Bong Hee
mengeluh melihat Hee Joon si Bajingan itu tidak meneleponnya sekali pun dan
melihat semuanya berantakan, sampai
bahkan tak tahu apa tidur dengan
si mesum di kereta atau tidak. Akhirnya ia masuk ke dalam kelas.
“Kudengar
kau tidur dengannya.... Dengan orang asing.” Ucap teman yang duduk
disampingnya. Bong Hee kaget teman itu bisa tahu lalu berpikir kalau terlihat
jelas.
“Kudengar
kau kencan satu malam, jadi Hee Joon mencampakkanmu.” Kata temanya
“Aku tidak
selingkuh, dia...” ucap Bong Hee membela diri tapi temannya memberitahu kalau
itu dibahas di obrolan grup.
Bong Hee
melihat tatapan para mahasiswa seperti berkomentar tentang dirinya, [Hee Joon
malang, Apa itu sebabnya dia mencampakkannya?] [Dia ketahuan selingkuh di
hotel. Apa itu sebabnya?] [Memalukan. Bagaimana bisa dia begitu? Kasihan Hee
Joon.] Ia melihat tatapan teman-temanya merasa gila dengan pikiran orang
tentangnya.
“Kita
juga pejabat publik yang hidup dari uang pembayar pajak. Dan sebagai orang yang
bukan mahasiswa dengan kehidupan pribadi yang gila...Bukankah dia malu? Kupikir
kita harus menyingkirkan orang yang kencan satu malam.” Sindir si wanita duduk
disamping Bong Hee
Dua pria
langsung berbisik binggung wanita itu mengetahui tentang mereka. Si pria
satunya pikir wanita itu tidak bicara soal mereka jadi lebih baik diam saja.
“Dia
tidak tahu itu memalukan.” Ucap Na Ji Hye.
“Kenapa
aku harus merasa malu padanya? Jadi Hentikan, Na Ji Hye.” Kata Bong Hee
memperingatinya.
“Kenapa? Apa Itu mengganggumu?” balas Ji Hye, Bong Hee
menegaskan bukan seperti itu.
“Jangan
bicara seolah kau tahu segalanya.” Tegas Bong Hee memperingati.
“Aku akan
lakukan apa yang kumau.” Ucap Ji Hye. Keduanya saling menatap dengan sinis
terlihat aliran petir keluar dari mata mereka.
Bong Hee
terlihat kesal keluar dari kampus dan tak sengaja bertemu dengan Hee Joon
bersama dengan temanya. Keduanya saling menatap dingin. Bong Hee bersiap-siap
dan langsung berlari dan memberikan
tendangan tepat di wajah Hee Joon.
Hee Joon
pun jatuh tersungkur dan kaget melihat Bong Hee yang memberikan tendangan
padanya. Tapi semua hanya khayalan Bong Hee, hanya tanganya yang mengepal
menahan amarah.
“Hey,
Jang Hee Joon, kita sudah berakhir...” ucap Bong Hee tapi langsung disela oleh
Hee Joon.
“Malam itu,
aku mencampakkanmu di hotel. Jadi Saat itulah berakhir.” Kata Hee Joon, Bong
Hee pikir ia yang melakukanya.
“Aku sangat
kecewa padamu, Eun Bong Hee.” Ejek Hee Joon tak ingin terlihat rendah di mata
temanya lalu berjalan pergi.
Bong Hee
langsung mengumpat marah, Hee Joon tak memperdulikanya dan langsung pergi.
Akhirnya
Bong Hee pulang dan melihat lampu jalan tiba-tiba mati dengan menghela nafas
merasa kalau lingkuanganya Begitu gelap, sama seperti hidupnya. Bong Hee bangun
pagi memegang pipinya dan mengingat kejadian semuanya.
Flash Back
Ji Wook
memegang pipinya dengan mabuk mengatakan kalau alasan Bng Hee yang dicampakan
pacarnya karena sangat bodoh. Ia punmersa kalau dirinya yang tak punya otak
karena saking bodohnya.
Bong Hee
merasakan pipinya sakit berpikir kalau baru saja di pukul. Tiba-tiba Ibunya
sedang membuka kulkas bertanya apakah anaknya itu dipukul dan bertanya siapa
yang memukulnya. Bong Hee mengelengkan kepala mengaku kalau hanya mimpi.
“Tidak,
entah itu mimpi atau bukan.” Pikir Bong Hee juga binggung.
“Itu
lebih masuk akal. Kau tidak akan dipukul tapi Kaulah yang memukul. “ kata
Ibunya, Bong Hee pun bertanya kapan ibunya datang. Ibunya berkata kalau baru
datang kemarin.
“Kau
demam. Kau tidak ingat aku memberimu obat, kan?” ucap Ibunya memegang kepala
anaknya. Bong Hee mengaku baik-baik
saja.
“Ibu....
Ahh... Bukan apa-apa...” kata Bong Hee seperti enggan membahas dengan ibunya.
“Cobalah
tipu orang lain.” Ucap Ibunya merasa tak bisa di bohongi oleh anaknya.
“Aku
gagal di ujian.” Akui Bong Hee. Ibunya pun bertanya apakah hanya itu saja yang
membuatnya demam.
“Sementara
anak lain pergi ke RS 10 kali, kau tidak
pergi sekali pun. Tetangga kita selalu bilang padakum kalau aku punya blok baja
sebagai putriku.” Cerita Ibu Bong Hee
“Apa
maksudmu? Ini sangat sulit. Kupikir aku
harus lulus ujian, tapi aku harus belajar
lebih giat lagi sekarang. Tidak pernah berakhir.” Kata Bong Hee
Ibu Bong
Hee membenarkan, karena Tidak ada yang
berakhir dan Tak ada akhir untuk apa pun lalu bertanya apakah Hee Joon
membuatnya kesal. Bong Hee mengaku kalau sudah mencampakkan pacarnya. Ibu Bong
Hee memuji kerja anaknya karena harusnya membuangnya yang buruk lebih awal.
“Ibu...
Mulai sekarang, aku akan fokus belajar dan bekerja. Aku akan jadi pengacara
dengan gaji besar dan mencukupi
kebutuhanmu.” Ucap Bong Hee memeluk ibunya dari belakang.
“Kupikir
aku harus menulisnya.” Ejek Ibu Bong Hee. Bong Hee pikir mereka bisa langsung
mensahkan saja. Ibu Bong Hee pun menyukainya, keduanya pun tersenyum bahagia.
[3 bulan kemudian]
Bong Hee
menelp ibunya kalau sedang masa percobaan dan akan magang di bawah jaksa, hakim,
dan pengacara selama 2 bulan, lalu meminta ibunya juga agar bisa menjaga
kesehatanya.
Dua teman
Bong Hee berjalan didepannya, Bong Hee langsung menyapa keduanya. Pria yang
satu kampus dengan Bong Heee menujuk pada Hee Joon dan Ji Hye sedang berjalan
bersama.
“Mereka
membuat pertunjukan sekarang.” Ucap si pria kesal
“Mereka
bilang ke semua orang, cuma pendekatan.” Kata si wanita membela
“Apa Kau
tidak tahu? Itu Sudah cukup lama. Apa
yang harus kita lakukan dengannya? Heii.. Bong Hee, apa kau mau aku kencan
denganmu?” kata si pria tak ingin Bong Hee sedih.
Bong Hee
langsung pamit pada keduanya lalu berjalan menatap Hee Joon dan Ji Hye yang
berjalan berdampingan lalu bergumam dalam hati.
“Aku
menjadi wanita yang kencan satu malam dan dicampakkan. Ini Sulit untuk
menanggung rumor yang sudah menyebar.
Jadi aku memutuskan untuk menjadi wanita gila.” Gumam Bong Hee
Akhirnya
ia sengaja berjalan di tengah-tengah keduanya sambil menyindir kalau pasti
sangat Menyenangkan, lalu menyanyikan lagu dengan lirik “Lihatlah aku saat aku mengutukmu... Jangan
lupakan itu, karena aku akan
membunuhmu.” Keduanya pun tak
membalas dan membiarkanya.
Bong Hee
melihat papan nama bertuliskan [Jaksa No Ji Wook] lalu berpikir akan mengakhiri
status gilanya dan sebagai awal yang baru. Ia akhirnya masuk menyapa dua rekan
kerja Ji Wook dengan senyuman bahagia.
Tuan Bang
melihat Bong Hee memberitahu Ji Wook kalau Pegawai magang yang baru datang dan
sangat ceria. Ji Wook menampakan wajahnya dari balik tumpukan berkas dengan
kacamatanya.
Bong Hee
mengingat Ji Wook adalah pria yang sebelumnya diajak tidur bersamanya, dan Ji
Wook pun menyetujuinya. Teriakan Ji Wook yang memperingatkanya agar sadar
karena dunia yang menakutkan.
“Apa kau
Senang bertemu denganku?” ucap Ji Wook menyindir
“Rasanya kita
pernah bertemu sebelumnya.” Kata Bong Hee pura-pura lupa. Ji Wook merasa tak
yakin dengan hal itu.
“Apa kau
sering di line 6 di kereta bawah tanah?” ucap Ji Wook. Bong Hee mengaku kalau
biasanya naik bus atau sepeda.
“Apa Kau
pergi ke hotel?” kata Ji Wook sengaja mengejak, Bong Hee mengaku kalau biasanya
ke motel. Dua rekan kerjanya langsung menatap heran karena Bong Hee yang sering
pergi ke motel.
“Tapi
kenapa kau pergi pagi itu?” tanya Ji Wook. Bong Hee mengaku kalau harus sarapan
sebelum pergi lalu sadar dengan jawabanya dan akhirnya mengaku kalau tidak tahu
apa yang dibicarakan Ji Wook.
“Tolong berhenti
menjadi tak tahu malu. Ini lebih buruk dari ucapan kriminal. “ ucap Ji Wook
“Tapi kau
mengejekku ketika kau tahu segalanya.” Keluh Bong Hee.
“Aku baru
saja menguji kejujuranmu, transparansi, memori, dan sebagainya..” kata Jin
Wook. Bong Hee pun mengingat sesuatu. Jin Wook pun bertanya apa yang diingat.
“Orang
mesum menyentuh pantatku..” kata Bong Hee. Jin Wook panik lalu menegaskan kalau
bukan ia pelakunya.
“Astaga,
aku tak pernah bilang itu kau.” Ejek Bong Hee. Dua rekan kerjanya pun menatap
tak percaya pada Ji Wook
“Aku
belum pernah bertemu seseorang yang tak
menghargai kebaikan orang.” Kata Jin Wook
“Aku
berterimakasih, tapi tidak usah
menyebutnya kebaikan..” kata Bong Hee
“Apa kau
tahu, aku instrukturmu, dan kau dalam masa percobaan?” ucap Jin Wook. Bong Hee
mngaku tahu dan merasa benar-benar kacau.
“Itu
sebabnya, karena aku sudah ditakdirkan, maka aku punya satu pertanyaan lagi.”
Kata Bong Hee
Jin Wook
pun mempersilahkanya, Bong Hee ingin bertanya secara pribadi. Jin Wook menolak
dan lebih baik katanya saja karena dirinya sangat jujur jadi tak ada yang
disembunyikan, tak seperti yang lain. Akhirnya Bong Hee langsung bertanya
apakah mereka tidur bersama atau tidak. Jin Wook panik dan sekertarisnya ingin
mencatatnya.
“Jangan
salah paham. Ini bukan tentang kita. Jangan ditulis.” Ucap Jin Wook
memperingatinya.
“Dasar
Kau jujur.... Ada satu pertanyaan lagi. Kau menampar wajahku, kan?” ucap Bong
Hee
“Kapan
aku melakukannya?” teriak Ji Wook kesal
Akhirnya
dua rekan kerja Ji Wook keluar dari rungan berdiri didepan pintu. Tuan Bang
meminta sekertaris agar Jangan sebarkan rumor. Si sekertaris pun akan berusaha
sebaik mungkin. Tiba-tiba Eun Hyuk
datang bertanya rumor apa itu.
“Aku tak
pernah bilang.” Ucap Tuan Bang tak ingin bicara. Eun Hyuk ingin tahu apa yang
terjadi pada Ji Wook dan ingin menguping dari pintu.
“Hey, aku
sudah bilang, tak ada yang terjadi! Kau harus tahu, kantornya terlarang jika
tidak terkait dengan pekerjaan!” kata Tuan Bang menariknya agar Eun Hyuk.
Saat itu
pintu terbuka, Bong Hee yang melihat Eun Hyuk terbentuk langsung meminta maaf.
Ji Wook dengan sinis menyuruh Bong Hee tak perlu meminta maaf. Bong Hee
binggung karena menurutnya memang harus meminta maaf.
“Jika aku
menyuruhmu, bukannya harus kau dengarkan, Petugas Percobaan?” kata Ji Wook pada
Bong Hee.
“Hei... Lama
tidak bertemu, Jaksa No.”sapa Eun Hyuk pada musuhnya.
“Kenapa aku
terus bertemu Pengacara Ji saat tidak
ada urusan dengannya?” keluh Ji Wook
“Hei..
Kau memang benar-benar. Ini sebabnya tak ada yang suka padamu. Tapi Aku
memilihmu sebagai jaksa terbaik, aku bersumpah.” Kata Eun Hyuk
“Aku akan
laporkan petugas percobaan ke kepala dan kepala deputi.” Kata Ji Wook seperti
tak peduli pada Eun Hyuk lalu mengajak Bong Hee pergi. Bong Hee pun
mengikutinya. Tuan Bang
mengeluh karena Eun Hyuk jadi kena marah oleh Ji Wook. Eun Hyuk pun hanya bisa
tertunduk meminta maaf.
Bong Hee
membawa tumpukan berkas sambil memberitahu kalau Di antara teman sekelasnya
dikenal sebagai orang gila Tapi sudah jadi orang gila juga di kantor kejaksaan,
lalu mengucapkan terima kasih. Jin Wook
mengaku dirinya tidak lebih dari jaksa terburuk.
“Tapi
berkatmu, aku jaksa yang menampar wanita dan pantatnya.” Kata Ji Wook. Bong Hee
seperti tak tahu.
“Karena
kau mengungkitnya, apa kita tidur? bersama atau tidak? Aku sungguh tidak ingat.”
Tanya Bong Hee penasaran
“Seorang
wanita mengajakku malam itu. Aku minum dengannya malam itu, dan aku bukan orang
suci.” Kata Ji Wook. Bong Hee pikir mereka tidur bersama.
“Aku
bukan orang suci, tapi aku punya mata. Eun Bong Hee, kau...” kata Ji Wook. Bong
Hee penasaran apakah mereka tidur bersama.
“Entahlah.”
Kata Ji Wook lalu memastikan kalau berkas yang dibawa Bong Hee tak berat dan
langsung menambahkan lagi berkas lainya.
“Ini
tidak berat! Tidak berat sama sekali!”
ucap Bong Hee sengaja menyindir dengan membawa tumpukan berkas.
Bong Hee
makan dengan teman satu kampusnya di kantin kejaksaan. Si pria memberitahu kalau
ada dua tipe instruktur jaksa, yaitu Tipe pertama itu adil, dan membuatnya
melakukan yang seharusnya dilakukan.
“Tapi
tipe kedua adalah yang terburuk dan terlalu banyak bekerja seperti sekretaris. Jika
kau terlibat dengan orang seperti itu, maka kau benar-benar kacau. Mereka akan
membuatmu melakukan segalanya.” Kata temanya. Bong Hee menatap kosong dengan
tatapan sedih.
“Hei, Eun
Bong Hee, kau lihat apa? Kau Jangan khawatir. Mereka biasanya normal. Aku ingin
mengatakan, sangat jarang untuk bertemu jaksa yang buruk.” Kata temanya. Bong
Hee hanya mengangguk walaupun tahu kalau Ji Wook itu jaksa terburuk.
Bong Hee
mulai berkerja dan Ji Wook pun memberikan menumpuk berkas yang lainya. Setiap
hari perkerjaan tanpa henti, Bong Hee menyakinkan kalau bisa melakukanya,
sementara Jin Wook hanya duduk dengan senyuman bahagia.
“Hai, aku
menelepon dari kantor kejaksaan.” Ucap Bong Hee di telp lalu memberitahu kalau
ini bukan masalah penipuan jadi meminta agar datang ke kantor. Tapi banyak
orang yang ditelpnya terlihat membuat kesal dan membuatnya membanting telp,
tiga orang rekan kerjanya sampai terlonjak kaget.
Bong Hee
teringat perkataan temanya “Tapi jaksa mengerikan juga memiliki logika.” Ji
Wook membawakan berkas diatas meja mengatakan kalau ini Kasih sayang.
“Ini
kasih sayang dan pertimbanganku untuk membantumu mendapat pengalaman.” Ucap Ji
Wook. Bong Hee dengan senang hati menerimanya dan mengucapkan terimakasih.
“Kau
harus bersyukur. Sekarang, selain
menginterogasi para korban, Kenapa tidak belajar bagaimana cara melakukan
mediasi perselisihan?” kata Ji Wook. Bong Hee mengangguk mengerti. Ji Wook pun
meminta Bong Hee agar berkerja keras.
Bong Hee
menginterogasi seorang kakek bertanya Kenapa masuk ke sauna wanita tanpa pakaian.
Si kakek mengaku tak tahu, tak dengar dan tidak ingat. Bong Hee tahu si kakek
bisa mendengarnya dan ingatakan masih bagus. Tapi si kakek tetap menjawab yang
sama. Bong Hee pun berteriak frustasi pada sang kakek.
Kasus kedua,
dua orang pria berkelahi karena salah satunya berkencan di dengan adiknya. Si
pria mengaku kalau sangat mencintainya jadi pasti bisa.
“Itu
pelanggaran yang saling menguntungkan!” kata Si pria keduanya saling berkelahi.
Bong Hee ingin merelainya tapi malah kena pukul membuat hidungnya mimisan.
Kasus
ketiga, sepasang pria dan wanita saling menjambak. Kali ini Bong Hee kena
dorong kesan kemari. Dua rekan kerjanya pun membantu dengan sepasang pria dan wanita
yang berkelahi di ruang Jaksa.
Seorang
pria masuk ruangan, Bong Hee sedang makan jajangmyun langsung menyudahinya. Si
pria mesum duduk didepan Bong Hee sebagai terdakw. Bong Hee mengaku senang
mengakui kesalahan dan merasa tertangkap basah jadi merasa tidak enak. Si pria membenarkan.
“Kenapa
orang-orang begini? Apa bagusnya melakukan tindakan ini?” kata Bong Hee lalu
seperti mengingat dengan pria yang bertemu di kereta.
“Itu kau.
Kau menyentuh pantatku, kan?” ucap Bong hee bisa menduga pria itu yang mesum
“Aku
tidak tahu kau jaksa Tapi kebetulan yang menarik. “ kata Si pria mesum. Bong
Hee mengeluh karena pria itu membuatnya menderita.
“Karena
kau pelaku berulang kali, siap-siaplah masuk penjara.” Ucap Bong Hee mengancam
“Tapi
hakim biasanya tidak mengirim kami ke penjara. Dia menyuruh kami membayar
denda. “ kata si pria. Bong Hee dengan wajah geram menyuruh si pria menunggu
dan melihat saja.
“Tapi aku
tak keberatan tinggal di penjara. Sebenarnya, aku menyaksikan pembunuhan, jadi aku dalam bahaya.” Kata si pria mesum
mencoba menyakikan Bong hee kalau mengatakan yang sebenarnya.
Flash Back
Si pria
mesum menceritakan kalau Malam itu, seperti malam lainnya sedang melihat-lihat.
Si pria mesum memiliki banyak pakaian dalam wanita lalu dengan teropong melihat
tetangga depanya yang menganti pakaian di depan jendela, si wanita seperti
sadar dan langsung menutup jendela.
Akhirnya
si pria mesum mengalihkan teropong pada tempat lain dan melihat ada orang
dibagian atap seperti membawa mayat.
“Setelah
malam itu, aku takut dia datang untuk membunuhku. Jadi aku tak bisa tidur di malam hari.” Kata si
pria mesum
Bong Hee
tak percaya mendengarnya langsung menyuruh Tuan Bang agar membawa si pria
mesum, lalu memperingatkan kalau si pria melakukan itu mengintip ke rumah orang
lain. Ia pun mengeluh dengan hidupnya.
Bong Hee
makan siang sendirian dengan hidung yang mimisan. Ji Hae jalan dengan He Joon
kaget melihat Bong Hee yang menyedihkan, lalu berjalan pergi. Bong Hee kembali
menyanyikan liriklagi “Lihatlah aku saat aku mengutukmu... Jangan lupakan itu,
karena aku akan membunuhmu.”
“Hentikan.”
Ucap Ji Hea, Bong Hee pikir tak ada alsan berhenti dan kenapa dirinya tak boleh
menyanyi sesukanya.
“Tapi kau
melakukannya untuk kami dengar. Kami tahu itu.” Ucap Ji Hae, He Joon yang ada
disampingnya hanya diams aja.
“Omong-omong,
kudengar kau terlibat kegiatan untuk
jaksamu. Apa hakmu, memperlakukan kami seperti ini?” kata Ji Hae kesal. He Joon
pikir tak perlu lagi membahasnya.
“Tapi
cuci rambutmu, paling tidak agar terlihat lebih baik” kata He Joon lalu
mengajak Ji Hae pergi. Ji Wook melihat Bong Hee kembali di ejek.
Akhirnya
Ji Wook mendekati Bong hee mengaku kalau sedang mencarinya. Bong Hee buru-buru
menghabiskan rotinya mengatakan kalau hendak kembali ke dalam. Ji Wook dengan
gugup mengaku kalau sangat merindukan. Semua kaget mendengarnya.
“Aku
merindukanmu. Meski kau pergi hanya sebentar.” Ucap Ji Wook. Bong Goo melonggo
binggung. Ji Wook memikirkan cara mengucapkannya.
“Kau
kotor, tapi juga cantik.” Ungkap Ji Wook memuji. Bong Hee makin binggung. He
Joon pun tak percaya mendengar Ji Wook memuji Bong Hee.
“Apa
orang lain tahu? Aku jatuh cinta padamu pada pandangan pertama? Kau cantik.
Walaupun kau kotor tapi cantik.” Ungkap Ji Wook mengelus rambut Bong Hee. Hee
Joon tak ingin melihatnya langsung mengajak Ji Hae pergi saja.
Setelah
keduanya perg. Ji Wook langsung mengeluh Bong Hee yang memang sangak kotor
setelah mengelus rambutnya. Lalu ia memberitahu Bong Hee kalau Lagu kutukan itu
bukan cara yang tepat untuk kembali ke mantan pacarnya, jadi lebih baik
mengabaikanya saja.
“Jadilah
orang yang lebih baik, dan jalani hidup yang menyenangkan.” Kata Ji Wook. Bong
Hee melonggo melihatnya. Ji Wook menyuruh Bong Hee mengunyah makananya. Bong
Hee mengunyah makanan dan menatap Ji Wook yang duduk sambil memejamkan matanya.
Ji Wook bisa merasakanya lalu bertanya kenapa menatapnya.
“Kenapa...
Kenapa tiba-tiba kau jadi baik padaku? Kau tidak jatuh cinta padaku, kan?” kata
Bong Hee heran lalu berpikir itu past tak mungkin
“Hei.. Eun
Bong Hee, paling tidak cuci wajahmu,.” Kata Ji Wook. Bong Hee pun mengelap
wajahnya dengan tangan.
Ji Wook merasakan
nyaman duduk ditaman dengan guguran bunga sakura, Bong Hee menatap Ji Wook yang
duduk diam sambil memejamkan matanya.
Flash Back
Ji Wook
mencoba membangunkan Bong Hee yang mabuk dengan memegang dua pipinya.
“Ketika
sesuatu seperti itu terjadi, orang biasanya salah paham. "Apa aku
bersalah? Apa aku jadi pecundang? Apa
aku merasa bosan?" "Apa aku melakukan sesuatu yang tidak mereka
sukai?" Aku sangat tahu perasaan itu, Karena aku juga seperti itu.” Ucap Ji
Wook
“Tapi...
Itu tidak benar. Kita tidak melakukan kesalahan. Mereka salah karena
mengkhianati kita.” Kata Ji Wook yakinkan.
Bong Hee memejamkan
matanya seperti tertidur dan saat terbangun melihat Ji Wook sudah tak ada
didekatnya. Lalu mengingat kejadian sebelumnya yakin kalau Ji Wook itu tidak
menamparnya.
Keduanya
kembali berkerja. Bong Hee menatap Ji Wook sedang membaca berkas sambil berdiri
lalu bergumam kalau atasanya itu juga dikhianati jadi bersikap baik padanya. Ji
Wook memanggil Bong Hee. Bong Hee langsung mengatakan kalau tidak memandangnya.
“Aku
tahu. Aku ingin kau tidur di rumah malam ini.” Kata Ji Wook, Bong Hee seperti
tak perlu. Ji Wook menyuruh Bong Hee agar mandi.
“Aku
ingin bekerja di lingkungan yang lebih bersih.” Kata Ji Wook menyindirnya.
“Terkadang,
kau sangat menyebalkan,maka aku ingin melenyapkanmu.” Ungkap Bong Hee. Ji Wook
mengaku juga seperti itu.
“Minggu
depan, ketika aku... Jika aku menyelesaikan2 bulan magang.Jika aku
menyelesaikan semuanya tanpa membunuhmu, maka aku akan traktir makan malam.” Kata Bong Hee
sebelum pergi.
“Aku akan
memuji jika kau menyelesaikan ucapanmu tanpa menjadi pembunuh.”balas Ji Wook
serius. Bong Hee mengaku kalau itu hanya bercanda.
“Aku
bicara soal mantan pacarmu. Kudengar kau bernyanyi untuk membunuhnya. Berhenti
mengancamnya dengan lagu.” Kata Ji Wook. Bong Hee mengangguk mengerti.
“Aku
jaksa tanpa ampun. Jangan gambarkan dirimu
sebagai korban di depanku. Kau mendengarkan dengan baik.” Kata Ji Wook
“Terima
kasih tadi sudah begitu ke mantan pacarku hari ini.” Ungkap Bong Hee. Ji Wook
meminta bayaran agar Bong Hee berkerja bagus. Bong Hee mengangguk mengerti.
Bong Hee
baru saja pulang, Hee Joon melihatnya langsung mendekat dengan bertanya apakah
Bong Hee pulang sekarang. Bong Hee dengan sinis menjawab kalau itu bukan urusan
Hee Joon.
“Apa
masih begitu karena aku? Aku tahu kau sengaja pamer dengan jaksa agar aku
lihat.” Ucap Hee Joon. Bong Hee mengelak. Hee Joon menahan Bong Hee sebelum
pergi tapi Bong Hee kembali memelintir tangan mantan pacarnya.
“Baik,
aku begitu agar kau melihat. Tapi aku tidak akan lagi. Kau tidak lebih dari
sampah masa laluku. Jadi berhenti menipu diri sendiri.” Kata Bong Hee
melepaskan tangan Hee Joon.
“Tapi,
kau meninggalkan barang di tempatku. Haruskah aku membuangnya, atau kau masih butuh? Pikirkan itu.” Kata Bong
Hee berjalan pergi.
“Berhentilah
menyangkal perasaanmu, Bong Hee!” teriak Ji Wook. Bong Hee merasa semua hanya
Omong kosong lalu berjalan pergi.
“Saat aku
masih kecil, aku ingin menjadi orang yang
hebat.Tapi...” gumam Bong Hee
Bong Hee
kembali ke rumah dengan membuka jendelanya bisa menghirup udara yang menyegarkan.
Ia lalu berpikir kalau dirinya tak terlalu buruk Meskipun, itu akan segera
berubah. Akhirnya ia keluar dari rumah dan dikagetkan dengan melihat semua
lampu di lingkungan mati dan berpikir kalau itu pemadaman listrik.
Ia pun
pergi ke mini market membeli beberapa makan, Kasir melayaninya mengatakan kalau
Tidak ada listrik, jadi hanya ambil uang tunai. Bong Hee pun membayar
belanjanya 17,000 won.
“Aku membayar tunai, yang tak ada
catatannya. CCTV mati karena pemadaman listrik. Dan pekerja paruh waktu tidak
ingat aku. Semua orang akhirnya melupakan aku.”
Bong Hee
dengan senang hati ingin minum birnya, lalu dikagetkan dengan melihat Hee Joon
yang terbaring di lantai. Tapi ketika mencoba membangunkan sadar dengan ada
luka dibagian tubuh Hee Joon dan tanganya penuh darah. Bong Hee panik berusaha
untuk menghilangkan darah dari tanganya.
“Oleh
karena itu, alibiku tidak ada. Mantan pacarku, Jang...” tulis Bong Hee yang
sudah mengunakan baju tahanan.
Saat itu
Ji Wook masuk sebagai jaksa, lalu menegaskan kalau sudah memperingatkan Bong
Hee jangan muncul di depannya sebagai
korban karena dirinya jaksa tanpa ampun.
“Aku
tumbuh besar dan menjadi tersangka pembunuhan.” Gumam Bong Hee.
Bersambung ke episode 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar