Seorang
pria masuk ke dalam ruangan sengaja menaruh sebuah kotak di atas meja dengan
papan nama [Pengacara Eun Bong Hee] . Saat itu melihat sesuatu yang menarik dan
melihat buku harian yang dituliskan Bong Hee. “Ia membaca tulisan Bong Hee “Kurasa
Pengacara Noh Ji Wook tahu kalau aku sedang menguntit dia.” Lalu membaca buku
lainya, melihat sebuah catatan bukti dari pelaku yang membunuh Hee Joon.
Saat itu
Bong Hee masuk ke dalam ruangan, Si pria langsung bersembunyi di balik pintu.
Bong Hee sedih dengan hubungan bersama Ji Wook yang tak mungkin bisa berkencan,
lalu mengeluh berapa kali akan putus dengan hubungan asmaranya.
Ia bangun
lalu melihat sebuah kotak berisi sepatu dan pesan yang tertulis [Jika kau terus
mencariku, maka aku akan mencarimu.] Ia mengingat saat meninggalkan spanduk
pesan untuk si pelaku. Wajah Bong Hee
terlihat gugup menerima pesan dari si pelaku.
Ji Wook
kembali pulang mengemudikan mobilnya mengingat ucapan Bong Hee “Jika itu tidak
ada hubungannya dengan pekerjaan ataupun murni kebetulan.., maka aku takkan mendekatimu
dari radius 100 meter. Aku tidak menyukaimu. Aku Sungguh dan Serius. Percaya
padaku.”
“Astaga,
dasar. Apa yang dia pikirkan ?” keluh Ji Wook dengan tingkah Bong Hee yang
mengatakan hal itu.
Bong Hee
yang ketakutan mencoba menelp Ji Wook dengan panik memberitahu kalau Ada
seseorann g di kantornya. Ji Wook binggung, Bong Hee mengatakan Pria itu ada di
kantornya lalu pergi. Ji Wook terlihat tak mengerti maksud Bong Hee mengatakan
hal itu.
“Pelaku
sesungguhnya yang membunuh Hee Joon.” Ucap Bong Hee.
“Hei, apa
yang kau katakan? Siapa yang di kantormu lalu pergi?” kata Ji Wook berpiki Bong
Hee itu bercanda.
“Kurasa...dia
mungkin... masih di sini.” Kata Bong Hee lalu melihat bayangan seseorang yang
keluar dari balik pintu dan keluar dari ruangan. Bong Hee segera bergegas
pergi.
“Heii
Bong Hee... Jangan bertingkah bodoh. Aku akan segera ke sana. Jadi
berhati-hatilah.” Teriak Ji Wook tapi Bong Hee lebih dulu meninggalkan
ponselnya, akhirnya ia pun bergegas memutar balik mobilnya.
Bong Hee
berlari ke lorong yang gelap lalu melihat pria yang berdiri di dekat tangga,
lalu menyakinkan kalau pria itu pelakunya. Pria itu melirik Bong Hee dengan
mengunakan masker, lalu berlari pergi. Bong Hee pun mengejarnya.
Sesampai
didepan gedung Bong Hee mencari-cari si pelaku dengan banyak orang yang lalu
lalang di depan gedungnya. Ji Wook akhirnya datang dengan wajah panik menanyakan keadaan Bong
Hee. Bong Hee masih tersu mencoba mencarinya.
“Hei..Bong
Hee.. Aku tanya apa kau baik-baik saja.” Kata Ji Wook memegang tubuh Bong Hee
dengan wajah panik.
“Aku
kehilangan jejak dia di depan mataku. Ini Membuat jengkel dan marah saja.” Ucap
Bong Hee dengan wajah kecewa. Ji Wook terdiam melihat Bong Hee yang berani
pergi sendiri menemui si pelaku.
[Episode
7 - Reuni dan Reuni]
Tuan Bang
berbicara di telp mengeluh kalau sekarang
sudah terlalu larut dan mengusulkan untuk memanggil tim forensik besok.
Ji Wook menyuruh agar memanggil saja, Bong Hee yang ada disamping ikut
mendengar pembicaraan keduanya.
“Tapi,
kau tidak yakin kalau dia pelakunya.” Kata Tuan Bang. Ji Wook mengaku kalau ia
mungkin saja yakin.
“Omong-omong,
ini sudah lama sekali semenjak kau tidak jadi jaksa. Sudah saatnya kau
bertindak seperti jaksa yang menyelidiki sebuah kasus.” Ejek Tuan Bang
“Kau yang
harus berhenti mengomeliku, dan nikmati malammu saja! Tolong!” teriak Ji Wook
kesal sampai membuat Bong Hee kaget.
Bong Hee
pun langsung bertanya apakah forensik akan datang, lalu mendorong Ji Wook yang
duduk dimeja. Ji Wook mengeluh dengan sikap Bong Hee seperti mengusirnya. Bong
Hee memberitahu kalau Sidik jari pelaku
mungkin diatas meja lalu menanyakan tentang
tim forensik. Ji Wook dengan nada kesal mengaku tak tahu.
Sementara
Tuan Bang yang menerima telp dari Ji Wook mengoceh sendiria kalau mantan
atasanya itu Dharus tahu kalau kritik bagus dan bertanya-tanya apakah masih
menyelidiki kasus itu.
Bong Hee
menceritakan kejadian dengan penuh semangat,
kalau sedang melihat sekeliling kantor lalu tiba-tiba seluruh tubuhnya merinding. Dan Saat
itulah tahu mungkin ada pembunuh atau hantu di kantornya. Lalu ia mendengar pintunya tertutup Jadi, aku
pelan-pelan berbalik.
“Aku
membiarkan pintunya terbuka, tapi saat itu tertutup. Aku hampir pingsan tapi
aku mendorong diriku dan dengan cepat mengejarnya. Tapi bajingan itu bersembunyi di tengah
kerumunan orang banyak. Ada banyak orang bahkan di malam hari, jadi aku tidak
bisa tahu yang mana. Semua orang terlihat seperti si pelaku” ucap Bong Hee
dengan melihat wajah Ji Wook hanya diam saja dengan tatapan melas.
“Aku
takut kalau dia mungkin memukulku dari belakang atau menusukku dengan pisau.”
Kata Bong Hee dengan menyakinkan kalau ceritanya itu tidak bercanda.
“Tentu,
kau tidak bercanda. Tepatnya... kelihatannya seperti lelucon.” Komentar Ji Wook
“Hei... Siapa
yang membuat lelucon?” kata Bong Hee polos. Ji Wook langsun menunjuk Bong Hee.
Bong Hee seperti tak yakin Ji Wook malah menganggapnya lelucon.
“Kau
terlihat tertarik sekali sekarang.” Kata Ji Wook, Bong Hee binggung dan
tiba-tiba Ji Wook berjalan mendekat seperti ingin mengoda Bong Hee.
Ji Wook berjalan
merasa Bong Hee itu tak mengerti kedaaanya sekarang apakah itu berbahaya atau
tidak, bahkan tak sadar mungkin benar-benar bisa terluka. Bong Hee menatapnya,
Ji Wook pun merasa Bong Hee itu bicara seolah sedang melihat film thriller dan kelihatan
seperti anak yang gelisah.
“Apa kau
mengatakan ini karena kau khawatir kepadaku?” ucap Bong Hee. Ji Wook membenarkan.
“Setiap
orang bisa saja ada di situasi seperti ini. Aku akan merasakan hal yang sama
jika orang asing mengalaminya juga.” Kata Ji Wook. Bong Hee terlihat sedikit
kecewa dan ingin tahu alasan sikap Ji Wook
“Karena
aku harus jadi jaksa yang memerangi tindak kriminal.” Kata Ji Wook. Bong Hee
pikir itu benar.
“Kehadiran
pelaku secara tiba-tiba membuatku lupa akan...janji...kalau aku harus membuat
diriku tidak menyukai pria ini.” Gumam Bong Hee menatap Ji Wook yang ada
didepanya.
“Kenapa
kau menatapku seperti itu?” ucap Ji Wook heran, Bong Hee langsung memukul
kepalanya agar sadar.
Ji Wook
makin binggung dengan sikap Bong Hee yang aneh. Bong Hee mengaku kalau sedang
bicara dengan dirinya sendiri, lalu membahas Ji Wook yang mengatakan kalau
dirinya itu kelihatan sangat tertarik dan mengaku kalau itu memang benar dan
terlihat memang sangat alami.
“Aku bisa
melihat pelaku yang sudah kutunggu-tunggu selama 2 tahun. Ini adalah kesempatan
untuk membersihkan namaku.” Kata Bong Hee sengaja berjalan menjauh dari Ji
Wook.
“Kau
mungkin bisa mati.” Kata Ji Wook. Bong Hee merasa tak masalah karena nanti juga
dirinya pasti mati. Ji Wook merasa Bong Hee itu pasti sedang bercanda.
“Aku
sudah sedekat ini dengan kematian karena lapar.” Ucap Bong Hee. Ji Wook
menegaskan kalau itu berbeda dari dibunuh.
“Apa
perbedaannya? Coba Lihatlah kondisi kantorku. Aku sudah mau bangkrut. Aku nekat
bekerja karena harus hidup. Tapi tak ada yang mau mempekerjanku.” Cerita Bong
Hee dengan mata berkaca-kaca. Ji Wook pun menanyakan alasanya.
“Karena
aku pembunuh yang membunuh anak Pengacara Distrik. Aku sudah benar-benar dikucilkan.
Saat aku membuka firma hukum ini, ada sebuah artikel dengan judulnya..., "Pembunuh
Terkenal Menjadi Pengacara". Ibuku berpura-pura dia baik-baik saja saat
bersamaku.” Cerita Bong Hee yang membuat Ji Wook terdiam.
“Tapi dia
menangis saat aku tak ada bersamanya,
karena dia marah anaknya telah disalahkan. Jadi aku harus menyelesaikan
kasus ini tidak hanya untuk diriku sendiri..,tapi juga untuk ibuku dan kau,
yang kehilangan pekerjaan karenaku. Aku hanya bahagia karena pelakunya muncul.”
Ungkap Bong Hee.
“Baik...
Mari tangkap pelakunya...bersama.” kata Ji Wook. Bong Hee kaget mendengarnya.
Ji Wook
mengulang kembali kalau mengajak Bong Hee agar menangapk pelakunya bersama
setelah itu mengajaknya pergi. Bong Hee binggung kemana Ji Wook akan
mengajaknya pergi. Ji Wook mengatakan kalau aka mengantarnya ke rumah. Bong Hee
memberitahu kalau kantornya itu adalah rumahnya.
Keduanya
sampai di depan rumah, Ji Wook heran melihat Bong Hee hanya diam saja. Bong Hee
menegaskan lebih dulu kalau datang ke tempat Ji Wook karena mantan atasanya itu
yang memohon terus tapi tak tahu apakah ia harus masuk rumah itu atau tidak.
“Apa kau
bilang ? Kapan aku memohon kepadamu?”keluh Ji Wook
“Aku
sudah bilang kepadamu, kalau akan jaga jarak minimal 100m. Tapi kau bilang,
"Aku tak bisa meninggalkanmu di tempat berbahaya."” Kata Bong Hee.
“Ini
sungguh tidak masuk akal. Kapan aku bilang itu?” ucap Ji Wook merasa tak
mengatakan hal itu
“Tapi Kau
adalah orang yang bersikeras dan menyeretku kesini.” Tegas Bong Hee. Ji Wook
merasa Bong Hee itu sedikit mendramatisasi ini
“Jadi aku
tidak bertanggung jawab atas apapun yang mungkin terjadi mulai sekarang.” Kata
Bong Hee lalu masuk ke dalam rumah. Ji Wook binggung bertanya apa sebenarnya
maksud perkataan Bong Hee tadi.
Keduanya
akhirnya masuk rumah, Bong Hee melihat Tak banyak yang berubah dan rumah Ji
Wook itu sama seperti dengan dua setengah tahun yang lalu. Ia masih ingat
segalanya walaupun hanya datang sekali saja. Ji Wook melepaskan jaket dan
dasinya saat Bong Hee mulai bicara.
“Aku
ingat sofa ini dan bahkan lemari yang ada di sana itu. Kita benar buang-buang
malam itu, jadi...” kata Bong Hee lalu terdiam mengingat saat mabuk berani
mengoda Ji Wook dengan mendorongnya disofa dan memberikan ciuman.
Ji Wook
memilih untuk pergi ke dapur seperti enggan membahasnya, Bong Hee kebingungan
kemana harus pergi, menghilangkan rasa canggungnya.
Akhirnya
keduanya makan ramen bersama di meja makan,
Ji Wook pun mulai membahas kalau mereka itu ada beberapa hal untuk
dibicarakan. Bong Hee pikir itu juga.
“Kita
harus mengklarifikasi sesuatu” ucap Ji Wook. Bong Hee juga harus meluruskan
sesuatu. Ji Wook pun merasa kalau akhirnya
mereka berpikir sama dan ingin membahasnya tapi Bong Hee lebih dulu
bertanya.
“Apa kita
tidur bersama?” ucap Bong Hee. Ji Wook mengeluh dengan pertanyaan Bong Hee.
“Apa
Bukan ini topiknya?”kata Bong Hee. Ji Wook menegaskan kalau memang bukan itu.
Bong Hee mengaku kalau dirinya juga salah.
“Tapi
Kurasa cuma itu yang perlu diklarifikasi.” Kata Bong Hee dan langsung kembali
makan. Ji Wook melihat Bong Hee makan menyuruh makan kimchinya juga.
Tuan Bang
masuk ruangan memberikan tepuk tangan mengetahui Ji Wook yang datang kesiangan,
lalu Eun Hyuk melihat temanya baru datang ingin tahu apa rahasianya sampai bisa
ketiduran dan mengetahui kalau Ji Wook itu punya insomnia.
“Saat
orang lelah berada di level dimana dia tidak bisa menanganinya.., maka aku tahu
bahwa akhirnya dia tersingkir.” Ucap Ji Wook
“Kenapa? Apa
yang membuatmu begitu lelah?” goda Eun Hyuk
“Kau
tidak perlu tahu dan Tidak usah bertanya dan Jangan bicara padaku. Jadi Enyah
sana.” Ucap Ji Wook kesal
“Yah,
omong-omong.., mungkin hanya kau pria yang diberi selamat karena terlambat.”
Komentar Tuan Bang bangga melihat Ji Wook yang datang terlambat.
“Berarti
mungkin kau juga satu-satunya bos yang memberi selamat kepada pekerjanya karena
terlambat.” Kata Ji Wook lalu mendorong bos dan juga Ji Wook yang duduk diatas
meja.
Tuan Bang
mengeluh dengan Ji Wook yang berani mendorongnya. Lalu mengingat kalau sebenarnya
datang ingin memarahinya. Ia memberitahu
kalau Ji Wook itu mendapatkan banyak komplain bahkan para pekerja bahkan tidak
mau bertatap muka dengannya, karena menganggap pengacara itu perkerjaan rendah.
“Kurasa
mereka tidak benar-benar bodoh.” Kata Ji Wook. Eun Hyuk juga merasakan hal yang
sama.
“Kau
tidak bisa melakukan ini dan harus bersosialisasi dengan orang-orang. Terkadang
kau juga harus mengambil kasus yang tidak kau sukai. Kau akan dipecat pada
tingkatan ini.” Ucap Tuan Bang. Ji Wook mengangguk mengerti dengan tatapan
kosong seperti pikiran melayang.
“Aku
menduduki pin dan jarum karena aku bersungguh-sunguh merekrutmu.” Kata Tuan
Bang. Ji Wook mengiyakan.
“Kau
tidak mendengarkanku, kan?” kata Tuan Bang. Ji Wook membenarkan. Tuan Bang
langsung mengumpat marah
“Kapan kau
mulai melihatku, Bong Hee?” gumam Ji Wook memikirkan tentang Bong Hee.
Bong Hee
mengetuk pintu kamar memberitahu Ji Wook kalau sudah terlambat dan Mataharinya
sudah mulai naik tapi tak ada sahutan. Akhirnya Bong Hee membuka pintu yang tak
kunci dan melihat Ji Wook yang masih tertidur nyenyak.
Akhirnya
Bong Hee masuk ke kamar memandang Ji Wook yang tertidur pulas dengan wajah
sangat terkesima dengan ketampananya. Tiba-tiba Ji Wook membuka matanya, Bong
Hee panik langsung berlari keluar dari kamar tapi malah membuatnya jatuh karena
terselengkat. Ji Wook pun hanya bisa memandangnya.
Bong Hee
mengingat kejadian sebelumnya mengumpat kesal pada dirinya yang sangat membuat
malu, Seorang pria dari forensik pun bertanya apa yang dikatakan Bong Hee. Bong
Hee mengelengkan kepala kalauhanya bicara dengan diri sendiri.
“Aku
ucapakan Terima kasih banyak. Apa Kau mendapat sesuatu?” tanya Bong Hee
mendekati petugas forensik.
“Aku
tidak yakin. Banyak orang yang sudah mengunjungi kantor ini.., jadi aku tidak
tahu apa yang akan kita dapat.” Kata si pria
“Tolong
lakukan yang terbaik dan bantu aku. Aku harus dapat sesuatu dari ini, apakah
itu sidik jari ataupun DNA.” Kata Bong Hee.
“Apa kau
sudah mengecek rekaman CCTV?” tanya Si pria
“Dia
memakai topi dan dengan pintar menyembunyikan wajahnya. Aku tidak bisa melihat
wajahnya di rekamannya.” Kata Bong Hee.
“Kalau
begitu kau harus membuat sketsa komposit... Kau pasti melihat wajahnya.” Ucap
si pria terlihat sedikit tegang
“Sayangnya,
aku juga tidak melihat wajahnya.” Keluh Bong Hee kesal. Si pria terlihat bisa
bernafas lega.
Saat itu
si pria bisa tersenyum dan panik melihat sesuatu dibawah meja, Bong Hee pikir
bisa membantunya. Si pria buru-buru meminta
segelas air. Bong Hee pun bergegas mengambilkanya, Si pria mengambil kartu dibawanya, lalu
memegangnya ditangan.
Bong Hee
seperti melihat si pria mengambil sesuatu lalu bertanya apakah menemukan
sesuatu. Si pria mengelengkan kepala dengan menyembunyikan kartu ditanganya dan
mengambil gelas dengan tangan kiri, tapi karena gemetar malah membuatnya
gelasnya jatuh. Bong Hee merasa tak perlu khawatir karena akan membersihkanya.
Si pria
keluar dari gedung dengan senyuman di depan gedung Firma Hukum Eun Bong Hee,
dengan membawa kartu yang bisa menjadi bukti.
Bong Hee
mencatat pada buku harianya “Investigasi forensik di kantor” lalu mulai
bertanya-tanya Kenapa pelaku muncul di malam hari. Lalu terdengar bunyi ketukan
pintu. Bong Hee mengingat ucapan Ji Wook sebelumnya berkata “Aku akan mampir
nanti jika bisa.”
Akhirnya
Bong Hee merapihkan rambutnya lalu menyuruh untuk masuk, Tuan Bang masuk dengan
senyuman bahagia dan penuh semangat. Bong Hee tersenyum lebar dan berubah saat
melihat Tuan Bang yang datang bukan Ji Wook.
“Ya, aku
sangat sibuk, tapi karena permintaanPengacara Noh, jadi aku ambil waktu.” Kata
Tuan Bang. Bong Hen mencoba tersenyum bahagia dan mengucapkan terimakasih.
“Aku
berbicara dengan petugas perbaikan di jalan. Mereka mematikan listrik malam
ini.” Kata Tuan Bang
“Apa?!! Mereka
mematikan listrik Malam ini? Mereka kejam.” Keluh Bong Hee. Tuan Bang mendengar
kalau Bong Hee itu paling telat membayar sewa dan kebutuhan lainya dan
mengingkan Bong Hee yang segera keluar. Bong Hee pun tak bisa berbicara apapun.
Seorang
pegawai memberikan rekaman CCTV dari hari
kejadian. Bong Hee dan Tuan Bang pun mengucapkan terimakasih atas kerja
samanya. Keduanya pun keluar dari toko, Bong Hee mengaku tidak bisa tahu
wajahnya bahkan dengan melihat rekaman CCTV dan mungkin tidak bisa mendapat
daftar pelanggannya. Tuan Bang juga pikir Bong Hee tidak boleh melakukan itu.
“Hei, tak
apa. Aku sangat berterima kasih karena sudah membantuku. Tapi, Kepala Bang, kau
kelihatan dingin kepadaku hari ini. Aku melakukan sesuatu salah, kan?” ucap
Bong Hee
“Tidak,
ini adalah hukuman karena telah kecewa setelah melihatku.” Kata Tuan Bang
ternyata tahu melihat senyuman Bong Hee yang hilang saat masuk kantornya.
“Hei, aku
hanya kecewa akan diriku sendiri. Aku mencoba untuk tak mempunyai perasaan ke
seseorang tapi aku terus menunggunya.” Cerita Bong Hee.
“Kurasa
aku tahu siapa itu.. Noh Ji Wook kan? Kudengar
kau menguntit dia dari jauh.” Kata Tuan Bang.
Bong Hee
kaget dan merasa tak percaya ternyat terlihat Jelas sekali. Tuan Bang pikir
Bong He tak perlu khawatir karena Ji Wook itu tidak tahu. Bong Hee pikir Ji
Wook itu pasti tahu karena Tuan Bang
saja sudah mengetahuinya.
“Dulu,
pekerja di kantor kami ada yang cinta sepihak dengannya selama dua tahun. Semua
orang tahu kecuali dia. Dia tajam dalam segala hal, tapi tidak sama halnya
dengan wanita.” Cerita Tuan Bang
“Astaga,
kuharap dia tahu perasaanku.” Ucap Bong Hee. Tuan Bang yakin Ji Wook itu takkan
pernah tahu.
“Astaga, Kurasa dia tahu kalau aku menguntit dia.”
Ungkap Bong Hee. Tuan Bang mengajak bertaruh 50,000 won kalau Ji Wook tidak
tahu.
“Turunkan
jadi 30,000 won, Ingatlah anti suap dan menipu daya.” Kata Bong Hee. Tuan Bang pun langsung setuju.
Ji Wook
menatap ke arah depan seperti menyakinkan diri lebih dulu. Sementara di dalam
ruangan, Jaksa Jang menanyakan tentang
Noh Ji Wook dan Eun Bong Hee bersama. Anak buahnya membenarkan. Jaksa Jang mendengar mereka
tidak berinteraksi selama 2 tahun. Ankan buahnya juga berpikir seperti itu tapi mereka kelihatan sedikit dekat kemarin.
Ji Wook
berjalan di lorong dan tak sengaja melihat anak buah Jaksa Jang dan akhirnya
masuk ke dalam ruangan. Jaksa Jang pun duduk bersama Ji Wook mengaku sedang
berpikir untuk memanggilnya tapi ternyata Ji Wook yang datang lebih dulu. Ji
Wook tak ingin berbasa basi lagi karena ingin bicara pada intinya.
“Aku
tidak punya alasan mengunjungi Kantor Pengacara Eun Bong Hee semalam.” Kata Ji
Wook. Tuan Jang seperti tak percaya. Ji Wook menyakinkan.
“Dan aku
melihat mobil di depan.” Kata Ji Wook. Jaksa Jang terdiam memdengarnya.
Flash back
Ji Wook
melihat Bong Hee yang pamit pergi masuk ke gedung, saat itu melihat anak buah
Jaksa Jang dalam mobil. Lalu Ia berpikir awalnya hanya mobil parkir di trotoar
tapi berhenti berpikiran begitu setelahnya. Saat keduanya keluar dari gedung
melihat pelaku, mobil itu masih terparkir dengan gedung.
“Itu
sesuatu menggangguku, jadi aku melihat nomor platnya. Apa Anda boleh memakai
kendaraan daerah seperti itu?” sindir Ji Wook
“Aku
mengecek wanita yang membunuh putraku dari waktu ke waktu. Dan terkadang, aku
menyuruh seseorang untuk mengawasinya. Sebagai ayah yang kehilangan anaknya,
Apa tidak boleh aku melakukan itu?” kata Jaksa Jang
“ Tapi
itu adalah investigasi ter...” kata Ji Wook yang langsung disela oleh Jaksa
Jang kalau ternyata Ji Wook datang ingin meributkan masalah hal itu.
“Tidak,
kenapa juga membahas hal itu? Aku hanya ingin bertanya apakah ada blackbox di
mobil Anda. Aku perlu rekaman pada jam itu dan hanya mobil Anda yang diparkir
di area itu.” Kata Ji Wook
“Kenapa
kau butuh rekaman blackbox?” tanya Jaksa Jung. Ji Wook mengaku kalau telah
menangkap seseorang.
“Sayangnya,
tak ada kamera blackbox di mobilku” kata Jaksa Jang
“Aku tahu
orang elit biasanya terlibat pertukaran rahasia di dalam mobil jadi aku mengerti
kalau Anda tidak punya. Aku mengerti. Terima kasih atas waktunya.” Ucap Ji Wook
beranjak pergi.
Jaksa
Jang pun menanyakan apa yang cari oleh Ji Wook dan Apa pelaku yang dikatakan Eun
Bong Hee datang. Ji Wook membenarkan. Jaksa Jang pun ingin menanyakan lagi,
“Apa kau
pernah melihat pelaku yang dibicarakan Eun Bong Hee?” kata Tuan Jang. Ji Wook
mengelengkan kelapa.
“Lalu
kenapa kau mempercayainya?” kata Tuan Jang. Ji Wook mengatakan kalau ini bukan
soal percaya kepada Bong Hee tapi mempercayai bukti.
“Bagaimana
jika kau salah?” kata Tuan Jang menyindirnya.
“Jika aku
salah, berarti pembunuh bernama Eun Bong Hee sedang berkeliaran di jalan. Tapi
bagaimana jika Anda salah?” balas Ji Wook
Jaksa
Jang pikir sekarang Eun Bong Hee bebas menurutnya tak masalah. Ji Wook tak
merasa kalau itu bebas, sambil mengingat perkataan Bong Hee semalam “Aku akan
bangkrut Dan harus menemukan pekerjaan agar bisa bertahan hidup. Tapi tak ada
yang mau mempekerjakanku Karena aku pembunuh yang membunuh anak Pengacara
Distrik Aku benar-benar dikucilkan.”
“Itulah
yang kupikirkan juga Tapi aku tahu dia tidak benar-benar bebas. Jika Eun Bong
Hee tidak bersalah, maka Anda akan membayarnya. Karena berencana membuat bukti
palsu dan membuatnya menjadi pelaku.” Kata Ji Wook
“Dan jika
sebaliknya, kau yang akan membayarnya.” Balas Jaksa Jang, Ji Wook seperti tak
takut dan keluar dari ruangan.
Ji Wook
berjalan di lorong bertemu dengan mantan atasanya, Keduanya binggung melihat Ji
Wook ada di kantor kejaksaan. Ji Wook pikir Jaksa a Distrik Jang akan
memberitahunya dan pamit pergi. Keduanya binggung lalu bertemu dengan Jaksa
Jang diruanganya.
“Sebarkan
rumor, Kalau Noh Ji Wook datang mencariku dan mendatangkan malapetaka Lalu aku
marah karenanya.” Kata Jaksa Jang
“Apa yang
akan terjadi jika rumornya disebarkan?” tanya anak buahnya.
“Pengacara
yang berkaitan dengan Noh Ji Wook akan menyalahkannya tiap kali mereka
kehilangan percobaan. Mereka akan melupakan fakta bahwa mereka tidak hanya
belum cukup mampu. Mereka akan berpikir kehilangan percobaan karena Noh Ji
Wook. Semua orang akan benci Noh Ji Wook.” Ungkap Jaksa Jang dengan senyuman
licik, sementara Ji Wook keluar dari kantor kejaksaan tanpa rasa curiga.
Si
pegawai melihat Nyonya Noh sedang memilih bunga berpikir kalau untuk suaminya.
Nyonya Noh mengaku kalau tidak punya suami. Si Pegawai berpikir kalau itu pasti
untuk pacarnya. Nyonya Noh mengatakan tidak punya pacar dan itu hadiah Untuk wanita.
Si pegawai pikir kalau itu pasti untuk putrinya.
“Aku
tidak punya putri.” Kata Nyonya Noh, Si pegawai binggung untuk siapa karena harus
tahu jenis kelamin dan umur untuk membuat rekomendasi.
“Dia
seumuran denganku.” Kata Nyonya Noh, Si pegawai merasa yakin itupasti temanya
dan ingin menunjuk bunga yang cocok.
“Dia
musuhku, bukan teman. Dia mencoba setia dengan pelanggan karena kemampuan
memijitnya. Tapi Dia tidak punya waktu untukku karena pertengkaran terakhir
kali. Dia bilang sudah full. Apakah aku sungguh harus mengirim bunga hanya
untuk pijat?” ungkap Nyonya Noh sangat kesal meluapkan amarahnya.
Sementara
Ibu Bong Hee pamit pergi pada teman kerjanya dan berjanji akan kembali lagi. Semua
mengaku pasti akan merindukan Ibu Bong Hee dengan memberikan sebuah hadiah. Ibu
Bong Hee menolak merasa tak enak, tapi temannya memaksa karena itu tak banyak.
“Kau
harusnya beli yang lebih bagus saat sedang seperti ini.” Ejek Ibu Bong Hee.
Semua pun tertawa mendengar lelucon manager mereka. Bong Hee juga tersenyum
mendengar ibunya yang mengoda temanya.
“Mereka
biasanya sangat hemat dengan duitnya.” Cerita Ibu Bong Hee berjalan keluar
dengan anaknya.
“Itu
artinya kau hidup disiplin. Kau sangat populer dan bahkan dapat hadiah.” Kata
Bong Hee. Ibu Bong Hee tak yakin tapi menurutnya tak ada orang yang tidak
menyukainya. Bong Hee membenarkan.
“Astaga,
bagaimana dengan tanganmu? Tangannya rusak.” Kata Bong Hee kasihan. Nyonya Eun
mengaku kalau itu normal kalau sudah tua. Bong Hee meminta agar ibunya tak
berkerja dan menyakinkan akan sukses.
“Tak apa.
Aku akan tetap bekerja, tapi tidak dengan tanganku. Aku akan terus bekerja
Itulah rahasia awet muda.” Kata Ibu Bong Hee menyakinakn anaknya.
Nyonya
Noh datang ke tempat spa dengan sebuket bunga kaget mengetahui Ibu Bong Hee
yang berhenti bekerja. Si pegawai heran karena Nyonya Eun yang tidak
memberitahu Nyonya Noh padahal mengatakan kalau sudah memberitahu semua member
VIP.
“Apa?
Kenapa dia melewatkanku? Kenapa dia tidak meneleponku? Apa itu masuk akal?”
ucap Nyonya Noh benar-benar marah.
Nyonya
Noh dalam sebuah kedai pizza menelp anaknya sambil menangis menceritkan tak
pernah kehabisan kata-kata dalam hidupnya bahkan tak pernah diperlakukan seperti ini. Ji Wook
dengan dingin meminta agar ibunya jangan menangis hanya karena hal itu dan
menyuruhnya Minum teh hangat sebelum tidur lalu menutup telpnya. Saat itu Tuan
Bang datang melihat Ji Wook yang duduk sendirian minum soju.
“Apa kau
membuat kesalahan lain? Kudengar kau ada perkelahian dengan Pengacara Distrik
Jang.” Kata Tuan Bang
“Bagaimana
dengan CCTV toko sepatu?” tanya Ji Wook. Tuan Bang pikir itu tidak penting.
“Itu
penting.” Kata Ji Wook. Tuan Bang memberitahu tak ada orang di rekaman.
“Mungkin
saja dia minta orang lain untuk membelinya Atau mungkin dia ke toko lain.” Kata
Ji Wook
“Wow,
kalau begitu bagaimana aku harus mencarinya? Ini tidak mungkin Dan kita tidak
bisa dapatkan tim investigasi untuk membantu.” Kata TuanBang
“Yah, aku
harus menemukan cara.” Kata Ji Wook. Tuan Bang heran melihat Ji Wook yang
tiba-tiba bertingkah seperti ini.
“Kurasa
kau bertakdir buruk. Kenapa kau membuka lagi kasus ini?” ucap Tuan Bang
“Pemikiran
tiba-tiba muncul di benakku. Jika aku tidak menuntut Eun Bong Hee kembali maka..”
kata Ji Wook dan Tuan Bang bisa menebak kalau Orang lain yang melakukannya.
“Tapi...Aku
punya hati nurani yang baik. Aku lebih tanpa ampun dengan diriku sendiri. Aku
jujur terhadap hukum.. Aku merasa... seperti penjaga Eun Bong Hee, dan itu
menggangguku.” Kata Ji Wook
“Tapi kau
tidak kelihatan terganggu bahkan Kelihatannya kau menikmatinya.” Ucap Tuan Bang
Ji Wook
pikir Htidak mungkin, menurutanya Hidupnya sedang semakin sibuk jadi tak
mungkin tertarik, bahkan Tuan Jang tahu betapa bencinya berurusan dengan Eun
Bong Hee. Tuan Bang mengaku tak begitu yakin dengan hal itu dan melihat Ji Wook
minum banyak karena diganggu oleh Bong Hee.
Flash Back
“Dua
tahun terakhir tanpa Eun Bong Hee dalam hidupku rasanya aman dan damai...”
Ji Wook
hanya melamun saat mendapatkan klien dengan masalah yang tak bisa tidur dan
merasa teraniaya. Lalu menikmati teh di rumahnya dengan tenang, tapi esoknya
kembali menangani klien yang tak membuatnya bersemangat. Ia pun makan di kantin
dengan wajah sendu.
“Garis
antara kemarin dan hari ini dan garis antara hari ini dan esok hari
samar-samar. Kemarin terasa seperti hari ini dan hari ini terasa seperti esok
hari, hari demi hari. Tak ada yang melanggarku dan tak ada yang ikut campur
dengan hari damaiku itu.”
“Tapi
setelah bertemu dengan Eun Bong Hee...semuanya jadi sia-sia.Aku sudah bertemu
dengan penguntit dan Pelaku muncul.”
Ji Wook
yang menangani kasus yang sama dengan Bong Hee membanting si penguntit lalu
pelaku datang membuat sedikit panik melihat Bong Hee yang mengejar si pelaku.
“Tempat
pribadiku dilanggar.”
Ji Wook
melihat Bong Hee yang datang ke rumahnya bahkan masuk ke dalam kamarnya dan
akhirnya terjatuh didepan kamarnya.
Ji Wook
pulang dan melihat Bong Hee yang berdiri di depan rumahnya dengan membawa
koper.
“Ini berbahaya
dan membosankan, tapi tak pernah membosankan dengan Eun Bong Hee.”
Bong Hee
bicara sendiri kalau Ji Wook yang mengatakan bisa tinggal di rumahnya sampai
hasil investigasi keluar. Lalu merasa kalau itu pasti sudah dipermalukan. Ji
Wook berjalan sengaja mendekati Bong Hee untuk mendengarkan yang dikatakan.
“Ini
bukan waktunya untuk malu. Aku sedang mau mati. Baiklah, aku akan memainkan
kartu simpatinya. Aku akan tinggal di kantor, tapi tak ada listrik maupun air.
Aku bisa hidup tanpa cahaya, tapi susah jika tidak ada air.” Kata Bong Hee lalu
akhirnya dikagetkan dengan Ji Wook sudah ada dibelakangnya.
“Aku
tidak tahu kau akan sekaget itu.” Ucap Ji Wook melihat Bong Hee yang hampir
jatuh karena heelsnya, lalu berpikir kalau Bong Hee terluka dibagian kakinya.
“Tidak,
tak apa... Aku baik-baik saja.” Kata Bong Hee merasakan kakinya terkilir.
“Tapi aku
mabuk.” Ucap Ji Wook. Bong Hee binggung.
Bersambung
ke episode 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar