Pembawa
acara memulai pertandingan “RFC Lightweight Pro Fight.” Dan meminta agar
memberikan tepuk tangan pada Kim Tak Su. Dong Man yang mendengarnya kaget
melihat pria dengan rambut blonde keluar mengunakan jubah dan terlihat sangat
bangga.
“Pelatih...
Bukankah yang kau lakukan kepadaku ini kejam?” ucap Dong Man penuh amarah.
“Hei... Bukankah
kau kejam terhadap dirimu sendiri? Coba Lihatlah, kau harus Lihat dia.Tontonlah
bagaimana dia hidup sekarang. Kalian melakukan hal bodoh bersama. Kenapa kau
harus menggantungkan kepalamu? Itulah yang kau sebut "kemenangan".”
Jelas Pelatih. Dong Man hanya terdiam.
Tak Su
sudah ada didalam ring setelah diperiksa seluruh badan sebelum bertanding,
pembaca acara memberitahu Tak Su yang memiliki Catatan MMA profesional, 23
menang dan 4 kalah, serta MMA Tiger dengan kemampuan spesial dalam taekwondo
dan menjadi Petinju kelas ringan kebanggaan Korea.
Akhirnya
Tak Su mulai bertanding, Dong Man terdiam melihat kaki taksu yang sama ketika
bertanding Taekwondo denganya. Tak Su memberikan tendangan memutar pada leher
lawan dan membuat si lawan terjatuh.
“ Kemenangan
KO lainnya untuk Kim Tak Su. Sebuah kemenangan KO hanya dengan satu menit
pertandingan. Dia memakai keistimewaannya, tendangan roundhouse. Kurasa tak ada
orang yang bisa mengalahkannya. Tak Su cukup mengesankan dan begitu kuat.” Ucap
si pembawa acara. Tak Su yang bangga langsung naik ke atas ring meminta
penonton bersorak itunya.
“Itu milikmu. Dia dari semua orang, bukanlah
orang yang seharusnya menggunakan kemampuan spesialmu.” Ucap Pelatih Hwang pada
Dong Man
Flash Back
[Seleksi TimnasTaekwondo, 2007]
Pelatih
Choi menemui Dong Man mengaku tak ingin
membuat ini jadi lebih susah baginya, jadi apabila Dong Man terlalu lelah saat pertandingan, maka tidak harus
bangun. Dong Man hanya diam saja dengan memakai kain ditanganya.
“Kenapa
kau membuat hal jadi susah bagi semua orang? Jika kau menyerah.., maka kita
semua bisa bahagia.” Ucap pelatih Choi
“Tidak...
Tak ada yang akan bahagia... Tak orang ada di keluarga... ingin aku kalah. Aku
akan menang medali emas..,membayar utang ayahku dan membuat ibuku hidup lebih
baik. Lalu aku akan mengurus pengobatan Dong Hee. Jadi aku takkan kalah.” Tegas
Dong Man lalu keluar dari ruangan.
Pelatih
Hwang bertanya pada Dong Man apakah merasa sangat gugup Dong Man terlihat
sedikit gugup. Pelatih Hwang menasehati agar Dong Man Jangan gugup karena
berlatih keras ia pun meminta agar melangkah dengan ringasn setelah takluk Tak
Su dan pergi ke Beijing, pemerintah pun menerbangkan tim nasional dengan
pesawat kelas bisnis.
Dong Man
terlihat tak percaya mendengarkanya,
Pelatih Hwang pikir Dong Man belum pernah terbang dengan kelas bisnis,
yaitu kursinya yang dibisa di baringkan seperti tempat tidur. Saat itu Tuan Ko datang, pelatih Hwang pun
menyapa ayah Dong Man yang jarang datang ke turnamen.
“Kau
harus Menang, oke? Apabila Kalah,maka aku akan membunuhmu.” Ancam Tuan Ko.
“Aku
takkan kalah.... Anak Ayah tidak akan kalah.” Ucap Dong Man yakin meminta
ayahnya agar menonton saja nanti.
“Ko Dong
Man akan pergi ke Beijing!” teriak Dong Man bangga dan sangat yakin.
Tuan Ko
memilih untuk mengisap rokok di luar Institusi Taekwondo Nasional. Petandingan
Dong Man dan Tak Su pun dimulai, Pelatih Hwang pun memberikan arahan agar Dong Man
bisa melakukan dengan baik.
Beberapa
kali Dong Man bisa menyerang sampai Tak Su seperti mulai menyerah. Dong Man
terus bisa memberikan serangan pada Tak Su, tiba-tiba terdengar suara “Dong
Man, kau bisa melakukannya.” Dong Hee duduk dibangku penonton dengan ibunya
memberikan semangat serta kursi roda yang ada disampingnya.
Dong Man
melamun dan saat itu Tak Su mendapatkan kesempatan memberikan tendanganya. Dong
Man pun langsung terjatuh, Pelatih Hwang kaget sambil mengumpat menyuruh Dong
Man agar segera bangun. Akhirnya Dong Man kembali bangun sebelum dinyatakan
K.O.
Pikiran
Dong Man kembali melayang mengingat perkataan seseorang “Kudengar adiknya Dong Man bisa berjalan jika
dia bisa dioperasi. Aku sudah membayar tagihan RS yang belum dibayar untuk adiknya
Dong Man”
Tak Su
kembali memberikan tendangan dan saat itu juga Dong Man langsung terjatuh tak
sadarkan diri. Wasit kembali menghitung, Pelatih berteriak menyuruh Dong Man
bangun. Dong Hee juga ikut berteriak sambil menangis mengancam kakaknya.
“Oppa!
Bangun! Jika kau tidak bangun.., maka aku takkan berjalan untukmu lagi! Aku tak
mau bermain denganmu!”teriak Dong Hee pada kakaknya. Dong Man tetap diam saja.
Tuan Ko pun melihat anaknya yang tergeletak di arena pertandingan.
Pelatih Choi
datang ke rumah, Ibu Dong Man memberitahu akan
membayar besok jadi meminta agar memberikan nomor rekeningnya, Pelatih
Choi menegaskan Jika mereka akan membiarkan Tak Su memenangkan tempat di timnas
maka ayahnya yang kaya akan membayar utang suaminya juga.
Tuan Ko
yang mendengarnya langsung mengambil tempat sampah dan menuangkanya tepat
diatas kepal Pelatih Choi. Ia tak habis pikir Pelatih Choi itu yang ingin
membuat anaknya itu kalah untuk uang dan mengusirnya agar keluar dari rumahnya.
Dong Man
duduk dikamarnya, melihat dikalender dengan bertuliskan “Ko Dong Man memimpin ke Beijing!” Sebelum
bertanding ayahnya meminta agar Dong Man menang dan akan membunuhnya kalau
kalah. Dong Man pun menyakinkan kalau dirinya tak akan kalah.
Wasit pun
memutuskan kalau Tak Su menang dan akan dikirim ke Beijing, Pelatih Hwang
terlihat kesal melepaskan jasnya. Sementara Dong Man hanya bisa menangis dan
berteriak histeris diarena pertandingan. Sang ayah hanya melihatnya dari
kejauhan.
Beberapa
wasit berkumpul merasa kalau mereka harus bicara. Salah satu wasit merasa Ada
sesuatu yang aneh padahal Tak Su hanya menyerempetnya tapi malah membuat Dong
Man tak bisa bangun. Menurutnya Ini bukan karena Dong tidak bisa bangun tapi
karena tidak mau bangun.
Di ruang Konferensi Pers : Penetapan
Kualifikasi Timnas, semua wartawan sudah berkumpul. Dua orang wartawan saling mengobrol bertanya Apa
dia tidak diperbolehkan ikut kompetisi lagi. Wartawan lain pun membenarkan,
mereka pun mengeluh dengan anak muda sudah memikirkan uang.
Tak Su
dengan sombong menyuruh Dong Man agar masuk sendiri saja dan mendapatkan
bayaran. Pelatih Hwang berteriak marah padaTak Su. Pelatih Choi menahan agar
Pelatih Hwang tak memukul.
“Kita
ketahuan karena dia terlalu jelas. Aku akan diberi tindakan pendisiplinan juga
karena dia.” Ucap Tak Suk
“Hei,
Pelatih Choi. Kenapa keparat satu ini brengsek sekali? Apa katamu barusan? Kau
kekurangan keterampilan, membayar dengan caramu, dan menyakiti Dong Man. Beraninya
kau menyalahkannya?” ucap Pelatih Hwan membela
“Ayah Tak
Su akan ikut pemilu tahun depan.., jadi dia tidak ingin Tak Su mendapat
perhatian karena ini.” Jelas Pelatih Choi
“Jai Apa
Kau ingin Dong Man jadi rompi anti pelurunya?” kata Pelatih Hwang marah
“Hei...
Apa Kau tidak mau melakukannya? Dong Man, kau takkan melakukannya?! Kalau
begitu kembalikan uangnya. Aku takkan masuk timnas jadi bayarlah tagihan RS
adikmu.” Ucap Tak Su mendekati Dong Man yang hanya diam saja. Pelatih Choi
akhirnya menarik Tak Su keluar dari ruangan.
“Pelatih... Maafkan aku.” Ucap Dong Man yang sedari tadi diam saja. Pelatih Hwang mengumpat menyuruh Dong Man lebih baik diam saja karena
“Pelatih... Maafkan aku.” Ucap Dong Man yang sedari tadi diam saja. Pelatih Hwang mengumpat menyuruh Dong Man lebih baik diam saja karena
“Hei.
Bagaimana bisa kau membuat pelatihmu jadi terlihat bodoh seperti ini? Bagaimana
bisa kau melakukan ini tanpa mendiskusikannya denganku? Apa Aku ini hanya
sekadar pelatih bagimu? Begitukah menurutmu?” ucap Pelatih Hwang kesal
“Kau
tidak tahu apa yang terjadi dan akan disalahkan untuk hal yang tak kau lakukan.
Aku akan pergi sendiri. Kau harus...pergi saja
Jika wajahmu muncul di koran, kau tidak bisa mengajar.” Ucap Dong Man
berdiri dari tempat duduknya.
Pelatih
Hwang makin kesal dengan tingkah Dong Man, lalu mengajaknya pergi keluar
ruangan dan didepan ruangan sudah banyak wartawan yang ingin mengajukan
pertanyaan pada Dong Man.
Dong Man
menunggu didepan mobil, mengeluh pada Pelatih Hwang yang belum keluar dan
berpikir kalau berencana untuk melihatnya sendirian. Saat itu Tak Su baru
keluar dengan pelatih dan assitantnya, beberapa wartawan memujinya yang sangat
keren. Pelatih Choi menjauhkan Tak Su dari wartawan dan berjanji akan membuat pengumuman
publik.
“Hei... Bukankah
kau Ko Dong Man?” ucap Tak Su melihat Dong Man yang berdiri didepan truk.
Pelatih Choi seperti kaget melihatnya, sementaa Yang Tae Hee bertanya apakah
mengenal pria itu.
“Lama
tidak jumpa.” Ucap Dong Man menyapa. Tak Su pun menyapa balik dengan gaya
sombongnya.
“Ada
perlu apa kau kemari? Kenapa kau di sini?” tanya Tak Su. Dong Man mengaku kalau
Seseorang memberiknan sebuah tiket untuk pertandingannya.
“Jadi
kenapa kau menonton pertandingan?” tanya Tak Su sinis. Pelatih Choi menenangkan
Tak Su kalau Dong Man itu boleh menonton pertandingan.
“Apa kau
kemari... untuk menemuiku? Kenapa? Apa Kau butuh uang lagi?” ejek Tak Su
Pelatih
Choi memperingatkan Tak Suk kalau banyak orang melihatnya, Tak Su dengan bangga
berpikir karena dirinya yang memiliki uang maka Dong Man mau mengambil
sisa-sisa, Dong Man membenarkan dengan menahan amarahnya. Tak Su mengejak kalau
Kepribadiannya memang takkan pernah berubah dan mengaku kalau setiap kali
melihatnya maka merasa jijik.
“Jadi
jangan berkeliaran di sekitarku, oke? Jangan datang ke octagon. Jika kau muncul
dan bertingkah lagi maka kau akan menyia-nyiakan hidupku lagi.” Ucap Tak Su
“Hyung...
Apa kau takut? Kenapa kau bertele-tele?
Dasar Memalukan.” Ejek Dong Man
Tak Suk
mengeluh dengan yang Dong Man katakan tadi dengan berani mengejeknya. Dong Man bertanya apakah Tak Suk itu takut ia
akan kembali bertarung. Tak Su mengingatkan Dong Man itu hanya ace 10 tahun lalu mendorongnya merasa
Dong Man ternyata masih punya mulut. Pelatih Choi memberitahu kalau banyak
kamera. Tak Suk tak peduli
“Kau
harus menghancurkan pengecut ini dengan benar. Ahhh, aku hampir lupa. Apa yang
terjadi dengana adikmu? Apa Dia bisa jalan sekarang?” ejek Tak Su lalu berjalan
pergi.
“Kim Tak
Su!” teriak Dong Man marah. Tak Su marah mendengar namanya yang dipanggil tanpa
panggilan “Hyung”. Dong Man mengeluarkan
jurusnya dan memberikan pada Tak Su sampai Tak Su terjatuh.
“Jika kau
mau menyalin gerakanku, maka lakukan dengan benar.” Teriak Dong Man marah. Tak
Su kaget melihat Dong Man lalu mengumpat kalau sudah gila.
“Jangan
takut.. Ini hanya permulaan. Jika kita bertemu di ring, maka kau mati.” Tegas
Dong Man lalu berjalan pergi. Tak Su masih terjatuh dan wartawan langsung
mendekat untuk mengambil gambar.
Ae Ra
berjalan di depan depan studio foto, tiba-tiba ia terhenti melihat spanduk
bertuliskan “Foto ID untuk kru kabin dan penyiar” dengan beberapa pose yang
diperlihatkan. Ae Ra terdiam seperti impianya yang belum bisa tercapai sebagai
penyiar.
Beberapa
wartawan melihat dibagian truk merasa kaalu
black boxnya bekerja. Pelatih Hwang tak jauh dari pintu masuk binggung
melihat banyak orang yang berkumpul di depan truknya, merasa tidak melakukan kesalahan.
“Permisi.
Aku mau pergi dengan trukku.” Ucap Pelatih Hwang mendekati truknya.
“Apa kau
pemilik truk sundae ini?” tanya wartawan. Pelatih Hwang mengangguk. Wartawan
lain bertanya apa kamera black boxnya masih bekerja.
Pelatih
Hwang membenarkan dan bertanya kenapa mereka menanyakanya, Wartawan meminata agar meminta untuk
mengirimkan rekaman kameranya. Pelatih
Hwang binggung apakah terjadi sesuatu. Wartawan memberitahu kalau Kim Tak
Su dikalahkan di depan
truknya. Pelatih Hwang kaget mendengarnya lalu mengemudikan mobilnya dan
menonton video saat membuat Tak Su terjatuh.
Dong Man
berdiri didepan zebra cross, semua orang sedang melihat ponsel dan video
tentang Dong Man pun menyebar di internet, postingan berita pun mulai keluar “Kim
Tak Su dibuat tak berdaya.”
Telp Dong
Man berdering, Dong Man langsung meminta maaf dan berjanji akan memperbaiki dirinya sendiri. Managernya
mulai mengumpat marah, dan berntanya ada di unit mana saat wamil.
“Aku
hanya...akan melakukan dengan lebih baik lain kali.” Ucap Dong Man yang berdiri
di tengah jalan trotoar. Managernya bertenya dimana keberadaanya sekarang. Dong
Man mengingat saat managernya yang memukul bagian dadanya karena mengertakan
giginya.
Lalu Tak
Su yang memperingatkan agar Jangan datang ke octagon. Ae Ra mengatakan kalau
ses orang memang harus melakukan apa yang mereka cintai, lalu mengaku bahagia
sekarang dan melakukan sesuatu dengan intens
“Kurasa
aku tidak bisa melakukan kerja dengan bagus. Kau selalu bilang kepadaku untuk
berhenti jika hanya itu yang bisa kulakukan. Tapi kau tahu.., hanya itu sehebat
yang bisa kulakukan karena aku tidak suka pekerjaan itu. Jadi Apa kau tahu? Aku
akan berhenti! Aku berhenti kerja! Aku tidak peduli sekarang!” teriak Dong Man
sambil menangis lalu menyebrang jalan
[Ronde 4: Lakukan Saja Itu!]
Dong Man
berlari menemui pelatihnya. Pelatih Hang kaget melihat Dong Man yang datang
bertanya darimana saja setelah membuat kericuhan. Dong Man memanggil pelatihnya
“Hyung”. Pelatihnya langsung memukul kepala Dong Man.
“Aku mau
melakukannya... Aku sungguh ingin melakukannya! Aku akan melakukan seni bela
diri! Aku akan melakukannya!” teriak Dong Man sudah memutuskanya. Pelatih Hwang
kaget merasa kalau Dong Man sedang bercanda.
“Aku
tidak peduli apapun. Akan kulakukan saja. Kau bilang kepadaku untuk tidak
peduli dan tidak biarkan ini pergi.” Ucap Dong Man yakin
“Kau
tidak bilang karena mabuk kan?” kata Pelatih Hwang menyakinkan. Dong Man pun
menganguk lalu pelatih Hwang memeluk anak didiknya setuju agar mereka
melakukanya.
Ae Ra
melihat foto Idnya dengan senyuman bahagia seperti sudah ingin melamar jadi
penyiar. Tiba-tiba sebuah mobil lewat dan memanggilnya. Ae Ra kaget melihta Moo
Bin merasa kalau seperti penguntit. Moo
Bin pikir kalau wanita itu memang suka
kejutan seperti ini.
“Wanita
tidak suka saat ada pria yang muncul pada saat tidak diharapkan.” Komentar Ae
Ra sinis.
“Ini
hanya karena aku merindukanmu setiap waktu. Aku punya tiga jam istirahat. Tapi
aku sudah memakai sejamnya untuk menunggumu jadi Aku hanya punya dua jam
tersisa.” Ucap Moo Bin dan mengajak Ae Ra untuk masuk ke mobilnya. Ae Ra
seperti tak menolaknya.
Di
restoran daging panggang, untuk makan malam kantor. Manager Choi pun meminta
agar mendengarkan beberapa kata dari para calon pegawai. Seorang pria bernama
Kim Chan Ho dari tim penjualan, lalu Jang Ye Jin. Berdiri meminta dukunganya.
Seol Hee sibuk membakar daging didepan Joo Man.
“Permisi,
Ahjumma. Tolong berikan kami 2 botol soju, 3 botol bir, sayuran, dan tisu
basah.” Kata Seol Hee. Manager Choi yang melihatnya mulai berkomentar
“Sun
Hee...ternyata sangat cepat memesan” komentar Manager Choi. Sul Hee membenarkan
namanya itu Sul Hee bukan Sun Hee.
“Bukankah
katamu ortumu...menjual kaki babi di pasar di pelosok sana? Kurasa karena inilah
dia pintar memotong daging. Kita harus selalu membawanya saat pesta makan malam
tim.” Kata Manager Choi seperti ingin mencari manfaat.
Seol Hee
pun menyetujinya, sementara Joo Man yang melihatnya merasa kasihan karena hanya
Seol Hee yang memanggang daging. Yee Jin ingin menuangkan soju, Manager Choi
langsung menahanya merasa Yee Jin tidak perlu melakukan itu.
“Siapa
yang membuat wanita jadi yang menuangkan minuman di jaman sekarang? Harusnya
akulah yang menuangkannya.” Ucap Manager Choi
“Tidak
perlu, aku yang akan menuangkannya. Biar aku yang menuangkan minumanmu” ucap
Joo Man mengambil botol dari tangan Manager Choi.
“Aku
tidak begitu bisa minum, jadi tuangkan sedikit saja.” Kata Yee Jin malu-malu.
Ae Ra hanya bisa diam saja melihat Joo Man menuangkan minuman untuk wanita
lain.
Manager
Choi melihat wajah Yee Jin jadi merah setelah
Joo Man menuangkannya minum. Yee Jin pun tersipu malu mendengarnya.
Di toilet
Joo Man
memperingatkan Manager Choi kalau tidak boleh membuat pekerja wanita menuangkan
minuman jaman sekarang. Manager Choi mulai membahas kalau Joo Man yang tak
memiliki pacar, dan seharusnya sudah menikah. Joo man mengaku kalau harus punya
uang dulu.
“Bagaimana
menurutmu dengan Jang Ye Jin, calon pegawai baru? Kurasa dia menyukaimu. Jika
kau berkencan dengannya, maka kau bisa berhenti sekarang. Keluarganya menjual
kaki babi yaitu "Kaki Babi Nenek Park". Keluarganya punya brand itu.”
Ucap manager Choi
Joo Man
terlihat tak begitu tertarik, keduanya keluar dari toilet dan melihat punggung
Ye Jin dan Seol Hee. Manager Choi berkomentar kalau Yang satu kelihatan seperti
TV hitam putih dan yang satunya kelihatan seperti TV berwarna. Joo Man yang
mendengarnya terlihat kesal saat Manager Choi melepaskan sepatunya, dengan
sengaja membuangnya salah satunya.
Moo Bin
mengemudikan mobil dengan Ae Ra yang duduk disampingnya sambil bergumam “Aku
tidak suka fakta kalau pangeran berwibawa mengantarku pulang.” Lalu GPS
memberitahu kalau mereka sudah sampai tujuan setelah Moo Bin menghentikan
mobilnya.
“Harusnya
kau mengantarku ke stasiun saja.Kau tidak harus mengantarku sampai ke rumah.”
Ucap Ae Ra merasa tak enak hati
“Jadi, Apa
rumahmu beneran ada di sini?” kata Moo Bin seperti tak yakin. Ae Ra sedih heran
dengan pertanyaan Moo Bin seperti merendahkanya, lalu akhirnya akan pamit
pergi.
“Apa Sudah
mau pergi? Kita baru saja sampai.” Ucap Moo Bin menahanya. Ae Ra pun bertanya
apakah Moo Bin mau makan ramyeon di rumahnya.
Moo Bin
kaget seperti itu ajakan orang yang sedang berkencan untuk mengingap. Ae Ra
malah mengejak Moo Bin yang kelihatan sangat takut, menurutnya Moo Bin itu
lebih suka jjolmyeon, bukan ramyeon. Moo Bin mengaku sangat suka ramyeon dan
jjolmyeon. Ae Ra mengerti kalau Moo Bin suka keduanya.
“Apa Kau
tahu, kalau ini asik untuk menggodamu, Moo Bin? Kau pasti punya waktu sulit
saat di sekolah.” Kata Ae Ra
“Apa
maksudmu dengan asik mengggodaku?” ucap Moo Bin, Ae Ra kembali memuji Moo Bin
yang terlihat imut.
“Aku
tidak imut... Aku tidak mau jadi imut.” Kata Moo Bin lalu sengaja memegang
tangan Ae Ra.
Ae Ra pun
membiarkanya, tapi saat itu suara GPS terdengar “ Anda sudah keluar jalur.”
Seperti memperingatkan keduanya. Ae Ra
hanya bisa mengumpat kesal di dalam hati karena sudah bisa mengerti tanpa
diberitahu.
Joo Man
melihat Manager Choi yang mengunakan alas kaki lain dengan berkomentar kalau pencuri
sepatu masih aktif jaman sekarang. Manager Choi kesal karen pencuri hanya
mencuri sebelah dan berpikir kalau itu orang mesum. Salah seorang pria bertanya
Siapa pemilik kendaraan 0824. Ye Jin langsung mengangkat tanganya.
“Apa Anda
memanggil layanan supir pengganti?” tanya si pria. Ye Jin pun membenarkan.
Manager Choi melihat sebuah mobil sedan merah terparkir didepan mereka.
“Joo Man
Sunbaenim..,bukankah kau tinggal di Oksu-dong? Aku akan lewat sana. Haruskah
aku memberimu tumpangan?” kata Yee Jin. Manager Choi langsung mendorong Joo Man
akan bisa naik mobil saja.
“Tidak,
tidak usah. Aku ada rencana setelah ini.” Kata Joo Man, Manager Choi mengeluh
Joo Man itu cukup keras kepala.
