PS
: All images credit and content copyright : KBS
Seorang
wanita berdiri keluar dari kamar ganti menanyakan penampilannya. Jaksa Kim pikir
yang sebelumnya lebih cantik. Si wanita memberitahu kalau baju itu harganya
lebih dari 2.000 dolar menurutnya Seorang jaksa tidak akan mampu membelinya.
Jaksa Kim
berjalan memutar lalu melihat harga bajunya
“1.500 dolar” lalu berpikir kalalu baju yang dipakai sebenarnya terlihat
bagus. Si wanita melihat kalau baju ini memiliki desain yang bagus untuk
seharga itu dan seleranya jadi bisa sering memakainya serta sangat simpel lalu
berganti ke kamar pas.
Si
pegawai lalu mulai berkomentar Jaksa Kim memilih gaun yang sangat cantik jadi
akan memberikan payung gratis dengan menjelaskan Ini terbuat dari bahan yang
sama dengan gaun jadi pelanggan pasti akan menyukainya, serta Harga ecerannya
lebih dari 100 dollar.
“Gaun itu
harganya lebih dari 1.000 dan payung Ini cukup berkelas juga.” Komentar Jaksa
Kim
“Tentu
saja. Ini hadiah gratis yang sangat cantik. Tidak ada yang membuat payung dengan
bahan yang sama dengan gaunnya.” Kata Pegawai.Jaksa Kim pun memikirkan sesuatu.
Adik
Jaksa Kim pulang lalu melihat meja makan ada banyak makanan dan kelihatannya enak. Seol Ok menyuruh adik
iparnya agar mencuci tangan lebih dulu. Sang adik pun menanyakan lilin diatas
meja sambil makan semuanya.
“Ini hari
ulang tahun pernikahanku.” Ucap Seol Ok. Si adik ipar yakin kalau makanan itu
bukan dibuat oleh kakak iparnya.
“Mengapa?
Apa rasanya aneh?” tanya Seol Ok. Adik ipar mengaku kalau rasanya enak sekali.
“Bukan
kau yang memasak ini, 'kan? Ini sangat enak.” Ucap adik iparnya terus makan
memenuhi mulutnya
Seol Ok
mengeluh sang adik ipar yang sangat
berantakan ketika makan maka dari itu sebabnya dicampakkan pria. Saat itu
ponsel Seol Ok menerima pesan dari suaminya.
“Maaf aku
tidak bisa pulang pada hari ulang tahun pernikahan kita. Ini tidak seberapa
dibandingkan apa yang telah kau lakukan padaku. Aku akan memberikan hadiah
untukmu. Itu akan sampai besok.”
Seol Ok
tersenyum bahagia menerima pesan dari suaminya yang ternyata tak melupakanya,
lalu bertanya-tanya kapan suaminya itu punya
waktu untuk membeli hadiah. Akhirnya ia
duduk dengan wajah bahagi bersama adik ipar melayani makan agar mencoba
semuanya.
Jaksa
Jung berbicara dengan Tuan Han mengatakan kalau Ji Won memang pintar Tapi tidak
tahu bagaimana cara dunia ini bekerja. Ia pun mengaku kalau bukan pengacara yang lebih baik dari Ji Won Tapi
tahu politik, menurutnya Tuan Han membutuhkan seseorang sepertinya. Tuan Han
tak ingin banyak bicara dan ingin ke intinya saja.
“Percayakan
Firma Hukum Ha dan Jung padaku untuk sementara waktu. Kau ingin putramu menjadi
Ketua MA Dan juga, Wan Seung bersikap kekanakan... Dia melakukan sesuatu yang
seharusnya tidak dilakukan. Maka Akan susah mengurusnya. Aku akan mengambil
kasus itu. Kita tidak bisa meninggalkannya dalam bahaya.” Kata Jaksa Jung
Ji Won
melihat dari kejauhan rekan kerjanya yang bicara dengan Jaksa Jung. Jaksa Jung
pun mengajak Tuan Han agar minum teh bersama di ruangannya.
Ji Won
terlihat gelisah diruangnya lalu menanyakan apakah keduanya masih di ruangan. Sekertarisnya memberitahu
kalau baru saja keluar. Ji Won pun bertanya-tanya mereka yang minum teh selama
satu jam dan berpiki kalau sampai mengambil semuanya. Jaksa Jung tiba-tiba
masuk dengan tawa bahagia.
