PS
: All images credit and content copyright : SBS
Seorang
wanita berkata “Aku hanya perlu menulisnya seperti surat lamaran, kan? Aku
sering membacanya, tapi ini pertama kalinya aku menulis.” Dan mulai menulis
pada selembar kertas putih dengan pulpenya.
“Saat aku
masih kecil, aku...”
[Episode
1 - 'Harapan untuk Masa Depan']
Dalam
kereta bawah tanah, Seorang Pria bernama No Ji Wook akan duduk di bangku
kosong, tiba-tiba seorang ibu dan keluarganya langsung menyerobot, Akhirnya ia
pun kembali berdiri bersebelahan dengan Eun Bong Hee yang baru saja naik
kereta.
Seorang
pria yang mesum berdiri di samping Bong Hee dengan sengaja tanganya menyentuh
bokong Bong Hee. Bong Hee hanya diam saja dan kereta sedikit mengerem, Ji Wook
pun tak sengaja menyenggol Bong Hee lalu meminta maaf.
“Itu kau,
kan? Jika aku naik kereta bawah tanah 10 kali,
maka aku bertemu orang sepertimu setidaknya sekali. Senang bertemu
denganmu.” Ucap Bong Hee sinis menuduh Ji Wook.
“Apa Kau
bicara denganku? Apa kau kenal aku?” ucap Ji Wook bingung
“Ya,
sangat kenal. Aku punya trauma karena orang mesum sepertimu.” Kata Bong Hee. Ji
Wook makin kaget dan semua orang pun mulai menatapnya dianggap pria mesum
“Kau
anggap aku apa?” ucap Ji Wook membela diri. Bong Hee langsung mengatakan kalau
Ji Wook adalah Orang mesum yang mabuk. Ji Wook bingung kenapa Bong Hee bisa
mengatakan hal itu padanya.
“Kau baru
menyentuh pantatku dengan sangat menjijikkan.” Ucap Bong Hee. Ji Wook pikir tak
alasan untuk menyentuh bokongnya.
“Itu
pertanyaanku. Kenapa kau menyentuh pantat orang lain?” ucap Bong Hee. Pria yang
menyentuh Bokong Bong Hee hanya diam menatapnya.
“Aku
tidak menyentuhnya! Aku berani bersumpah. Tapi Maksudku, kenapa kau pikir aku melakukan itu..” ucap Ji Wook
kesal,
“Apa Kau
pikir ini pertama kalinya aku melihat orang mesum dengan jas? Siapa yang kau
coba bohongi? Mataku tajam untuk hal seperti ini.” Kata Bong Hee menuduh.
Ji Wook
mengejek Bong Hee yang lebih banyak menghayal.
Bong Heee menegaskan kalau Ini adalah tindakan kekerasan seksual di
bawah pasal 13 untuk pelecehan publik dan bisa dapat hukuman setahun atau denda 3 juta won. Ji Wook
memberitahu kalau Bukan pasal 13, tapi pasal
11 dan mengajak agar meluruskan masalah ini.
“Coba
Lihat... Kau ketahuan. Kau sering melakukannya, kan?” ucap Bong Hee terus
menuduh.
“Maaf,
tadinya aku tak akan memberitahumu siapa aku..” kata Ji Wook langsung disela
oleh Bong Hee.
“Kenapa
kau melakukan ini? Apa itu menyenangkan menyentuh pantat orang?” kata Bong Hee
sinis. Ji Wook heran kapan dirinya pernah menyentuh Bong Hee.
“Apa
menyenangkan telanjang di depan umum? Pakai celana dalammu.” Kata Bong Hee
“Aku
tidak melepasnya!” tegas Ji Wook terlihat kesal dan menahan malu.
“Kenapa
kau pergi ke hotel dengangadis lain ketika kau punya pacar? Kenapa kau lakukan
ini? Kenapa kau melakukan ini padaku?” teriak Bong Hee. Jin Wook benar-benar
heran melihat tingkah Bong Hee.
Bong Hee
menatap ke pria sebagai pelakunya, lalu meminta tolong agar melaporkan Ji
Wook ke petugas keamanan. Si pria pun
mengangguk mengerti mengeluarkan ponselnya sambil mengumpat. Ji Wook membela
diri kalau dirinya tak kotor dan Bong Hee tiba-tiba menyuruh Ji Wook minggir
karena harus turun.
Ji Wook
ingin mengikutinya lalu memperingatkan si pria agar jangan melaporkan dirinya,
dengan menyakinkan kalau itu bukan yang melakukanya.Tiba-tiba ia melihat
stasiun di jendela dan sadar kalau haus turun, tapi saat akan turun Bong Hee
sengaja menghalanginya didepan pintu.
Ji Wook
berusaha mencari jalan lain, tapi Bong Hee terus menghadangnya sampai akhirnya
pintu kereta pun ditutup. Jin Wook terpaksa harus turun di stasiun selanjutnya,
Bong Hee tersenyum bahagia melihatnya. Bong Hee
melihat papan nama di stasiun sambil bergumam kalau karena Ji Wook si orang
mesum di kereta bawah tanah, jdi lupa kenapa
datang ke tempat itu.
Flash Back
Bong Hee
duduk di perpusatakaan sambil membaca buku dan menerima pesan dari anonim 1 jam
sebelumnya, wajahnya terlihat tak percaya dengan pesan yang diterimanya.
Bong Hee
pun merasa kalau itu hanya lelucon saja, saat didepan hotel merasa karena sudah
tahu tentang hal itu jadi tak ada salahnya masuk ke dalam. Akhirnya Ia masuk
lobby dan melihat sosok pria yang keluar dari lift sambil memeluk seorang
wanita.
Mata Bong
Hee langsung berkaca-kaca melihatnya, Si pria sadar kalau Bong Hee datang
melihatnya lalu berbicara pada si wanita agar pergi lebih dulu dan berjalan
mendekati Bong Hee.
Ji Wook
datang sambil mengeluh kalau dirinya yang terlambat. Pria tua yang menunggunya
berpikir kalau Ada kemacetan, Ji Wook menyarankan pada jam segini agar tak mengambil
line 6 di kereta bawah tanah karena mungkin bertemu wanita gila.
Si pria
tua itu binggung maksud Wanita gila, Ji Wook menegaskan kalau wanita itu benar-benar
gila dan dibuat jadi pemabuk berkat wanita itu.
Si pria tua itu bertanya siapa yang dianggap pemabuk. Ji Wook
memberitahu itu dirinya.
“Aku
tidak tahu kau begitu. Aku merasa bersalah karena wanita itu. Tapi Bagaimana itu
terjadi?” kata Si pria
“Aku
tidak tahu. Dia bilang punya mata yang tajam untuk pemabuk. Kenapa dia begitu padaku?.”
Kata Ji Wook kesal, Si pria melihat Ji Wook kesal mengajak minum saja.
Bong Hee
dan pacarnya duduk berhadapan lalu melihat meminta agar menjelaskan apa yang
terjadi. Pacar Bong Hee dengan wajah
angkuhnya merasa tidak ada yang perlu dijelaskan. Bong Hee mengatakan kalau
melihat pacarnya bersama bersama wanita lain dengan nada penuh amarah ternyata
pria itu tak ingin ada yang dijelaskan.
“Itu tak
seperti yang kau kira. “ ucap Pacar Bong Hee, Bong Hee pun bertanya apa yang
dilihat tadi.
“Yang
penting adalah, aku masih sangat
mencintaimu. Aku mungkin membuat kesalahan, tapi perasaanku padamu tidak
berubah. Itulah yang penting.” Kata sang pacar dengan nada sedikit merendahkan
Bong Hee.
“Berapa
kali? Sudah berapa kali kau begini sebelumnya?” ucap Bong Hee marah
“Kau
takkan percaya bahwa ini yang pertama kalinya, tapi kau akan terluka jika aku
bilang aku sudah melakukannya sebelumnya. Jadi kenapa kau bertanya begitu?”
ucap Pacar Bong Hee
“Sebenarnya,
aku sudah tahu ada sesuatu yang aneh.”gumam Bong Hee
Bong Hee
sedang ada di perpustakaan melihat pesan yang dikirimkan untuk pacarnya itu tak
juga dibaca, “Kau dimana? Apa kau sibuk?” Ia merasaka kalau balasan pesan dari
pacarnya itu lebih dan lebih lama.
Saat
menaiki mobil, Bong Hee memundurkan tempat duduknya, lalu bertaya apakah adaada
orang lain yang naik mobilnya. Pacarnya terlihat gugup dan mengaku tak ingat.
“Tiba-tiba
aku mulai merasakan sesuatu yang berbeda dari mobilmu.” Gumam Bong Hee mencoba
untuk tersenyum.
Lalu saat
belajar di rumah, Bong Hee yang mengantuk menerima telp dari Hee Joon. Hee Joon dengan nada tak bersalah bertanya
apaah Bong Hee tadi menelpnya. Bong Hee pun sudah tahu kalau tanggapan dari
pacarnya itu sangat telat dari sebelumnya.
“Aku tahu
kau sudah berubah, kau memiliki wanita lain, dan kau itu si brengsek yang suka
selingkuh. Tapi aku pura-pura tidak tahu. Aku secara sukarela ditipu.” Gumam Bong
Hee menatap Hee Joon
“Intinya,
aku salah. Aku akui itu. Aku takkan
melakukannya lagi. Aku bersumpah.” Ucap Hee
Joon berbicara dengan santai seolah tak terjadi apapun.
“Apa ini
lelucon bagimu?” sindir Bong Hee. Hee Joon binggung apa yang harus dilakukanya.
“Cobalah
untuk serius dan jujur, brengsek.” Tegas Bong Goo. Hee Joon pikir dirinya itu
masih muda.
“Ada beberapa
pria yang akan menolak wanita baik-baik yang suka pada mereka. Begitulah yang
terjadi. Itu cuma kencan satu malam.” Kata Hee Joon
“Jadi kau
bilang, karena kau masih muda, maka kau tak bisa menahannya.” Kata Bong Hee
marah
Hee Joon
menyakinkan kalau takkan melakukannya lagi. Bong Hee pikir Hee Joon akan berusaha
agar tidak ketahuan lagi dan bilang akan lebih hati-hati saat selingkuh di lain
waktu dan berjalan pergi. Hee Joon mengejarnya
mengaku salah dan meminta maaf .
“Kalau
kau minta maaf, apa itu berarti tidak ada yang terjadi?” kata Bong Hee sambil
memelintir tangan Hee Joon.
“Lalu
haruskah kita putus?” kata Hee Joon, Bong Hee menegaskan tidak putus tapi
menunggunya. Hee Joon binggung.
“Aku akan
putuskan, kapan kita putus. Jadi sebaiknya kau menunggu.” Kata Bong Hee dan
langsung melepaskan lalu pergi, tapi kembali menemui Hee Joon.
“Kita
buat adil saja, Aku juga masih muda. Ayo kita putus setelah aku kencan satu
malam, sama seperti kau.” Kata Bong Hee. Hee Joon tak percaya kalau Bong Hee
itu wanita.
“Kenapa
aku tidak bisa? Aku akan tidur dengan pria
pertama yang aku temui. Tunggu dan lihat, aku melakukannya atau tidak.” Ucap
Bong Hee menantang
Saat itu
seorang pria menabrak Bong Hee dan membuatnya terjatuh. Hee Joon yang melihat
Bong Hee langsung mengejek agar menyerah saja. Bong Hee yang menangis mengusap
matanya tapi membuat softlens-nya malah lepas.
Dengan
mata yang rabun akhirnya mencoba berdiri dan berjalan tegak. Saat itu seorang
pria berpapasan dan menyenggolnya. Ia pun dengan mata yang tak jelas langsung
mengajak si pria agar tidur bersama denganya semalam. Si pria langsung
menyetujuinya.
“Syukurlah...
Kau muda dan tampan.”ucap Bong Hee mencoba memastikan pria yang diajakanya
tidur tanpa melihat dengan jelas. Ji Wook mendekatkan wajahnya.
Bong Hee
mengenal pria itu adalah bertemu di kereta api dan menuduhnya sebagai orang mesum,
lalu berteriak kalau Ji Wook adalah Orang mesum di kereta bawah tanah. Ji Wook
tak ingin orang berpikiran salah langsung mengajak Bong Hee pergi.
“Hey,
berhenti! Berhenti.. Eun Bong Hee, berhenti di sana!” teriak Hee Joon panik tak
percaya Bong Hee pergi begitu saja.
