PS
: All images credit and content copyright : SBS
Ji Wook
pun melihat pisau yang ditemukan dibawah lemari es, merasa yakin kalau itu
pasti pisau dianggap sebagai barang bukti. Tuan Bang kaget melihat pisau yang
sama ditemukan oleh Ji Wook, suasana di ruangan pun terlihat tegang.
Flash Back
Tuan Jang
bertanya pada Ji Wook kenapa Bong Hee
belum didakwa. Ji Wook mengatakan kalau masih diperlukan penyelidikan
lebih lanjut. Karena Saat ini tidak ada bukti langsung seperti senjata atau saksi mata dan Bong Hee
yang juga belum mengakuinya.
“Senjata
pembunuhan itu... Kau akan menemukannya segera. Apa yang perlu muncul, maka akan selalu muncul.” Ucap Tuan Jang
penuh arti.
“Seperti
yang kita tahu, yang penting adalah Eun Bong Hee itu pelakunya. Apa aku salah?
“ tegas Tuan Jang, Ji Wook hanya diam saja.
Ji Wook
menyindir Tuan Bang kalau tempat ini
sudah digeledah, Tuan Bang mengaku sudah
berkali-kali menggeledah dan Ji Wook pasti tahu kalau mereka melakukannya untuk
menemukan senjata pembunuh. Ji Wook pun masih belum menemukan sampai akhirnya ia
yang menemukanya.
“Jadi,
kita mungkin menemukan dua.” Kata Ji Wook, Tuan Bang binggung dengan pisau
lain.
“Astaga,
aku tidak tahu apa yang terjadi sekarang.” Kata Tuan Bang, Ji Wook mengajak pergi
ke Pusat Forensik.
Ji Wook
pergi ke Pusat Forensik memberitahu
petugas memberikan dua pisau yang dimilikinya adalah ingin tahu, apa darah ini
milik Jang Hee Jun. Ia meminta agar menganalisa secepatnya dan agar merahasiakan.
Dokternya binggung kenapa harus dirahasiakanya, Tuan Bang pun juga terlihat
gugup.
“Ini
ditemukan di tempat kejadian, jadi tidak
perlu dirahasiakan. Tapi yang Ditemukan di tempat lain, jadi harus
dirahasiakan.” Jelas Ji Wook.
Bong Hee
menanyakan pada Eun Hyuk IQnya. Eun Hyuk
menjawab 143 dengan bangga kalau itu cukup tinggi. Bong Hee balik bertanya
kenapa Bong Hee yang tak mau bertanya, karena Orang biasanya saling membalas.,
yaitu Ketika orang mengatakan halo, maka kebanyakan orang membalas.
“Oh, benar.
Baiklah. IQ-ku 143. Kau berapa?” tanya Eun Hyuk. Bong Hee menjawab 101.
“Aku
lulus ujian dengan IQ segitu. Itu bagus, kan? Dan, dulu aku adalah atlet.
Menurutmu, berapa banyak usaha, agar lulus ujian pengacara? Aku bertanya pada
diriku setiap hari. "Haruskah aku hentikan semuanya dan mendapatkan uang
agar bisa membantu keluargaku?" Maksudku, aku bahkan tidak yakin aku bisa lulus.” Cerita Bong Hee
“Belajar
itu sulit, tapi melihat ibuku harus berjuang,
itu lebih sulit lagi. Begitulah aku bisa sampai sejauh ini, tapi semua
waktu dan usaha akan sia-sia. Jadi, tolong jangan anggap ini sebagai lelucon.”
Kata Bong Hee
Ia tahu
kalau Eun Hyuk berpikir "Aku kasihan padanya, jadi harus
membantunya." Bong Hee mengaku tidak suka pola pikir itu dan menegaskan
bawah hidupnya tergantung pada pembelaanya dan juga pada keluarga. Eun Hyuk
menatap Bong Hee seperti terlihat sangat tulus.
Ji Wook
duduk dimeja yang berbeda tempat Eun Hyuk duduk sambil mengeluh kalau harus
saling bertemu. Eun Hyuk menyapa Ji Wook yang duduk didepanya. Ji Wook pun bertanya apakah Eun Hyuk sudah
bertemu. Eun Hyuk mengaku sudah.
“Oh,
dan... Alasan aku memintamu menjadi pengacaranya adalah... Itu karena, haknya
menyewa pengacara tidak dihormati. Itu
sebabnya.” Jelas Ji Wook
“Aku tahu.
Aku yakin tidak ada pengacara yang mau membantunya. Kau tahu, aku melakukan ini
karena kau yang minta, kan?” kata Eun Hyuk
“Apa kau
harus mengungkit kalau kau membantuku?” keluh Ji Wook
“Aku akan
lakukan yang terbaik sebagai pengacara.” Ucap Eun Hyuk meyakinkan.
Ji Wook
menegaska kalau tak pernah melarangnya. Eun Hyuk menegaskan kalau akan mengalahkanmu,
Jaksa No Ji Wook. Ji Wook menyindir menyuruh Eun Hyuk Berusaha semampunya untuk mengalahkannya. Eun Hyuk pun
bertanya apakah Ji Wook itu tidak akan menyerah dan mau menghukum dan mengurun
Bong Hee.
“Jaksa
macam apa yang menuntut kasus lalu menyerah dan kalah?” kata Ji Wook, Eun Hyuk
menganguk mengerti.
“Aku
pergi kalau kau sudah selesai bicara.” Kata Ji Wook dan bergegas pergi. Eun
Hyuk pun mengejarnya temanya sampai keluar restoran.
Ji Wook
berdiri menunggu lift, Eun Hyuk mengajak Ji Wook untuk minum kopi. Ji Wook
pikir Eun Hyuk sudah lupa, kalau ia tidak tahan melihat Eun Hyuk itu bahkan
sedetik pun. Eun Hyuk tak percaya kalau Ji Wook itu masih belum memaafkan. Ji Wook tak tahan lebih lama memilih turun
tangga.
“Kalau
begitu, Aku akan terus memohon. Aku
tidak bisa melepasmu. Kau orang yang
paling berharga dalam hidupku. Hei.. Ji Wook, kau datang ke sidang, kan? Sampai ketemu di pengadilan... Ji Wook, aku
mencintaimu!” ucap Eun Hyuk dengan suara lantang senyuman terlihat. Sementara
Ji Wook yang menuruni tangga terlihat kesal.
Ji Wook
masuk ruang interogasi langsung berteriak kesal pada Bong Hee karena gara-gara
Bong Hee harus bertemu seseorang
yang bahkan tak ingin diajak bicara
lagi. Bong Hee sedang duduk bersama Tuan Bang, terkejut dan bingung bertanya apakah berbuat salah lagi.
“Semua
yang kau lakukan itu salah. Kau adalah lambang kesalahan.” Ucap Ji Wook kesal
“Aku
tidak tahu ini soal apa, tapi kalau aku salah atau berbuat salah lagi...” ucap
Bong Hee binggung.
“Semua
yang kau lakukan itu salah. Keberadaanmu sendiri saja itu kesalahan!” teriak Ji
Wook. Bong Hee makin binggung.
Akhirnya
Ji Wook bertanya pada Tuan Bang Apa ada kemajuan. Tuan Bang mengatakan tidak
ada, tapi karena belum makan, jadi
mereka memutuskan menu. Ji Wook pun bertanya apa yang akan mereka makan.
Tuan Bang mengatakan jajangmyun.
Bong Hee
makan dengan lahap jajangmyun, Ji Wook pun menatap mantan rekan kerjanya.
Flash Back
Di
ruangan forensik. Ji Wook berpikir kalau dua pisau ada darahnya Jang Hee Joon,
maka Eun Bong Hee bukanlah pelakunya. Tuan Bang terlihat tegang.
“Ini akan
jadi yang terakhir kalinya, aku menginterogasimu sebagai tersangka. Itu berarti
kau akan segera menjadi terdakwa.”ucap Ji Wook. Bong Hee berhenti makan dan
menatap Ji Wook.
“Aku
percaya padamu... Aku yakin, kau percaya aku... Aku sungguh percaya padamu. .. Itu
satu-satunya pilihan yang kumiliki saat ini.” Ungkap Bong Hee. Ji Wook hanya
diam saja menatapnya.
Bong Hee
duduk sebagai terdakwa dengan Eun Hyuk sebagai pengacara, dan Ji Wook masuk
sebagai Jaksa. Di bangku penonton, teman
Bong Hee duduk disamping Ji Jae merasa gugup. Hakim pun mulai sidang dengan
Bong Hee sebagai jaksa yang berbicara.
“Terdakwa
Eun Bong Hee berencana membunuh mantan pacarnya, Jang Hee Jun, setelah korban
berselingkuh darinya. Pada 11 Mei 2015,
dia memancing korban, Jang Hee Jun, ke tempatnya. Lalu dia dengan brutal
membunuhnya dengan pisau. Untuk itu, saya menuntut terdakwa Eun Bong Hee atas
pembunuhan dengan Pasal 250 UU Pidana.” Ucap Ji Wook sebagai jaksa penuntut.
“Pengacara
Ji, apa Anda mengakui tuduhan yang diajukan oleh jaksa?”tanya hakim.
“Tidak,
Yang Mulia... Terdakwa Eun Bong Hee tidak bersalah.” Kata Eun Hyuk.
Ji Hae
pun duduk sebagai saksi. Eun Hyuk bertanya apakah Ji Hae itu menyaksikan terdakwa, Eun Bong Hee mengancam
korban, Jang Hee Joon bahwa akan membunuhnya. Ji Hae membenarkan kalau sering melihatnya dengan mata dan telinga
saya sendiri bahkan Selain itu, banyak teman sekelas yang melihatnya mengancamnya.
Flash Back
Bong Hee
masuk ke toilet setelah bertemu dengan Hee Joon langsung mengumpat marah
padahal ia mencampakkannya, lalu duduk didalam toilet sambil mengumpat kalau
akan membunuhnya. Ji Hae mendengarnya tersenyum licik mendengarnya.
Saat
makan siang bersama, Hee Joon dan Ji Hae makan dengan mesranya. Bong Hee
menatap sinis melihatnya lalu dengan memberikan kode dengan tangan dilehernya
tanda kalau akan membunuh Hee Joon.
“Kalimat
"Aku bisa mati kelaparan, aku sangat kesal sampai bisa mati." Orang
mudah mengatakan hal-hal seperti itu. Menurutmu, orang yang mengatakan hal itu
benar-benar meninggal? Itu berlaku untuk... "Aku akan membunuhmu."”
Kata Eun Hyuk membela
“Bong Hee
serius dengan apa yang dia katakan. Dia tidak main-main. Menurut pendapat saya,
dia menjadi pembunuh potensial segera setelah dia mengatakan ancaman itu.” Kata
Ji Hae yakin
“Saya
dengar, Anda mengatakan hal yang sama di kantor polisi.” Kata Eun Hyuk, Saat
itu Ji Hae yang marah berteriak kesal pada Bong Hee kalau akan membunuhnya.
“Anda
serius dengan ucapan Anda. Itu juga bukan lelucon, benarkan? Lalu apa itu juga
membuat Anda menjadi pembunuh potensial?”
kata Eun Hyuk bisa mematahkan pernyataan Ji Hae.
Teman
Bong Hee mengatakan kalau Bong Hee
selalu menyanyikan lagu aneh yang menunjukkan banyak kebencian dan
dendam serta kadang-kadang mengganti liriknya. Ji Wook pun meminta teman Bong
Hee untuk memberikan contohnya.
“Lihatlah
aku saat aku mengutukmu, Jangan kau lupakan itu Karena aku akan membunuhmu”
ucap teman Bong Hee sambil dinyanyikan.
“Begitu
Eun Bong Hee dan Jang Hee Jun putus, Saya
dengar, Anda mengajak Eun Bong Hee untuk kencan.” Kata Eun Hyuk. Teman Bong Hee
mengaku kalau itu hanya lelucon
“Jumlahnya,
Anda melakukan itu tiga kali, dan Anda ditolak setiap kalinya.” Kata Eun Hyuk,
Teman Bong Hee membenarkan dan ingin membela diri tapi Eun Hyuk lebih dulu
bicara.
“Jika
Anda benar-benar berpikir dia cukup
kejam untuk membunuh orang, apa Anda akan mengajaknya kencan? Bagaimanapun, apa
Anda memberi kesaksian palsu karena Anda dendam terhadap dia?” ucap Eun Hyuk
Bong Hee
langsung menatap sinis pada temanya, Temanya mengaku tak seperti itu lalu
meminta memberikan jaminan perlindunganya. Akhirnya Bong Hee yang duduk di
tengah sidang.
“Memang
benar saya mengutuk dan mengancam korban, Jang Hee Jun, akan membunuhnya. Tapi
saya mengatakan itu sesaat karena kemarahan. Saya tidak pernah berniat untuk
membunuhnya. Jika saya benar-benar ingin
membunuhnya, maka saya takkan akan memberitahu
kepada dunia tentang itu, kan?” ucap Bong Hee membela diri pada hakim.
“Orang
tidak selalu serius saat bertindak. Sejujurnya, saya cukup yakin banyak wanita
yang ingin membunuh pacar dan suami mereka
pada waktu tertentu.” Ungkap Bong Hee
Saat itu
semua orang terkejut mendengar pengakuan Bong Hee, termasuk Eun Hyuk dan juga
Ji Wook. Bong Hee binggung dengan bertanya Apa itu salah. Salah satu wartawan
keluar dari ruangan memberitahu rekan lainya kalau sidang belum berakhir.
Wartawan
langsung menuliskan judul berita "Apakah Membunuhnya Adalah Masalah?" "Dia
Membunuh Karena Kemarahan" "Terdakwa Kurang Ajar" semua
orang pun langsung membaca berita online dari ponsel. Berita di layar besar pun
menayangkan, tentang pembahasan sidang kasus pembunuhan Eun Bong Hee.
“Apa yang
dia katakan sampai muncul kontroversi?” tanya pembaca acara.
“ Dia
bilang "Sejujurnya, saya cukup yakin banyak wanita yang ingin membunuh
pacar dan suami mereka pada waktu
tertentu." Dia terdengar seperti psikopat.” Kata si pengamat.
“Astaga. Semua pria di negeri ini. sebaiknya bersikap
baik saat ada di sekitar istri atau pacar mereka.” Komentar si pembawa acara
Di dalam
sel, para napi yang menonton memberikan tepuk tangan pada Bong Hee yang berani
bicara di persidangan. Sementara Ji Wook pergi ke Pusat Forensik karena ingin
tahu apakah mendapat sesuatu. Dua lembar amplop pun ada di tanganya, sebagai
hasil untuk senjata pembunuh. Di rumah Ji Wook melihat Laporan Pengujian
Genetik, wajahnya terlihat tegang dan bingung.
Ji Wook
datang ke pengadilan, saat itu Bong Hee baru datang dengan tangan terikat, para
Wartawan pun langsung mengerubunginya. Bong Hee bisa melihat Ji Wook menatap
dari kejauhan, seperti memohon sesuatu.
“Ini
hanya kami perlu mengonfirmasi sepenuhnya apa pisau ini. yang digunakan untuk
menusuk korban, Jang Hee Jun. Kami
menerima hasilnya tadi malam, Harap mengerti bahwa kami tidak dapat
memberikannya sebelumnya.” Ucap Ji Wook
“Yang
Mulia, menurut laporan investigasi, rumah terdakwa digeledah berkali-kali.
Namun, mereka gagal menemukan senjata
mematikan di tempatnya. Oleh karena itu, sangat sulit untuk menerima sebuah
senjata yang tiba-tiba muncul beberapa hari setelah mereka menggeledah rumahnya. Mohon ditunda
untuk menerimanya sebagai bukti.” Kata Eun Hyuk
“Pertama,
mari kita bawa sebagai bukti. Namun, saya juga ingin mendengar pendapat dari
dokter forensik.” Kata hakim
“Anda
mengklaim bahwa luka tusukan ditemukan di tubuh korban dan bentuk senjata cocok
dengan itu. Apa itu benar?” kata Ji Wook
“Ya,
dengan memeriksa panjang luka tusuk, secara kasar saya bisa tahu bentuk senjata
pembunuhan. Bentuk senjata yang diajukan sebagai bukti hampir identik.” Kata
Dokter
“ Ini
bukan pertama kali mereka memeriksa TKP, tapi suatu hari, senjata pembunuhan
itu yang tidak dapat ditemukan sebelumnya, muncul entah dari mana. Bukankah ini
mencurigakan? , Ini kemungkinan belaka. Mungkinkah DNA korban pada senjata itu
bisa dibuat? Misalnya, seseorang bisa mendapat darah korban dari pakaian atau
barang dan ditaruh di atas senjata.” Kata Eun Hyuk
“Saya tak
bisa mengatakan, klaim Anda tidak mungkin tapi pada saat bersamaan, Anda tak bisa
membuktikan klaim itu mungkin.” Kata Dokter.
“Tapi ini
mungkin saja. Sekian.” Kata Eun Hyuk. Hakim pun meminta agar Ji Wook memberikan
argumen penutup.
“Yang
Mulia... Terdakwa, Eun Bong Hee, didakwa dengan pembunuhan tingkat pertama setelah
memancing korban, Jang Hee Joon ke apartemen yang berada di Kota Goyang, Prov.
Gyeonggi pada 11 Mei 2015.” Ucap Ji Wook
“Ayahku
bilang dia kehilangan saudaranya karena penjahat.”
Flash Back
Ji Wook
yang masih kecil mengunakan pakaian ayahnya, sang Ayah masuk terlihat marah
melihat anaknya yang berani memakai Jubahnya lalu mengajak agar mengangkat
tanganya. Ji Wook mengangkat tangan, saat itu Ayahnya langsung memeluk anaknya
dengan sangat bahagia.
“Demikian, ayahku menjadi jaksa
seperti bebek yang berada di air. Dia menjauhkan diri dari Jaksa politik dan
korup. Dia mengambil kasus kriminal dan melawan kejahatan. Ayahku adalah
pahlawanku. Sama seperti saudaranya, ayahku menjadi korban kejahatan.”
Ji Wook
menangis melihat ayahnya sudah meninggal, dari situ ia ingin memenuhi impian ayahnya yang tidak bisa
dipenuhi ayahnya. Ia pun ingin menjadi seperti ayahnya.
“Aku
ingin melawan kejahatan seperti ayahku, menangkap penjahat sebanyak mungkin,
dan suatu hari nanti, aku mati sebagai jaksa. Tapi....” Gumam Ji Wook dan
seperti bisa melihat ayahnya yang mengunakan pakaian yang sama.
“Makanya,
saya menuntut hukuman maksimum. Dia merencanakan pembunuhan tersebut, Dia tidak
menyesali kejahatannya, berbohong selama persidangan, dan keluarga korban
meminta hukuman seberat mungkin. Dengan mempertimbangkan hal ini, menurut Pasal
250 KUHP, Saya meminta agar dia dijatuhi hukuman 15 tahun penjara, atas
pembunuhan tingkat pertama.” Ucap Ji Wook
Ia
mengingat saat itu atasanya menyuruh Bong Hee segera mengakui dan menuntutnya
seberat mungkin, bahkan kalau gagal makan menuntutnya dengan hukuman maksimal
maka akan memecatnya.
Lalu Bong
Hee mengatakan kalau Ji Wook pasti mempercayainya, dan mengungkapkan kalau Ji
Wook satu-satunya harapan yang dimiliki saat ini. Ji Wook terlihat gelisah
duduk sebagai Jaksa.
“Jaksa..
Apa Anda tahu pengacara sedang menyampaikan
argumen penutup?” tegur Hakim. Ji Wook mengatakan ingin mengajukan bukti tambahan. Bong Hee
terlihat panik memikirkan bukti apa lagi yang akan diberikan Bong Hee.
“Yang
Mulia... Sebenarnya ada satu lagi senjata yang telah ditemukan. Kedua senjata
ditemukan pada hari yang sama di tempat yang berbeda.” Ucap Ji Wook memberikan
pisau yang disimpan olehnya pada Hakim.
“Jang Hee
Joon, darah korban ada di kedua senjata ini. Jika Anda melihat slide ini, ada
peta dimana senjata lainnya ditemukan. Jaraknya sekitar 7 km dari TKP.
Mengingat waktu kematian dan waktu
respon ambulans, tidak mungkin jika terdakwa melakukan perjalanan sejauh ini,
setelah membunuh korban untuk
menyembunyikan senjata.” Jelas Ji Wook dengan memperlihatkan peta kejadian.
“Entah
dia memiliki kaki tangan yang bisa membuang senjatanya, atau dia adalah manusia
yang bisa teleportasi, ini tidak mungkin.”kata Ji Wook. Jaksa pun ingin tahu
alasan Ji Wook mengajukan bukti ini sekarang
“Saya sengaja
mengecualikan bukti ini. Bagi saya, melanjutkan persidangan lebih penting dari
kebenaran itu sendiri. Jika ada dua
senjata pembunuhan, itu berarti salah satunya dibuat. Yang berarti senjata
tersebut bukan bukti yang bisa diterima. Jadi, menurut Pasal 255 Hukum Acara
Pidana, jaksa berusaha untuk menolak tuduhan tersebut.” Kata Ji Wook. Bong Hee
melonggo mendengarnya.
Ibu Bong
Hee binggung mendengar kalimat yang diberikan Ji Wook merasa tak mengerti dan
bertanya apakah akan terjadi pada Bong Hee. Tuan Byun pun menjelaskan kalau Jaksa
menggali kuburannya sendiri, dan Bong Hee akan membebaskan terdakwa. Ibu Bong
Hee tersenyum tak percaya
“Jaksa
mengakhiri kasus ini dengan tangannya sendiri. Terdakwa, Eun Bong Hee, akan
dibebaskan. Itu berarti, dia bisa pulang ke rumah.” Kata Tuan Byun. Ibu Bong
Hee langsung mengucapkan terimakasih. Bong Hee terlihat masih bingung tapi Ji
Wook duduk gelisah dengan jubah jaksanya.
Ji Wook
keluar lebih dulu dari ruang pengadilan, wartawan langsung mengajukan
pertanyaan. Tapi ia langsung bergegas pergi tanpa mengubrisnya dan Bong Hee
akhirnya keluar bersama dengan Eun Hyuk. Bong Hee melihat Ji Wook yang bergegas
pergi seperti ingin mengajak bicara.
Saat itu
tiba-tiba ia merasakan seperti ada orang yang bersiul dan sama seperti saat
bertemu dengan pria misterius mengunakan pakaian hitam saat kejadian. Ia
mencari-cari sekelilingnya, saat itu Eun Hyuk mengajak segera pergi. Bong Hee
masuk bus tetap bisa mendengar bunyi siulan.
Tuan Jang
sangat marah langsung memberikan pukulan diwajah pada Ji Wook karena tak
membuat Bong Hee sebagai terdakwa. Ji Wook menerimanya tanpa melawan.
Bong Hee
berdiri didepan apartmentnya, Ibunya terlihat ketakutan untuk masuk. Bong Hee
memegang tangan ibunya seperti menyakinkan kalau semua akan baik-baik saja.
Ji Wook
minum bersama dengan Tuan Byun di bar. Tuan Byun pikir Ji Wook sebenarnya tidak
perlu begitu. Ji Wook pikir seperti itu. Tuan Byun takut kalau Ji Wook
melakukan itu, maka kejaksaan meminta banding bahkan jika Bong Hee dibebaskan.
Ji Wook pun tak mengerti
Ibu Bong
Hee sambil berbaring dengan anaknya bertanya Kejaksaan tidak akan banding. Bong
Hee memberitahu kalau Ketika seorang jaksa menjatuhkan dakwaan, maka mereka
tidak dapat menuntutnya lagi kecuali mereka menemukan bukti lain yang
membuktikan dirinya bersalah. Ibu Bong Hee meminta agar Bong Hee lebih jelas
agar bisa lebih paham.
“Jadi
artinya kejaksaan tak bisa menangkapku kecuali mereka menemukan bukti penting
yang menunjukku sebagai pembunuh.” Jelas Bong Hee. Ibunya pun merasa sangat
lega mendengarnya dan menurutnya itu sangat masuk akal.
“Jaksa
berkoban besar untukku, Ibu.” Ungkap Bong Hee merasa sedih.
Tuan Byun
ingin tahu apa hubungan Ji Wook dengan Bong Hee dan kenapa melakukan hal itu.
Ji Wook menjawab kalau itu Takdir. Tuan Byun binggung apa maksudnya.
Bong Hee
keluar dari kamar membuka buku diary lalu melihat ada tulisan yang berbeda. Ji
Wook menuliskan “aku juga” Bong Hee pun tersenyum bahagia sambil memeluk buku
diarynya.
Ji Wook
membereskan barang-barangnya dan menatap baju jaksa yang tak dapat dipakai lagi.
Tuan Bang mengeluh kalau Hati nurani Ji Wook itu mengecewakannya, sambil
mengelus papan nama Ji Wook berpikir akan mudah bagi atasanya untuk mengabaikan
kebenaran. Ji Wook pikir dirinya pasti lebih kecewa dari Tuan Bang dan
memasukan papan nama. “Kebenaranku pasti mengecewakanku.” Ungkap Ji Wook sedih
lalu melihat papan “Sumpah Jaksa, Kode Etik Jaksa, Ikuti prinsip dan jalan yang
benar.” Lalu pamit pergi.
Lalu ia
melihat Ji Wook yang membawa kotak mengatakan kalau itu adalah pria yang orang
yang menyelamatkanya. Ji Wook melihat
Bong Hee yang baru datang, Bong Hee pun berjalan mendekatinya. Keduanya saling
menatap.
“Kupikir
kita bertemu karena takdir.” Ucap Bong Hee dengan senyuman bahagia.
“Aku juga
berpikir kau adalah takdirku...” kata Ji Wook, Bong Hee bisa tersenyum.
“Takdir
buruk. Jadi... mari kita, jangan pernah berurusan lagi.” Kata Ji Wook terlihat
sangat kecewa. Bong Hee kaget mendengar ucapan Ji Wook.
Bersambung
ke episode 5
Terlalu banyak flashback jadi agak bingung, tapi sejauh ini bagus ceritanya...coz ada ji chang wook...semangat recap ya mbak
BalasHapusTerlalu banyak flashback jadi agak bingung, tapi sejauh ini bagus ceritanya...coz ada ji chang wook...semangat recap ya mbak
BalasHapus