Bunyi
suara jam weker, Ae Ra terbangun dan kembali tidur karena masih ngantuk. Di
samping kamarnya Seol Hee terbangun dari tidurnya dengan rambut panjangnya. Di
depan rumah, Dong Man yang sudah memulai pagi dengan berolahraga. Sementara Joo
Man baru terbangun dari tidurnya seperti masih sangat ngantuk. Mereka berempat
tinggal di gedung yang sama.
[Episode 3 - Jangan Sentuh]
Ae Ra
keluar kamar melihat siaran TV cuaca
yang memberitahu cuaca akan dingin dan mengunakan pakaian yang tebal, Ia
pun mengejek kalau si penyiar itu malah mengunakan pakaian mini saat
menyampaikan berita. Seol Hee yang melihat temannya menyuapi makanan dan
menyuruh temanya saja yang mengantikan penyiar itu.
“Kau
kesana, dan jadilah seperti dia.” Kata Seol Hee. Ae Ra bertanya apa yang harus
dilakukan.
“Aku tahu
kau kesal karena sekarang masa-masa perekrutan penyiar.” UcapSeol Hee. Ae Ra
tak ingin membahas dan ingin melupakan saja.
“Kenapa
lupakan? Jika aku terlahir dengan wajah sepertimu maka aku akan melamar dan menjadi
apapun yang kumau.” Kata Seol Hee
“Apa Menurutmu
aku bisa lakukan yang kumau?” ucap Ae Ra tak yakin, tapi Seol Hee menyakinkan
pasti akan bisa melakukanya.
Seol Hee
membuka panci diatas meja memberitahu kalau sup tofu, bukan sup tauge dan
meminta agar memberikan pada Dong Man, lalu membahas keduanya yang sehabis dari penjara kemarin. Ae Ra
menegaskan kalau itu bukan penjara dan Seol Hee pun pamit pergi untuk mencari
uang lebih dulu.
Ae Ra
membawakan nampan berisi makanan lalu mengedor pintu dengan kaki agar Dong Man
membuka pintunya, tapi Dong Man tak juga membukanya. Akhirnya ia masuk ke dalam
rumah dengan menekan password dan masuk ke dalam rumah.
Dong Man
sedang mandi sambi menyanyi, Ae Ra mendengarnya sambil sambil mengeluh kalau
memalukan sekali kalau sampai Dong Man melihatnya. Saat itu Dong Man keluar
dengan setengah telanjang menyanyikan nada tinggi dan mengeluh karena tidak
bisa mencapai nada tingginya.
“Hei...
kenapa kau... Sudah kubilang jangan sembarang masuk kerumahku.” Teriak Dong Man
kesal sambil menutupi dadanya.
“Seharusnya
kau ubah sandimu, angka 0070 itu mudah di ingat.” Ucap Ae Ra yang sudah ada di
dapur dengan wajah gugup.
Ae Ra
ingin mengambil mangkuk dibagian atas, Dong Man tiba-tiba langsung menahan
mangkukn yang akan jatuh. Ae Ra terlihat kaget karena tiba-tiba tubuh Dong Man
berada didekatnya, lalu membalikan badan, matanya benar-benar bisa menatap
badan Dong Man yang masih basah karena baru saja setelah mandi.
“Kau
pakai body lotion apa?” ucap Ae Ra menatap Dong Man dengan alis tebalnya.
“Heii..
Memangnya kau Song Seung Heon? Alismu itu...” keluh Dong Man lalu bergegas
pergi meninggalkanya.
Ae Ra
makan bersama sambil mengaruk kepalanya, berpikir kalau itu karena tidak
keramas. Dong Man meminta agar mereka Jangan ketemuan di pagi hari. Ae Ra ingin
tahu alasanya. Dong Man mengaku lebih suka bertemu dengan Ae Ra saat malam
hari. Ae Ra mengumpat Dong Man itu aneh.
“Kenapa
kau memilih bertemu denganku di malam hari?” teriak Ae Ra berpikir Dong Man
mesum. Dong Man lalu melihat ponselnya
yang berdering dan tak mengangkatnya.
“Siapa?
Kenapa tak kau angkat?” tanya Ae Ra. Dong Man dengan gugup mengaku hanya
Telepon iseng dan mengomel Ae Ra yang selalu ingin tahu.
