PS
: All images credit and content copyright : SBS
Keduanya
berjalan keluar dari kantor kejaksaan, Ji Wook mengatakan Tak ada bukti nyata
yang mendukung alibinya, Bahkan Tak ada apapun di jalan yang dilewatinya dan
tidak ada foto juga selain itu Jin Woo membayar cash untuk minumannya.
“Dia
bilang jarang memakai kartu kredit.”
Kata Bong Hee membela. Ji Wook heran Bong Hee yang sungguh percaya dengannya.
“Aku ada
di situasi itu juga. Tak ada bukti fisik yang mendukung alibiku.” Komentar Bong
Hee.
“Kau
terlalu berempati kepadanya.” Ejek Ji Wook, Bong Hee menegaskan kalau mereka
itu pengacara.
“Kita harus
sepihak dengan klien kita.” Tegas Bong Hee. Ji Wook mengeluh kalau itulah benci
jadi pengacara.
“Lalu
kenapa kau jadi pengacara?” tanya Bong Hee.
Ji Wook
memberitahu kalau ia jadi pengacara karena Bong Hee, lalu akhirnya terdiam
karena tak ingin menyalahanya. Ia pun meminta agar Jangan berempati dengan semua pembunuh yang
ada di dunia. Bong Hee menegaskan dengan
segala hormat, tidak berempati dengan pembunuh.
“Aku
hanya berempati dengan orang yang salah dituduh sebagi pembunuh.
tegas Bong Hee.
tegas Bong Hee.
“Maksudku,
tidak ada bukti yang membuktikan kalau dia tidak membunuh.” Balas Ji Wook
“Aku
tidak bermaksud kalau aku secara buta mempercayainya. Kita harus mengecek seluruh
fakta dan mempercayainya jika dia kelihatan tidak bersalah. Maksudku, kita
harus melakukan yang terbaik.” Jelas Bong Hee.
Ji Wook
dengan nada kesal sudah tahu pasti mempercayainya. Bong He menegaskan kembali
kalau mereka itu pengacaranya. Ji Wook kembali mengatakan karena itulah sangat
benci jadi pengacara dan Bong Hee yang membuatnya terus mengulang perkataanya.
Bong Hee kesal merasa tak terima kalau semua itu karena Ji Wook. Mereka pun
saling menyalahkan.
Yoo Jung
duduk di depan tangga dengan wajah lesu, saat itu Eun Hyuk baru saja pulang
berkejar melihat Yoo Jung seperti menunggunya. Yoo Jung langsung berdi dengan
kesal karena Eun Hyuk yang tak mau menjawab teleponnya.
“Kenapa
kau dan Ji Wook memperlakukanku seperti ini? Apa Kalian berdua mau mengeroyokku
atau bagaimana? Kenapa aku jadi kekanakan?” keluh Yoo Jung kesal pada keduanya.
“Aku
bahkan tidak kenal kau lagi. Semuanya jadi kacau karena kalian berdua. Aku tahu
kalian benci aku. Aku sadar kalau yang kulakukan itu jahat. Kalian berdua jahat
juga. Tapi apa salahnya dengan itu?” kata Yoo Jung
Eun Hyuk
hanya diam saja. Yoo Jung pun membahas
tentang Ji Wook yang sudah punya pacar sekarang, lalu mengomel pada Eun Hyuk
yan membiarkannya pacaran dengan pelaku
pembunuhan. Eun Hyuk tetap diam. Yoo Jung pun merasa jengkel sendiri karena
harus bicara itu.
Akhirny
Eun Hyuk menyapa Yoo Jung yang lama tak bertemu lalu meminta agar segera pergi.
Yoo Jung binggung, Eun Hyuk pun meminta agar mereka cukup bertemu seperti ini
saja lalu masuk ke apartementnya.
Eun Hyuk
masuk ke dalam kamar terlihat gelisah setelah bertemu langsung dengan Yoo Jung,
seperti ada rasa penyesalan karena Yoo Jung hubungan persahabatan dengan Ji
Wook juga rusak.
Yoo Jung
pun juga terlihat frustasi dengan keadaanya yang belum berubah memilih untuk
minum wine agar bisa tidur.
Bong Hee
berjalan sendirian dengan ponselnya seperti mencari alamat sesuatu sampai
akhirnya ia menemukan tempat yang dituju. Jaksa Jang turun dari mobilnya,
sopirnya memberitahu sebuah toko kue dan
meminta agar tunggu di mobil saja.
Jaksa
Jang menolak karena ingin membeli sendiri saja, sampai di sebuah toko melihat
beberapa kue alam etalase sampai akhirnya menatap sebuah kue.
“Hari ini
adalah ulang tahun anakku. Cheesecake adalah kesukaannya.” Ucap Jaksa Jang
sedih. Lalu pegawai pun akan membungkuskan kue cheese cake.
Saat
menunggu Jaksa Jang melihat Bong Hee yang berjalan dengan tersenyum didepan
toko. Akhirnya pun berjalan keluar toko.
Bong Heee
baru saja berjalan dengan senyuman bahagia ditaman, lalu dikagetakan dengan
melihat Tuan Jang yang berdiri didepanya dengan tatapan dingin.
“Beraninya
kau tersenyum? Apa Kau tahu hari apa ini? Bagaimana bisa kau tertawa dan senyum
seperti itu? Jika dia masih hidup.., maka dia akan menyalakan lilinnya
sekarang. Aku akan memegang tangan puteraku yang masih hidup.” Ucap Tuan Jang
marah
“Hatiku
hancur berkeping-keping...karena membeli kue, bahkan tidak bisa ia makan. Lalu
Beraninya kau!! Kau tersenyum semaumu.” Kata Tuan Jang marah. Bong Hee ingin
menjelaskan tapi Jaksa Jang lebih dulu mencekik lehernya.
“Jika aku
preman yang tak penting, ini pasti akan
jadi lebih baik.Jika aku ini orang yang buas yang tidak kenal hukum dan cita-cita...
Mata dibalas mata. Gigi dibalas gigi. Aku harus memotongmu menjadi keping-keping
segera.” Ucap Jaksa Jang terus mencekik Bong Hee sampai kehabisan nafas.
Akhirnya
Jaksa Jang pun melepaskan dan pergi. Bong Hee memegang lehernya menegaskan
kalau sungguh tidak melakukannya. Ia merasa tak aday yang bisa dilakukan jika
Jaksa Jang tidak percaya kepadanya.
“Aku...
tidak melakukannya. Kau bisa tuduh aku semaunya.., tapi aku tidak dapat
mengakui hal yang tidak aku perbuat.” Tegas Bong Hee.
“Buktikan
kalau begitu! Jika bukan kau pelakunya, maka bawa pelaku aslinya. Sampai saat
itu tiba, kau masih tetap pelakunya. Dan Bagiku, kau tidak lebih dari pelaku.”
Tegas Jaksa Jang dan berjalan pergi. Bong Hee hanya bisa menangis dengan
memegang lehernya yang sakit.
Bong Hee
kembali ke rumah dengan leher di tutup syal lalu dengan senyuman memberitahu
kalau itu alibi dari Jung Hyun Soo. Ji Wook pikir Bong Hee itu bisa menyelamatkannya, tapi tidak yakin. Ji
Wook memberitahu kalau Pemilik bar tidak
tidu tapi aku menemukannya.
Flash Back
Bong Hee
datang ke restoran tempat Hyun Soo minum sendirian, lalu menanyakan pada
pemilik restoran, tapi seperti tak ingat. Bong Hee menemukan sebuah foto yang
tertempel di dinding restoran sebagai kenangan tertulis [20 Mei : Ulang
tahunmu]
“Ini foto
ulang tahun saat kejadian terjadi. Ini cocok dengan yang dikatakan Jung Hyun
Soo, kan?” kata Bong Hee yakin
“Bagaimanapun,
itu takkan dianggap sebagai bukti dan dapat membuktikan alibinya.” Jelas Ji
Wook
“Tapi Ini
memberikan pijakan kalau kita dapat mempercayainya. Skorku satu hari ini.” Ucap
Bong Hee bangga
Bong Hee
kembali ke kamar melihat lehernya dan merasa bersyukur karena tak memar. Ji
Wook tiba-tiba masuk dan melihat leher Bong Hee menyakinkan kalau baik-baik
saja. Bong Hee binggung karena sudah berusaha di tutupinya tapi ketahuan juga.
“Apa yang
terjadi?” tanya Ji Wook khawatir ingin melihatnya. Bong Hee menutupinya mengaku
kalau bukan apa-apa.
“Kau bisa
katakan kepadaku.” Ucap Ji Wook. Bong Hee merasa tidak ingin bicarakan tentang ini.
Ji Wook
pun bisa mengerti dengan menyakinkan kalau keadaaan baik, Bong Hee pun
mengangguk kalau baik-baik saja. Ji Wook pun keluar ruangan seperti tak peduli.
Rapat di
kantor Jin Wook
Tuan Byun
mengatakan akan membuat salinan file dari bukti termasuk jejak kaki. Tuan Bang
pun mengatakan akan mengambil DNA di kancing. Tuan Byun membahas saksinya
adalah warga yang sudah tua lalu merasa tak yakin kalau punya penglihatan
bagus,
“Nona
Kurang Bukti, berikan aku secangkir air.” Ucap Tuan Byun, Bong Hee tak
mengubrisnya.
“Kalau
begitu, kita akan menyingkirkan saksi. Aku harus mencari tahu lebih soal penyerangnya.” Kata Ji Wook
“Karena
aku punya kasus lain, maka aku tidak bisa bantu banyak.., tapi aku akan coba
bantu kapanpun aku bisa.” Ucap Eun Hyuk
Ji Wook
meminta Bong Hee untuk mengambikan pulpen. Bong Hee langsung memberikanya
dengan sigap. Tuan Byun kesal karena Bong Hee yang tidak
bisa dengar hanya saat dirinya yang bicara. Tuan Bang memberitahu kalau Bong
Hee pendengar yang selektif. Tuan Byun mengumpat kesal akan mengambil sendiri
air minum.
Bong Hee
berjalan di depan rumah dengan mengunakan topi dikepalanya. Ji Wook masih
merasa tak yakin kalau saksi bisa mengindentifikasi pelaku dari jarak ini. Eun
Hyuk pikir itu mungkin jika mengenal pelaku. Ji Wook pun meminta Bong Hee akan
melakukan kembali jalan dengan dengan topi yang menutupi wajahnya.
“Saksi
mata mengklaim kalau dia tahu restoran..,lingkungan, dan warga di lingkungan
itu. Tapi Kenapa dia melihat-lihat ke rumah orang lain?” ucap Ji Wook heran
“Itu
karena dia kesepian. Saat kita kesepian, kita melihat orang lain. Kita melihat
agar tahu apa yang orang lain lakukan atau apakah orang lain tidak kesepian.”
Jelas Eun Hyuk
Ji Wook
hanya bisa diam mendengarnya tanpa memperhatikan Bong Hee. Bong Hee melepaskan
topinya bertanya apakah mereka bisa melihatnya atau harus melaukan sekali lagi.
Akhirnya dengan Tuan Bang melihat foto-foto dari forensik
“Ada sesuatu
yang aneh.., tapi aku tidak bisa menunjuknya” ucap Ji Wook
“Kita
menelusuri barang curian. Sesuatu mungkin akan muncul.” Kata Tuan Bang.
“Ini
pembunuhan oleh perampok. Kenapa pelaku menusuknya berkali-kali?” ucap Ji Wook
menunjuk foto korban. Bong Hee pun membenarkan.
“Senjata
yang digunakan untuk membunuh belum ditemukan, kan?” kata Ji Wook. Tuan Byun
mengatakan belum.
Bong Hee
kembali datang mengunjungi Hyun Soo. Hyun Soo merasa Bong Hee tidak perlu mengunjunginya setiap waktu,
membuatnya bersyukur tapi juga merasa bersalah. Bong Hee meminta agar Hyun Soo
tak mengatakan hal itu.
Ji Wook
menelp, keduanya pergi ke sebuah tempat. Seorang pria mengaku tidak tahu apapun
lalu beranjak masuk. Keduanya pergi dengan wajah lesu karena tidak bisa
menemukan sesuatu yang berguna, Ji Wook melihat seorang pegawai yang sedang
membuang sampah dan ingin bertanya, tapi si wanita langsung pergi mengaku tak
tahu apapun.
“Oh,
ternyata.... Tampangmu tidak berhasil.” Ejek Bong Hee. Ji Wook menegaskan kalau
tidak memakai tampangnya. Keduanya pun berjalan.
“Omong-omong,
dimana kita memarkirkan mobilnya?” kata Ji Wook lupa. Bong Hee mengingat mereka
memarkir di sebuah jalan. Ji Wook binggung karena mereka itu berada di jalan
yang sama juga.
“Kita
akan segera menemukannya jika muter-muter di jalan ini” kata Bong Hee berjalan
lebih dulu. Ji Wook mengeluh Bong Hee itu tanpa harapan.
Keduanya
muter-muter mencari mobil mereka yang diparkir. Ji Wook merasa merkea tadi hanya muter-muter saja. Bong Hee melihat
kalau tiap jalan itu kelihatan sama. Ji Wook pun mengeluh dengan restoran yang
membuat restoran di jalan yang kecil bahkan sama.
“Lagi
trend buka restoran di tempat seperti ini.” Kata Bong Hee. Tiba-tiba Hujan
turun sangat deras. Ji Wook langsung menarik tangan Bong Hee untuk cepet
berteduh.
Mereka
pun bertenduh di bawah jalan terowongan, Bong Hee kesal dengan hujan tiba-tiba pahdalan
sudah mencuci rambutnya tadi pagi. Ji Wook mengejek kalau Orang normal mencuci
rambutnya di pagi hari menurutnya Tak ada yang istimewa. Bong Hee seperti baru
mengetahuinya.
Keduanya
pun main air hujan dengan saling mencipratkan ke wajah. Bong Hee pun sengaja
membiarkan tanganya terkena tetasan air hujan. Ji Wook menatap Bong Hee seperti
merasakan sesuatu di hatinya, akhirnya ia buru-buru menyadarkan diri mengajak
segera pergi saja. Bong Hee pikir Masih
sedikit hujan. Ji Wook yang tak ingin hatinya berubah memilih untuk segera
pergi karena harus persiapan untuk sidang.
Ji Hae membawa
sebuah koper masuk ruangan melihat Yoo Jung yang tertidur di kursi dengan wajah
pucat lalu membangunkanya. Yoo Jung pun terbangun dengan pucat pasih. Ji Hae
memberitahu kalau harus pergi ke sidang.
Yoo Jung pun akan ikut pergi juga.
“Aku bisa
pergi sendiri. Aku jaksa yang lumayan dan bisa bicara dengan lancar. Kau harus
tetap di sini dan beristirahat.” Kata Ji Hae merasa khawatir.
“Tidak,
tak apa. Aku ingin pergi juga.” Ucap Yoo Jung seperti memaksakan diri.
Ji Wook
dan Bong Hee akan masuk ke pengadilan tak sengaja bertemu dengan jaksa Jang
didepan pintu. Jaksa Jang menatap sinis. Bong Hee memegang lehernya seperti
masih mengingat kejadian sebelumnya. Ji Wook bisa mengetahui kalau Jaksa Jang
yang mencekik leher Bong Hee, lalu dengan memegang tangan Bong Hee mengajak
agar segera masuk.
Ruang
pengadilan pun berubah tanda kalau Sidang sedang berlangsung. Bong Hee dan Ji
Wook sebagai Pengacara. Sementara Ji Hae dan Yoo Jung duduk sebagia jaksa. Yoo
Jung menatap Bong Hee dan Ji Wook seperti masih tak rela. Akhirnya sidang pun
dimulai dengan jaksa memberikan pernyataan.
“Pada
pukul 19:30 tanggal 20 Mei 2017, terdakwa, Jung Hyun Soo, secara rahasia masuk
ke rumah korban untuk merampok. Setelah membunuh korban dengan senjata tajam, dia
mengambil barang kepunyaan korban. Karenanya, saya menuduh terdakwa, Jung Hyun
Soo, atas pembunuhan dan pencurian... berdasar Pasal 338 KUU Kriminal.” Ucap Ji
Hae
“Pengacara,
kalian mengakui tuduhan tersebut?”tanya Hakim. Yoo Jung terus menatap keduanya
tanpa berkedip.
“Terdakwa
tidak mengakui tuduhan tersebut. Terdakwa tidak punya alasan maupun motif untuk
membunuh korban.” Kata Ji Wook
“Pembunuhan
oleh perampok tidak membutuhkan alasan maupun motif yang spesifik.” Ucap Ji
Hae. Ji Wook membenarkan.
“Bagaimanapun,
pasti ada alasannya, yaitu Alasan utama terdakwa melakukan perampokan.” Jelas
Ji Wook
“Kami
menemukan di TKP ada barang dari korban yang hilang.” Kata Ji Hae ingin
menuntut
“Anda benar.
Ada sesuatu yang hilang. Namun... tak ada bukti juga bahwa barang tersebut
diambil oleh terdakwa. KeJaksan belum gagal melacak lokasi dengan barang hilang
tersebut. Barang yang hilang tersebut tidak ditemukan baik di rumah maupun
tempat kerja pelaku. Dan Juga, saat kami mengecek akun bank dan rekeningnya.., kami
tidak dapat menemukan pemasukan uang yang dia dapat dari perampokan.” Ucap Ji
Wook membela.
“Apa kau
mengklaim kalau tak ada pencurian... yang dilakukan?” tanya hakim. Ji Wook
membenarkan.
“Biarkan
saya menunjukkan ini, Yang Mulia. Agar dapat disahkan sebagai tindakan
pembunuhan dan perampokan yang dibutuhkan adalah terdakwa dibuktikan
bersalah untuk merampok. Dan Juga,
terdakwa harus terbukti...melakukan pembunuhan saat merampok. “ jelas Ji Wook
“Oleh
karena itu, tuduhan oleh jaksa yang ada pada terdakwa... Menurut Pasal 338 KUU
Kriminal... tidak sah karena terdakwa tidak pernah mencoba, melakukan tindak
perampokan. Dan Juga tidak ada bukti yang menunjukkan... bahwa terdakwa
melakukan pembunuhan. Oleh karena itu, terdakwa... juga tidak dapat dituntut
sebagai pembunuh. Hanya itu, Yang Mulia.” Kata Ji Wook membela klienya. Bong
Hee terlihat sedikit bahagi karena bisa membela Hyun Soo yang tak salah.
Bong Hee
pikir Jika mereka terus seperti ini sampai sidang kedua dan sukses mencurigai
saksi, maka akan memenangkan kasusnya dan Jung Hyun Soo akan dibebaskan. Tapi
saat itu pandangan Ji Wook melihat pada Yoo Jung yang berdiri didepan mobilnya
seperti bertahan dengan sakitnya.
Dari
kejauhan Eun Hyuk juga melihat Yoo Jung yang lemah. Ji Wook akhirnya mendekati
Yoo Jung yang lemah memegang lenganya sebelum terjatuh. Yoo Jung sedikit kaget
melihat Ji Wook didepanya.
“Apa Kau
baik-baik saja?” tanya Ji Wook. Yoo Jung mengaku baik-baik saja.
“Kurasa
kau tidak boleh mengendara sekarang.” Ucap Ji Wook. Yoo Jung pikir masih
mampu. Ji Wook tetap ingin mengantikan
untuk menyetir lalu masuk di belakang kemudi.
Bong Hee
melihat dari kejauhan dengan tatapan sedih, Ji Wook pun hanya melirik lalu
masuk. Eun Hyuk melihat dari kejauhan pun tak bisa berkata apa-apa. Akhirnya
keduanya naik mobil bersama dengan wajah sedih.
“Aku tahu
ini akan terdengar tidak dewasa.., tapi terkadang aku iri dengan perempuan yang
sakit. Ibuku melahirkan aku sebagai anak yang sehat, jadi jarang sakit.” Keluh Bong
Hee. Eun Hyuk hanya bisa tertawa.
“Kau
tidak perlu tertawa.” Kata Bong Hee . Eun Hyuk pun hanya bisa menatap Bong Hee
seperti menahan rasa kecewa.
Bong Hee
masuk rumah dan melihat masih gelap yang berarti Ji Wook belum pulang. Eun Hyuk
masuk rumah terlihat air matanya mengalir, seperti yang ditahan selama ini.
Ji Wook
mengantar Yoo Jung sampai rumah lalu akan pamit pergi, lalu menyarankan untuk
pergi ke rumah sakit. Yoo Jung pikir tak perlu karena akan baik-baik saja setelah minum obat pereda
deman dan tidur, dan Ji Wook pasti tahua kalau ia selalu merasa baikan setelah keringatnya
sudah keluar. Ji Wook akan pergi tapi saat itu Yoo Jung menahan tanganya.
“Kau
harus masuk dulu. Hanya masuk dan minum teh, oke?” kata Yoo Jung. Ji Wook meminta
agar Yoo Jung jangan melakukan itu.
“Aku
terlalu mencintaimu. Karena itulah cintamu tidak cukup terasa olehku. Aku
selalu haus cinta. Aku merasa hanya aku yang gelisah dalam cinta. Tapi setelah
kau pergi... Setelah kita putus, Aku sadar kalau ini cinta masih ada pada
dirimu. Meskipun aku mati kehausan cinta..,aku ingin berada di sisimu, Ji Wook.”
Ungkap Yoo Jung dengan mata berkaca-kaca. Ji Wook menatapnya dengan mata ikut
berkaca-kaca.
Bong Hee
menunggu dalam rumah terlihat gelisah, lalu mengeluarkan cream tanganya tapi
karena melamun malah mengeluarkan semua pada tanganya. Akhirnya ia membuka
kulkas dan merasa kalau kulkasnya sudah rapih jadi tak perlu dibersihkan.
Akhirnya
Bong Hee yang mondar mandir melihat papan nama Ji Wook, dan keluar dari rumah
untuk menunggu Ji Wook. Ji Wook akhirnya pulang ke rumah melihat Bong Hee yang
menunggunya. Bong Hee pun langsung berlari kepelukan Ji Wook.
“Aku
menyukaimu... Aku....menyukaimu, Pengacara Noh.” Ungkap Bong Hee mengaku
perasaan yang selama ini di pendam. Ji Wook ingin memegang kepala Bong Hee tapi
diurungkan niatnya.
“Jangan...
jatuh cinta kepadaku.” Ucap Ji Wook seperti masih menyukai Yoo Jung.
“Tidak
semua yang dimulai akan berjalan dengan sempurna, Beberapa hal berhenti tepat
setelah mereka memulainy, karena setiap yang dimulai itu menakutkan.” Gumam Ji
Wook.
Epilog
Nyonya Hong
kaget mengetahui Nyonya Park yang Berhenti kerja. Dua pegawai kaget karena
Nyonya Park yang tidak menelepon padahal sudah memberitahu setiap klien VIPnya.
Nyonya Hong kesal karena Nyonya Park yang melewatkannya.
Saat
menuruni tangga, Nyonya Hong melihat Nyonya Park yang berjalan menaiki
tangga. Nyonya Park melihat klienya
memilih untuk berlair kabu keluar dari gedung. Nyonya Hong berteriak menyuruh
Nyonya Park berhenti merasa tak terima karena dilewatkan begitu saja.
Bersambung
ke episode 13
Tidak ada komentar:
Posting Komentar