“Kalau
kau pergi seperti ini, kita benar-benar berakhir.” Ancam Hee Joon. Bong Hee
seperti sudah tak peduli dan langsung menarik tangan Ji Wook agar memeluk
pundaknya dan berjalan pergi. Hee Joon benar-benar tak percaya Bong Hee
benar-benar pergi meninggalkanya.
Di depan
hotel
Bong Hee
langsung melepaskan tangan Ji Wook sambil menegaskan bawah tak ingin Ji Wook
berpikir serius akan ajakanya dan menegaskan kalau adan tingkat 4 di Tae Kwon Do. Ji Wook pikir
seharsunya ia yang memberikan peringatan serius.
“Aku
bukan pemabuk.” Tegas Ji Wook, Bong Hee seperti tak percaya. Tapi Ji Wook menyakinan
dirinya bukan seperti yang dituduhkan.
“Apa kau
menarikku untuk mengatakan itu?”ucap Bong Hee. Ji Wook menegaskan kalau ia tak ingin
melakukannya?
“Kita
takkan mendapatkan kamar. Apa Kau tidak berpikir?” kata Ji Wook dengan nada
tinggi.
“Kupikir
kau agak kasar. Aku mampu berpikir.” Tegas Bong Hee
“Kupikir
kau lebih buruk. Kau buat orang tak bersalah
jadi orang mesum yang mabuk. Aku tak pernah merasa begitu salah atau sangat dipermalukan
sepanjang hidupku! Aku sangat percaya pada mata untuk mata, dan gigi untuk
gigi. Tapi, kau beruntung. Aku seorang pria sejati.” Tegas Ji Wook
Bong Hee
seperti masih tak yakin bukan Ji Wook pelakunya, Ji Wook menegaskan kalau sudah
bilang berkali-kali dan menasehati agar jangan menuduh orang tak bersalah atas
kejahatan mulai sekarang lalu berjalan pergi. Bong Hee binggung dengan dirinya
sendiri, tiba-tiba Ji Wook kembali mendekati Bong Hee.
“Dan ada
satu hal lagi yang perlu kukatakan. Jangan sembarangan bertemu pria di jalanan.
Ada banyak bajingan gila yang mau tidur denganmu.” Kata Ji Wook lalu berjalan
pergi sambil berpikir dirinya tadi mungkin
terlalu keren saat bilang itu tadi.
Saat itu
Hee Joon berteriak memanggil Bong Hee. Bong Hee panik langsung berlari dan ikut
masuk ke dalam taksi. Ji Wook heran melihat Bong Hee yang malah mengikutinya.
Bong Hee pun memohon agar bisa membantunya. Ji Wook melihat Hee Joon yang
berada didepan hotel.
Akhirnya
Bong Hee pun meminta supir taksi pergi, Hee Joon yang melihat keduanya pergi
tak percaya dan hanya bisa menghela nafas panjang.
Keduanya
pun duduk dalam taksi dengan saling duduk berjauhan. Bong Hee pikir Untuk banyak
alasan, maka perlu minta maaf dan berterimakasih. Ji Wook pikir tak perlu
karena tidak akan menerima maaf atau apresiasi dari Bong Hee.
“Aku
mengerti. Soal yang tadi... Aku biasanya tidak memegang orang asing dan meminta
mereka untuk tidur denganku. Tapi karena harga diri...” kata Bong Hee langsung
disela oleh Ji Wook
“ Kau
tidak perlu menjelaskan.” Ucap Ji Wook yang tak peduli
“Apa Kau
mau minum denganku? Aku tidak bermaksud begitu.Tapi Kupikir kau tampak bisa
dipercaya. Jadi aku ingin berbagi minuman sebagai tanda apresiasiku.” Kata Bong
Hee merasa bersalah
Ji Wook
langsung menolaknya, akhirnya Bong Hee pun meminta agar menurunkan di pinggir
jalan. Ji Wook pun tak pedui saat Bong Hee turun dan tetap berada dalam taksi
untuk pulang.
Bong Hee
duduk sendirian memeriksa tak ada ponsel yang masuk, dengan matanya yang tak
jelas karena softlens lepas, melihat ada pria jelek yang datang. Ia pun
langsung melarang pria itu untuk duduk tapi si pria tak peduli dan langsung
duduk didepan Bong Hee. Bong Hee menyuruh si pria agar pergi saja.
“Aku mau
bergabung denganmu karena kau tampak menyedihkan. Kenapa tidak boleh?” kata si
pria
“Aku tak
pernah memberi izin untuk mengasihaniku.” Kata Bong Hee
“Jika itu
kesempatan lain, aku akan mengasihanimu sebagai gantinya.” balas si pria
Bong Hee mengeluarkan
kartu sebagai Sertifikasi Taekwondo Nasional, tapi si pria tetap diam saja. Ia
heran si pria yang tak ingin pergi. Ji Wook yang sedari tadi berdiri didepanya
mengeluarkan sebuah bedak.
“ Kupikir
kau sengaja meninggalkannya.” Ucap Ji Wook, Bong Hee binggung lalu menajamkan
pengelihatnya dan melihat Ji Wook dengan jelas.
“Aku
senang melihat wajah yang tak asing. Aku tidak dapat telepon atau pesan dari
siapapun.Aku merasa seperti penyendiri. Tapi kenapa aku sangat senang Melihat
wajah yang tak asing?” ucap Bong Hee bahagia melihat Ji Wook
“Kurasa
kau benar-benar sengaja meninggalkannya.” Ejek Ji Wook. Bong Hee pikir seperti
itu.
“Aku
hanya datang untuk mengembalikan ini...” kata Ji Wook ingin pergi. Bong Hee
menahanya dengan memberikan gelas dan menuangkan Soju lalu Bersulang.
Pagi Hari
Bong Hee
kaget melihat dirinya berada di atas sofa, lalu mengingat kejadian sebelumnya
saat mengajak Ji Wook untuk tidur satu malam denganya. Dan Ji Wook pun setuju agar mereka tidur
bersama.
Lalu
mereka minum bersama, Ji Wook mengambil botolnya karena batas minum Bong Hee
itu hanya satu botol soju. Tapi Bong Hee yang terlihat frustasi mengatakan kalau
itu botol pertama dan hanya untuk minuman keras.
Bong Hee
benar-benar binggung dimana keberadaanya sekarang dengan melihat ada baju yang
berserakan diatas sofa. Ia mengingat saat dirinya mabuk berbaring di bangku
taman, Ji Wook pun mengejek kalau itu rumah Bong Hee.
“Tidak
mungkin, aku hanya istirahat.” Ucap Bong Hee. Ji Wook pun bertanya dimana
rumahnya itu.
“Aku
tidak punya rumah. Rumah di Seoul terlalu mahal. Aku akan beli ketika dapat lebih banyak uang.” Kata Bong Hee. Ji
Wook hanya bisa menghela nafas dan akhirnya langsung berjongkok didepan Bong
Hee.
Ji Wook
akhirnya membawa Bong Hee ke dalam rumah, tapi Bong Hee yang mabuk langsung
mendorongnya keatas kursi dan seperti mengodanya dan ingin memberikan ciumanya
pada Ji Wook.
Bong Hee benar-benar
tak percaya kalau dirinya itu melemparkan diri pada Ji Wook lalu berpikir yang
harus dilakukan dalam situasi seperti ini.Lalu berpikir untuk menyapa lebih dulu,
atau meminta maaf atau berterima kasih.
Sementara
Ji Wook sedang mandi air hangat dengan showernya, lalu mendengar bunyi suara
dari luar kamar mandi, seperti tak peduli kembali melanjutkan mandinya. Bong
Hee terlihat benar-benar kebingungan didepan pintu
Ji Wook
keluar dari kamar mandi dan tak melihat Bong Hee ada di ruanganya. Bong Hee
sudah berjalaan terburu-buru ke halte bus dan melihat wajahnya pada cermin
cembung lalu mengeluh kalau sangat menbenci dirinya. Jin Wook pun melihat
tulisan yang tertempel “Maafkan aku.”
Di dalam
bus, Bong Hee bergumam kalau Tidak ada panggilan tak terjawab, dan pesan. Lalu mencoba
mengirimkan pesan pada Hee Joon “ Kenapa kau tidak menelepon sekali pun? Bahkan
jika kita tak menjalin hubungan, kau masih harus khawatir...” tapi akhirnya
kembali dihapus.
“Apa
gunanya? Aku sudah mencapai titik terendah.” Gumam Bong Hee seperti sudah tak
peduli.
Tuan Byun
Young Hee menelp Ji Wook yang mengemudikan mobilnya bertanya apakah memang
tidur dengan Bong Hee. Ji Wook melihat ada 31 panggilan tak terjawab lalu berkata kalau
mendapat 31 panggilan tak terjawab dari orang yang sama.
“Hey, aku
sangat penasaran. Setelah kalian berdua pergi begitu, aku tidak bisa tidur
semalam. Aku kurang tidur semalam. Apa kau kenal wanita itu sebelumnya? Tampaknya
kalian bukan orang asing.” Ucap Tuan Byun
“Entahlah...
Ini agak samar.” Kata Ji Wook, Tuan Byun ingin tahu apakah Ji Wook tidur
denganya. Ji Wook hanya menjawab tak tahu.
“He, aku
hanya penasaran. Sejak Yoo Jung, kau sudah tidak ada interaksi dengan wanita
sama sekali. Wow, kau tidur dengannya, kan?” kata Tuan Byun makin penasaran. Ji
Wook seperti tak ingin membahasnya dengan mengakhiri telp dan langsung
menutupnya.
Flash Back
Ji Wook
masuk ke dalam rumah dengan membawa sebuket bunga mawar. Tapi ia melihat ada
sepatu pria didepan rumah, lalu berjalan melihat tas wanita berserakan, lalu
baju dan mengambil ada sebuah dasi juga. Matanya berkaca-kaca mengetahui
pacarnya itu berselingkuh dirumahnya.
Ia
seperti ingin pergi tapi ingin melihatnya, saat itu seorang wanita keluar Cha
Yoo Jung dengan pakaian tidurnya. Ji Wook hanya menatapnya dan seorang pria
sedang memakai kemaja dibelakangnya. Keduanya hanya diam saling menatap, Ji
Wook pun merasa seperti dikhianati.
Ji Wook
bersandar di kursinya lalu mengingat tentang Perasaan itu. Di malam sebelumnya
ia mendengar Bong Hee mengatakan akan putuskan kapan mereka putus Jadi
sebaiknya menunggu saja. Ji Wook melihat Bong Hee ingin marah tapi melihat
pertengkaran keduanya.
“Kita
buat adil saja. Aku juga masih muda. Ayo kita putus setelah aku kencan satu
malam, sama seperti kau. Tunggu dan lihat, aku melakukannya atau tidak.” Ucap Bong
Hee lalu terjatuh dan berusaha berdiri.
“Aku
tidak peduli siapa itu. Kuharap seseorang membawaku pergi. Ahh.. Tidak, aku
hanya ingin menghilang selamanya.”gumam Bong Hee
“Pada
saat itu, aku mengerti keputusasaannya...” gumam Ji Wook dan langsung sengaja
menyenggol Bong Hee.
Bong Hee
pun langsung mengajaknya untuk tidur besama. Ji Wook tanpa ragu langsung
menyetujui agar mereka tidur bersama.
“Jadi aku
melakukan sesuatu yang tidak seharusnya.”
Gumam Ji Wook
Ia
merasakan dirinya itu sudah gila melakukan hal itu dengan Bong Hee.
Ji Eun
Hyuk masuk ruangan melihat Tuan Byun Young Hee yang datang lebih awal. Tuan Byun
mengatakan klau Kemarin, bertemu Ji
Wook. Eun Hyuk yakin kalau Ji Wook takkan melepas pekerjaannya karena Itu
mimpinya untuk sampai mati sebagai
jaksa.
“Dan
karena aku juga di sini, maka dia tidak
akan datang.” Kata Eun Hyuk yakin
“Apa
Kalian masih berkelahi?” tanya Tuan Byun. Eun Hyuk seperti tak ingin
membahasnya lalu memperlihatkan berkas kalau akan mengerjakan kasus pro bono
lagi.
“Pengacara
Ji, apa kau mencoba masuk ke politik?” sindir Tuan Byun
“Omong-omong,
kita harus memberi selamat pada Ji Wook” kata Eun Hyuk,Tuan Byun binggung
bertanya untuk apa.
“Asosiasi Korea sedang mengevaluasi
jaksa. Dalam evaluasi ini, akan didasarkan pada uji kasus, daftar 10 orang akan
diumumkan, termasuk jaksa terburuk. Dan hasilnya akan diteruskan ke wakil sekretaris
dan jaksa agung. Evaluasi akan disatukan, dengan total 6 kategori, dan...”
Semua
menonton berita dalam ruangan, Ji Wook pun masuk ruangan. Dua petingginya langsung
memuji Ji Wook yang terbaik. Ji Wok binggung apa yang terjadi melihat dua petinggina
ada diruanganya.
“Wow,
kami sangat bangga padamu. Kau dikenal
sebagai jaksa terburuk.” Ucap si Pria menyindir. Ji Wook mengerti dengan santai
kalau itu bagus. Dua pria itu bingung melihat tanggapan Ji Wook.
“Ini
sebuah kehormatan. Semakin banyak pengacara membenciku, semakin kredibel aku
sebagai jaksa.” Kata Ji Wook.
“Ini
membuat frustrasi, Bukan itu artinya! Kau mengabaikan hak asasi manusia, kau memaksa,
tanpa ampun, dan bias! Kau jaksa yang pantas menerima semua kata negatif dalam
kamus!” ucap atasanya kesal
“Aku
benar-benar benci penjahat. Dan aku benci para pengacara yang membela mereka sementara mereka bicara soal HAM. Tapi
jika mereka membenciku... Tak ada pujian yang lebih baik dari itu.” Kata Ji
Wook.
“Mereka
bukan satu-satunya yang membencimu. Kami juga membencimu.Coba Lihat ini. Kenapa
kau tidak punya surat terima kasih?
Padahal Jaksa lain menerima banyak surat! Orang-orang berterima kasih pada
mereka karena membantu mereka menjalani
hidup baru. Tapi kenapa dindingmu kosong? Apa kau memasang wallpaper baru?”ejek
si pria. Ji Wook pun hanya diam saja.
Dua
bawahanya mencoba menuliskan surat “Jaksa No Ji Wook, terima kasih banyak. Pada
usia 70, ini surat pertama yang kutulis.” Tapi langsung di robek kertasnya dan
mulai menulis yang lainya. “Aku Jang Young Gam dari Cheongchung-do.Tentang apa
yang terjadi...” tapi akhirnya kembali di robek.
Ji Wook
melihat keduanya dan melihat ponselnya, Ibunya yang sedang melakukan spa menelp.
Ibunya mengakan kalau sudah dengar dari
CEO Byun bahwa ananya adalah jaksa terburuk. Ji Wook tak ingin membahasnya dan
langsung menutup telpnya.
Ibu Ji
Wook mengeluh anaknya kalau selalu dingin dan terus terang, padahal dipilih
sebagai jaksa terburuk Karena anaknya sangat bersih dan benar. Si pegawai
merasa tak berpikir begitu. Ibu Ji Wook mengeluh kalau si pegawai yang tak tahu
apapun.
“Putriku
adalah hakim, jadi aku dengar dan lihat beberapa hal dari waktu ke waktu.” Kata
si pegawai
“Aku
tidak tahu putrimu hakim.” Kata Ibu Ji Wook, Si pegawai merasa sudah mengatakan
sebelumnya.
“Dia di
tahun pertama di Lembaga Penelitian dan Pelatihan Yudisial.” Kata si Pegawai
bangga.
“Kenapa
ada begitu banyak jaksa, hakim, dan pengacara akhir-akhir ini? Bahkan anjing
dan kuda pun bisa menjadi hakim.” ejek Ibu Ji Wook
“Kau
bilang Anjing atau kuda? Jika anjing dan kuda adalah hakim, putramu itu yang
mana...” kata si pegawai sengaja memberikan pijatan leher yang menyakitkan. Ibu
Ji Wook berteriak memanggil Ahjumma.
“Bukan
"Ahjumma." Aku Manager Park. Orang berkelas memanggilku itu.” Ucap Manager
Park membangungkan Ibu Ji Wook.
“Aku tak
peduli siapa kau! Ahjumma, jangan coba-coba panggil anakku anjing atau kuda! Dia
berbeda sejak hari dia lahir. Dia berjalan dan berbicara sebelum umur 1 tahun Dan
belajar alfabet sendiri pada umur 3 tahun lalu mulai bermain instrumen Jadi
tentu saja pada usia 5 tahun...” kata Ibu Ji Wook dan si pegawai langsung
menarik Ibu Ji Wook untuk kembali berbaring dan memijatnya.
Bersambung ke episode 2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar