Ji Wook
kaget melihat Yoo Jung tiba-tiba sudah ada didepan rumahnya. Yoo Jung pun
menyapa Ji Wook yang Sudah lama tak bertemu. Ji Wook terdiam menatap Yoo Jung
yang sudah lama tak bertemu. Bong Hee baru selesai menelp melihat keduaanya
saling menatap tanpa bicara.
“Aku
langsung bisa menyadarinya... Dia mantan pacarnya.” Gumam Bong Hee mengingat
kejadian sebelumnya.
Flash Back
Ji Wook
menyakinkan Bong Hee ketika mabuk mengatakan kalau Saat sesuatu seperti itu
terjadi, maka orang-orang akan salah paham. Ia tahu kalau Bong Hee akan
berpikir "Apa aku membuat kesalahan?" "Apa aku membosankan? Apa
aku sesuatu yang tidak mereka sukai?"
“Itu
Bukan seperti itu. Kita tidak melakukan kesalahan. Ini adalah salah dari orang
yang mengkhianati kita.” Tegas Ji Wook yang pernah merasakan hal yang sama
dengan Bong Hee di khianati oleh pacarnya.
“Dia
adalah wanita yang mengkhianati dan meninggalkannya.” Gumam Bong Hee menatap
keduanya yang masih saja menatap tanpa bicara. Diam-diam Bong Hee berjalan
pergi tanpa disadari oleh keduanya.
Yoo Jung
pun menanyakan kabar Ji Wook lebih dulu. Ji Wook hanya diam saja. Yoo Jung
malah bertanya apakah Ji Wook tak ingin menanyakan alasan dirinya datang ke
rumahnya. Ji Wook mengaku Tidak perlu karena
tidak terlalu penasaran.
“Apa Kau
mau meneriaku aku? Kau bisa menyumpahiku dan bilang kepadaku kalau aku kurang
ajar. Kau bisa melakukan apapun yang kau mau. Aku akan menerima celaanmu.” Kata
Yoo Jung menerimanya. Ji Wook pikir itu tak perlu.
“Tak ada
alasan bagiku untuk melakukan itu, dan bahkan aku tidak mau. Katakan saja cepat
padaku mau apa kau ke sini.” Kata Ji Wook seperti enggan bertemu dengan Yoo
Jung lebih lama.
“Kita
tidak perlu suatu urusan untuk saling bertemu.” Komentar Yoo Jung.
“Entahlah.
Aku tidak terlalu tertarik untuk membicarakan masa lalu.” Kata Ji Wook
“Kau
sangat dingin, Ji Wook.” Ungkap Yoo Jung.
Ji Wook balik bertanya apa yang tertinggal diantara mereka
Ji Wook
akan pergi dan Yoo Jung menahan tangan mantan pacarnya. Ia meminta agar Ji Wook
jangan melakukan ini. Bong Hee mengintip dari dinding parkiran, seperti
penasaran dengan keduanya.
“Mari...
Kau dan aku... Kita tidak boleh melupakan dan move on semudah ini.” Ucap Yoo
Jung yang sangat ingin kembali pada Ji Wook.
“Jangan
salah paham, Yoo Jung. Bagiku.., ...kau sudah tidak berarti apapun.” Kata Ji
Wook
“Ji
Wook... Apa yang harus kulakukan? Aku tahu kau ingin mengakhiri perasaan
bersalahmu itu setelah memperlakukanku dengan dingin seperti ini.” Ucap Yoo
Jung
Saat itu
Ji Wook ingin berbicara, tiba-tiba Bong Hee datang berteriak sambil memanggil
Ji Wook “sayang”. Ji Wook menatap binggung. Bong Hee mengaku sudah menunggu
lama tapi Ji Wook yang tak datang juga. Yoo Jung kaget dan bertanya siapa
wanita yang memanggil Ji Wook “sayang”
“Aku
pacarnya.” Kata Bong Hee dengan percaya diri. Ji Wook menatap sinis. Bong Hee
memberi kode kalau untuk diam saja. Yoo Jung seperti tak percaya kalau Bong Hee
sebagai pacarnya.
“Ah... Kita
pernah bertemu sebelumnya, kan?” ucap Yoo Jung mengingat Bong Hee yang pernah
bertemu sebelumnya.
“Astaga,
kau benar. Kita pernah bertemu.” Kata Bong Hee seperti tak terlalu terkejut. Ji
Wook binggung keduanya yang sudah saling mengenal.
Bong Hee
membenarkan tapi mengunakan bahasanya formal, lalu buru-buru mengubah dengan
kembali memanggil Sayang. Ji Wook pikir kalau
Yoo Jung harus pergi dan mengajak Bong Hee untuk pergi denganya. Yoo Jung ingin memastikan lebih dulu sebelum
keduanya pergi.
“Apa
dia...benar pacarmu.., Ji Wook?” tanya Yoo Jung. Ji Wook dengan ketus menjawab
kalau itu bukan urusan Yoo Jung. Bong Hee sengaja merangkul lengan Ji Wook dan
menyadarkan kepala di pundaknya.
“Aku tiba-tiba
pusing. Kurasa ini karena... karena kita menghabiskan waktu malam yang gila
kemarin. Kurasa kita melakukannya terlalu jauh. Aku pusing sekali.” Ungkap Bong
Hee. Yoo Jung terdiam mendengar ucapan Bong Hee. Ji Wook tak ingin banyak
bicara memilih untuk segera pergi dengan Bong Hee.
Di tempat
parkiran
Bong Hee
masih tetap merangkul tangan Ji Wook. Sampai didepan mobil Ji Wook melirik
sinis dan membuat Bong Hee buru-buru melepaskan tanganya. Ji Wook mengeluh
dengan yang dilakukan Bong Hee Dengan memegang lengannya dan bertingkah seolah menjadi
pacarnya.
“Dan apa
kau bilang "malam yang gila"? Astaga, Bong Hee.” Ucap Ji Wook kesal
masuk ke dalam mobil lebih dulu. Bong Hee panik buru-buru segera ikut masuk ke
dalam mobil.
“Aku
hanya selalu mencoba membalas kebaikanmu.” Jelas Bong Hee. Ji Wook binggung apa
maksudnya.
“Apa Kau
tidak ingat? Kau melakukan hal yang sama saat situasi seperti itu.” Ucap Bong
Hee. Ji Wook tak mengingatnya dan bertanya Kapan melakukannya.
Saat
bertemu dengan Hee Joon dan Ji Hae yang mengejek Bong Hee. Ji Wook
menyelamatkan Bong Hee dengan mengelus kepalanya mengaku walaupun jorok tetap
cantik. Ji Wook mengingat kejadian tersebut
meminta tissue basah karena merasa tiba-tiba tanganya merasa kotor. Bong Hee
pun buru-buru memberikan tissue basah.
“Kau
mengingatnya dan Kau mengelap tanganmu saat itu.” Kata Bong Hee.
“Aku
ingat dengan jelas.” Ucap Ji Wook sambil membersihkan tanganya. Bong Hee
mengaku juga sangat mengingatnya.
“Kau
menyelamatkan wajahku... di depan mantan pacar yang mengkhianatiku. Aku takkan
pernah melupakan itu.” Kata Bong Hee.
“Lupakan
saja.” Pinta Ji Wook. Bong Hee menolak dengan tegas. Ji Wook tetap ingin Bong
hee melupakanya.
“Ini kan
ingatan dan pilihanku.” Balas Bong Hee. Ji Wook mengaku tidak mau jadi bagian ingatannya.
“Jangan
pernah membalas budi dengan melakukan ini lagi.” Perintah Ji Wook. Bong Hee
heran dan ingin tahu alasan tak boleh melakukanya.
“Apa Kau
tidak tahu? Jika kau terus melakukan ini, maka aku takut kau mungkin akan
mengatakan...” ucap Ji Wook terdiam
Bong Hee
bisa menembak kalau nanti akan mengaku sebagai istrinya, Ji Wook membernakan.
Bong Hee dengan santai kalau bisa mengatakan kalau Ji Wook adalah ayah dari
anaknya. Bong Hee mengeluh kalau Bong Hee
Lebih baik tidak mengatakan itu. Bong Hee pikir bisa melihatnya nanti.
Si pelaku
pembunuh Hee Joon bisa masuk ke sebuah rumah dan saat itu seseorang sudah
tergeletak dilantai dengan darah ditubuhnya. Seperti korban sudah tak sadarkan
diri. Setelah itu si pelaku keluar rumah dengan santai dan terlihat di sisi
rumah lainya melihat si pelaku.
[Episode 9 -Manusia Menjadi Jaminan.]
Yoo Jung
masuk ke dalam mobilnya, terlihat masih kesal mengingat Ji Wook yang masih
menolaknya. Ia mengingat kejadian masa keberasaanya dengan Ji Wook.
Flash Back
Ji Wook
dan Yoo Jung duduk diperpustakaan, keduanya terlihat sangat mesra dengan saling
mengambar tanda cinta dibuku seperti perasaan cinta yang mengebu-gebu.
Ditaman,
Ji Wook duduk menunggu. Yoo Jung datang dan keduanya saling menatap bahagia,
lalu Yoo Jung memberikan ciuman di pipinya. Ji Wook tersipu malu dan meminta
agar Yoo Jung memberikan lagi. Yoo Jung pun dengan senyuman bahagia memberikan
ciman di pipi untuk Ji Wook.
Bong Hee
menaiki mobil lalu melihat kantornya itu sudah lewat dan meminta agar bisa
turun. Tapi Ji Wook terlihat mengemudi sambil melamun dan tak berbicara apapun.
Akhirnya Bong Hee pun membiarkan sampai mereka berhenti di kantor Ji Wook,
ketika turun dari mobil Ji Wook membalikan badanya.
“Bong
Hee, kenapa kau di sini? Kau mengikutiku ke sini ya?” ucap Ji Wook seperti tak
sadar kalau ia yang membawanya. Bong Hee pun melihat Ji Wook seperti sedang
frustasi memilih untuk membenarkan saja.
Saat Ji
Wook pergi, Bong Hee pun kebinggungan keberadaan dirinya. Eun Hyuk baru saja
dengan mobilnya memanggil Bong Hee. Bong hee pun kaget melihat teman Eun Hyuk
yang datang. Eun Hyuk bertanya kenapa Bong hee Hee datang berpikir itu untuk
bertemu denganya.
“Memang
aku tidak boleh ke sini? Ini tanah pribadi atau apa? Kenapa orang-orang
bertanya kenapa aku di sini? Aku tidak datang ke sini karena aku ingin.” Ucap
Bong Hee mengomel lalu tersadar dengan ucapanya.
“Maafkan
aku. Aku tidak seharusnya melampiaskan kemarahan padamu.” Kata Bong Hee. Eun
Hyuk yang mendengarnya malah bisa mengucap syukur. Bong Hee binggung kenapa Eun
Hyuk malah mengucap syukur.
“Karena
kau bukan marah kepadaku. Kau boleh datang untuk melampiaskan kemarahan padaku.
Aku punya banyak pengalaman di bidang itu.” Ucap Eun Hyuk
“Aku akan
terus menggunakanmu kalau begitu.” Kata Bong Hee dengan senang hati lalu pamit
pergi.
Ji Wook
duduk di cafe dengan wajah lesu, Ketua Byun menceritaka kalau dirinya sebagai kepala
dari firma hukum Tapi brengsek-brengsek itu selalu tidak mengajaknyadi setiap
pertemuan,karena alasan mereka mau
perhatian.
“Tapi
mereka pikir aku ini bodoh atau apa? Mereka memandang rendah aku karena mereka
pikir aku sudah tua.” Ucap Ketua Byun melampiasakan amarahnya. Ji Wook hanya
diam saja karena diotaknya juga punya banyak masalah.
“Memang
aku menindih atau apa? Apa aku berbicara melawan sebagai dinding?” kata Ketua
Byun. Ji Wook yang melamun hanya menjawab “Ya” seperti biasa.
“Kau
bilang "Iya"?” ucap Ketua Byun marah. Ji Wook menyadarkan dirinya
kalau yang dimaksud adalah tidak.
Eun Hyuk
baru datang menyapa kepala Byun berpikir kalau Ji Wook yang membuatnya marah
lagi dan berpikir untuk memarahi Ji Wook untuk membantunya. Ketuan Byun dengan
sinis mengatakan akan mengomeli Eun Hyuk
duluan.
“Kenapa
kau sangat terlambat?” keluh ketua Byun, Eun Hyuk melihat gelas Ji Wook yang
kosong dan ingin mengisinya. Ji Wook mengambil botol dan ingin mengisinya
gelasnya sendiri.
“Kenapa
kau kelihatan sangat sedih? Memang kau sedang ada di pemakamanku ya? Ini pesta
ulang tahunku dan hari ini ulang tahunku.” Kata Tuan Byun. Ji Wook tetap saja
lesu.
“Ini
hadiah ulang tahunnya. Sebotol wine kesukaanmu.” Kata Eun Hyuk memberikan
hadiahnya. Ketua Byun terlihat bahagia menerimanya.
“Bagaimana
denganmu? Apa Kau tidak bawa apa-apa?” ejek Ketua Byun. Ji Wook mengatakan
sudah membawanya memberikan sekotak hadiah dan juga surat.
Tuan Byun
terlihat bahagia menerima sebuah surat dari Ji Wook menurutnya sangat Mengejutkan,
Pandangan matany sudah memburuk jadi ingin mengunakan kacamata bacanya. Saat
membuka dikejutakan kalau isinya Surat Pengunduran Diri, Ketua Byun kesal Ji
Wook yang berani menulis surat pengunduran diri. Ji Wook hanya diam tanpa rasa
bersalah, Eun Hyuk pun tak bisa berkata—kta dengan yang dilakukan temanya.
Keduanya
mengantar Ketua Byun sampai di mobil. Ketua Byun mengucapkan terimakasih atas
malam ini karena merayakan ulangtahunya. Ji Wook akan berjalan pergi, Eun Hyuk
bertanya apakah sudah memanggil supir pengganti. Ji Wook mengatakan sudah
“Kenapa
kau tiba-tiba menulis surat pengunduran diri?” tanya Eun Hyuk
“Hei, apa
aku harus memberitahumu segalanya?” kata Ji Wook sinis lalu berjalan pergi.
Eun Hyuk
melihat ponselnya nama “Cha Yoo Jung” terlihat nama Yoo Jung lalu menatap Ji
Wook dan bisa mengetahui ternyata wanita itu sudah kembali.
Yoo Jung
masuk ruangan lalu bertanya pada Ji Hye, Apa mungkin tahu pengacara bernama Eun
Bong Hee. Ji Hye sedang makan kimbap mengumpat kalau Bong Hee bukan pengacara
tapi aib di dunia hukum dan tersangka
pembunuhan.
“Hei..
Kau Makan dulu. Aku tidak mengerti yang kau katakan.” Kata Yoo Jung. Ji Hye pun
mencoba menelan makanan sampai habis.
“Dia
tersangka utama dari kasus pembunuhan anak Pengacara Distrik.., Hee Jun.” Kata
Ji Hye. Yoo Jung kaget mendengarnya.
Ji Hye
memperlihatkan berita Bong Hee saat jadi tahanan "Pegawai Yudisial Magang
yang Membunuh Mantan Pacarnya". Yoo Jung seperti tak percaya kalau di foto
itu Pengacara Eun Bong Hee karena terlihat berbeda.
“Inilah
sebenarnya dia.” Ungkap Ji Hye sinis. Yoo Jung mengaku kalau sudah menyukai
Bong Hee.
“Kenapa
aku terus bertemu dengannya di situasi yang tidak menyenangkan?” keluh Yoo
Jung. Ji Hye sekarang tak percaya kalau Yoo Jung bisa menyukai Bong Hee.
“Kau
bukan hakim bersifat bagus.” Komentar Ji Hye.
Saat itu
Yoo Jung bertanya-tanya apakah Bong Hee memang pacarnya. Ji Hye pun
bertanya-tanya siapa pacarnya Bong Hee lalu mengejek Orang bodoh macam apa yang
mau pacaran dengannya. Yoo Jung melirik sinis karena Ji Hye berarti mengejek Ji
Wook itu bodoh.
Bong Hee
duduk diam di kamarnya menatap kartu nama Jaksa Cha Yoo Jung tapi tak bisa
berbuat banyak karena sudah membuat kecewa dan membuatnya berpikir menjadi
pacar Ji Wook.
Pesan
dari ibunya masuk “Aku sudah mengirim resume ke banyak tempat tapi tidak ada
jawaban.” Seperti ada nada kesedihan.
“Jangan
khawatir. Semuanya akan baik-baik saja. Semoga berhasil!” balas Bong Hee pada
ibunya
“Baik,
semoga berhasil juga. Jangan lewatkan makan. Semoga berhasil, Puteriku!” balas
Ibunya.
Terdengar
suara bunyi pintu terbuka, Bong Hee mengetahui kalau Ji Wook sudah pulang. Ji
Wook yang lesu langsung menaiki tangga ke lantai atas. Bong Hee sengaja
mengintip dari belakang lemari karena Ji
Wook yang duduk memejamkan mata sambil mendengarkan musik dari piringan hitam.
“Aku
sudah banyak mendengar musik beberapa tahun ini... agar bisa mencari melodi
pelakunya. Tapi musik yang kudengarkan sekarang terdengar seperti musik paling
menyedihkan di seluruh dunia.” Gumam Bong Hee
Saat itu
tiba-tiba Ji Wook melihat Bong Hee sedang melihatnya, Bong Hee buru-buru akan
pergi dengan melangkah perlahan. Tapi Ji Wook sudah ada dibelakangnya, bertanya
ada apa, apakah merasa lapar. Bong Hee binggung tiba-tiba Ji Wook mengatakan
hal itu.
“Apa Mau
aku buatkan sesuatu?” tanya Ji Wook. Bong Hee langsung mengangguk setuju.
Ji Wook
memasakan di dapur membuat mandu goreng, Bong Hee memberekan meja dengan piring
dan juga sumpit. Tiba-tiba Ji Wook merasa heran kenapa ia harus melakukan ini.
Bong Hee binggung.
“Kenapa
aku... selalu membuatkan makanan untukmu?” kata Ji Wook
“Karena
kau lebih jago masak dariku.” Ucap Bong Hee. Ji Wook pun tak berkata-kata lagi.
Bong Hee
menatap Ji Wook sambil makan mandu dan minum bir. Ji Wook langsung
memperingatkan agar Jangan bertanya. Bong Hee sedang makan merasa tidak mengatakan apapun.
“Kau
menanyakan kepadaku dengan matamu itu.” Ucap Ji Wook. Bong Hee pun memutuskan akan
jawab dengan mulut.
“Kenapa...
kalian berdua putus?” tanya Bong Hee ingin tahu. Ji Wook menerawang menjawab
pertanyaan Bong Hee.
“Suatu
hari..,aku pergi ke rumahnya Yoo Jung... Aku pergi ke rumahnya. Lalu... Aku
melihatnya bersama laki-laki lain.” Kata Ji Wook yang masih mengingat saat
datang melihat Yoo Jung baru keluar kamar dengan seorang pria dikamarnya.
“Dasar
jalang... Aku sudah tahu itu... Orang yang melakukan itu di suatu hubungan...harus
disapu ke suatu tempat dan dipukuli sampai jadi bubur kertas. Mereka sungguh
sampah.” Ucap Bong Hee dengan penuh amarah
“Pasti
karena inilah orang-orang melampiaskan ke orang lain. Untuk mendapatkan
seseorang satu sisi denganku.” Kata Ji Wook tersenyum mendengar Bong Hee
seperti membelanya.
“Haruskah
aku lebih mengutuk mereka? Sampah tidak berguna itu...” ucap Bong Hee. Ji Wook
pikir cukup Bong Hee mengumpat karena
Tidak cocok untuknya.
“Kau
boleh menggunakanku saat kau mau menyumpahi seseorang. Jangan sungkan. Kau
boleh menggunakannya tanpa batas.” Kata Bong Hee. Ji Wook seperti sangat senang
melihat Bong Hee.
Seorang
wanita menekan bel rumah, tapi tak ada yang membuka pintu. Saat masuk rumah
jeritan histeris terdengar. Di depan rumah pun sudah diberikan garis polisi
dengan banyak wartawan yang ingin mengambil gambar.
Petugas
forensik mulai masuk dalam TKP, si pembunuh yang bertugas sebagai tim forensik
pun menutup wajah dengan senyuman dingin karena tak ada yang tahu sebagai
pembunuh.
“Berita
selanjutnya. Seorang Koki, Tn. Yang, yang terkenal karena acara TV ditemukan tergeletak
meninggal di rumahnya. Memikirkan bahwa ini adalah pembunuhan, polisi menginvestigasi
orang-orang di sekitarnya dan mengecek rekaman CCTV dengan tujuan untuk melacak
pelaku.”
Bong Hee
sedang ada direstoran menonton sambil bertanya ada dimana kejadiannya. Si
pelaku yang sedang berada di depan Bong Hee sedikit binggung dengan pertanyaan
Bong Hee. Bong Hee pikir kalau si pria itu
menginspeksi TKP itu. Mereka melihat berita ["Koki
Selebriti Ditemukan Tewas di Rumahnya"]
“Menurutmu
apa alasannya? Kenapa orang membunuh orang lain?” kata Bong Hee heran
“Entahlah...
Mungkin tiap orang punya situasi dan alasan berbeda.” Ucap Si pelaku
“Situasi
apa yang dapat menyebabkan membunuh? Aku mencoba untuk paham dan menganggap di
sana ada suatu situasi. Lalu, apakah yang membunuh Hee Jun dan menjadikanku
tersangka memliki situasi juga?” kata Bong Hee.
“Aku
tidak bisa jawab itu.” Ucap si pelaku tak ingin membahasnya. Ji Wook pun
mengerti.
Keduanya
pun keluar bersama, Si pelaku bertanya apa yang akan dilakukan sekarang, karena
meeka tidak menemukan dari sepatu atau sesuatu yang lain bahkan si pelaku meninggalkan
pesan peringatan.
“Aku
yakin dia akhirnya akan mengungkapkan diri.
Akan kupastikan aku menangkap dia tidak peduli berapa lama itu.” Kata
Bong Hee yakin
“Itu
mungkin akan menempatkanmu dalam bahaya.” Kata si pelaku
“Aku
takkan menyerah apapun yang terjadi.” Tegas Bong Hee. Si pelaku merasa Bong Hee
itu yang tidak kenal takut.
“Yang lebih
kutakutkan adalah tidak bisa menangkap pelaku dan hidup sebagai kunci tersangka
seumur hidup.” Tegas Bong Hee.
Si pelaku
memberikan tas yang berisi sebuah sepatu, Bong Hee pun menyakinkan kalau pasti
akan menangkapnya, lalu pamit pergi dan mengucapkan terimakasih. Suasana
tiba-tiba terasa tegang, si pelaku menepuk pundak Bong Hee yang akan pergi.
“Aku akan
memberi tumpangan.” Kata si pelaku, Bong Hee pikir tak perlu. Tapi si pelaku
tetap ingin mengantarnya. Bong Hee pun tak bisa menolaknya. Suasana kembali
tegang karena si pelaku seperti ingin melakukan sesuatu. Tiba-tiba tangan Bong
Hee ditarik membuatnya menjerit
ketakutan, tapi saat melihatnya ternyata Ji Wook yang datang.
“Pengacara
Noh.... Kau mengagetkanku... Kenapa kau di sini?”kata Bong Hee kaget melihat Ji
Wook yang menarik tanganya.
“Kepala
Bang bilang padaku kau akan ada di sini. Kenapa kau pergi sendiri? Kan sudah
kubilang kita akan menangkap pembunuhnya bersama-sama.” Ucap Ji Wook. Si pelaku
melihat keduanya seperti sinis.
Bong Hee
binggung, Ji Wook menyapa si pelaku dengan ramah membahas kalau tidak ada sidik jari maupun
DNA yang ditemukan yang artinya pelakunya adalah orang yang cukup teliti dan punya
pengetahuan banyak mengenai forensik. Bong Hee menatap Ji Wook seperti tak
percaya teringat kembali ucapan Ji Wook.
“Mari
tangkap pelakunya...bersama. Ayo tangkap dia bersama.” Ucap Ji Wook seperti
ingin Bong Hee bersama. Bong Hee menatap tak percaya kalau Ji Wook ternyata
memang benar melakukanya.
Keduanya
pun berjalan pulang bersama. Bong Hee bertanya apakah Ji Wook sadar kalau jadi lebih baik secara halus. Ji
Wook mengaku kalau sudah jelas baik kepadanya. Bong Hee ingin tahu alasanya. Ji
Wook balik bertanya apakah itu jadi Masalah untuknya.
“Yah, aku
hanya ingin tahu alasannya. Apa mungkin, kau...” ucap Bong Hee tersipu malu. Ji
Wook tiba-tiba memegang kepala Bong Hee.
“Ini adalah
cinta untuk kemanusiaan.” Kata Ji Wook. Bong Hee binggung apa maksud ucapanya.
Sementara Ji Wook lebih dulu masuk ke dalam rumah.
“Kemanusiaan,
apakah manusia maksudnya?” ucap Bong Hee binggung.
Akhirnya
sampai di kamar Bong Hee mencari keyword “Cinta untuk kemanusiaan” lalu
menemukan artinya Cinta untuk seluruh manusia. Wajah Bong Hee terlihat kecewa
karena Ji Wook yang tak bisa membalas cintanya.
Bong Hee
baru saja keluar dari Pengadilan Daerah Goyang, salah seorang anak datang
dengan membawa es krim tiba-tiba langsung menabrak Bong Hee. Si bapak yang
melihat anaknya malah tak meminta maaf sama sekali dan masuk begitu saja ke
dalam pengadilan.
“Anak
kasar itu jadi manusia. Ayah dari anak itu juga jadi manusia.” Ucap Bong Hee lalu
melihat dua brengsek yang juga jadi manusia.
“Kalian
berdua terlihat cocok bersama. Apa Kalian pacaran?” ejek Bong Hee. Keduanya
langsung mengumpat marah kalau Bong Hee sudah gila.Bong Hee menatap keduanya.
“Mengecewakan
bahwa kalian manusia juga. Itulah yang kupikirkan juga saat aku melihatmu.” Kata
Bong Hee. Ji Hae tak mengerti maksud ucapanya.
“Apa
maksudmu kami tidak pantas jadi manusia?” kata Ji Hae kesal
“Ini menunjukkan
betapa tidak pentingnya kata-kata dalam mengerti sesama.” Balas Bong Hee.
Hee Kyu
ingin marah, Bong Hee tak takut menantang Hee Kyu yang ingin bicara. Hee Kyu
seperti anak anjing melangkah mundur. Ji Hye menceritakan baru saja bicara
tentang Bong Hee dan betapa lucunya
bertemu langsung setelah itu.
“Kami
menyebut ini "sinkronisasi". Itu kata besar. Lebih sederhananya, aku
bilang, "Bicara tentang iblis."” Kata Ji Hye
“ Orang-orang
mungkin berpikir ini adalah "ngomong di belakang".” Balas Bong Hee.
“Kami
hanya berbagi fakta.” Ucap Ji Hye. Bong Hee membenarkan kalau itu memang fakta.
“Wawancara
kerja kau kemarin dan Pengacara Noh kacau.” Ucap Hee Gyu.
Bong Hee
marah langsung mencengkram leher Hee Kyu karena
membawa-bawa Pengacara Noh. Ia menegaskan kalau yang membuat kacau
mererka tapi bukan dirinya. Hee Kyu pikir mereka bisa bicara tanpa mengangkat
kerah. Ji Hae ingin membela diri tapi Bong Hee lebih dulu memegang tanganya.
Ji Wook
berjalan masuk, tiga pengacar lain menyap Ji Wook yang mendengar mau keluar dan
mengejeknya kalau itu keren. Ji Wook tak mengubrisnya dan berjalan pergi. Salah
satunya makin mengejek kaalu Ji Wook itu sudah pasti takkan bisa melawannya dan
akan pergi, tapi saat itu Eun Hyuk ada di sudah ada didepan mereka.
“Kau tahu,
aku cukup banyak informasi. Kudengar kalian akan dipecat juga. Angka pengacara
mencapai 20.000, dulu. Kalian terlihat percaya diri, sampai mengkhawatirkan
orang lain dan harus khawatir terhadap diri sendiri. Kalian sedang di ambang
batas akan kehilangan pekerjaan.” Kata Eun Hyuk. Ketiganya terlihat panik.
Di dalam
ruangan
Ji Wook
melihat berkas perkara yang masuk, Eun Hyuk menatapnya dan hanya bisa menghela
nafas melihatnya. Dirumah Ji Wook masak dalam diam, Bong Hee menatap Ji Wook
merasa kasihan.
“Kudengar
Pengacara Noh tidak peduli dengan firmanya sama sekali. Itu pasti akan terjadi.
Dia membebaskan tersangka dari kasus pembunuhan Pengacara Distrik. Di atas itu,
dia beradu argumen dengan DA. Dia adalah musuh jaksa. Ada rumor kalau dia menyerahkan
surat pengunduran diri. Dia melakukan itu untuk menyelamatkan wajahnya. Tapi yang
pasti dia akan dipecat.” Gumam Bong Hee.
Ibu Ji
Wook melihat dari tabnya. Tuan Byun memberitahu
Jika Ji Wook membuka firmanya sendiri, maka akan bangkrut. Ibu Ji Wook
merasa Tuan Byun berharap Ji Wook mendapat skenario terburuk yang bisa terjadi.
“Aku
hanya khawatir dengan dia.... Bok Ja, kau harus menghentikan dia berhenti
bekerja.” Kata Tuan Byun ingin agar ibu Ji Wook merayu
“Aku
takkan melakukan sesuatu untuk berdiri di jalan anakku. Dia pintar dan suka
membeda-bedakan. Aku yakin dia bisa mengurus segalanya sesuai keinginannya.” Ucap
Nyonya Hong Bok Ja tersenyum bahagia.
“Dia
tidak bisa.” Tegas Tuan Byun. Nyonya Hong mengeluh Tuan Byun itu berisik
sekali.
“Jangan
coba hentikan dia. Daripada itu, dukung dia saja. Mau kemana kau pergi dengan
semua uangmu? Kau harus menggunakannya untuk membuka jalan bagi individu muda.”
Kata Nyonya Hong.
Tuan Byun
pikir kalau memang membuka firma, Nyonya Hong langsung menghentikanya menyuruh
Tuan Byun agar makan pizza lebih dulu setelah itu membeli beberapa box pizza
lainya.
“Astaga.
Aku bahkan tidak segitunya suka pizza.” Keluh Tuan Byun. Sementara Nyonya Hong
sibuk melihat lamaran kerja.
Ia menemukan
nama Park Young Soon dengan wajah ibu
Bong Hee. Wajah Nyonya Hong tersenyum bahagia seperti meihat Nyonya Park
seperti memohon agar bisa memperkerjakanya. Beberap saat kemudian Nyonya Park
datang dan mengatakan akan menemuinya bulan depan. Di balik dinding, Nyonya
Hong tersenyum bahagia karena bisa membuatnya jadi satu perkerjaan.
Bong Hee
menerima pesan dari ibunya “Bong Hee, aku dapat pekerjaan. Mereka ingin aku
mulai bekerja bulan depan.” Bong Hee pun
membalas pesannya mengucapkan selamat.
Saat itu
ia sedang membuat membereskan semua barang dengan papan nama Pengacara Eun Bong
Hee ke dalam kardus. Seorang pria sudah melihat barang-barang yang ada di
ruangan Bong Hee.
“Aku akan
memberimu 350 dolar untuk semua perabot di kantor ini.” Ucap si pria
“Apa Kau
tahu betapa banyaknya aku membayar untuk perabot yang ada di kantor ini? Bagaimana
bisa Anda memberiku harga rendah?” kata Bong Hee.
“Aku
sebenarnya harus membawa seluruh perabotnya.” Ucap si pria. Bong Hee pun tak
bisa berbuat apa-apa.
Akhirnya
Bong Hee pergi ke bagian agen properti dan tak mendapatkan uang deposit karena
habis untuk membayar sewa yang belum dibayar. Bong Hee menatap sedih nama papan
yang ada di depan pintu [Firma Hukum Eun Bong Hee] dan hanya bisa memeluknya
dengan erat.
Bong Hee
berbelanja di supermarket dengan trolly dan penuh barang, tak sengaja menabrak
trolly didepanya. Ternyata Ji Wook juga sedang berbelanja. Bong Hee merasa
senang karena bisa bertemu tapi Ji Wook seperti tak suka memilih untuk pergi.
Bong Hee
mengikuti Ji Wook memuji kalau pertemuan itu keren sekali. Ji Wook pikir tak
keren karena supermarket ini adalah
bahan makanan yang ada di dekat rumahnya. Bong Hee tak percaya melihat Ji Wook
yang belanja sendiri.
“Jika
bukan aku, menurutmu siapa yang selama ini memberimu makan?” keluh Ji Wook
“Aku
diperlakukan dengan cara terbaik selama ini. Bagaimana caranya aku membalas
budi?” kata Bong Hee
“Aku takut
dengan caramu membalasnya, jadi tidak harus melakukanya.” Ucap Ji Wook
“Aku akan
membalasnya. Jika kau butuh sesuatu yang lain, letakkan saja di keranjang
dorongnya.” Kata Bong Hee.
“Aku akan
senang karena butuh banyak barang.” Ucap Ji Wook memasukan semua barang yang dibutuhkan
sampai trollynya penuh. Bong Hee pun tersenyum melihat Ji Wook yang bersemangat
seperti memang ingin membalas semua kebaikannya.
Bersambung
ke episode 10
Tidak ada komentar:
Posting Komentar