“Dimana
sopan santunmu? Kau harusnya mengetuk dulu.” Ucap Ji Won kesal
“Kau tahu
sopan santun juga. Aku senang melihatmu kesal.” Komentar Jaksa Jung
“Aku tidak
tahu apa yang kau lakukan Tapi itu tidak akan berjalan sesuai rencanamu Kau
tahu Tn. Ha akan...berubah pikiran... saat situasi berubah.” Tegas Ji Won
Jaksa
Jung menegaskan kalau Terserah apa yang katakan Ji Won karena tidak akan terpengaruh lalu berjalan pergi.
Ponsel Ji Won berdering, wajahnya tersenyum bahagia menerima telp dari Tuan
Jang.
Seol Ok
memasukan baju untuk suaminya lalu keluar kamar menyapa ibu mertuanya. Nyonya
Park melihat Seol Ok akan pergi lagi. Seol Ok mengatakan akan mengantar celana
dalam Ho Cheol. Nyonya Park mengeluh Seol Ok yang belum mengantarnya padahal Seharusnya
mengantar pagi hari.
“Aku menunggu
sampai waktu makan siang dan ingin membawa makanan enak.” Kata Seol Ok.
“Baiklah...
Dia lembur semalaman. Kau harus mengurusnya.” Kata Nyonya Park dan menyuruhnya
pergi saja.
Saat itu
terdengar bunyi suara bel rumah, Nyonya Park pun bertanya-tanya siapa yang
datang. Seol Ok pun menyalakan bagian interkom ternyata itu petugas pengiriman.
Nyonya Park langsung menuduh Seol Ok
yang membeli sesuatu. Seol Ok mengaku
tak membeli apapun.
Akhirnya
si petugas membawakan kotak dan meminta tanda tangan, Seo Ok binggung karena itu untuknya dan ingin
tahu Siapa yang mengirimnya. Nyonya Park langsung menuduh Seol Ok yang membeli
sesuatu dan lupa lagi. Si petugas memberitahu Kim Ho Cheol yang mengirimnya.
Seol Ok
langsung tersenyum mendengarnya dan Nyonya Park langsung mengambilkan kotak dan
dibawanya masuk ke dalam rumah. Seol Ok mengikuti dari belakang. Nyonya Park
langsung membuka isi kotak dan tak percaya anaknya itu bisa tahu kalau tidak
punya payung.
“Ibu... Aku
pikir itu untukku.” Kata Seol Ok. Nyonya Park sinis mendengarnya.
“Dia
membelinya untukku karena payungku hilang.” Kata Nyonya Park ketus. Seol Ok
pikir Ada kartu ucapan di sana.
Nyonya
Park melihat sebuah kartu dan membaca
"Seol-Ok, aku mencintaimu" wajahnya langsung cemberut dan
mengeluh kalau itu sebabnya mengapa anak laki-laki hanya baik pada menantunya
saja, bahkan tidak peduli jika mati karena kepanasan.
“Ibu, aku
akan membelikannya untukmu.” Kata Seol Ok. Nyonya Park menolak dengan wajah
kesal memilih masuk ke dalam kamar.
Seol Ok
membuka payung terlihat senang menurutnya
bukan payung biasa dan Merek produk ternama, jadi Pasti harganya mahal
dan suaminya bisa menyempatkan waktu pergi keluar untuk membelinya. Ia pun
mengucapkan terimakash pada suaminya.
Seol Ok
pergi menemui suaminya dengan payun didepan ruang kemanana. Lalu petugas
setelah menelp memberitahu Seol Ok kalau Jaksa Kim tidak ada kantor sekarang.
Seol Ok pun merasa bersalah karena seharusnya menelepon sebelum datang dan
menitipkan baju pada suaminya.
Akhirnya
Seol Ok berjalan keluar dari kantor kejaksaan dan menyeberang jalan, tanpa
disadari suaminya berada dibelakangnya, sedang duduk dicafe bersama dengan
seorang wanita.
Seol Ok
dengan bangga memakai payung ingin memamerkan pada temanya. Kyung Mi malah
makin menyindir apakah hanya itu saja hadiah dari suami temanya yang dibicarakan
ditelpon selama satu jam. Seol Ok dengan bangga kalau itu payung yang cantik
untuknya.
“Cantik
tapi Bukankah dia sangat jahat?” komentar Kyung Mi
“Kenapa
kau sangat negatif padanya? Bagiku dia sangat baik.” Kata Seol Ok membela.
Kyung Mi sudah tahu temanya pasti akan membela suaminya.
“Kau
terlalu berpikiran negatif” komentar Seol Ok. Kyung Mi menegaskan bukan dirinya
tapi Dunia yang berpikiran negatif pada Jaksa Km
“Semua
pria itu berbeda. Tidak semua pria itu jahat. Dia pria yang mencintai satu
wanita setelah dia lulus ujian walau banyak wanita yang berbaris padanya.
Itulah Oppa-ku.” Kata Seol Ok membela.
“Baiklah..
Jalanilah hidup sesuai kemauanmu.” Ungkap Kyung Mi tak ingin berdebat dengan
temanya.
Ho Soon
membaca koran lalu melihat koran dengan wajah Seol Ok di dalamnya, wajahnya
panik berpikir kakak iparnya sudah gila karena nanti ibunya mungkin bisa
mengetahuinya. Nyonya Park datang melihat Ho Soon yang menyembunyikan sesuatu.
“Apa yang
kau sembunyikan?” tanya Nyonya Park, Ho Soon mengelengkan kepala menyembunyikan
di balik badanya.
“Jangan
bersikeras.” Kata Nyonya Park merampas dari tangan anaknya. Ho Soon pun pasrah
mencoba menyakinkan ibunya kalau itu tidak benar. Nyonya Park kaget melihat
Seol Ok di dalam koran.
“Dia
telah menipuku dan menyelidik bersama polisi selama ini. Ini tentang Pembunuh
berantai?” ucap Nyonya Park marah
“Dia
hanya memberi beberapa saran saja.” Kata Ho Soon menenangkan temanya.
“Dia ada
di tempat makan siang, 'kan?” ucap Ibu mertuanya ingin pergi. Ho Soon pikir
Seol Ok akan akan segera pulang.
“Ya
ampun. Tidak bisa dipercaya. Bagaimana dia bisa tidak takut?” kata Seol Ok
geram. Ho Soon menahan ibunya agar tak pergi dan di rumah saja.
Nyonya
Park menolak karena sudah sangat marah ingin tetap menemui mertuanya. Ho Soon
terus menahanya dan tetap tenang. Saat itu Seol Ok baru saja pulang melihat ibu
dan Ho Soon ada didepan rumah. Ho Soon memberi kode kalau kakak iparnya sudah
mati. Seol Ok tak tahu menahu berusaha untuk santai dan yakin ibu mertuanya
akan baik-baik.
“Ibu,
Gyung Mi membuat kepiting asin favoritmu. Kau akan makan semangkuk nasi dengan
ini.” Ucap Seol Ok memperlihatkan kotak makanan yang dibawanya.
“Kau
tidak tahu apa-apa...Apa ini?” kata Nyonya Park. Seol Ok membaca judul artikel [Seorang
profiler sipil membantu menangkap kriminal] dan kaget ada foto dirinya.
Wan Seung
ingin tahu hasilnya. Petugas Na memberitahu kalau sedang melakukannya. Wan Seung pikir mereka
menggunakan program komputer dan meminta agar lebih cepat. Joon Oh memberitahu Komputer
tidak bisa membedakan perbedaan kecil Jadi seseorang harus memeriksanya untuk
terakhir kali.
“Komputer
ke manusia. Penting untuk mengeceknya, 1 dari 9.” Kata Joon Oh. Petugas Na
memperbaiki kalau sebenarnya 2 dari 8.
“Hei, kau
harus tahu dulu sebelum bicara.” Ejek Wan Seung. Lalu Petugas Na mencari tahu
sidik jari siapa yang paling cocok.
“Benar.
Ini sidik jari yang sama.” Kata Petugas Na menemukan sidik jari yang sama.
“Aku
menemukan catatan transaksi pada tanggal 13 Mei jam 2 siang. Mereka melihat
tersangka membelinya.” Kata Joon Oh
“Aku tahu
itu salah satu dari wanita itu. Aku bertanya-tanya mengapa dia mencampurkan
pestisida ke minumannya.” Kata Wan Seung heran.
Seol Ok
mencoba menjelaskanya. Nyonya Park pikir sudah pernah bilang kalau tidak akan
mau melihat menantunya lagi jika melakukan penyelidikan atau berhubungan dengan
polisi. Ho Soon membela kakak iparnya kalau ini karena tesisnya.
“Aku
tidak peduli apa itu karena tesisnya dan apa alasannya.” Kata Nyonya Park
“Aku
tidak akan melakukan ini lagi. Aku bersungguh-sungguh.” Ucap Seol Ok
menyakinkan. Tapi Nyonya Park tak peduli
menyuruh Seol Ok agar mengemasi barang-barangnya dan pergi. Seol Ok berusaha
agar bisa merayu ibunya.
Wan Seung
dan Joon Oh pergi dengan mobil dan masuk ke sebuah lingkungan rumah. Wan Seung
memastikan kalau itu memang alamat yang dituju. Joon Oh yakin yaitu 104
Baebang-ro. Wan Seung memberitahu kalau itu alamat Seol Ok. Joon Oh kaget
mengetahuinya.
“Aku
minta maaf ibu... Tidak ada lagi yang bisa kukatakan padamu.Tolong, jangan
marah.” Kata Seol Ok. Nyonya Park tak peduli menyuruh Seol Ok segera pergi
saja.
“Ibu, kau
perlu bicara denganku.” Kata Seol Ok. Nyonya Park menyuruh Seol Ok agar mengemasi
barangmu.
Saat itu
Seol Ok berada didepan rumah, melihat Wan Seung dan Joon Oh lalu menyuruh
keduanya menyingkir karena keadaanya sedang tak baik. Keduanya pun bersembunyi
dibalik dinding. Seol Ok mengajak ibunya segera masuk ke dalam saja.
“Tidak
ada lagi yang bisa kukatakan padamu. Aku harus masuk untuk berkemas. Ayo masuk.”
Kata Seol Ok. Nyonya Park terus menyuruh Seol Ok untuk segera pergi. Ho Soon
pun mengajak ibunya untuk segera masuk saja.
“ayo
masuk dan bicara... Kau harus tenang dan Jangan terlalu keras padanya.” Kata Ho
Soon mengajak ibunya. Seol Ok langsung menyuruh keduanya segara pergi saja.
“Apa yang
terjadi adalah...Silahkan pilih. Kau akan bilang kalau kau mengenalku atau
tidak?” ucap Wan Seung
Seol Ok
merasa Wan Seung itu gila dan ingin tahu alasan datang. Wan Seung tak peduli
dan langsung memanggil Nyonya Park yang ada didepan rumah. Seol Ok panik
langsung bersembunyi dibalik dinding dan pasti akan mati.
“Astaga,
apa yang membawamu ke sini, Detektif Ha?” ucap Nyonya Park. Seol Ok heran ibu
mertuanya bisa mengenalnya.
“Kami
datang karena kasus pestisida.” Kata Wan Seung. Nyonya Park pikir sudah memberitahumu semua yang diketahuinya kemarin.
“Kau
harus ikut ke kantor polisi bersama kami.” Ucap Wan Seung. Nyonya Park kaget
dan binggung kenapa harus ke kantor polisi.
“Nyonya Park... Kau tidak perlu mengatakan apapun lagi.
Kami akan melakukan penyelidikan lebih lanjut.” Kata Wan Seung
Seol Ok
langsung keluar dari persembunyianya, bertanya
Apa yang sedang terjadi dan merasa kalau Wan Seung sudah gila menuduh
seperti itu. Joon Oh memberitahu kalau sudah menemukan sidik jari dan Wan Seung
menjelaskan Ini percobaan pembunuhan jadi ikut bersama mereka. Nyonya Park
sedikit lemas mengetahui kalau dirinya dianggap pembunuh.
Di dalam
sel tahanan
Hoo Soon mengatakan
kalau ibuny membeli sebotol pestisida di apotek dan Ada yang melihatnya bahkan
Sidik jarinya juga ada di botol. Nyonya Park mengaku kalau memang membelinya
Tapi bukan ia pelakunya tak ada ada alasan untuk meracuni Manajernya.
“Lalu
kenapa kau membelinya?” tanya Ho Soon. Nyonya Park mengatakan Ada hama di pot bunganya.
Flash Back
Nyonya
Park membawa botol Pestisida dan menyiramkan pada tanamanan bunga.
Ia pun
menjelaskan kalau Tidak ada yang peduli tentang itu makanya melakukannya. Ho
Soon heran dengan ibunya karena tidak melakukan apapun di rumah tapi Kenapa sangat
sibuk di pusat senior.
Seol Ok
berjalan dilorong menanyakan Apa yang akan terjadi pada Ibu mertuanya. Wan
Seung menjelaskan kalau Banyak orang yang melihat Nyonya Park bertengkar dengan
Manajernya. Seol Ok tahu kalau Nyonya Park itu bukan tipe orang yang menyimpan
dendam jadi yakin bukan dia.
“Tapi aku
harus menginterogasinya. Korbannya dirawat di rumah sakit.” Kata Wa Seung
“Kau
harus menangkap pelakunya sebenarnya.” Ucap Seol Ok khawatir
“Ibu
mertuamu mungkin pelakunya.” Kata Seol Ok yakin. Wan Seung pikir Tapi harus
memastikannya dulu.
Seol Ok
datang menemui ibu mertuanya, Nyonya Park menyuruh Seol Ok menyuruh Seol Ok
untuk pergi saja. Ho Soon menasehati ibunya kalau tidak ada waktu untuk bersikap seperti itu.
“Aku
tidak akan membiarkan dia membantu mereka bahkan jika aku hidup di penjara.”
Kata Ibu Ho Soon
“Haruskah
aku memanggil Oppa?” kata Ho Soon. Ibunya mengumpat anaknya sudah gila
melakukan itu.
“Kita
tidak bisa merusak karirnya. Apa yang akan terjadi jika orang mendengar Ibunya
dipenjara?” kata Nyonya Park
“Ibu
belum dipenjara dan Ibu bilang tidak melakukannya. ” ucap Ho Soon.
Nyonya
Park merasa tak ada yang akan mempercayainya jadi meminta agar merahasiakan
dari kakaknya. Ho Soon pikir tak mungkin karena mereka tinggal serumah. Nyonya Park pikir lebih baik
pada anaknya kalau pergi jalan-jalan
dengan temannya.
Seol Ok
duduk dengan wajah tertunduk. Ho Soon datang menemui kakak iparnya. Seol Ok merasa
binggung yang harus mereka lakukan sekarang, karena Nyonya Park tidak akan mengucapkan
sepatah katapun padanya. Ho Soon pikir itu tidak akan bertahan lama.
“Aku akan
membujuknya dan bicara dengannya.” Kata Ho Soon
“Mereka
memiliki bukti. Dia tidak bisa menyangkalnya jadi Kita harus menangkap pelaku
yang sebenarnya.” Ucap Seol Ok lalu mengajak Ho Soon pergi.
Ho Soon
binggung kemana mereka akan pergi. Seol Ok mengatakan kalau mereka untuk menangkap siapa yang
melakukannya dan mengunkan yang telah dipelajari oleh Ho Soon dan menangkapnya.
Nyonya
Kim mengaku Nn. Park tidak melakukannya dan Manajer melakukannya sendiri,
karena suka mencari perhatian. Menurutnya Bibi Ko adalah orang mengerikan yang
menginginkan semua orang untuk memusatkan perhatian padanya.
“Dia
takut karena dia memakai uang iuran kami untuk berbelanja.Jadi dia hanya minum
sedikit supaya tidak mati.” Ucap Nyonya Kim
“Dia
menutupi dada atasnya dengan tangan. Artinya dia sangat cemas. Itu bohong.”bisik
Ho Soon.
“Apa
benar dia menyakiti dirinya sendiri?” tanya Seol Ok. Nyonya Kim yakin sekali
Bibi Song merasa Tidak ada yang akan melakukan hal
begitu, tapi menurutnya Lee sering meminum minuman Manajer dan mereka sering
bertengkar. Ia menyakinkan kalau tidak mengatakan Nn. Lee yang melakukannya.
“Lalu,
apa Nn. Lee yang memasukkan pestisida itu?” tanya Seol Ok
“Aku
tidak bilang begitu. Bagaimanapun... Yang meracuninya bukan aku.” Kata Bibi
Song menyakinkan. Ho Soon memberitahu Seol Ok yang dikatakan bibi Song itu Jujur.
Bibi Lee
pikir kalau Nn. Kim menyuruh Nn. Song untuk melakukannya. Ia tahu kalau Nn. Song
tidak membayar iurannya dan manajer memarahinya Lalu Nn. Kim yang membayarnya.
Dan Setelah itu Nn. Song pura-pura sangat setia dan itu sangat mengganggunya.
“Ia
selalu mengatakan "Ya, tentu saja, tentu saja." Ya ampun. Dia seperti
pembantu saja.” Ucap Nona Lee. Ho Soon menilai dari gerak gerik kalau Nona Lee
itu jujur.
“Itu bisa
saja terjadi padamu.” Ucap Seol Ok. Bibi Lee menganguk mengerti.
“Bagaimana
jika aku yang kena?” ucap bibi Lee khawatir
“Jadi kau
yang meminum ginseng merahnya.” Kata Seol Ok. Bibi Lee tak percaya untuk apa
meminumnya sambil mengangguk.
“Dia
mengangguk. Tindakan dan kata-katanya tidak sesuai. Bohong.” Kata Ho Soon.
Nyonya
Park pikir Nn. Kim yang melakukannya karena ingin menjadi Ketua. Ia
menceritakan Bibi Ko bilang Nyonya Kim akan mencalonkan diri sebagai Ketua dan
dia yang lebih dulu menginginkannya.
“Mereka sering
berdebat ketika bertemu. Saat menantu manajer ketahuan selingkuh, Nn. Kim
memberitahu semua orang tentang hal itu. Manajer ingin menuntut dia karena
memfitnahnya. Dia memintaku untuk berbicara dengan Ho Cheol.” Katanya Nyonya
Park. Ho Soon menilai ibunya jujur.
“Mengapa
Ibu berkelahi dengan manajer?” tanya Ho Soon setelah menerima bisikan dari Seol
Ok.
“Kami tidak
bertengkar. Selama seminar ada perbedaan pendapat.” Kata Nyonya Park gugup. Ho
Soon bisa tahu kalau yang dikatakan ibunya itu bohong.
Keduanya
pun keluar dari sel penjara. Ho Soon heran dengan ibunya karena berbohong. Seol
Ok tahu Nyonya Park berbohong karena dirinya, ia tahu ibu mertuanya pergi ke
pusat dan bilang itu pergi seminar, lalu tidak bisa mengaku kalau mereka main
kartu.
“Bagaimana
dengan temannya yang lain?” tanya Ho Soon.
“Mereka
pasti punya alasan atau mereka adalah kaki tangan.”ucap Seol Ok
Restoran
Makan Siang Dong Ho
Kyung Mi
memasakan lauk untuk kotak makan siang. Ketua Bae yang melihatnya memuji kalau
Kyung Mi mengemas kotak makannya dengan seni. Kyung Mi memberitahu kalau
mengambil jurusan seni jadi bukan masalah untuknya. Tuan Bae membantu Kyung Mi
memindahkan kotak makanan.
“kau Tinggalkan.
Aku bisa mengaturnya. Aku merasa tidak enak sekarang.” Ucap Kyung Mi
“Tidak
ada apa-apanya dibandingkan apa yang telah kita lalui.” Komentar Kyung Mi lalu
tiba-tiba memuji cantik. Kyung Mi sempat terdiam.
“Makanannya.”
Kata Ketua Bae menyangkal. Saat itu Seol Ok melihat keduanya sedang saling
memuji dan memilih untuk duduk bersama dengan Joon Oh dan Wan seung.
Seol Ok
menanyakan hasil laporannya. Wan Seung dengan sinis menjawab kalau Polisi akan
mengurusnya dan kasus ini bukan pekerjaan untuk profiler sipil. Joon Oh memberitahu
kalau Dari lima botol yangdi temukan.. Seol Ok memotong kalau yang membeli
botol-botol itu supaya mereka tidak bertengkar.
“Kami
tahu itu. Kami bertanya kepada mereka, Ahjumma Sipil.” Kata Wan Seung kesal
“Kau bisa
pergi jika sibuk.” Balas Seol Ok kesal. Wan Seung menyuruh Seol Ok saja yang
pergi karena Indranya mengatakan harus disini.
“Kami
menemukan semua sidik jari pemilik botolnya dan sidik jari lain di botol
ginseng merah.” Kata Joon Oh
Seol Ok
bisa menebak kalau itu pasti Nyonya Lee, Wan Seung kaget karena Seol Ok bisa menebaknya
lalu merasa yakin kalau Ini tempat yang beruntung. Seol Ok pun bertanya apakah
menemukan sidik jari Nn. Lee pada label biru
“Iya. Apa
menurutmu dia yang melakukannya?” kata Joon Oh.
“Inilah
yang membuat ibu mertuamu disalahkan. Ditemukan pestisida diminuman ginseng
merahnya.” Jelas Wan Seung.
Seol Ok
memikirkan sesuatu. Joon Oh tersenyum melihat Seol Ok yang berpikir, menurutnya
Jika mukanya begitu berarti akan memecahkannya. Tapi Wan Seung merasa kalau
Seol Ok terlihat linglung.
“Aku tahu
siapa yang melakukannya.” Kata Seol Ok yakin
Joon Oh dan Wan Seung pun ingin tahu Siapa pelakunya.
“Aku
tidak yakin 100 persen.” Ucap Seol Ok.
Wan Seung mengeluh mendengarnya tapi Joon Oh memuji Seol Ok memang yang terbaik.
Saat itu
adik Jaksa Kim datang. Ho Soon bertanya kenapa harus datang. Seol Ok memberikan
kotak makan kalau sudah mengemasi
makanan kesukaan ibu mertuanya. Ho Soon pikir Seol Ok itu seharusnya antar
sendiri.
“Aku
takut dia tidak akan memakannya jika aku melakukannya.”kata Seol Ok. Ho Soon
pun mengangguk mengerti.
“Ketika
kau di sana, tanyakan padanya tentang sarung tangan. Dia suka menjaga
kebersihan jadi tidak akan menyentuh pestisida dengan tangan kosong. Dia pasti
memakai sarung tangan.” Kata Seol Ok. Wan Seung menyuruh Joon Oh mencatat yang
dikatakan Seol Ok.
“Bagaimana
dia memakainya...melepaskannya... Dan di mana dia menaruhnya. Semuanya. Itu
harus ditanyakan” kata Seol Ok. Ho Soon mengangguk mengerti.
Ho Soon
pun membuka kotak makan meminta agar ibunya makan dengan lahap dan segera cepat
keluar karena kakak iparnya itu mengkhawatirkan
ibunya. Nyonya Park langsung menangis dengan keadaanya sekarang.
“Omong-omong...
Apa Ibu pakai sarung tangan ketika menggunakan pestisida?” tanya Ho Soon.
Nyonya Park memikirkan tentang Sarung tangan.
“Aku
tidak akan menyentuh pestisida dengan tangan kosong.” Kata Nyonya Park
Ho Soon
menelp Seol Ok keluar dari ruangan pertemuan. Seol Ok langsung menanyakan
apakah Ibu mertuanya memakan semuanya. Ho Soon memberitahu kalau ibunya tidak selera
makan jadi makan sedikit dan membahas tentang Tentang sarung tangan.
“Ya,
sarung tangan. Di mana dia menaruhnya? Apa Di pot bunga?” tanya Seol Ok lalu
setelah itu selesai bicara dengan Ho Soon.
Seol Ok
lalu bertanya dimana mereka menemukan sarung tangannya. Wan Seung pun bertanya
balik apakah sarung tangan Ibu mertuanya. Seol Ok membenarkan. Joon Oh
memberitahu kalau merek menemukan Diluar
dan didalam pot bunga. Seol Ok menatap kosong ke arah lain.
Wan Seung
merasa Seol Ok itu bingung lagi lalu meminta Joon Oh bersiap karena terlihat
Seol Ok yang mendapatkannya. Seol Ok membalikan badan mengatakan Orang yang menaruh pestisida di minumannya
dan tahu siapa orangnya. Semua pun terlihat siap menunggu jawaban Seol Ok.
Bersambung
episode 14
Sedihnya yg epi genap gk da
BalasHapus