“Terima
kasih atas semua yang kau lakukan padaku selama ini. Karena aku tidak memiliki
apapun, tetapi hanya hati yang penuh terima kasih.., aku akan membalas
kebaikanmu di masa mendatang.”
Ji Wook
membaca note yang dituliskan Bong Hee padanya, lalu melihat Bong Hee yang
membereskan semua makanan di dapur, seperti sangat teratur. Bong Hee meminta
agar Ji Wook makan kacangnya tiap hari
karena akan membantumu melawan insomnia. Bong Hee menaruh beberapa kacang agar
Ji Wook memakanya, Ji Wook ke dapur tak melihat Bong Hee di dapurnya.
“Kudengar
tidak bagus meminum minuman keras sebelum tidur. Aku juga meninggalkan teh
untuk insomnia.” Ucap Bong Hee. Ji Wook melihat tempat teh dan merasa kalau
rasa tidak enak.
“Aku
mengatur sayuran di kulkas.” Pesan Bong Hee. Ji Wook melihat kulkasnya dan
merasa kalau sangat benci wortel dan menurutnya sangat Sia-sia.
Bong Hee
membereskan semua barang ditas dan akan pergi, Ji Wook seperti bisa melihatnya
dan bayangan Bong Hee pun hilang. Ji Wook seperti mulai merasakan kehilangan
Bong Hee yang meninggalkan rumahnya.
“Kalau
begitu...Selamat tinggal.” Ungkap Bong Hee. Ji Wook berkomentar Bong Hee yang meninggalkan
kamar hingga bersih lalu melihat bedak yang ditinggalkan diatas meja, merasak
kalau Bong Hee selalu melupakan barang.
Ji Wook
memasak seperti biasa, lalu ingin menyajikan dua piring. Tapi teringat kalau
sekarang hanya sendirian dan menyajikan hanya satu piring. Saat makan seperti
nafsu makanya hilang, Ji Wook mengingat saat makan bersama Bong Hee. Wajah Bong
Hee selalu tersenyum bahagia saat makan bersamanya.
Ji Wook
memberikan surat resmi pengunduran dirinya jadi meminta agar bisa menerimanya.
Tuan Byun tahu kalau Ji Wook pasti akan membuka praktek firma. Ji Wook
membenarkan. Tuan Byun mengatakan akan berinvestasi di prakteknya itu.
“Tidak,
aku tidak mau menerima uang gelap.” Kata Ji Wook
“Hei,
kunyuk. Orang-orang mungkin salah kira saat mereka mendengar ini. Apa Aku ini preman,
semacamnya, atau mafia?” kata Tuan Byun kesal
Ji Wook
keluar dari ruangan Tuan Byun, tiga orang pengacara menguping mengatakan agar
memberikann catatan percobaan. Ji Wook membalikan badanya lalu menegaskan kalau
menyerahkan surat pengunduran diri karena mereka.
“Aku tahu
dengan sangat baik kalian tidak mau melihatku. Karena itulah aku ingin bekerja
setiap hari dan menunjukkan wajahku ke kalian. Aku kecewa jadi berubah seperti
ini.” Ucap Ji Wook lalu pergi meninggalkanya dengan senyuman. Tiga pengacara
binggung melihat tingkah Ji Wook.
Ji Wook
menarik Tuan Bang menuruni tangga di kantor pengadilan lalu berbicara di bawah
tangga. Ia memberitahu kalau sudah
meninggalkan firma dan membuka praktek sendiri.
“Aku
butuh seorang manajer dan butuh seseorang sepertimu Kepala Bang.” Kata Ji Wook
“Apa Kau
merekrutku untuk sebuah pekerjaan? Apa Kau mau aku keluar dari pekerjaan ini?”
keluh Tuan Bang
“Tidak,
aku tidak pernah bilang kau harus keluar. Aku bilang jika aku harus punya
manajer, maka aku mau orang sepertimu.” Tegas Ji Wook lalu saling merahasiakan
dan pamit pergi.
“Apa yang
dia ingin aku lakukan? Kenapa dia melakukan itu lagi? Dia kelihatan baik untuk
sementara.” Ungkap Tuan Bang melihat Ji Wook dengan wajah kebingungan.
Rumah Ji
Wook di ubah beberapa barang dikeluar dari ruangan dan dibersihkan. Ji Wook
membersihkan sendiri rumahnya. Dibagian tengah sengaja dibuat kosong.
Ia
mengemudikan mobilnya pergi ke Asosiasi Pengacara Distrik Seoul untuk Melaporkan pembukaan praktek ke
Asosiasi. Barang-barang kantor pun dibawa masuk dalam ruangan,
Tuan Byun
diam-diam melihat kedalam rumah saat Ji Wook yang membereskan ruangan bawah
sebagai kantor barunya. Ji Wook akhirnya melihat ruangan bawahnya sudah seperti
kantor pada umumnya dan duduk di meja dengan papan namanya pun dibuat
“Pengacara Noh Ji Wook”.
Tuan Byun
bicara dengan Eun Hyuk, Eun Hyuk bertanya apakah sungguh akan keluar. Tuan Byun pikir tak
mungkin Ji Wook mengatur firmanya sendiri bahkan takkan bisa mendapatkan uang
untuk seumur hidupnya, menurutnya Ji Wook lebih cocok memberikan seluruh uangnya
ke seluruh tempat.
“Ternyata
ini bagus. Baru-baru ini, orang-orang mengatakan kau kehilangan perebutan
kekuasaan...di firma ini.” Kata Eun Hyuk. Tuan Byun tak mengerti maksud
ucapanya.
“Ini bagus
karena ada alasan kau keluar dari firma. Ji Wook akhirnya melakukan dengan
benar karenamu.” Ejek Eun Hyuk. Tuan Byun mengumpat dengan perkataan Eun Hyuk.
“Haruskah
aku datang juga?”kata Eun Hyuk. Tuan Byun bertanya apakah Eun Hyuk juga ingin
datang.
“Setidaknya
harus ada satu pengacara yang menguntungkan sepertimu.” Kata Tuan Byun. Eun
Hyuk memikirkan apakah Ji Wook akan
memperkerjakanya.
Tuan Byun
pikir tak ada alasan kalau Ji Wook yang mau menerimanya, karena tahu mantan
pengacaranya itu berencana mau mempekerjakan beberapa pengacara dan akan merekrut
seseorang suatu hari. Eun Hyuk tak percaya tapi merasa sangat bersemangat mendengarnya.
[Studio Taekwondo Lee Ho]
Bong Hee
berdiri didepan para murid-murid masih kecil mengajak Taekwondo, lalu berjalan
memperbaiki gerakanya dan tiba-tiba jatuh lemas. Pikiran melayang mengingat
kenangan dengan Ji Wook selama beberapa minggu tinggal bersama.
Pertama
saat Bong Hee datang ingin tinggal dirumah Ji Wook tapi memikirkan alasanya,
tapi tiba-tiba Ji Wook sudah ada dibelakangnya yang membuatnya kaget dan
membuatnya hampir terjatuh dan membuat kakinya sedikit terkilir.
Ji Wook
meminta maaf karena tidak tahu akan sekaget ini, lalu memastikan kalau keadaan
baik-baik saja dan tidak terluka. Bong Hee mengaku kalau dirinya baik-baik
saja. Ji Wook memberitahu kalau dirinya mabuk.
Setelah
itu Ji Wook melihat Bong Hee dengan kaki digips mengendongnya sampai masuk
kamar, lalu mengobati kakinya bahkan mengambilan cemilan juga minuman, melayani
seperti ratu.
Ji Wook
pun datang dengan wajah panik mengetahui Bong Hee yang bertemu dengan si
pelaku. Bong Hee yang melamun mengingat semua kenangan dengan Ji Wook, terkena
pukulan dari anak didiknya. Ia pun jatuh tergeletak di lantai.
Bong Hee
membereskan semua perlengkapan di ruangan, temanya datang menanyakan apakah
Bong Hee sungguh mau keluar padahal
Pekerja paruh waktu bahkan belum ada yang datang.
“Akan
bagus jika kau membantuku sampai pengiriman tiba. Tapi kau sungguh baik-baik
saja dengan ini?” kata temanya.
“Haruskah
aku lanjutkan ini jika akan menambah utangku? Aku harus mundur sekarang.” Ucap Bong
Hee.
“Coba
Lihat, Mendapat lisensi instruktor jadi berguna. Apa Kau tidak setuju denganku?
Hei. Lakukan sesuatu dengan kacamata itu.” Ucap temanya.
“Aku
tidak pakai lensa kontak. Kosmetik dan shampoku juga mau habis. Aku menabrak
bantalan yang dibeli dalam jumlah besar. Rasanya semuanya bertabrakan dalam
satu waktu.” Ucap Bong Hee melepaskan kacamtanya lalu memberitahu temanya kalau
ada orang tua yang ingin berkonsultasi.
Temanya
menyapa pria yang baru datang. Ji Wook menyapa dengan senyumanya. Temanya
merasa Ji Wook terlalu muda untuk jadi orang tua dan berpikir mau berlatih. Ji
Wook mengatakan kalau ingin
berkonsultasi dengan instruktur yang ada di depanya. Bong Hee memakai
kacamatanya dan kaget Ji Wook datang menemuinya. Keduanya pun duduk bersama
ditaman.
“Jadi, apa
kau sudah tidak jadi pengacara lagi sekarang?” tanya Ji Wook. Bong Hee mengaku
hanya sementara.
“Bukankah
kau berpikir kau menyerah dengan mudahnya?” kata Ji Wook. Bong Hee mengaku
kalau mungkin Tidak mudah juga.
“Sulit
untuk menyerahkan segalanya, apalagi jika itu pekerjaan atau hubungan.” Kata
Bong Hee
“Aku
tidak paham. Meskipun mudah menyerah, maka kau tidak boleh menyerah. Kenapa kau
menyerah jika itu keputusan yang sulit dibuat?” kata Ji Wook
Bong Hee
pikir kali ini waktunya untuk berkompromi. Ji Wook berpikir kalau itu artinya
menolak proposalnya. Bong Hee binggung apa maksudnya. Ji Wook pikir kalau Bong
Hee sedang membuangnya. Bong Hee semakin binggung.
“Aku
sudah bilang kepadamu sebelumnya. Aku ingin kau kembali dan bekerja denganku.”
Kata Ji Wook
Flash Back
Ji Wook
keluar dari cafe meminta agar bisa kembali dan berkerja untuknya. Bong Hee
pikir kalau tidak paham apa yang dikatakan, dan saat itu tiba-tiba Ji Wook
jatuh di pelukan karena mabuk.
“Bukankah
itu cuma tingkahmu saat mabuk?” kata Bong Hee. Ji Wook mengaku kalau itu sangat
bersungguh-sungguh
“Kau
tidak sedang bermain denganku, kan?” ucap Bong Hee memastikan. Ji Wook mengkau
tidak sedang bermain.
Bong Hee
tiba-tiba mendekati Ji Wook yang membuat Ji Wook kaget dengan yang dilakuan.
Bong Hee mengaku kalau tidak bisa
membaca wajahnya jadi tidak bisa tahu ini lelucon apa bukan. Ji Wook pun
membiarkan Bong Hee memastikanya. Akhirnya Bong Hee pun yakin kalau Ini bukan
lelucon.
“Pokoknya,
aku akan membayar di muka. Jadi, ayo beli lensa kontak.” Kata Ji Wook.
“Jadi Kau
ingat... Aku pikir kau tidak ingat karena kau mabuk. Lalu, apa kau ingat yang
terjadi selanjutnya?” kata Bong Hee sengaja memancing,
Ji Wook
mengingat kejadian saat dimalam itu, lalu mengaku kalau Yang terjadi selanjutnya tidak ingat. Bong
Hee mengerti kalau Ji Wook tidak ingat dengan senyuman malu-malu.
“Hei...
Jangan bertingkah malu-malu... Bawa barang-barangmu juga.” Ucap Ji Wook
“Aku
mengapresiasi penawaranmu..,tapi aku takkan menerimanya. Ini.. membutuhkan keberanian
besar untuk menyerah. Jika aku harus kembali lagi setelah kembali padamu.., lalu,
itu akan sangat sulit untukku. Yang terpenting.., jika aku pergi, nanti akan
merepotkanmu. Nanti aku akan kelihatan tidak tahu malu. Terima kasih karena
datang menemuiku.” Kata Bong Hee pamit pergi.
“Bong
Hee... Kau unik karena kau tidak tahu malu. Tapi jika kau memutuskan untuk tak
menjadi orang yang tidak tahu malu.., Maka apa yang akan menjadikan perbedaanmu
dengan orang lain? Kau harus pikirkan itu.” Kata Ji Wook lalu berjalan
memikirkan kalau gayanya sedikit terlalu keren.
Bong Hee
duduk dengan wajah gelisah diruangan, lalu guling-gulingan di lantai. Ia merasa
hampir tidak bisa mengumpulkan keberaniannya, bahkan Sangat susah baginya untuk
menyerahkan kerja dan Ji Wook dan kembali guling-gulingan.
Temanya
terlihat di depan jendela depan, lalu memberikan tanda untuk menyetujuinya.
Bong Hee tersenyum bahagia melihat temanya yang mendukungnya.
Bong Hee
membawa kopernya keluar dari gedung, terdengar suara klakson dan Ji Wook keluar
dari mobil seperti sengaja menunggunya. Ji Wook mengejek kalau ini lebih cepat
dari harapan karena hanya memakan waktu 7 menit.
“waktu 7
menit itu sangat lama.” Kata Bong Hee kesal. Ji Wook memasukan koper di bagasi
lalu menyuruh Bong Hee masuk ke mobilnya. Bong Hee tersenyum bahagia dan
keduanya pun menaiki mobil bersama.
“Aku lupa
memberitahumu ini... Bong Hee, kau terkadang harus merepotkan. Tapi bukan hanya
itu, yaitu Jaminan. Kau juga jaminan. Untuk membantuku menangkap pelaku.., maka
kau harus berada di sisiku.” Jelas Ji Wook. Bong Hee mengerti kalau ini Jaminan
wajahnya tersenyum bahagia.
Ji Wook
membawa koper Bong Hee ke rumahnya, Bong He sempet terdia. Ji Wook bertanya
apakah Bong Hee tidak mau masuk. Bong Hee tersenyum kalau akan segera masuk.
Di dalam
rumah, sudah ada Tuan Bang, Eun Hyuk dan Tuan Byun menyambutnya. Ji Wook
mengeluh ketiganya yang masuk tanpa ijin. Bong Hee pun menyapa semuanya dengan
kacamatnya. Eun Hyuk merasa sudah sangat lama tak melihat Eun Hyuk mengunakan
kacamatanya itu.
“Kurasa aku
pernah melihatmu sebelumnya” kata Tuan Byun. Tuan Bang pikir Pengacara Eun
adalah pengacara yang ingin di rekrut Ji Wook.
“Kami
sudah ditakdirkan. Aku akan melakukan yang terbaik.” Kata Bong Hee.
Ji Wook
memberitahu meja kerja Bong Hee, Tuan Byun merasa pernah melihat Bong Hee
sebelumnya. Bong Hee ingin memperkenalkan diri, tapi Tuan Byun meminta agar tak mengatakan dan
mengingat Bong Hee pembunuh itu. Bong Hee langsung cemberut mendengarnya.
“Dia dibebaskan
karena kurangnya bukti. Dia yang membunuh anaknya Moo Young, kan?” kata Uan
Byun
“Siapa
pria itu? Siapa dia memfitnahku seperti itu?” bisik Bong Hee pada Ji Wook. Ji
Wook mengaku kalau tak mengenalnya.
“Dia
adalah Ketua Byun and Partners.” Ucap Eun Hyuk memperkenalkanya. Bong Hee
merasa Tuan Byun tidak kelihatan tahu presumsi dan orang yang tak bersalah.
Tuan Bang setuju dengan hal itu.
Kali ini
Tuan Byun yang marah dan ingin tahu apa yang akan dilakukan Bong Hee di kantor
Ji Wook. Bong Hee memberitahu kalau Pengacara Noh datang sendiri untuk
merekrutnya. Ji Wook mengeluh Bong Hee yang mengatakan hal itu. Tuan Byun makin
marah berpikir Ji Wook sudah gila. Ji Wook menegaskan kalau dirinya tak gila
“Kita
akan keluar bisnis jika dia ada di sini. Itu kemungkinan besar. Apa yang dia
pikirkan?” teriak Tuan Byun
“Kepala
Byun.. Jangan khawatir. Aku akan mendapatkannya.” Kata Eun Hyuk.
Ji Wook
berteriak kesal menyuruh mereka keluar karena sangat berisik sekali, padahal
hanya mengubah pikiran dan akan bekerja sesuai keinginanku. Ia menegaskan takkan
bekerja dengan salah satu dengan mereka. Tuan Byun mengatakan tetap ingin
tinggal bersama Ji Wook, Eun Hyuk sambil memeluk Ji Wook kalau akan
membantunya.
Tapi
beberapa saat kemudian, Ji Wook mendorong Eun Hyuk keluar dari rumahnya. Ji
Wook seperti masih sangat marah. Eun Hyuk tersenyum mengatakan kalau tidak
terluka jadi jangan khawatir, karena bisa terbangun setelah bergulingan.
“Semuanya
akan berjalan lancar. Aku suka tempat duduk Pengacara Eun.” Teriak Eun Hyuk. Ji
Wook memilih segera masuk ke dalam rumah.
Bong Hee
mengeluarkan semua barang-barang diatas meja, setelah itu mengingat ucapan Ji
Wook yaitu Sebuah jaminan dan ia sebagai
jaminan.
“Aku
tidak tahu kalu kata "jaminan" akan terdengar romantis dan seksi. Dari
manusia jadi jaminan.” Ungkap Bong Hee merasa sudah naik tingkat dan
berguling-gulingan di kasurnya.
Bong Hee
keluar kamar sudah menganti pakaiannya, Ji Wook berada di dapur untuk minum,
lalu bertanya apakah Bong Hee lapar. Bong Hee mengaku tidak tapi bosan, maka
penasaran apa ada yang bisa dimakan. Ji Wook mengejek kalau itu artinya Bong
Hee lapar. Bong Hee mengaku tidak seperti itu. Ji Wook memberitahu kalau Ada
roti dan buah.
“Omong-omong,
apa Kepala Bang bekerja dengan... ketua Byun yang bekerja dengan kita?” tanya
Bong Hee. Ji Wook mengaku Mungkin.
“Bagaimana
dengan Pengacara Ji?” tanya Bong Hee. Ji Wook tak ingin membahasnya memberitahu
kalau Ada es krim di kulkas.
Ji Wook
keluar dari rumah, Eun Hyuk masih menunggu mengajak Ji Wook agar bisa
bicara. Ji Wook menyuruh Eun Hyuk agar
Jangan halangi jalannya. Eun Hyuk meminta agar bisa meluangkan waktu untuknya.
Ji Wook langsung menolaknya.
“Aku
ingin menjelaskan tentang diriku sendiri.” Kata Eun Hyuk.
“Sudah
terlambat.”balas Ji Wook dingin. Eun Hyuk memohon agar Tolong dengarkannya.
Keduanya
akhirnya duduk ditaman berduah, Eun Hyuk bertanya apakah Ji Wook ingat mereka mengubur
kapsul waktu saat muda. Ji Wook pikir kalau saat itu mereka belum dewasa. Bong
Hee mengajak Ji Wook agar membuka kapsul waktu itu.
“Berhenti
bicara begitu dan langsung ke intinya saja. Kau takkan mendapatkan kesempatan
seperti ini lagi.” Kata Ji Wook. Eun Hyuk mengerti ingin menjelaskan.
Tiba-tiba
sebuah putung rokok terjatuh didepan Eun Hyuk, Eun Hyuk berteriak memanggil
keduanyam memarahi karena masih terlalu muda untuk merokok di taman,bahkan
berani membuang putung rokok di depan orang dewasa.
“Hei.. Bagaimana
jika ini mengenai wajahnya? Kau akan dibebankan karena melukai seseorang. Apa Kau
tahu itu?” ucap Ji Wook
“Aku pernah
dengar suaranya sebelumnya.” Kata si anak yang dulu meminta pembelaan darinya.
Ji Wook pun menyapa si anak sambil menanyakan kabar ibunya.
“Hei, aku
bilang padamu tentang pengacara sombong itu kan?” kata si anak pada temannya.
Ji Wook
dan Eun Hyuk marah berdiri dari tempat duduknya,keduanay tiba-tiba panik karena
melihat dua remaja didepanya lebih tinggi dari mereka. Eun Hyuk akhirnya merasa
kalau Pasti ada kesalahpahaman dan hanya lewat tadi jadi tidak punya maksud
untuk mengganggu mereka. Ji Wook setuju.
“Kalian
harus berhenti merokok dan akan jadi pukulan hebat.” Kata Ji Wook dan keduanya
akan pergi tapi dua orang lain datang didepan mereka.
“Jika kita
mengangkat kepalan kita dulu, maka kita akan terbebani juga.” Bisik Eun Hyuk.
JiW Wook setuju karena Untuk melindungi diri sendiri
“Mereka
harus memukul duluan. Kita juga tidak bisa memukul mereka sebanyak yang mereka
lakukan.” Kata Eun Hyuk
“Mereka
bisa menginap di RS setidaknya 3 minggu. Jangan pukul mereka terlalu banyak.” Balas
Ji Wook
“Tapi tak
ada CCTV untuk membuktikannya.” Ucap Eun Hyuk melihat sekeliling.
“Kalau
begitu, kita hanya harus...Bertarung dengan siswa sekolah dan dibebankan Atau..
Berlaku adil dan terus terang.” Ucap Ji Wook yang sudah siap berkelahi.
Mereka pun
akan siap bertarung dan akhirnya memilih untuk berlari kabur, tapi didepan
mereka ternyata ada anak remaja lainya. Mereka berkelahi mencoba melawan anak
remaja, tapi kalah juga karena kalah orang yang melawan anak remaja.
Keduanya
akhirnya berbaring di trotoar dengan wajah babak belur. Eun Hyuk menatap
temanya lalu bergumam kalau ada yang ingin dkatakanya, kalau ia yang suka lebih
dulu.
Flash Back
Eun Hyuk
membawa sebuket bunga dan berlatih berbicara pada Yoo Jung kalau menemuikan di
jalan dan Yoo Jung ada dalam hatinya. Tapi saat akan sampai didepan rumah,
melihat Yoo Jung sedang berbicara dengan Ji Wook.
“Ji Wook.
Bagiku, kau lebih dari teman tapi kau adalah pria.”akui Yoo Jung. Ji Wook
binggung yang dikatakan Yoo Jung.
“Apa Mau
kencan denganku Atau kau takkan pernah melihatku lagi?” kata Yoo Jung
memberikan pilihan.
Eun Hyuk
melihat dari kejauhan seperti kecewa, Ji Wook kebingungan dan akhirnya mengaku
kalau memilih untuk berkencan.
“Cerita
itu sangat jelas. Kupikir... aku bisa menyerah akan perasaanku kepadanya.” Gumam
Eun Hyuk.
Saat ada
di perpustakaan, Ji Wook dan Yoo Jung duduk bersama saling mengambar hati. Eun
Hyuk duduk didepanya melihat kedekatan keduanya seperti merelakan keduanya.
Ji Wook
yang duduk di taman dan Yoo Jung datang memberikan kecupan di pipinya. Saat itu
Eun Hyuk duduk didekat mereka, Ji Wook pun bertanya apakah sudah makan. Eun
Hyuk mengaku belum. Keduanya akan makan, Yoo Jung pun mengajak Eun Hyuk untuk
makan bersama. Eun Hyuk pun menolaknya dan hanya bisa menatap sedih.
“Kupikir
aku sudah menyerah akan perasaanku. Tetapi... Aku gagal.” Gumam Eun Hyuk
Saat Ji
Wook datang ke rumah Yoo Jung yang baru keluar dari kamar, Eun Hyuk memakain
kemejanya dan sama-sama kaget melihat Ji Wook yang datang. Ji Wook pun merasa
sakit hati karena dikhianati oleh pacarnya dan juga temanya.
“Aku tak
bisa menyerah... dan hanya ada itu.” Gumam Eun Hyuk.
“Setelah kupikirkan
tentang ini dan aku sadar bukan di tempat untuk dapat maaf darimu, Ji Wook.” Ucap
Eun Hyuk duduk
“Aku
takkan... pernah memaafkanmu.”kata Ji Wook ikut bangun lalu berjalan pergi. Eun
Hyuk sudah mengetahuinya dengan tertunduk sedih. Ji Wook menatap musuhnya yang
duduk sendirian.
“Meskipun
itu semua telah terjadi., aku tak bisa melepaskan ikatan dengan Eun Hyuk...
dan... benar-benar membenci Yoo Jung karena...” gumam Ji Wook
Flash Back
Ji Wook
menangis di rumah duka saat ayahnya meninggal, Yoo Jung dan Eun Hyuk sebagai
temanya masih kecil menemaninya. Ji Wook
terus menangis dan dua temanya menenangkanya.
Saat
remaja Ji Wook dan Eun Hyuk berjalan bersama, saat itu Yoo Jung datang
merangkul keduanya tersenyum bahagia. Keduanya mengeluh Yoo Jung agar tak
melakukanya. Ketika mereka kuliah, Eun Hyuk mengajarkan Yoo Jung untuk mengocok
soju, dan mereka minum bersama dengan senyuman bahagia.
“Ini
karena mereka berarti...segalanya bagiku. Karena hanya mereka temanku.” Gumam Ji
Wook mengingat kenangan pada dua temanya.
Bong Hee
melihat Ji Wook yang baru pulang, Ji Wook ingin masuk ke kamar dengan menutupi
wajahnya mengunakan hoddie. Bong Hee
ingin melihat wajahnya. Ji Wook menolak ingin segera naik keatas. Bong Hee bisa
menahan dan memegang Ji Wook dan kaget melihat wajahnya babak belur.
“Ini
Tanding 30 banding 2. Itu pertandingan
yang sangat sengit. Mereka memukulku 30kali saat aku memukul hanya 2kali.” Kata
Ji Wook
“Astaga,
brengsek macam apa yang melakukan ini padamu?” ucap Bong Hee marah. Ji Wook
pikir Bong Hee tak perlu tahu karena lawanya hanya brengsek.
“Kau
harus Panggil aku lain kali. Kau tahu aku ini masternya taekwondo.” Kata Bong
Hee.
Bong Hee
akhirnya memberikan obat pada Ji Wook kalau pasti sangat perih. Ji Wook tak
bisa menahan sakit di bibirnya, Bong Hee meminta Ji Wook agar menahan sedikit
lagi. Ji Wook mengeluh kalau Bong Hee harus lebih halus mengolesinya. Bong Hee
akhirnya meminta agar sisi pipi lainya agar diobati. Beberapa saat kemudian Ji
Wook sudah tertidur lelap di sofa.
“Terkadang,
dia tidak kelihatan menderita insomnia.” Gumam Bong Hee tersenyum bahagia
melihat Ji Wook.
Tuan Byun
memberitahu kalau akan melakukan adegan
besar dan berbaring di lantai dan Tuan Bang hanya membalik mejanya saja. Tuan
Bang pikir tak perlu mengkhawatir hal itu. Tuan Byun pikir mereka akan lihat
perkembangan situasinya dan jika perlu Tuan Bang ikut berbaring.
“Aku hampir
masuk ke departemen drama saat kuliah.” Kata Tuan Bang bangga
“Aku
senang kau akan bekerja bagus.” Ungkap Tuan Byun senang, mereka pun segera
masuk rumah Ji Wook.
Ji Wook
turun dari kamarnya dengan pakaian kerjanya, Tuan Byun langsung mengancam Ji
Wook agar memperkerjakan Eun Hyuk lalu berbaring di lantai. Ji Wook tak peduli
memilih untuk pergi ke ruangan kerjanya. Tuan Bang ingin membalikan meja tapi
kesusahan.
“Hei, berikan
posisi kepadanya sekarang. Jika tidak, bisnismu tidak akan lancar. Tidak bisakah
kau dengar aku? Pekerjakan Eun Hyuk!” teriak Tuan Byun. Ji Wook tak peduli
memilih pergi ke ruanganya. Tuan Byun
mengumpat Ji Wook yang tak peduli walaupun sudah berbaring dilantai.
“Berita
selanjutnya. Pelaku dari pembunuhan Koki Yang Jin Woo... telah terungkap. Polisi
mengirim sidik jari dan jejak kaki dari TKP... ke Badan Forensik Nasional untuk
dianalisis dan berencana mempersempit pelaku secepatnya. Baru saja jadi bintang
chef karena wajahnya yang tampan.., kabar ini mengejutkan para penggemarnya”
Bong Hee
yang menonton berita sedih karena penggemarnya juga. Eun Hyuk ikut melihat
kenapa Bong Hee menyukainya. Bong Hee melihat si chef itu tampan. Ji Wook yang
mendengarnya terlihat kesal, menurutnya itu tak tampan dan mengejak Bong Hee
itu standarnya rendah sekali. Eun Hyuk pun setuju makanya tidak bisa tahu
wanita.
Si pelaku
menonton TV berita tentang pembunuh berjudul "Kematian Koki Terkenal Meninggalkan
Tekanan Besar" senyuman pembunuh berdarah dingin pun terlihat
“Tidak lama setelah itu..,pelaku
dari pembunuhan Yang Jin Woo tertangkap.”
Seorang
pria berjalan keluar rumah, dua polisi memanggilnya Jung Hyun Soo ditangkap
atas pembunuhan Yang Jin Woo serta punya hak atas pengacara dan hak untuk diam.
Tuan Jung binggung karena tiba-tiba ditangkap oleh polisi.
“Dia bisa saja dijadikan tersangka
yang salah sepertiku. Dia adalah klien pertama kami.”
Epilog
Bong Hee
dengan kacamata besarnya berteriak memanggil ibunya. Sang ibu sedang berolahraga
dengan tetanganya binggung lalu menduga sesuatu. Bong Hee akhirnya memberitahu
kalau lulus ronde dua ujian bar. Ibunya berteriak bahagia akhirnya Bong hee
berlari.
Tapi Bong
Hee menghampiri teman ibunya yang ikut bahagia dan saling berpelukan. Ibu Bong
Hee menyadarkan kalau ibunya, mereka pun akhirnya berpelukan dan berputar-putar
berteriak bahagia bersama Bong Hee.
Bersambung
ke episode 11
Nice...Lanjut kak
BalasHapus