Ae Ra
akhirnya turun dari mobil. Moo Bin merasa lebih baik setelah melihatnya masuk
rumah. Ae Ra menunjuk kalau rumahnya ada di lantai dua jadi Moo Bin tak perlu
melihatnya. Moo Bin melihat kalau memang
Ae Ra tinggal dilantai dua dan mengartikan kalau baju yang dijemur itu
miliknya.
“Bukan.
Aku tinggal di sana...” kata Ae Ra malu, Moo Bin lalu melihat dibagian atas dan
berpikir Ae Ra suka emas.
“Kenapa
pemilik bangunan meletakkannya di situ?” gumam Ae Ra kesal melihat ada patung
singa emas di balkon.
“Ae Ra,
jangan menyapa penyewa di lantai dua. Aku punya firasat buruk mengenai pria
itu.” Ucap Moo Bin. Ae Ra binggung kenapa Moo Bin bisa berpikir ada pria yang
tinggal di lingkungan rumahnya.
Dong Man
datang berteriak memanggil Ae Ra dengan wajah bahagia. Ae Ra kaget sambil
mengeluh kalau harus datang sekarang. Dong Man yang bahagia langsung memeluk Ae
Ra dan berputar-putar. Ae Ra langsung menjauhkan sambil mengomel kalau tidak
melakukan hal itu.
“Aku
berhenti bekerja. Aku akan melakukan seni bela diri sekarang.” Ucap Dong Man,
Ae Ra tak percaya mendengarnya.
“Dengan
karir sebagai seniman bela diri ini, aku akan membuat hidup yang baik bagi IBu,
Ayah, Dong Hee, Pelatih, dan kau. Aku akan memutar hidup kita.” Kata Dong Man
kembali memeluk Ae Ra dengan erat.
Moo Bin
melihat Ae Ra di peluk langsung keluar dari mobil. Ae Ra mengaku kalau Dong Man
hanya temanya dan menjaukanya. Dong Man kaget melihat Moo Bin yang datang ke
area rumah mereka. Moo Bin kaget berpikir mereka tinggal bersama.
“Dia tinggal
di seberang rumahku. Bukan rumah yang sama, tapi Dia tinggal di sebelah. Tapi Omong-omong,
apa kalian saling kenal?”ucap Ae Ra binggung.
“Kami
alumni sekolah yang sama. Tapi, kenapa kau ada di depan rumah kami?” ucap Dong
Man
“Aku
mengantar Ae Ra dan juga akan pacaran dengannya secara resmi.” Kata Moo Bin
menarik tangan Ae Ra untuk mendekat.
Ae Ra
merasa tak nyaman melepaskan tangan Moo Bin karena tidak perlu sampai seperti itu. Moo Bin
memperingatkan Dong Man agar jangan memeluk Ae Ra seperti itu. Ae Ra merasa Moo
Bin salah paham dan menjelaskan kalau hubungan dengan Dong Man itu teman baik.
“Ae Ra,
pria dan wanita tidak bisa berteman. Itu adalah alasan yang kau buat untuk menjaga
temanmu dalam jangkauanmu karena kau tidak ingin kencan dengannya. Aku tidak
suka kau berteman dengannya.” Ucap Moo Bin
“Kami
tidak hanya teman... Dia dan aku sudah seperti saudara.” Ucap Ae Ra meyakinkan.
“Kita
kan... tidak ada hubungan saudara” kata Dong Man, Ae Ra kaget mendengar ucapan
Dong Man
“Kami
bukan saudara, Aku tidak suka itu juga. Aku tidak ingin kau, mengencaninya baik
itu resmi maupun tidak.” Kata Dong Man menatap Ae Ra
“Kau tak
pernah ikut campur dengan pacaranku sebelumnya.” Komentar Ae Ra binggung. Dong
Man mengaku juga tak mengetahuinya dan dirinya
tidak suka sekarang.
Bersambung ke part 2
Sebenernya awalnya suka banget liat moo bin sama Ae Ra. Kesemsem abis sama moo bin nya. Huff ternyata fakta berkata lain.
BalasHapusSinopsis nya keren 👍