PS
: All images credit and content copyright : KBS
Ketiganya
naik lantai atas melewati sebuah pintu lemari dan akhirnya naik ke bagian atap
seperti sebuah tempat tersembunyi bagi mereka berempat saja. Ae Ra mengaku
sangat senang di atap bahkan tidak bisa meninggalkan karena bar Namil. Seol Hee
menyakinkan kalau Pemilik gedung yang
baru... belum menemukan tempat mereka ini.
“Apa
kalian berdua pernah melihat pemilik gedung yang baru. Aku belum pernah
melihatnya keluar masuk dari lantai lima juga.” Kata Dong Man
“Dia
adalah ibu Nam Il, nama sebuah vila.” Ucap Seol Hee. Ae Ra mengartikan itu sama
seperti Sulhee Jokbal.
“Jadi,
pemilik gedung sebenarnya tempat ini sudah pindah kemari. Itu yang dikatakan
bibi binantu. Dia sedikit aneh, si Pemilik gedung yang baru.” Cerita Seol Hee.
Ae Ra merasa kalau si bibi itu hantu.
“Tak ada
yang pernah melihatnya masuk dan keluar. Mendadak dia sudah pindah kemari itu
yang paling aneh.” Kata Ae Ra
Seseorang
terlihat mengunakan gaun hitam keluar dari kamar ke balkon, terlihat
menakutkan. Tapi setelah itu terlihat merasa merinding karena sering mendengar
suara dari lantai atas dan bergegas masuk ke dalam kamarnya.
Diatap,
Ae Ra mencampur soju dan bir lalu memberikan pada Dong Man. Seol Hee meminta
agar diberikan juga. Ae Ra menolaknya karena kalau Seol Hee yang mabuk maka ia
harus mengurusnya bahkan Satu tegukan soju membuatnya merayap. Seol Hee tetap
ingin meminumnya, tapi baru satu teguk tak kuat dengan rasa pahitnya.
“Hei, apa
terjadi sesuatu? Apa kau dan Joo Man bertengkar?” kata Ae Ra. Seol Hee mengaku Bukan
seperti itu.
“Tapi
Bukankah lucu memasang pernak-pernik di kuku kita?” tanya Seol Hee. Ae Ra pikir
kalau ada yang memasang pernak-pernik di kuku.
“Pekerja
magang di kantorku. Semalam, dia memakai lengan baju berenda dan memakai
pakaian bak putri. Hari ini, dia memakai pakaian serba pink.” Cerita Seol Hee
Dong Man
langsung bertanya apakah wanita itu cantik, Ae Ra langsung memukul untuk
memperingatinya. Seol Hee pikir kalau
wanita itu sedang menarik perhatian dan
sangat menggelikan sekali. Dong Man kembali
bertanya apakah wanita itu cantik. Ae Ra berpikir kalau wanita itu menggoda Joo Man.
“Joo Man
tidak akan jatuh cinta padanya meski dia menggodanya. Sudahlah, cuma wanita
sekantor.” Ucap Seol Hee tak ingin membahasnya lagi.
“Jadi
jawablah. Apa dia itu cantik? Apa aku ini Goblin? Kenapa kalian tidak
menghiraukanku? Aku punya pertanyaan, Wanita tidak suka seni bela diri campuran,
'kan?” kata Dong Man
“Apa bela
diri yang mengeluarkan darah?” tanya Seol Hee. Dong Man pikir Tidak selalu mengeluarkan darah.
“Hei..
Apa yang kau lakukan belakangan ini?” ucap Ae Ra curiga dengan mengangkat satu
kakinya.
Dong Man
mengeluh dengan sikap Ae Ra seperti gaya neneknya. Ae Ra mulai mengumpat kesal. Seol Hee merasa
mulai ngantuk. Ae Ra yakin kalau Seol hee pasti akan menghubungi Joo Man, Dong
Man menyuruh Seol Hee agar bersikaplah jual mahal. Seol Hee yakin kalau tidak
akan menelponnya.
Ae Ra
kembali mendengarkan suara dari ponsel Dong Man, wajahnya bahagia mengulang kalimat “Aku, Choi
Ae Ra, dan sekian pengumumannya.” Dong Man mengejek apakah sebagaia itu Ae Ra
hanya mendengarkanya. Ae Ra berpikir
dirinya itu suaranya memang mirip dengan
Baek Ji Yeon,
“Bagaimana
kau akan hidup tanpa menjadi penyiar? Tunjukan bakat terpendammu, walaupun
gagal kau mesti coba. Sepertinya sedang ada perekrutan penyiar.”ucap Dong Man.
Ae Ra langsung menolaknya lalu membaringkan tubuhnya dengan bantalan
tissue.
“Kau
bilang padaku, penampilanmu sempurna di depan mikrofon. Itulah kenapa kau
menaruh mikrofon di mejamu.” Ucap Dong Man. Ae Ra tetap tak mau. Dong Man ingin
tahu alasannya.
“Aku
tidak mau sebagai antek. Katanya asal sekolah... dan usia itu tidak penting, tapi
itu semua bohong. Sekarang Jangan hanya menyuruhku untuk mengejar mimpiku,
bagaimana dengan mimpimu?” kata Ae Ra mengejek Dong Man memikirkan impianya
“Impianku
adalah...menjadi orang kaya.” Ucap Dong Man berbaring disampingnya. Ae Ra
mengejek kalau itu Impian konyol tapi menurutnya itu benar juga.
Dong Man
mengambil bantalan dikepala Ae Ra, dan Ae Ra pun menarik tangan Dong Man agar
bisa berbaring dilenganya. Dong Man terlihat sedikit tegang dan sengaja
mengepalkan tanganya. Ae Ra bertanya apabila Dong Man itu menjadikan orang kaya
maka akan membuatnya jadi nyonya yang kaya raja juga.
“Hei,
inilah kenapa aku tidak bisa jadi orang kaya.” Teriak Dong Man marah. Ae Ra
hanya bisa cemberut lalu menyuruh Dong Man merelaxkan tanganya. Dong Man
mengaku sudah melakukanya walaupun tanganya terus saja di kepal karena gugup.
“Saat
kita masih sekolah, kita diharuskan menulis apa keinginan kita. Ibu Guru bilang
kita bisa melakukan apa saja. Sekarang setelah dewasa...” kata Ae Ra
“Orang
dewasa membohongi kita melalui segala cara.” Ucap Dong Man
“Aku
menulis segalanya dimulai dari menang ajang Miss Korea sampai menjadi presiden.”
Cerita Ae Ra
“Dulu...
Impianku berubah hampir setiap hari.” Ucap Dong Man mengingatnya.
Flash Back
[Pasar, 1993]
Dong Man
sedang makan toppoki, ibunya pun bertanya ingin menjadi apa saat dewasa. Dong Man mengaku ingin menjadi penjual Sate toppoki, saat dewasa.
Saat Dong
Man remaja terlihat tak bisa menahan amarahnya,
Ibunya pun menyuruh Dong Man untuk duduk saja dan menahan amarahnya lalu
berteriak kaalu akan menjadi Yoon Do Hyun.
Di tahun 2005, Akhirnya Dong Man menjadi juara Taekwondo, berteriak dengan lantang “Kompetisi nasional akan
segera tiba. Kirim aku ke Seoul!”
Ae Ra
mengetahui Dong Man yang ingin jadi Tukang sate kue beras lalu menanyakan
apakah impianya sekarang. Dong Man mengaku tak punya. Ae Ra tak suka kalau Dong
Man mengatakan kau tak punya impian. Dong Man pikir Lebih baik berpura-pura tak
punya impian.
“Punya
impian hanya akan membuatmu tampak menyedihkan.” Kata Dong Man yang sudah
mengubur impianya.
“Benar,
apa pentingnya punya impian... disaat kenyataannya seperti ini? Impian menjadi
penyiar berita hanya membuatku geram. Aku tidak akan bermimpi lagi.” Ucap Ae Ra
“Apa kita
harus bermimpi? Kehidupan tetap berjalan meski kita tak punya impian.” Kata
Dong Man
Ae Ra tak
menyahut karena sudah memejamkan matanya, Dong Man menyuruh Ae Ra agar tak
tertidur diatap dan mengancam akan meninggalkannya. Ae Ra tetap saja tertidur
dengan memiringkan badanya. Dong Man memberitahu kalau posisi tidurnya itu bisa
berakhir dengan.. wajah miring sebelah seperti kelumpuhan syaraf wajah.
Ae Ra
seperti sudah tertidur pulas, Dong Man menatap Ae Ra lalu memuji kalau lubang
hidung Ae Ra yang mungil bahkan Wajahnya mulus juga, untuk ukuran orang jelek,
selain itu wajahnya juga lembut dan halus dan ingin mengusap wajahnya. Ae Ra
langsung terbangun dari tidurnya.
“Jangan
lakukan.” Teriak Ae Ra. Dong Man binggung melakukan apa yang dimaksud.
“Aku
membiarkanmu terakhir kali.” Kata Ae Ra, Dong Man makin tak mengerti membiarkan
apa maksudnya.
“Kau
memelukku saat sepulang dari kantor polisi. Aku mengingatnya dengan jelas.”
Kata Ae Ra. Dong Man sedikit gugup tapi menurutnya Ae Ra tak perlu mengingatnya
dengan jelas.
“Aku
peringatkan, jangan berani... menyentuhku lagi.” Tegas Ae Ra, Dong Man tertawa
mendengarnya.
“Orang
akan mengira, kalau aku merabamu atau merayumu.” Ejek Dong Man
“Aku...
orang kampung, jadi aku bisa salah paham Kau tak terlalu pandai berpikir, maka
kau sungguh orang tolol. Seorang pria yang bermasalah dengan pubertas. Jika kau
mendadak... “ kata Ae Ra mencoba untuk memeluk Dong Man, lalu memegang
tanganya, serta memeluk bagian pundaknya.
Dong Man
kembali terlihat tegang, Ae Ra pikir mungkin Dong Man tak merasakan tapi ia
akan merasakan mual, jadi meminta agar Dong Man Jangan membuatnya ingin muntah.
Ia memperingatkan agar Dong Man jangan menyentuhnya dan jangan melangkahi garis
lalu berjalan pergi.
Dong Man
binggung kenapa Ae Ra bisa menyentuh dirinya seperti itu. Ae Ra pun akan masuk
ke kamarnya binggung kenapa merasa tiba-tiba tubuhnya merasa panas. Dong Man
memegang telinganya dan merasakan panas juga.
Bibi menempelkan selembar Peraturan di tiang “Dilarang merokok
dalam ruangan, buang sampah di lorong, minum-minum malam hari, bermain api, dan
dilarang satu kamar bagi pasangan belum menikah.”
Seol Hee
sudah ada didalam kamar memasukan semua barang ke dalam tas, Joo Man terbangun dengan alarm di ponselnya
dan bertanya Ada apa. Seol Hee memberitahu kalau itu Tas untuk laptop untuk Joo
Man dan Baru sampai kemarin.
“ Ini Terbuat
dari kulit sapi Italia dan super duper ringan. Aku pesan online biar murah.”
Ucap Seol Hee bangga. Joo Man pun bertanya berapa harganya. Seol Hee
memberitahu kalau hargnya $300.
“Semua
karyawan penting memakai tas ini. Kau jangan sampai ketinggalan.” Ucap Seol Hee
merasa tas yang dibelikanya itu bagus.
“Kenapa
kau bersikap seperti ibuku? Kau saja memakai tas murahan dan membelikanku tas
kulit sapi Italia. Apa menurutmu aku akan menyukainya?” keluh Joo Man
Seol Hee
tahu Joo Man bertemu dengan banyak orang... dan melakukan kesepakatan, jadi
tasnya itu akan membuatnya seperti orang berkelas. Joo Man menegaskan dirinya
yang tak mau diperlakukan seperti anaknya dan tak harus seperti keluarga.
“Mari
kita bebas dan nikmati hidup. Bagaimana?” ucap Joo Man
“Sayang...
Apa Kau tak menyukaiku lagi?” kata Seol Hee dengan wajah cemberut. Joo Man
mulai mengumpat Seol Hee itu bodo.
“Aku
berkata seperti itu karena aku menyukaimu. Dasar kau bodoh, kau ini membuat
kesal saja.” Ucap Joo Man lalu memberikan ciuman.
Seol Hee pun
duduk disamping Joo Man memberikan tasnya dan mengeluh kalau mereka sudah lama
tak ciuman, Joo Man pun memberikan kecupan di bibir Seol Hee berkali-kali. Seol
Hee pun membalasnya, senyuman keduanya pun terlihat.
Empat
sekawan berjalan bersama, Ae Ra mengejek kalau istri Dong Man datang. Dong Man melihat truk bertuliskan
“Atlet Nasional Sundae”. Joo Man pikir itu Penggemar Dong Man. Seol Hee merasa
itu Sahabat karibnya. Joo Man pikir kalau sahabat itu dirinya bukan orang itu.
“Apa Kau
sahabat karib Dong Man?” ucap Ae Ra. Seol Hee pun bertanya apakah itu Ae Ra
yang dimaksud.
“Kita
semua 'kan sahabatan.” Kata Ae Ra memeluk temanya walaupun terlihat sedikit
gugup. Joo Man menyuruh Dong Man agar mendekat saja. Dong Man hanya bisa
mengeluh pelatihnya yang menyusahkan saja.
Dong Man
pun menyapa pelatihnya yang Pagi-pagi sudah jualan padahal sudah melarang untuk
bertemu dengannya dan Setelah mengomel seperti itu lalu datang menemuinya di
pagi. Pelatih Hwang terlihat sinis mendengar ucapan Dong Man.
“Kau
benar-benar tak bisa jauh dariku.” Ejek Dong Man. Pelatih Hwang mendorong Dong
Man untuk minggir untuk membuka truknya.
“Jangan
berlagak sedang berjualan. Apa maumu?” tanya Dong Man. Pelatih pun bertanya
apakah Dong Man mau melakukannya.
“Aku
harus dengar dulu.” Tanya Dong Man, Pelatih Hwang kembali bertanya apakah Dong
Man mau melakukannya kalau sudah dengar.
“Pelatih...
Nikmati harimu.” Ucap Dong Man meninggalkanya. Pelatih Hwang kesal melempar
kertas menyuruh Dong Man pergi saja.
Dong Man
heran yang dilakukan oleh pelatihnya, Pelatih Hwang memberitahu kalau membeli
masing2 seharga $198 agar bisa pergi bersama Dong Man jadi sekarang bisa membuang atau menjual karena sudah tak peduli.
Dong Man melihat dua buah tiket menonton.
Pelatih
Hwang mengomel Dong Man yang tak sudi mengabulkan keinginan kecil bahkan pengkhianat.
Dong Man pun bertanya jam berapa. Pelatih Hwang dengan nada tinggi berkata Dong
Man yang punya mata jadi bisa melihat sendiri.
Ae Ra
masuk ke dalam mall dengan wajah bahagia lalu terdengar suara “Percobaan untuk
siaran pagi,” saat itu juga Ae Ra masuk ke dalam ruangan dan melihat Manager
Kim sudah bersama dengan seorang wanita.
Manager Kim pun melihat Ae Ra yang datang lebih cepat, Ae Ra dengan
sinis langsung bertanya siapa wanita itu.
“Aku
penyiar yang baru.” Ucap Si wanita. Ae Ra sangat marah dan Kenapa bisa seperti
itu. Manager Kim mengajak Ae Ra agar pergi keluar lebih dulu dan bicara diluar.
Saat itu
bos mall datang mendengar ada suara berisik dan bertanya apakah ada
masalah. Ae Ra memberitahu kalau
Rekomendasi dari penyiar terdahulu dan rekomendasi dari akademi penyiaran..
“Untuk
beberapa alasan rumit, aku harus merekrutnya sebagai penyiar baru.” Kata
Manager Kim
“Kata
anda, anda akan menggelar wawancara tak peduli apapun. Ini tidak adil, aku
bahkan tak diberi kesempatan. Ini tentang ikatan antara perusahaan dan
pekerja.” Kata Ae Ra
“Perusahaan
dan pekerja. Apa ada serikat pekerja di perusahaan kita?” bisik Bos Mall pada
Manager Kim
“Ini bisa
jadi permulaan... masalah untuk perusahaan.” Kata Ae Ra mengancam. Si Boss mengeluh
Manager Kim yang ceroboh sekali dan mengakhirnya memutuskan untuk melakukan
wawancara dengan adil. Ae Ra pun tersenyum bahagia.
Dong Man
memberikan pereda mabuk pada seniornya sambil menasehati kalau menyerahkan semua
pekerjaan padanya, maka... tapi Seniornya kembali menyela kalau Dong Man sedang
marah padanya. Dong Man mengeluh kalau bukan itu maksudnya.
“Kau
harus Dengar, dia ingin berpisah denganku. Apa kau Pikir saat ini aku sedangberselera
membasmi hama?” ucap seniornya. Dong Man ingin kalau kemarin dan hari ini juga
seperti itu.
“Dia
ingin berpisah denganku, bagaimana aku tak minum-minum?” kata Seniornya. Dong
Man mempersilahkan..
“Tapi
Jika jadwal kita menumpuk dan pelanggan protes seperti terakhir kali, kitabisa
berada dalam posisi sulit.” Jelas Dong Man, Si senior langsung meminta Dong Man
agar menghentikan mobilnya.
Keduanya
pun turun dari mobil, seniornya memberikan tendangan pada kaki Dong Man karena
merasa Dong Man yang ingin mengajarinya.
Dong Man pun hanya bisa tertunduk meminta maaf tapi mengertakan giginya. Si
senior makin marah.
“Apa aku
harus dapatkan izinmu untuk mengertakan gigiku? Tidak, 'kan?” kata Dong Man
melawan. Managernya pun mengumpat marah dn memukul bagian dada Dong Man
beberapa kali.
“Apa kau
marah? gertakan gigimu lagi.” Ucap Managernya. Dong Man yang terlihat marah
hanya bisa meminta maaf dan berjanji akan lebih baik lagi.
“Sana
berhenti saja dan Tolong keluar saja. Aku tidak akan menahanmu! Terserahlah!”
ucap manager. Dong Man pun hanya bisa diam saja saat Manager pergi masuk ke
dalam mobil
Si wanita
mengomel di telp kalau sengaja datang karena ucapan temanya kalau sudah pasti
ia yang terpilih dan meminta agar memberitahu suaminya yang ketakutan karena si
pegawai yang mengungkit peraturan perusahaan.
“Apa
gunanya punya pusat perbelanjaan? Pokoknya aku tak peduli!” teriak si wanita marah
lalu keluar dari toilet. Ae Ra keluar dari toilet bisa mendengar perkataan si
wanita.
Di ruang
rapat,Si Wanita
seperti membaca sebuah berita tentangAmerika telah meningkatkan produksi
bensin. Bosnya pun memuji Pengucapan si wanita itu bagus, seperti dari akademi penyiaran lalu
bertanya apda Ae Ra apakah sudah mempersiapkan materi siarannya.
“Silakan melihat
di bagian makanan di basement, Ekor lembu domestik sedang diskon, Perkilonya
bisa dibandrol seharga $20 saja, penawaran terbatas. Jika anda berencana
liburan bersama teman satu alumni maka anda sebaiknya bergegas mengunjunginya,
jangan sampai terlewat.” Ucap Ae Ra seperti pengumuman dalam mall.
Bosnya
ingin berkomentar Seorang profesional yaitu... Ae Ra langsung menyela
apakah menyiarkan soal bensin akan
berguna dalam pusat perbelanjaan, menurutnya informasi mengenai pembelanjaan
itu sendiri yang penting. Akhinya bosnya bertanya umur dari Yun Ji. Yun Ji
dengan bangga baru berumur 23 tahun. Ae
Ra mersa Seharusnya usia tak diperlukan.
“Jadi
setelah menimbang hasil penilaiannya, Kami akan memilih Yun Ji. Nn. Choi,
silakan kembali ke posisi semul Dan bekerja keraslah seperti sedia kala.” Kata
bosnya. Ae Ra mengangguk mengerti walaupun terlihat ada raut wajah kesedihan.
“Aku
pasti akan ke posisiku. Aku bukan lulusan akademi, aku sudah tua dan tak punya
pengaruh apapun, jadi sudah sewajarnya aku kalah. Anda tak harus repot menyuruh
untuk mengadakan wawancara.” Kata Ae Ra dengan mata berkaca-kaca lalu keluar
dari ruangan.
Ae Ra
kembali berdiri di meja informasi dan mendengar suara pemberitahuan, lalu mengirimkan pesan pada ayahnya agar tak
perlu datang, dan dengan suara menahan tangis mencoba melayani pelangan yang
menanyakan arah toilet.
Dong Man
sudah menunggu di depan Mall. Ae Ra mendatangi heran elihat Dong Man yang
datang padahal tak memintanya lalu melihat wajah yang kusut bertanya apakah
terjadi masalah. Dong Man mengaku hanya mampir saja dan ingin makan bersama.
“Apa Kau
pakai baju itu untuk siaran juga? Hari ini kau lakukan penyiaran, 'kan?” ucap
Dong Man melihat Ae Ra yang mengunakan pakaian seragam. Ae Ra terlihat sedikit
binggung.
Di atap
gedung
Ae Ra
membahas kalau dirinya tidak bisa diam
saja seharian, lalu mulai merasa kaku
dan merasa terjebak. Ia juga merasa tidak tahan lagi maka dari itu berhenti,
selain itu ayahnya yang terlalu sibuk untuk datang adi menuruntnya itu pilihan
terbaik.
Dong Man
menatap Ae Ra dan langsung membalikan badannya, Ae Ra binggung kenapa Dong Man
malah memungginya. Dong Man mengatakan
kalau ini adalah benteng karena Punggungnya itu lebar jadi tak ada yang bisa
lihat. Ae Ra binggung apa maksudnya.
“Menangis
saja.” Kata Dong Man, Ae Ra mengejek kalau yang dikatakan Dong Man itu lucu.
“Tidak
keren...berusaha tangguh disaat ingin menangis. Dan itu sangat keren jika
menangis disaat ingin menangis.” Kata Dong Man. Ae Ra mengelak kalau tak ingin
menangis, tapi akhirnya ia pun menangis sambil mengomel pada Manager Kim yang
memberikan harapan palsu padanya.
Ia
meminta agar Dong Man menutupinya yang sedang menangis dengan baik karena
apabila ada yang melihat maka akan sangat malu, saat itu Dong Man pun memeluk
Ae Ra dan menutupinya dengan jaketnya. Ae Ra mengaku ingin sekali melakukannya tapi kenapa malah
tidak mendapatkan yang diinginkan. Dong Man akhirnya menarik kepala Ae Ra untuk
menangis di dadanya.
Pelatih
Hwang makan dengan seorang anak kecil dan berbicara aklau selama ini selalu
memberikan sosis dan bertanya apakah mencerita pada ibunya. Si anak mengaku
sudah tapi ibu tetap tak mengizinkannya. Pelatih Kim ingin tahu alasanya. Si
anak juga tak tahu.
“Apa kau
dipukul lagi?” tanya si pelatih. Si anak hanya diam dan Pelatih Hwang melihat
ada note dibalik tasnya lalu langsung menyuruh si anak agar melakukan 100 kali tendangan.
Dong Man
datang menemui pelatihnya, Pelatih Hwang mengeluh dengan Dong Man yang selalu
saja datang. Dong Man mengaku kalau baru
saja dipukul. Pelatih Hwang langsung marah bertanya siapa yang memukulnya. Dong
Man menceritakan kalau seorang Pria bajingan seorang prajurit biasa
menendangnya ditengah-tengah kerumunan lalu memukul dadanya sebanyak empat kali dengan tinjuan kecil.
“Kenapa
kalian berdua dihajar? Membuatku kesal saja!”keluh pelatih Hang lalu memberikan
sosis.
“Apa itu
alasan kau kemari?” tanya pelatih Hwang. Dong Man pikir tak perlu dihiraukan.
Pelatih Hwang ingin tahu siapa orangnya dan ingin menghajarnya balik.
Dong Man
pikir tak perlu dan mengingatkan jam 8 malam. Pelatih Hwang tak percaya Dong
Man ingin pergi. Dong Man pikir mereka bisa pergi karena itu permintaan dari
pelatihnya.
Ae Ra
sedang berada di minimarket memastikna ayahnya tak naik bus dan Tidak perlu datang,
dengan alasan kalau dirinya berhenti
karena ruang siaran begitu sesak. Tuan Choi yang khawatir menanyakan apakah
anaknya sudah makan malam. Ae Ra mengaku sudah makan dan mengeluh ayahnya yang
selalu bertanya apa yang dimakannya.
“Apa Ayah
kira aku kelaparan? Ayah selalu menanyakan apa yang kumakan. Setiap hari tanya seperti
itu” ucap Ae Ra lalu menyudahi telp dengan ayahnya dan kembali makan mie
instant dengan wajah sedih. Seperti ia tak ingin ayahnya khawatir kalau setiap
hari hanya makan mie instant.
Dong Man
dan Pelatih Hwang turun dari mobil pergi ke sebuah arena. Lalu Dong Man
menegaskan kalau Ini terakhir kalinya
mereka melakukan sesuatu bersama-sama jadi mereka menonton dengan riang gembira
dan mengakhirinya. Pelatih Hwang merasa kalau itu terdengar seperti mereka tak akan berjumpa lagi.
“Maksudku
berhenti bertemu sebagai pelatih dan murid. Kita bisa berteman.” Kata Dong Man
“Apa
katamu barusan? Tidak, kita tidak bisa berteman.” Ucap Pelatih Hwang lalu
mengajak mereka pergi bersama.
Saat
masuk tempat arena sudah ada ring untuk bertanding, Pelatih Hwan langsung
merasa kalau sudah seru menonton pertandingan. Dong Man hanya diam saja.
Pelatih Hwang pun bertanya Apa hati Dong Man bergejolak dan merasa terpacu.
Dong Man seperti tak suka bertanya kapan selesainya karena sudah lama sekali.
Pelatih Hwang memberitahu kalau Tinggal satu pertandingan lagi.
“Petarung
berikutnya sudah mendominasi hanya dalam kurun waktu dua tahun. Dia punya kaki
yang hebat... Pokoknya dia punya kaki hebat. Jadi Tonton dulu yah?” bujuk
Pelatih Hwang menahan Dong Man agar tak pergi. Dong Man pun menyetujui
pelatihnya.
“Sekarang,
pertandingan utama kita, Sambutlah, Kim Tak Su!” teriak pembawa acara.
Dong Man
langsung terkejut melihat pria dengan rambut blonde keluar dengan
memperlihatkan bagian dadanya yang sixpack,
Pelatih Hwang pun memberitahu Dong Man tentang kehidupan Kim Tak Suk
sekarang padahal mereka melakukan kekonyolan bersama.
“Kenapa
kau harus hidup menunduk?”ucap Pelatih Hwang seperti ingin memberikan semangat
pada Dong Man untuk kembali.
“Pelatih....
Kenapa kau kejam sekali padaku?” ucap Dong Man seperti menahan amarahnya.
[Kamus Pertemanan]
Dong Man
mengelus rambut Ae Ra dengan lembut. Ae Ra mengomel padahal sudah
memperingatkannya agar jangan menyentuhnya. Dong Man mengejek Ae Ra yang jelek
sekali. Ae Ra pun membalas dengan umpatan
[Kau
jelek sekali berarti.. Itu ungkapan bahwa kau buruk rupa.]
“Hei, apa
ini bau dari rambutmu? Apa kau makan iga babi? Kau tampak seperti babi juga.” Ucap
Dong Man setelah memegang kepala Ae Ra
“Hei,
berhenti menyentuh rambutku, aku tak suka. Aku akan membunuhmu. Untuk apa kau harus
tahu apa yang aku makan? Menjijikkan, aku masuk dulu.” Ucap Ae Ra lalu masuk
dan Dong Man pun ikut masuk.
Bersambung
ke episode 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar