingin pergi tapi takut kalau berubah jadi macan lagi karena
Akhir-akhir ini, darahnya menjadi panas karena flu dan sangat bingung hari ini
ketika ekornya. keluar.
“Kau hanya
harus berhenti makan daging.”saran Ok Nam. Jeom Seoon mengeluh karena tak mungkin
melakukan itu.
“Bukannya
kau harus makan mugwort dan bawang putih seperti dulu. Kau hanya perlu menjauh
dari daging.” Kata Ok Nam. Jeom Soon kesal sendiri dan mengaku akan mencoba
makan lebih sedikit.
“Aku
tiba-tiba kehilangan dendeng yang kutinggalkan di Gunung Gyeryong. Aku punya
firasat buruk Tuan Park melihatku ketika aku menyembunyikannya. Ibu bisakah kau
menulis surat kepadanya untuk tak makan dendengku?” rengek Jeom Soon.
“Aku
belum menghubungi yang lain sama sekali. Mereka pasti khawatir. Aku harus
menulis surat kepada mereka hari ini.” Kata Ok Nam terlihat khawatir.
Di
kereta, pemberitahuan kalau akan segera tiba di Stasiun Gwangju Songjeong dan Pintu
akan terbuka di sebelah kiri. Sementara Tuan Goo dkk masih tertidur dengan
lelap.
Yi Hyun
dkk sedang makan daging panggang bersama. Jung Min melihat Kyung Sik terus
makan terlihat kesal, karena menurutnya Ada sesuatu yang disebut etika makan
dan meminta agar agar Kyung Sik jangan makan duluan karena itu namanya
melanggar etika.
“Aku
sedang mengerjakan potongan daging babi itu.” Keluh Jung Min. Yi Hyun dan Kim
Geum hanya bisa melonggo melihat keduanya adu mulut.
“Aku
putra tunggal generasi keempat, jadi aku belum pernah memasak sebelumnya. Aku
tak bisa memanggang daging.” Ucap Kyung Sik.
“Jika kau
tak bisa memasak, maka jangan makan.” Keluh Jung Min kesal. Kyung Sik seperti tak
peduli.
“Profesor
tak bisa mendapatkan beasiswa, jadi para asisten semua kelaparan... Makanlah
yang banyak.” Ejek Tuan Park yang duduk dibagian belakang.
Yi Hyun
kesal langsung meminum sojunya tapi merasa kepahitan dan meminta Kim Geum
mengambilkan air. Tiba-tiba Tuan Park sudah ada disebelahnya memberikan segelas
air.
“Biowide
akan menembak departemen kita. Mereka ingin kau memberikan wawancara.” Ucap Tuan
Park. Yi Hyun dengan sopan menolak.
“Kau Tahu
sendiri semua entertainment itu tanpa kredibilitas.” Ucap Yi Hyun
“Kau dapat
memberi mereka kredibilitas. Mereka sepertinya membutuhkan seseorang dengan
penampilanmu.” Ucap Tuan Park.
“Hei
semuanya... Pria dengan penampilan seperti Prof Jung sepertinya menjadi populer
belakangan ini.” Tanya Tuan Park pada assdosnya, dua wanita membenarkan dengan
wajah sumringah.
“Coba kau
dengar, Semua orang mempedulikan penampilan seorang ilmuwan.” Komentar Tuan
Park.
Ass dos
Tuan Park tiba-tiba membahas tempat kopi di samping perpustakaan baru-baru ini,
karena Para siswa semua membicarakannya, mereka pun tahu kalau Kopi rasanya
jauh lebih baik dan mneurutnya nenek Baristanya tampaknya hebat.
“Tapi Yang
lucunya... Nenek itu terus bilang dia adalah peri. Kudengar, Assdos Kim menerima
koin kuningan untuk kembaliannya.” Ejek si wanita. Ketiganya pun tertawa
mengejek.
“Mungkinkah
dia menderita demensi Atau Sindrom Ripley?” komentar si pria. Mereka terus saja
tertawa
Yi Hyun
yang mendengarnya berteriak memanggil para Asisten Dosen, wajahnya terlihat
kesal, Semua Assdos Tuan Park terlihat binggung. Yi Hyun ternyata meredam
amarahnya dengan mengajak mereka untuk minum soju saja. Dua wanita pun langsung
bahagia memuji Yi Hyun yang sangat tampan.
Ketiganya
pun turun dari kereta, mereka kalau Udara di Seoul pasti segar. Lalu tiba-tiba
melihat dua orang bicara dengan loga bicara yang seperti sedang ada di
Busan. Tuan Park bingung karena tak terdengar seperti dialek Seoul dan
berpikir kalau salah dengar
“Itu Bisa
aja... Apa kau tak tahu berapa banyak orang di Seoul? Semua orang dari penjuru
negeri tinggal di sini.” Ucap Tuan Goo yakin. Tuan Park pun mempercayainya.
“Tahan
lidahmu jika kau tak tahu.” Ucap Nyonya Oh, mereka pun akhirnya melihat Langit
di Seoul luar biasa dan merasa tak percaya sedang di Seoul tanpa sadar kalau ada
di Makpo.
Yi Hyun
mulai mabuk memberitahu kalau tak ada perubahan dalam paradigma dalam biologi karena
aspek akumulatif yang dimilikinya dibandingkan dengan fisika. Tuan Park juga
mabuk akan mengatakan sesuatu.
“Mendasarkan
cara berpikir kita dengan metode induktif tidak masuk akal ketika didekati
secara logis.” Ucap Tuan park
“Setiap
kali dia mabuk, dia mengulangi namanya.. Nama depannya sebenarnya Park Chun
Seong... Itu sebabnya dia terus mengulang nama barunya. Kita semua tahu bahwa Chun
Seong lebih cocok dengannya.” Bisik Jung Min pada Kim Geum.
“Aku, Jung
Yi Hyun, akan mengatakan ini! Tidak peduli seberapa dekat dengan kebenaran, itu
tak mungkin benar ketika belum terbukti.” Teriak Ji Hyun membalasnya.
“Dia bilang
kita akan pergi secepatnya.Ayo Kim Geum, menyerah saja... Begitu mereka
bergulir, mereka akan berbicara setidaknya selama dua jam. Dan Kau lebih baik
makan proteinmu sehingga kau dapat membawanya nanti.” ucap Jung Min.
Saat itu
Tuan Park mulai menepuk pundak Assdosnya. Yi Hyun melihatnya dan langsung
pura-pura akan muntah. Kim Geum bisa tahu rencanya panik membawa Yi Hyun keluar
dari restoran agar tak muntah di dalam. Jung Min binggung kelihat keduanya
seperti kabur.
Yi Hyun
setengah mabuk bertanya apakah mereka sudah berhasil. Kim Geum pikir seperti itu.
Yi Hyun pun terlihat senang dan mengumpat kesal pada Kim Geum karena melakukan
itu padanya. Kim Geum meminta maaf dan
berjanji tak akan mengulanginya lagi.
“Itu bukan
permintaan maaf sepenuh hati. Kenapa kau menyeretku ke kampung halamanmu di
hari Chuseok dan menempatkanku menjadi orang yang mirip bagi seseorang? Jika
aku tak pergi bersamamu, maka tak akan ada yang terjadi. Apa aku terlihat
menyedihkan bagimu? Apa kau mengasihaniku karena aku sendirian di hari Chuseok?”
ucap Yi Hyun
“Tentu
saja tidak.” Kata Kim Geum. Yi Hyun mengikuti kalimat seperti Tuan Park akan
mengatakan sesuatu.
“Dikasihani...
adalah sesuatu yang kubenci!” ucap Yi Hyun. Kim Geum pikir akan membelikan
minum untuk dosenya.
Kim Geum
mencari ponsel di sakunya tapi tak menemukanya berpikir kalau hilang. Lalu ia
mencari milik Yi Hyun dalam jas tapi tak ada juga. Kim Geum pikir mereka pasti
meninggalkannya di restoran jadi akan pergi mengambilnya. Yi Hyun melarang
untuk tak pergi.
“Park Jun
Seong akan menunggumu di sana. Kita tak bisa memfilmkan musim kedua dari
"Permainan Takhta" tanpa naskah.” Ucap Yi Hyun
“Aku akan
pergi ke sana sendirian. Dia tak akan meminta asdos untuk membayar. Tunggu saja
di sini sampai aku kembali, mengerti?” kata Kim Geum yakin. Yi Hyun sudah tak
kuat akhirnya berbaring dibangku.
Kim Geum
kembali ke restoran, tapi merasa heran karena sudah sepi bahkan tak ada
pengunjung. Ia melihat dua ponsel diatas meja dengan bon, si bibi mengatakana
kalau tadi Mereka bilang, Kim Geum akan segera datan dan ternyata memang benar-benar
datang.
“Aku
memotong 8 dolar dari tagihan, totalnya 520 dolar.” Kata si bibi. Kim Geum
melonggo karena harus membayar semua tagihan.
“Apa Kau
ingin membayar delapan dolar juga?” sindir si bibi. Kim Geum tak bisa berkata
apa-apa
Yi Hyun
seperti tersadar melihat sosok Jeom Soon yang berubah menjadi harimau besar
lalu menjilat wajahnya seperti tanda sayang.
Flash Back
Jeom Soon
yang kecil terlahir seperti layaknya manusia tapi Tangan kecil tanpa kelingking
dan Rambut kusut tertiup angin.
“Ada seorang gadis kecil yang duduk
di dekat makam.”
Yi Hyun
tiba-tiba memanggil nama Jeom Soon beberapa kali. Akhirnya Jeom Soon pun
mengendong Yi Hyun untuk pergi tertulis seperti puisi [Penderitaan yang dibawa
oleh harimau]
Jeom Soon
pulang kerumah berteriak memanggil ibunya. Ok Nam kaget melihat Jeom Soon berubah
menjadi harimau bertanya apa yang di lakukan. Jeom Seom memberitahu kalau Yi
Hyun sedang sekarat jadi membawa ke rumahnya. Yi Hyun berbaring di pakuan Ok Nam, Jeom Soon seperti sangat kelelahan.
“Jeom
Soon... Aku minta maaf... Aku menyesal, kau harus tumbuh tanpa ayah.” Ucap Yi
Hyun seperti mengigau. Ok Nam yang mendengarnya terlihat senang memanggil Yi
Hyun sebagai suamin yang paling disayanginya.
[Epilog -
Pakaian Jeom Soon berubah - Apa kau ingin tahu kenapa?]
Kim Geum
baru saja memesan kopi dan sadar kalau tak melihat Jeom Soon hari ini padahal
suadh membawa beberapa sosis untuknya. Jeom Soon berlari ke atas kedai
memanggil Bong Dae.
“Kenapa
kau tak berubah menjadi kucing untuk naik ke sini, dasar konyol?” keluh Bong
Dae
“Aku tak
bisa mengubah penampilan semauku.” Ucap Jeom Soon. Bong Dae bertanya Ada apa
datang menemuinya. Jeom Soon melirik ponsel yang ada diatas meja.
“Ini
bukan makanan....” ucap Jeom Soon menyelamatkan ponselnya.
“Tapi Kami
tak punya Wi-Fi di kamar kami.” Rengek Jeom Soon. Bong Dae heran kenapa Jeom
Soon membutuhkannya
“Ada
sesuatu yang tak kau ketahui.” Kata Jeom Soon. Bong Dae mengaku tak peduli.
“Aku
punya perasaan kau menggunakan layanan data tanpa batas. Firasatku berkata
begitu. Jika kau menyalakan hotspotmu, maka aku akan dapat mengunggah novelku dalam
hitungan detik.” Ucap Jeom Soon penuh semangat.
“Baterai
akan terkuras dengan cepat jika aku menyalakannya. Kau tak harus bergantung
padaku. Kita ada di area kampus. Ada zona Wi-Fi di mana-mana. Coba kau pergi ke
gedung di sana dulu.” Ucap Bong Dae menunjuk gedung di depanya.
Jeom Soon
mengerti sudah siap pergi, Bong Dae mengeih dengan Jeom Soon akan pergi seperti
itu. Jeom Soon pikir kalau pakaiannya tak pantas. Bong Dae memberitahu
kalau sudah melihat seseorang dalam
pakaian itu selama Perjanjian Jepang-Korea tahun 1876.
“Tapi ini
adalah satu-satunya pakaian yang kupunya.” Kata Jeom Soon. Bong Dae kembali
mengeuh Jeom Soon itu cukup merepotkan lalu memberikan tas berisi pakaian.
Jeom Soon
pun mengucapkan Terima kasih. Bong Dae memperingatkan agar jangan kembali lagi.
Jeom Soon sudah berganti pakaian lalu mengendap-ngendap pergi dari pandangan
Kim Geum.
Bersambung
ke episode 4
Udah baca tulisan sinopsis aku 'kan..
hihihi...
Buat kalian yang suka membaca tulisan aku
meminta dukungan dalam bentuk "Subscribe" You tube karena sedang
mencoba mengumpulkan 1,000 Subscribe.
Tinggal Klik disini, buat
yang sudah Subscribe. Terimakasih banyak. Semoga bisa sampe akhir tahun
ini
PS; yang udah baca blog / tulisan aku.. Tolong minta
follow account IG aku yah dyahdeedee09 & Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar