Bong Hee
terdiam melihat Ji Wook yang datang ke ruang sidang lalu mengatakan pada Hakim kalau terdakwa bersalah,
Semua kaget mendengarnya, Hakim binggung karena Bong Hee malah membuat klienya
dianggap bersalah.
“Apa aku mengatakannya?
Anda pasti salah mendengar.. Aku kata Terdakwa
tidak bersalah.” Ucap Bong Hee lalu duduk sambil tertunduk malu.
Akhirnya
sidang kasus nomor 2017-G-66.390, Ji Wook pun maju siap membela klienya. Bong
Hee sengaja keluar dari ruang sidang menutupi wajah berpura-pura tak melihat Ji
Wook dengan tasnya dan mengeluh sangat
malu.
Ji Wook
pun membela klienya sebagaiTerdakwa mengaku kesalahannya dan juga melakukan
yang terbaik untuk menyelesaikan hal-hal dengan korban serta berhasil mencapai
kesepakatan. Bong Hee melihat dari jendela ruangan saat sedang menjadi
pengacara. Saat itu Eun Hyuk melihat dan sengaja berdiri disamping Bong Hee
melihat Ji Wook. Bong Hee kaget melihat Eun Hyuk yang ada disampingnya. Eun
Hyuk menyapa Bong Hee yang Sudah lama tak bertemu.
“Apa yang
kau melakukan dengan baik, Nona Eun?” kata Eun Hyuk menyapanya.
“Berkatmu,
aku masih hidup. Apa kabarmu?”kata Bong Hee.
“Aku juga
masih hidup, itu berkatmu. Apa kau
sedang mengintip Ji Wook.” Kata Eun Hyuk blak-blakan.
Bong Hee
tak terima kalau dianggap Mengintip dan hanya melihatnya. Eun Hyuk lalu
memberitahu kalau Ji Wook sudah keluar. Bong Hee buru-buru berbalik dan saat
itu hak sepatunya lepas dan bergegas pergi.
Eun Hyuk langsung menyapa Ji Wook yang baru keluar ruangan.
Ji Wook
hanya diam saja seperti malas. Eun Hyuk pikir setidaknya Ji Wook menyapa balik.
Ji Wook menolak dengan ketus dan berjalan pergi. Eun Hyuk tak membalas ketus
malah menyatakan kalau tetap mencintainya. Ji Wook tetap berjalan dan Eun Hyuk
kembali berteriak kalau sangat mencintai temanya.
Bong Hee
duduk sambil tersenyum melihat sepatu didepanya sangat cantik, tapi ia duduk
didepan tempat sol sepatu dengan sandal sementara. Saat itu ponselnya berdering
dan mengangkat dengan gaya profesioanl
“Ya, aku
pengacara Eun Bong Hee yang selalu siap untuk pergi dan bertemu denganmu di
manapun kau berada.” Kata Bong Hee dan langsung mengatakan siap datang dalam 30
menit?
“Pak, bisakah aku mengambil sepatuku kembali?” ucap
Bong Hee pada pegawai sol. Si paman memberitahu kalau baru saja mau memperbaikinya
Bong Hee
kebingungan berpikir apa yang harus dilakukan dan berpikir harus pakain sandal
saja tapi menurutnya itu tak mungkin.
Sampai akhirnya melihat Ji Nae baru saja duduk sambil membaa kopi,
dengan senyuman menyapa teman satu kampusnya.
“Darimana
dia tiba-tiba datang?” keluh Ji Nae lalu meminta agar Bong Hee tak mendekat
dengan wajah ketakutan. Bong Hee seperti tak peduli dan langsung mengambil
salah satu sepatu Ji Nae.
“Wah.. cantiknya.
kaki mu 240mm kan?” ucap Bong Hee memakainya. Ji Nae binggung tiba-tiba Bong
Hee mengambil sepatunya. Bong Hee memberikan sandal yang dipakainya.
“Ini hanya
sebagai pembayaran kecil karena kau sangat berarti bagiku Sekarang Sepatu ku
ada di sana.” Ucap Bong Hee menunjuk tempat sol sepatu. Lalu memberitahu paman
agar memberikan sepatunya pada Ji Nae. Si paman bertanya siapa yang akan
membayarnya. Bong Hee mengatakan kalau Ji Nae yang akan membayarnya. Ji Nae
berteriak marah.
Bong Hee
terus berjalan sambil sangat berharap klien kali ini orang yang normal, karena Sampai
sekarang, 90% dari semua kliennya tidak normal. Ia pun berlari menaiki tangga
gedungnya.
Flash Back
Bong Hee
dengan papan nama diatas meja sebagai pengacara. Klienya, seorang ibu mengaku
kalau ingin membunuh suaminya, tapi tak tahu caranya. Ia mendengar Bong Hee
yang berhasil membunuh pacarnya. Bong Hee hanya bisa terdiam mendengarnya.
Kasus
kedua, seorang pria sudah dijadikan tersangka. Bong Hee membahas kalau Ada
begitu banyak bukti yang mengatakan si pria yang melakukan pembunuhan dan ingin
tahu cara agar bisa membuktikan kalau Klienya itu tidak bersalah.
“Aku tahu
kau punya caranya. Kau tahu bagaimana untuk lepas dari kasus pembunuhan.” Ucap
Si klien yang tahu Bong Hee bisa lepas dari tersangka.
Di Kasus
ketiga seseorang memberikan sebuah pisau diatas meja, Bong Hee panik mengaku
kalau bukan pembunuh profesional.
Bong Hee
masuk ruangan terlihat berantakan dan penuh bekas makana dan barang miliknya,
akhirnya ia mencoba membereskan dan dimasukan sebuah bilik yang diberikan
pembatas dan bersiap-siap untuk menunggu klienya datang dan memohon agar
memberikan klien yang normal.Terdengar suara ketukan pintu, Bong Hee pun
mempersilahkan masuk. Pria dengan penompang dan kaki yang digips masuk ke dalam
ruangan.
“Aku... disebut
penguntit. Ada seorang wanita yang sangat ku cintai. Kami berdua saling
menyukai” ucap Si pria
“Ceritanya
mengatakan kepadaku, itu sangat mirip denganku.Sama seperti aku melakukannya, dia
juga jatuh cinta pada pandangan pertama.” Gumam Bong Hee yang sudah menyimpan
rasa lebih dulu pada Ji Wook.
Flash Back
Si Pria
berjalan di dekat gedung, lalu melihat seorang wanita yang juga berjalan
berlawanan arah denganya dan keduanya tiba-tiba saling menatap dan langsung
terlihat ada perasaan suka diantara keduanya. Lalu tiba-tiba si wanita terlihat
kesal berusaha untuk pergi, Si Pria menariknya memanggil Na Eun, meminta agar
berbicara lebih dulu. Na Eun dengan sinis memperingatkan Si pria agar Jangan
pernah muncul lagi dihadapannya.
“Sama
sepertiku Dia juga harus menghilang dari hadapannya” gumam Bong Hee.
Si Pria
tak terima begitu saja menunggu didepan gedung, Na Eun terlihat kesal Si pria.
Bong Hee pikir itu sama seperti dengan keadaan dirinya, kalau klien prianya itu terus berjalan ke
sekeliling si wanita dan pada akhirnya
...
“Aku
menerima perintah penahanan. Setelah itu, aku belum melihat dia selama satu
tahun setengah. Lalu tiba-tiba, kemarin ...” cerita si pria
Flash Back
Si pria
menaiki bus dan kaget melihat Na Eun ada dibus yang sama dan berusaha untuk tak
mendekat. Na Eun yang melihat si pria merasa ketakutan. Tapi si pria mengaku
kalau kemarin benar-benar kebetulan.
“Kami
berdua berpura-pura seperti orang asing, tapi itu sangat canggung. Jadi aku
pikir itu akan baik-baik saja ketika aku menyapanya” cerita Si pria
Pria itu
mencoba mendekati Na Eun yang akan turun dari bus, tapi Na Eun malah
mendorongnya dan saat itu pintu bus terbuka dan Si pria pun jatuh dengan kaki
seperti langsung patah.
Sementara
Na Eun bertemu dengan Ji Wook, mengaku Ini bukan kebetulan. Tanganya gemetar
merasa yakin kalau itu tidak mungkin. Ji Wook menatap klienya yang gemetar dan
mata yang tak menatapnya seperti merasakan sebuah gelisahan.
“Aku
mengakui kalau aku yang bertemu dengannya itu kebetulan. Aku memastikan bahwa
dia tidak tahu rumahku atau nomorku Tapi kalau dia naik bus itu bukan
kebetulan. Aku yakin itu... Aku yakin dia sedang berusaha menyerbuku untuk
mencari tahu di mana aku tinggal dan di
mana aku bekerja.” Ucap Na Eun yakin. Ji Wook menatap si Klienya seperti merasa
kurang yakin karena tingkahnya.
Gedung
pengadilan, Ji Wook masuk ke sebuah ruangan tanpa sadar Bong Hee juga duduk di
kursi bagian depan. Saat itu di panggil
Kasus nomor 2017-GD-22520 dengan Penggugat, Jun Seong Ho dan Terdakwa,
Lee Na Eun.
Ji Wook
dan Bong Hee maju di depan ruang sidang, keduanya sempat kaget dan saling
menatap karena tak percaya bertemu kembali di ruang sidang. Keduanya pun
berusaha profesional sebagai seorang pengacara, saat duduk Ji Wook dengan sigap
menahan kursi Bong Hee agar terjatuh. Bong Hee sempat kaget melihat sikap Ji
Wook seperti menjaganya, tapi setelah itu Ji Wook terlihat sangat cuek dan
sidang pun dimulai.
“Menurut
laporan medis yang ku disampaikan, Si Penggugat cedera di pergelangan tangannya
dan membutuhkan delapan minggu pengobatan medis. Dia juga mengalami cedera
pergelangan kaki yang memerlukan empat minggu pengobatan. Dia meminta kompensasi
mengenai biaya rumah sakitnya, kehilangan pendapatan, dan kerusakan psikologis.
Selain itu penggugat telah menerima perintah penahanan.” Ucap Bong Hee membela
klienya.
“Hal ini
terjadi dalam proses ketidakpatuhan nya dari perintah yang diberikan. Ini
berarti penggugat itu sendiri yang menyebabkanya seperti itu, terdakwa tidak
menerima tanggung jawab untuk cedera penggugat. Tapi Saya meminta Anda
mengabaikan permintaan moneter penggugat.” Kata Ji Wook
“Setelah perintah
penahanan dikeluarkan, maka penggugat tidak bertemu si terdakwa bahkan untuk
sesaat. Insiden itu terjadi pada bus di mana mereka bertemu secara kebetulan.” Kata
Bong Hee
“Tidak
ada bukti bahwa itu pertemuan kebetulan. Bahkan jika mereka bertemu secara
kebetulan, Bukankah mendekati terdakwa itu disebut melanggar perintah
penahanan?” balas Ji Wook
“Bahkan
jika penggugat mendekatiya dahulu, itu tidak mengubah fakta bahwa terdakwa
secara fisik dirugikan oleh si penggugat, terdakwa tidak memiliki hak untuk
merugikan Si penggugat.” Tegas Bong Hee
“Terdakwa
secara psikologis trauma karena kejadian penguntit ini. Yang Mulia, mendorong
penggugat dapat dilihat sebagai mekanisme pertahanan diri” ucap Ji Wook sambil
berdiri dari tempat duduknya.
“Yang Mulia, ketika Si penggugat mengintai
terdakwa, tidak ada satupun insiden kerusakan fisik yang disebabkannya” ucap
Bong Hee membela klienya.
Ji Wook pikir
kerusakan fisik bukan satu-satunya jenis penyalahgunaan, tapi menurutnya Menguntit
adalah definisi psikologis dan emosional, stres dan penyalahgunaan. Bong Hee
mengaku kalau Penggugat kadang kadang... hanya mengamati terdakwa dari
kejauhan.
“Apa kau
tidak berpikir itu berlebihan menyebutnya sebagai menguntit?” ucap Bong Hee. Ji
Wook menatap Bong Hee dengan dalam. Bong Hee binggung kenapa Ji Wook tiba-tiba
menatapnya.
“Perhatian
yang tidak diinginkan juga merupakan bentuk pelecehan. Ketika seseorang yang
tidak ku suka mengamati dan menguntitku dari kejauhan, maka perasaan ketakutan,
kecemasan, dan ketidaknyamanan tidak dapat dipahami oleh seseorang yang tidak
memiliki pengalaman.” Ungkap Ji Wook. Bong Hee merasa Ji Wook seperti sedang
menyindirnya.
“Karena
menguntit, terdakwa terpaksa pindah terus-menerus. Terdakwa juga harus
meninggalkan semua kenalannya. Dia bahkan harus menyerah pekerjaannya yang
sangat dipedulikan dan yang paling dicintainya” kata Ji Wook
Bong Hee
sangat yakin kalau Ji Wook itu seperti sedang membahas tentang dirinya. Ji Wook
menegaskan Semuanya adalah upaya putus asa klienya untuk melarikan diri dari
penggugat. Bong Hee tak mau kalah kalau seperti sebelumnya kalau itu hanya
kebetulan lalu tiba-tiba terdiam.
“Sudah ku
duga.. Kau tahu kalau aku menguntitmu mengintai, kan? Segala sesuatu yang kau
katakan ... ditujukan padaku bukannya untuk argumen sidang, kan?” ucap Bong Hee
tiba-tiba menatap Ji Wook. Semua terdiam lalu Hakim menyadarkan Bong Hee dengan
memanggil sebagai Pengacara Penggugat
“Aku
menanyakan apa mungkin bagimu untuk
menyelesaikan insiden ini.” Ucap Hakim
“Terdakwa
yang menolak untuk dirawat tapi Penggugat, Jun Seong Ho, bersedia untuk
mengabaikan baik pidana .dan kasus perdata jika terdakwa membuat permintaan
maaf yang tulus.” Kata Bong Hee
“Terdakwa
tidak memiliki niat untuk menghadapi dan meminta maaf kepada penggugat. Dengan
kesempatan ini, penggugat mungkin menguntit...” kata Ji Wook dan langsung
disela oleh Bong Hee.
“Kau tidak
perlu khawatir tentang itu. Penggugat saat ini sedang mempersiapkan diri untuk
berimigrasi ke negara lain. Jika diperlukan, aku akan menyerahkan dokumen
tambahan mengenai hal ini.” Tegas Bong Hee.
Sidang selesai
keduanya keluar dari pintu yang berbeda. Bong Hee menyap Ji Wook yang sudah
Kerja bagus. Ji Wook terlihat canggung dengan mengatakan akan menghubunginya
setelah bertemu dengan kliennya, dan mereka pun saling pamit dengan berjalan ke
depan lift. Keduanya akhirnya masuk lift dengan suasana canggung.
“Ngomong-Ngomong,
Jaksa ... Sudah lama sejak kita terakhir bertemu, kan?” kata Bong Hee.
“Ini
belum lama. Aku melihatmu di pengadilan ketika kau berpendapat bahwa terdakwa
bersalah.” Ucap Ji Wook. Bong Hee kaget ternyata Ji Wook melihatnya, padahal ia
sudah menutupi wajahnya.
“Tapi,
kenapa kau Bicara Formal tadi? Kau seharusnya menanggilku, Hei, Kau, Eun Bong
Hee....” kata Bong Hee heran
“Itu
waktu aku kau bekerja denganku dan hanya
berlangsung 2 bulan, lalu aku belum melihatmu selama 2 tahun. Jadi Akan aneh
jika aku diperlakukanmu santai hanya karena dua bulan saja” ungkap Ji Wook
“Ini
rasanya tidak aneh tapi Rasanya sangat jauh” komentar Bong Hee.
“Tentu
saja, Kau merasa jauh dan Jauh yang dimaksudkan untuk itu kita” balas Ji Wook
Bong Hee
mengangguk mengerti, lalu akhirnya Ji Wook lebih dulu keluar dari lift. Bong
Hee mengikutinya dari belakang dan Ji Wook berbalik arah mencari pintu jalan
lainya dan Bong Hee hanya bisa menghela nafas melihat tingkah Ji Wook yang tak
mengubrisnya.
Bong Hee
bertemu dengan Seong Ho mengingatkan kalau
Setelah perjanjian penyelesaian, maka klienya itu tidak di perbolehkan
meminta kontaknyaatau mendekati Na Eun dan benar-benar tidak boleh melakukannya.
“Bahkan
setelah penyelesaian ini, perintah penahanan dan perintah masih berlaku.” Pesan
Bong Hee mengingatkan klienya.
“Jangan
khawatir, Aku tidak akan melakukan apa pun yang tidak disukai Na Eun” kata
Seong Ho menyakinkan.
“Tapi kau
sudah menguntitnya” komentar Bong Hee sedikit menyindir.
“Aku tahu
bagaimana perasaannya ketika melihat dia. Mulai dari bajunya, rambut, dan raut
wajahnya. Dari hari pertama kami bertemu, aku tahu segalanya dengan hanya
melihatnya Jadi kau tidak perlu khawatir.” Ucap Seong Ho yakin. Bong Hee pun
mengangguk mengerti.
Keempatnya
akhirnya bertemu dengan surat yang dibawa oleh Bong Hee dan juga Ji Wook sebagai
pengacara. Ji Wok menegaskan kalau Dengan ini, Seong Ho menetap bahwa penggugat
akan menurunkan gugatanya dan terdakwa tidak akan menekan biaya atau mengajukan
gugatanuntuk melanggar perintah penahanan.
“Apa
kalian berdua setuju?” tanya Bong Hee. Seung Ho mengatakan kalau menyetujuinya.
Saat itu bunyi ponsel Na Eun berdering, wajahnya terlihat gugup segera
mengangkat dan berkata kalau akan menelpnya lagi. Bong Hee melihat tatapan
Seung Ho pada Na Eun yang mengangkat telpnya.
Ji Wook
mengantar Na Eun sampai ke taksi bertanya apakah akan baik-baik saja pergi sendirian.
Na Eun memilih untuk pergi sendiri dan mengucapkan Terima kasih pada Ji Wook
sebagai Pengacara. Sementara diseberang jalan, Seung Ho minta maaf karena pergi
lebih dulu.
Bong Hee
merasa tak masalah dan Seung Ho pun tak lupa mengucapkan terima kasih. Setelah
taksi pergi, Bong Hee melihat Ji Wook yang ada diseberang jalan dan pergi
begitu saja.
“Dia
bahkan tidak mengucapkan selamat tinggal.” Keluh Bong Hee dan saat itu taksi
yang dinaiki Seung Ho meminta agar memutar balik arah. Na Eun berada dalam
taksi tak sadar kalau Seung Ho mengikutinya.
Bong Hee
duduk mengingat saat Seung Ho itu mengucapkan terimakasih dengan senyuman, lalu
binggung kenapa Seung Ho bisa tersenyum, padahal hari ini adalah terakhir kali melihat
gadis yang dicintainya.
“Bahkan
jika itu berakhir secara damai, bagaimana bisa dia tersenyum?” ucap Bong Hee
merasa tak yakin kalau itu tak mungkin bisa. Lalu ia mengingat saat ringtone
ponsel Na Eun berbunyi.
Bong Hee
dengan panik mencoba menelp Seong Ho, Seong Ho melihat Bong Hee yang menelp memilih
untuk tak mengangkatnya. Akhirnya Bong
hee menelp yang lainya.
Mobil Ji
Wook datang ke tempat Bong Hee menunggu bus, Bong Hee pikir kalau Ji Wook
memberitahu alamatnya maka bisa pergi sendiri. Ji Wok pikir mana mungkin bisa
dan beralasan kalau tidak percaya dengan pengacara si penggugat. Bong Hee
akhirnya masuk ke dalam mobil Ji Wook dan pergi bersama.
Na Eun
berjalan sendirian dan merasakan ada seseorang yang mengikutinya dari belakang,
lalu merasakan Seung Ho mengikutinya dan berjalan lebih cepat lagi. Seung Ho
terlihat sedikit kesulitan mengikuti Na Eun karena kakinya yang di gips. Na Eun
akhirnya berlari dan Seung Ho terlihat marah karena tak bisa dengan cepat mengejarnya.
Bong Hee
merasa hanya firasat buruknya dan
berharap agar Mungkin tidak terjadi apapun. Ji Wook bertanya Apa yakin dengan
firasat buruknya itu. Bong Hee melihat dari Raut wajah klienya itu.
“Itu
tidak terlihat seperti seseorang yang akan membiarkan orang yang dicintainya
pergi dan Juga, kebetulan kecil?” ucap Bong Hee. Ji Wook bingung apa maksudnya
itu.
“Contohnya,
melodi sebelumnya.” Kata Bong Hee. Ji Wook mengeluh kesal Bong Hee yang masih
saja terobsesi dengan melodi.
“Bukan itu.
Ini nada dering ponselnya” kata Bong Hee yang mengingat Seung Ho pernah cerita aklau
masih segar dalam pikirannya. Lagu yang dimainkan pada hari pertama bertemu Na
Eun.
“Menurut
pendapatku, mungkin, Tuan Jun Seong Ho mungkin salah dengan pemikiranya Kalau
Lee Na Eun lah yang mengenakan pakaian itu dan juga memilih nada panggilan itu.
Dia mungkin berpikir kalau ini adalah sinyal untuknya.” .” Kata Bong Hee
“Aku
pikir dia mungkin akan tertipu. “ ucap Ji Wook. Bong Hee pun berharap yang
dikatakan Ji Wook itu benar dengan wajah panik.
Na Eun
terus berlari menghindari Seung Ho dan masuk ke Apartemen Joongnam Gedung A dan
menaiki tangga lalu masuk ke lorong. Seung Ho sudah masuk ke apartement tapi
berada di lantai bawah dan kehilangan Na Eun. Saat melihat ke bagian atas,
wajahnya tersenyum melihat Na Eun yang berlari dilorong pada di lantai tiga.
Seung Ho
berlari mengejarnya, Na Eun bergegas masuk tanpa sadar ponselnya terjatuh
didepan pintu. Seung Ho berjalan mencari pintu yang dimasukin oleh Na Eun, lalu
wajahnya tersenyum melihat ponsel dan lembaran kertas yang ada didepan pintu.
Bong Hee
akhinya sampai di dekat rumah Na Eun lalu turuan dari mobil dan meminta nomor
rumahnya. Ji Wook memberitahu Na Eun tinggal di Unit 308, Gedung A. Bong Hee
pun bergegas pergi menemui Na Eun.
“Hei, Eun
Bong Hee. Jangan terlibat bahkan jika terjadi sesuatu. Mengerti?” ucap Ji Wook.
Bong hee menganguk mengerti lalu tersenyum karena Ji Wook akhirnya berbicara
informal
Na Eun
membuka pintu rumahnya dan melihat ponselnya tergeletak dan perlahan
mengambilnya, saat itu pintu ditahan oleh Seung Ho untuk bisa masuk. Na Eun ketakutan
dan langsung berlari masuk ke dalam kamar dan menguncinya, tubuhnya gemetar
seperti mengalami trauma yang cukup banyak.
“Kau tahu..Aku
mencarimu ke mana-mana... Aku merindukanmu, Na Eun... aku tahu semuanya jadi
Ayo keluar... ayo kita bicara dan keluarlah” teriak Seung Ho berteriak menyuruh
Na Eun keluar dari kamarnya.
Saat itu
juga Bong Hee masuk rumah berteriak memarahi Klienya yang sudah tak waras lagi.
Seung Ho langsung mengancam dengan pemukul base ball agar Bong Hee tak mendekat
dan mengganggunya. Ji Wook akhirnya datang melindungi Bong Hee.
“Jangan
mendekat” ancam Seung Ho melihat keduanya. Ji Wook tak takut mendekati Seung Ho
dan langsung membantingnya. Bong Hee melonggo melihat Ji Wook yang membanting
klienya.
“Seorang
pengacara... seharusnya tidak memukuli kliennya.” Ucap Ji Wook memberikan
alasan melakukannya.
Seung Ho
akhirnya dibawa oleh dua polisi keluar dari gedung apartement, beberapa tetangga melihat Seung Ho sebagai
penguntit Na Eun selama ini padahal terlihat sangat normal.
Bong Hee
duduk terlihat sedikit frustasi, lalu Ji Wook datang sedikit mengagetkanya.
Bong Hee pun bertanya Apa semuanya sudah beres. Ji Wook mengaku kalau hampir
beres. Bong Hee pun menanyakan keadaan Na Eun sekarang. Ji Wook mengatakan
kalau klienya baik-baik saja.
“Dia benar-benar
lega kalau keadaanya seperti ini” kata Ji Wook. Bong Hee pun bisa mengucap
syukur. Ji Wook pun memberikan sepatu heel milik Bong Hee yang tertinggal
“Aku.... Aku
bahkan tidak pernah berpikir tentang itu. Jun Seong Ho... Maksudku, Brengsek
itu. Aku tidak percaya dia seorang psikopat. Aku pikir dia terlihat normal.” Ucap
Bong Hee merasa bersalah.
“Jangan
terlalu menyalahkan dirimu sendiri. Kau lihat, mereka biasanya terlihat
benar-benar normal.” Kata Ji Wook akhirnya duduk disamping Bong Hee.
“Namun,
aku tidak bisa membantunya” kata Bong Hee. Ji Wook pikir mereka bisa mencegah
kecelakaan besar berkat Bong Hee.
Bong Hee
pun mengucapkan terimakasih karena telah mengatakan hal itu, Ji Wook pikir itu
yang sebenarnya lalu meminta Bong Hee berdiri karena perlu memberikan pernyataan sebagai saksi.
Bong Hee mengerti dan merasakan sesuatu lalu bertanya Apa Ji Wook sadar kalau terus berbicara informal
dengannya. Ji Wook mengaku tidak dengan kembali bersikap cuek.
Seung Ho
kembali di interogasi dengan Bong Hee sebagai pembelanya dan Ji Wook duduk di
sisi lain dengan Na Eun. Bong Hee melihat Seun Ho yang berusaha menyakin kalau
yang dilaukan tak salah karena itu alasanya adalah cinta.
“Tidak
dicintai kembali oleh orang yang kau cintai itu seperti penyiksaan. Tapi dengan,
dicintai oleh seseorang yang tidak ingin bersamamu dan dipaksa untuk mencintai
orang itu bisa menjadi penyiksaan yang lebih besar.” Gumam Bong Hee mengingat
beberapa tahun ini melihat Ji Wook dari kejauhan.
Seung Ho
seperti memaksakan cintanya dengan Na Eun dan Na Eun terlihat kesal Seung Ho
yang terus mengejarnya. Bong Hee terus bergumam “ Berapa banyak yang bisa
disebut cinta? Di mana obsesinya bermula?”
Ji Wook
mengemudikan mobil sambil melihat heran karena kantornya ada di daerah itu. Bong
Hee menatap Ji Wook sambil bergumam tentang keberadaanya dan bertanya apakah
apakah antara cinta dan obsesi.
Lalu
mengingat perkataan Ji Wook saat sidang kerusakan fisik bukan satu-satunya
jenis penyalahgunaan. Menguntit itu sebuah definisi stres psikologis dan
emosional dan pelecehan. Perhatian yang tidak diinginkan juga merupakan bentuk
pelecehan.
“Aku akan
memberikan diriku perintah penahanan” gumam Bong Hee lalu mobil pun sampai di
tempat yang dituju.
“Apa
alamatmu sesuai dengan JPSnya. Apa ini benar tempatmu?” ucap Ji Wook. Bong Hee
tersadar dari lamunannya lalu membenarkan melihat lingkungan rumahnya.
“Terima
kasih karena sudah mengantarku. Aku tidak ingin kau khawatir. Selain hal-hal
yang berhubungan dengan pekerjaan atau berjumpa denganmu tiba-tiba, Aku akan
menjauh setidaknya 100 m dari mu setiap saat.” Ucap Bong Hee. Ji Wook tak
mengerti maksud ucapan Bong Hee.
“Seperti
yang aku katakan. Dan... ini salah paham. Aku tidak menyukaimu Aku mungkin
tampak seperti itu karena merasa bersyukur dan berhutang budi denganmu tapi jangan
khawatir atau salah paham. Aku benar benar tidak memiliki perasaan untukmu, Aku
berkata serius. Tolong percaya padaku” kata Bong Hee dan segera pamit pergi. Ji
Wook heran melihat tingkah Bong Hee yang pergi begitu saja.
Bong Hee
masuk ruangan sebagai tempat kerja dan tempat tinggalnya lalu membanting
tubuhnya di sofa dan sambil menangis kalau tidak bisa berkencan dengannya.
“Berapa
kali aku harus di situasi putus cinta seperti ini?” ucap Bong Hee sedih lalu
akhirnya terbangun dan berjalan ke meja kerja lalu melihat sebuah kotak hadiah.
Ia
membuka ternyata berisi sepatu dan tertulis dibagian tutupnya “Jika kau terus
mencari ku, aku yang akan menemukanmu pertama kali.” Bong Hee teringat saat
duduk sedang menunggu sepatunya, lalu memasang spanduk yang sengaja untuk
memancing si pelaku. Wajah Bong Hee pun terlihat panik ketakutan.
Bersambung
ke episode 7
Aura kegantengan ji wook makin hari makin nambah,makin cinta aja nih. Makasih k'dyah...
BalasHapusMakin tua makin gantannggg ya oppa ji wook ini šš
BalasHapus