“Apa
wanita itu yang menghubungimu?” ucap Ae Ra. Dong Man mengaku bukan dan menyuruh
Ae Ra makan saja tanpa mau dibahas lagi.
“Aku dulu
sudah memperingatkannya, kalau aku akan membunuhnyajika dia mendekatimu lagi.
Sekarang Lihat saja dengan kesungguhan perkataanku.” Kata Ae Ra mengebu-gebu.
Hye Ran
mengemudikan mobil lalu menelp seseorang dengan ramah mengaku pada seniornya
kalau sangat merindukan. Lalu menanyakan tentang seseorang namanya Ae Ra, lalu
membenarkan kalau nama panjangnya Choi Ae Ra.
“Bukan,
kami tidak dekat. Aku rasa dia sudah sepertiku sekarang.” Ucap Hye Ran lalu
kaget mengetahui kalau Ae Ra Di pusat perbelanjaan, senyuman liciknya pun
terlihat.
Manager
Kim dan Ae Ra menatap sebuah kotak misterius di depan meja informasi. Manager
Kim menatap kotak yang sudah ada diatas meja setelah Ae Ra berganti pakaian. Ae Ra pun bertanya-tanya siapa yang meletakan
kotak itu.
“Apa
mungkin teroris? Haruskah aku membukanya?” ucap Manager Kim. Ae Ra melarangnya.
“Kenapa?
Apa kau punya perasaan buruk juga?” tanya Manager Kim
“Ini
dibungkus oleh pakarnya.Bungkusannya sendiri saja terlihat seharga $20.
Bagaimana kalau pemiliknya kembali dan meminta ganti rugi?” kata Ae Ra. Manager
Kim pun memilih untuk membiarkan saja.
“Aku akan
lakukan pengumuman dan bertanya apa ada yang merasa kehilangan. Kita taruh saja
dulu disini.” ucap Manager Kim
Saat itu
Dong Man sedang makan di kimbap dalam mobil lalu melihat layar ponselnya
bertuliskan “Jangan di angkat” dan membiarkan tak mengangkatnya. Pesan pun
akhirnya masuk “Angkat
teleponmu, atau aku akan datang ke rumahmu.”
Dong Man tetap tak mengubrisnya.
Ae Ra
sedang makan ramyun di restoran kecil lalu terkejut meihat seseorang yang masuk
dengan kacamata hitam. Hye Ran memesan sepiring Kimbap setelah membuka
kacamatanya. Keduanya pun saling menatap dan akhirnya duduk berdua.
Beberapa
orang melihat Hye Ran yang duduk dengan restoran tak percaya kalau sedang
memakan kimbap pinggiran sekarang. Ae Ra pun bertanya apakah Hye Ran itu tak
makan kimbapnya. Hye Ran mengaku kalau sedang diet. Ae Ra heran untuk apa Hye
Ran datang dan memesan kimbap.
“Aku
pesan untuk seseorang. Tapi ternyata kita bertemu disini. Ini Sungguh
kebetulan.” Ucap Hye Ran
“Apa ini
sungguh kebetulan? Park Hye Ran, seorang menantu keluarga tajir muncul di restoran pinggiran di saat jam makan siangku. Tidak ada kebetulan di kamusmu.” Ejek Ae Ra
sinis merasa itu disengaja.
“Karena
kita sudah bertemu, berikan aku nomor telepon Dong Man Atau alamat rumahnya.”
Kata Hye Ran
Ae Ra pun
bertanya untuk apa memintanya. Hye Ran menegaskan kalau itu bukan urusan Ae Ra
dan pasti tah nomor ponselnya. Ae Ra berbohong mengaku tak tahu dan sudah tak
saling komunikasi sejak Dong Man menikah lalu pindah.
“Tidak
benar rasanya berkomunikasi dengan pria yang sudah menikah. Ini etika yang
benar.” Tegas Ae Ra. Hye Ran pun berpura-pura mempercayainya.
“Etika.
Kau masih tahu itu, 'kan?” ucap Ae Ra mengambil segelas air seperti ingin
menyiramnya, Hye Ran terlihat ketakutan melihatnya.
“Jangan
ganggu Dong Man. Jangan memikirkan dia dan jangan dekati dia.” Tegas Ae Ra
setelah meminum habis gelasnya.
“Kau
masih suka ikut campur seperti dulu.” Ejek Hye Ran.
Dong Man
mengeluh karena barang-barang yang dibawanya sangat berat, lalu menaruh
semuanya di dalam rumah. Ia akhirnya membagi tugas kalau Managernya itu
membasmi kutunya, maka ia akan membersihkan bidet dan memfilter.
Manager
mengeluh Dong Man yang menyuruh melakukan penyemprotan. Dong Man memberitahu
kalau itu tugasnya jadi harus kerjakan tugas
masing-masing supaya cepat selesai. Si Manager menyindir Dong Man yang
suka membagi-bagi pekerjaan.
“Asal kau
tahu, di Korea kita pengikuti peringkat, kedudukan.” Tegas Manager. Dong Man
mengartikan ia harus kerjakan semuanya sendiri. Manager Pikir Dong Man tak
perlu membahasnya lagi.
“Kau
terdengar seperti tak pernah wamil saja.” Ejek Managernya. Dong Man
berpura-pura menyalakan alat dan menyemprotkanya, lalu meminta maaf karena tak
mengetahui kalau itu ternyata menyala.
Beberapa
pekerja mengeluh kalau orang marketing itu pelit karena menyuruhnya makan buah ceri. Tapi Seol Hee mengaku
sangat suka seperti waktu istirahat dan menatap Joo Man dari kejauhan. Manager Choi memberitahu mereka harus
menyorot para pekerja yang sedang makan ceri, pastikan terlihat rasa cerinya
enak. Semua pun mengerti.
“Dan,
campurkan dengan salad dan yogurt juga.” Kata Manager Choi
“Sudah
kubilang jangan campurkan yogurt.”keluh Joo Man yang mendengarnya.
Akhirnya
syuting dimulai semua berusaha untuk makan buah ceri dengan wajah bahagia.
Manager menyuruh agar makan ceri dengan Youghurt juga, Seol Hee pun mengambi
segelas Youghurt, lalu melihat Joo Man
yang berbicara dengan Yee Jin.
“Mereka
sedang ngobrol apa? Kenapa mereka tersenyum?” gumam Seol Hee melihat dari bibir
keduanya yang bicara “aku juga”
Tiba-tiba
Seol Hee tersedak dan tak bisa bernafas, semua panik. Joo Man langsung berlari
masuk ke atas panggung dan langsung memeluk Seol Hee dari belakang langsung
menekan bagian perut Seol Hee. Saat itu juga sebuah cheri keluar dari mulut
Seol Hee.
Joo Man
langsung menyingkirkan cheri dari atas meja, semua melonggo melihatnya. Seol
Hee langsung dibawa keatas meja, Joon Man memberikan CPR dengan meniupkan udara
ke dalam mulut. Yee Jin yang melihatnya tak percaya karena Joo Man tanpa ragu
melakukanya.
Flash Back
Ibu guru
menyakinkan Dong Man kalau pasti bisa melakukanya. Beberapa anak lain mengeluh
dengan Sul Hee berperan sebagai putri salju. Ae Ra yang mendengarnya langsung
membalikan badannya dengan nada marah.
“kau cuma
pohon.” Ejek temanya, Ae Ra menegaskan kalau ia
bukan pohon biasa.
“Kau cukup
mencium Sul Hee saja.” Ucap Ae Ra. Dong
Man hanya bis menangis mengaku tak bisa
melaukanan karena hidung Seol Hee yang meleher. Seol Hee pun ikut
menangis. Ae Ra pun memukul Dong Man yang tak mau melakukanya.
Joo Man
terus memberikan bantuan pada mulut Seol Hee agar bisa sadar. Sementara Seol
Hee bergumam dalam hati “Impianku selalu ingin menjadi putri salju. Dan
sekarang, akhirnya...aku merasa seperti putri salju sungguhan.” Lalu membuka
matanya. Joo Man pun bisa bernafas lega melihatnya.
“Kenapa
harus campur ceri ke dalam yogurt? Makan ceri, ceri saja! Jangan campur yogurt!
Jika mau, cukup colek yogurt saja!” teriak Joo Man marah. Semua pun hanya diam
saja.
Ae Ra
akhirnya minum obat sambil mengeluh karena harus gangguan pencernaan karena Hye
Ran. Saat itu terdengar suara pemberitahuan dari pengera suara mall “Bagi siapa
saja yang telah meninggalkan baterai dilantai tiga ruang khusus wanita dimohon
untuk segera mengambilnya sekarang juga.
Dua
pekerja yang lain binggung karena yang berbicara adalah Tuan Kim,salah satunya
mengetahui kalau Wanita penyiar berita di mall mendadak ambil cuti selama tiga
bulan. Ae Ra bertanya alasanya, temanya pikir kalau si wanita akan menikah.
Ae Ra
memberikan sebotol minuman pada Manager Kim yang berjalan dilorong. Manager Kim
sampai kaget melihat Ae Ra yang datang menemuinya. Ae Ra merasa kalau Manager
Kim itu kelelahan hari ini karena Pekerjaannya sebagai sekretaris ditambah
penyiaran.
“Apa itu?
Katakan apa maumu” kata Manager Kim
“Aku
sudah lama ingin memintanya. Rekomendasikan aku ke bagian penyiaran.” Kata Ae
Ra memohon. Manager Kim mengeluh Ae Ra itu wanita yang penuh ambisi juga,
“Anda
pasti dibingungkan dengan pengunduran diri secara mendadak. Orang sepertiku
haruslah bertindak cepat dalam situasi semacam ini. ” Kata Ae Ra.
Manager
Kim binggung apa maksudnya. Ae Ra menegaskan kalau itu yang dimaksud adalah
Orang yang berada dipihaknya.
“Aku
belajar pertolongan pertama tersedak selama latihan.” Kata Joo Man tak ingin membuat
kecurigaan.
“Ya, aku
harap kau bisa selesaikan bersih-bersihnya.” Ucap si manager lalu membiarkan
Joo Man membersihkan sendiri dan pergi.
Yee Jin
mendekati Joo Man lalu memujinya kalau sangat keren seperti ksatria sejati dan jadi berharap kalau saja
ia yang memakan ceri itu. Joo Man binggung mendengarnya. Seol Hee terlihat
kesal melihat Yee Jin yang terus mendekati Joo Man.
Manager
Kim memberitahu kalau Tidak rumit, hanya Cukup jangan bersendawa di mikrofon
itu setelah itu akan menggelar wawancara tak peduli apapun jadi bisa anggap
sebagai kesempatannya juga. Ae Ra menatap mic di depanya dengan wajah
berbinar-binar.
“Jika kau
lolos, maka ini akan menjadi tempatmu.” Ucap Manager Kim. Ae Ra terlihat
benar-benar bersemangat mendengarnya.
Dong Man
berkerja sendirian sambil mengomel sendirian kalau ada seorang prajurit biasa
menceramahi sersan penembak jitu angkatan bersenjata soal kedudukan. Saat itu
ponselnya berdering, lalu mengeluh kalau Ae Ra yang menelp disaat yang tak
tepat.
“Apa lagi?
Kenapa kau menelponku?” tanya Dong Man, lalu ngomel pada Ae Ra yang berani
menyuruhnya datang lalu kaget mendengar kalau ada berita besar.
Dong Man
pun akhirnya datang ke mall mengetahui kalau hari ini Ae Ra yang lakukan
penyiaran, lalu heran kenapa memintanya agar datang. Ae R menjelaskan kalau Dong Man harus ada di
mall untuk menyaksikan momen penuh
sejarah serta harus melakukan sesuatu untuknya.
“Siaran
pertamaku dimulai pukul 3:30 sore. Itu adalah debut pertamaku, jadi kau harus
merekamnya.” Kata Ae Ra
“Kau
bilang aku harus Merekam? Ah, yang benar saja. Kau menyuruhku melakukan hal
konyol. Kita cuma punya waktu 20 menit lagi sampai siaran langsungnya dimulai. Aku
harus bergegas dan menunggu dibawah speaker.” Kata Dong Man. Ae Ra pun memuji
Dong Yang yang sudah mengetahui yang harus dilakukan.
Ae Ra pun
akhirnya di ruangan siaran lalu memberitahu
pengumuman untuk semua pelanggan, kalau di counter pakaian sedang diskon
di lantai 8, lalu menyebutkan namanya Choi Ae Ra, yang memberikan pengumuman.
Dong Man
berdiri di bawah speaker, merekam suara Ae Ra memujinya hebat dan berpikir
memang seperti Baek Ji Yeon. Sementara Ae Ra terlihat gugup dengan wajah
bahagia menari-nari diruangan. Sementar Manager Kim mendengar pengumuman kesal
mendengar Ae Ra yang menyebut namanya.
Ae Ra
kembali mendengarnya siaran pemberitahuanya, lalu tiba-tiba terlihat panik.
Dong Man bertanya apakah ada sesuatu yang salah karena menurutnya sudah terdengar sempurna. Ae Ra
masih tetap terlihat panik.
“Aku
sangat... sangat bahagia... Bahagia sekali. Aku rasa kita perlu melakukan apapun
yang kita inginkan.” Ucap Ae Ra yang merasakan sesuatu dalam dirinya.
“Kau
sudah lakukan apa yang kau inginkan,Apa kau senang?” tanya Dong Man, Ae Ra
mengaku sangat Senang setengah mati.
Pengumuman
pun di siarakan “Sebuah kotak tak dikenal masih tergeletak di meja informasi di
lantai dasar.” Seorang pria sedang berdiri didepan meja informasi dengan topi
yang menutupi wajahnya, lalu bertanya tentang Orang yang biasanya menjaga meja
informasi. Si wanita mengetahui yang
dimaksud adalah Ae Ra dan memberitahu
kalau Ae Ra sedang memberikan siaran pemberitahuanya, akhirnya si pria pun langsung mengambil kotaknya.
Ae Ra
pulang dari kerja dengan senyuman bahagia, lalu berjalan dan terhenti merasakan
seperti ada seorang yang mengikutinya dari belakang. Ia melirik sebuah mobil
seperti mengikutinya dari samping dan teringat kembali saat sengaja mematahkan
kaca spion mobil.
Tapi Ae
Ra kembali berjalan sampai akhirnya pundaknya di tepuk, Ae Ra langsung
melepaskan tasnya dan memukul pria yang menyentuhnya dengan mengumpat cabul.
Pintu mobil terbuka, ternyata seorang ibu dan anaknya turun menatap heran
melihat Ae Ra yang memukul orang. Ae Ra langsung menyadari kalau dugaanya salah
dan orang yang dipukul adalah Moo Bin.
Moo Bin
menghentikan darah di hidunganya setelah dipukul Ae Ra. Akhirnya Ae Ra meminta
maaf karena sudah meneriakinya dan kenapa harus membuntutinya. Moo Bin mengaku
hanya saja ingin memberikan kotaknya tapi ternyata dianggap barang hilang.
Ae Ra pun
bertanya apa isi dari kotak itu. Moo Bin pun membukanya, lalu Ae Ra melihat ada
sepasang sepatu dan note diatasnya. “Ae Ra, sepulang kerja, kenakan sepatu ini
dan datanglah ke gerbang, aku menunggumu. Dari Moo Bin.”
“Saat kau
menendang kaca spion mobil terakhir kali, Sepatu hakmu rusak. Aku beli sepatu
ini supaya kau bisa berjalan dengan nyaman. Tak perlu resah disaat kau harus
menendang apapun lagi. Ini adalah sepatu sneakers” ucap Moo Bin
“Apa
Pikirmu ini menyenangkan? Apa kalian sedang taruhan sepatu kali ini?” kata Ae
Ra marah dan tak mau terjebak. Moo Bin mengaku bukan seperti itu.
“Aku
teramat sangat tidak nyaman melihat tampangmu. Jadi sudahi leluconnya, dan
jangan berjumpa lagi.” Kata Ae Ra
“Aku
ingin bersamamu.” Ungkap Moo Bin, Ae Ra binggung maksudnya.
“Aku
merindukanmu. Setelah aku bertemu denganmu malam itu, aku selalu teringat
denganmu. Aku sudah bermalam-malam memikirkan ide ini... sampai aku datang
kemari dan menemuimu. “ kata Moo Bin mengungkapkan semua isi hatinya.
Moo Bin
lalu memberitahu jas yang digunakan
adalah jas mahal, bahkan memotong rambutnya lebih dulu, serta sudah
pesan tempat di restoran, lalu mengisi penuh bensin mobilnya. Ae Ra melihat Moo
Bin merasa kalau sedikit imut juga.
“Kenapa
kau isi penuh bensin mobilmu?” tanya Ae Ra heran. Moo Bin mengaku kalau hanya berjaga-jaga saja jika Ae Ra ingin
berkeliling atau pergi ke gunung Nam. Ae Ra mengeluh kalau itu tak seru.
“Ngomong-ngomong...apa
kau punya pacar?” tanya Moo Bin blak-blakan, Ae Ra pun ingin tahu alasan
apabila ia tak memiliki pacar.
“Kalau
begitu ayo kita kencan 10 kali. Aku sudah cukup yakin dan akan lakukan yang
terbaik dalam segala hal.” Kata Moo Bin sangat yakin
Ae Ra
kembali mengeluh dengan Moo Bin yang terlalu terus terang mengatakanya. Moo Bin
mengungkapkan kalau itu semua karena Ae Ra yang
begitu cantik jadi takut pria lain akan mengincarnya. Ae Ra sempat
tersipu tapi akhirnya mengelak kalau dirinya tak cantik.
“Ae Ra,
coba sepatu ini dulu. Aku rasa kakimu berukuran sekitar 230mm.” Kata Moo Bin
“Ukuran
kakiku 235mm.” Akui Ae Ra. Moo Bin pun senang karena pasti ukuran pas dan ingin
Ae Ra mencobanya.
“Pakailah
seperti Cinderella memakai sepatu kacanya.” Kata Moo Bin mengeluarkan sepatu
diatas kotaknya.
“Ukuran
kakiku 245mm. Apa perlu aku mengempiskan kakiku di dalam sepatu ini?” gumam Ae
Ra akhirnya mencoba sepatu yang diberikan Moo Bin.
Dong Man
naik bus melihat video tentang pertandingan lalu akhirnya berdiri didepan pusat
seni bela diri dengan gugup mondar mandir dan mengingat saat berbicara dengan
Ae Ra yang bertanya apakah kau senang Karena sudah melakukan yang diinginkan,
Ae Ra pun mengaku Senang setengah mati.
Sementara
di dalam ruangan, pelatih Hwang sibuk menuliskan “Sindrom Yo-Yo”di atas karton.
Dong Man datang dengan berteriak memanggil pelatihnya. Pelatih Hwang yang mendengarnya
mengeluh Dong Man yang selalu datang mendadak. Won Bon melihat Dong
Man mengejek orang gila yang datang kembali.
“Izinkan
aku bertanya satu pertanyaan. Jika, memungkinkan... Aku memutuskan untuk mulai
bela diri lagi...” kata Dong Man yang membuat pelatihnya berdiri dari tempat
duduknya dan meminta agar Dong Man melanjutkan ucapanya.
“Apa aku
bisa dapat banyak uang? Apa aku bisa menghasilkan banyak uang dengan bela diri
campuran, meskipun aku sudah tua dan tak bisa bertanding lagi?” ucap Dong Man
dengan wajah serius.
“Kenapa
kau selalu menyebut uang? Apa hidup hanya masalah uang? Dibanding uang, kau
harusnya pikirkan soal impianm dan perasaanmu, serta kerahkan segala
kemampuanmu selama hidup.” Kata Pelatih Hwang marah
“Aku
perlu uang untuk bermimpi dan memikirkan yang lainnya.” Tegas Dong Man. Pelatih
Hwang mengatakan kalau Dong Man itu terlalu muda, terpengaruh oleh dunia.
“Aku...ingin
membelikan ibuku rumah Dan mobil mahal untuk ayahku. Itu adalah harapanku, dan
semua itu butuh uang. Kata orang uang itu tak penting, tapi kenyataannya uang
itu justru yang terpenting. Aku bertanya seperti itu karena aku tak bisa hanya
memenuhi impianku saja. Disamping itu, aku juga harus melindungi Dong Hee. Aku
tidak bisa menyebut ini kesempatan jika aku gagal.” tegas Dong Man
Pelatih
Hwang mengumpat marah, Dong Man bertanya apakah ia bisa meraup banyak uang jika
mengikuti bela diri campuran. Pelatihnya menegaskan Dong Man ingin menghasilkan
uang, jangan ditempat ini dan menunjukan wajahnya di depanya sekarang,
mendorong Dong Man keluar.
Flash Back
Dong Man
mengingat kalau sebelumnya mengaku
ketakutan kalau mungkin ingin melakukannya lagi. Pelatihnya meminta agar
Dong Man melupakan saja. Dong Man dan lawan yang sedang bertanding dan Pelatih
Hwang berdiri di pinggir lapangan.
“Aku
tidak mau. Kau lakukan saja yang harus kau lakukan.” Ucap Tak Soo
“Tak Soo.
Kenapa kau jadi keparat seperti ini?” teriak pelatih Hwang marah
Dong Man
seperti masih belum bisa melupakan kenangan buruknya masa lalu.
Ae Ra menelp
ayahnya dengan penuh semangat menceritakan hari ini benar-benar melakukan
siaran dan akan mengirimkan rekamannya. Tuan Choi sedang makan dengan
teman-temanya menanyakan apakah Ae Ra
akan jadi penyiar besok dan seterusnya.
“Jika
seperti itu, ayah akan mengunjungimu. Aku akan menutup warung dan kesana.” Kata
Tuan Choi
“Aku
rasa... Ae Ra pasti berhasil melakukan sesuatu.” Bisik teman nya mendengar Tuan
Choi yang sedang berbicara.
“Mana
mungkin aku tak mengunjungimu? Putriku... akhirnya melakukan siaran Sudahlah,
kita akan makan siang bersama besok. Ayah akan berangkat pagi dan kesana” kata
Tuan Choi lalu menyudahi telpnya.
Tuan Choi
mengaku sangat bangga pada anaknya lalu meminta agar dibawakan sashimi, Teman tak percaya Tuan Choi yang punya
sahsimi dan seharusnya sudah dihidangkan dari tadi. Tuan Choi tak ingin meminta
bayaran karena Segalanya termasuk sashimi ini gratis. Temanya berpikir kalau Ae
Ra itu akan menikah. Tuan Choi kesal karena temanya hanya menganggap menikah
yang penting. Ia mengaku akan menjadi ayah seorang penyiar pusat perbelanjaan.
Ae Ra
setelah menutup telp ayahnya merasa tak perlu datang jauh-jauh ke Seoul, lalu
masuk ke bus yang baru datang. Dong Man melihat Ae Ra yang masuk bus langsung
pura-pura tertidur pulas dengan mulut terbuka.
Ae Ra
mendekat sambil menyenggol kaki Dong Man tapi tetap saja Dong Man berpura-pura
tidur. Akhirnya Ae Ra langsung menutup hidung Dong Man sampai tak bisa
bernafas, Dong Man pun membuka mata mengumpat kesal Ae Ra itu preman dan
terpaksa berdiri memberikan tempat duduknya.
“Haruskah
seorang penyiar pulang dengan berdiri di dalam bus?” kata Ae Ra bangga. Dong
Man hanya menahan amarahnya.
Seol Hee
pulang dengan wajah khawatir melihat sudah pukul 11 malam, Ae Ra datang
memanggilnya bertanya apakah membawa tteokbokki dari simpang tiga. Seol Hee pun
menebak kalau tas yang dibawa Ae Ra itu ada bir dalam tas itu serta soju.
“Soju,
bir, dan tteokbokki.” Kata keduanya sambil menyanyi dan menari. Dong Man
melihat keduanya seperti harus periksa kalau sedang memakai narkoba.
“Periksa
narkoba, periksa narkoba.” Kata keduanya kembali menyanyi sambil menari. Dong Man mengejek keduanya seperti orang
linglung.
“Dimana
Joo Man?” tanya Ae Ra. Seol Hee mengatakan masih ada ditempat kerja jadi tidak
pulang.
Dong Man
pun merasa kalau Joo Man sudah semakin sukses bahkan selalu lembur bahkan sudah
seperti pekerja kantoran. Seol Hee merasa kalau hari ini dirinya akan free
tanpa Joo Man.
Bersambung
ke part 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar