Dong Man
berjalan pulang dengan bus membawa sesuatu. Nyonya Park Hye Ran tersenyum
bahagia melihat alat untuk memijat pinggangnya.
Mereka seperti sedang makan malam bersama. Nyonya Park pikir merasa Dong
Man harus menggunakan uang untuk
keperluannya dan tidak perlu membelikanya.
“Aku ingin
mengajak Ibu makan di luar. Tapi Mengapa Ibu mempersiapkan makan malam ulang
tahunmu sendiri? Jadi Berhentilah mengatakan kalau punggungmu sakit.” Kata Dong
Man
“Ini
sangat bagus. Begitu aku memasangnya, punggungku terasa enak.” Kata Ibu Dong
Man menanyakan harganya yang pasti sangat mahal.
“Kau
banyak bicara. Kita sedang makan sekarang.” Ucap Tuan Ko pada istrinya.
“Berhentilah
berteriak pada Ibu. Dia akan berumur 60 tahun.” Kata Dong Man membela ibunya.
Tuan Ko
menanyakan Darimana mendapatkan uang
untuk membelinya. Dong Man memberitahu kalau mencarinya sendiri dan tidak
mencuri. Tuan Ko dengan merendahkan kalau Dong Man pasti bekerja paruh waktu, ibunya kesal dengan suaminya
kembali memulai lagi.
“Dia
tidak pulang karena kau.”ucap Nyonya Park. Dong Man memberitahu kalau sudah
bekerja.
“Jangan
buang waktumu. Jadilah Instruktur taekwondo. Kau harus bekerja di bidangmu.
Mengapa kau melakukan hal lain? Carilah pekerjaan Instruktur di suatu tempat.”
Kata Tuan Ko
“Ayah... Jika
Ayah mencari namaku di situs web... maka Artikel tanggal 3 November 2007 masih
muncul. Siapa yang mau belajar denganku? Siapa?!!” ucap Dong Man penuh amarah.
“Berhenti
jadi penakut. Apa itu masih mengganggumu? Dasar Kau sangat menyedihkan. Bagaimana
kau bisa hidup dengan layak jika pola pikir begitu?” ejek Ayahnya.
Dong Man
membenarkan, kalau ia tidak bisa menjalani kehidupan yang semestinya jadi hanya
hidup dari hari ke hari seiring berjalannya waktu dan Semua yang bisa dilakukan
hanya taekwondo. Tapi ini Tidak mudah menghasilkan uang dengan melakukan hal
lain dan Ini menyedihkan.
“Apa Ayah
ingin aku menjadi instruktur? Aku bahkan tidak akan mendekati olahraga itu. Jadi
jangan pernah mengatakan hal itu kepadaku lagi. Lupakan itu.” Tegas Dong Man
“Kenapa
kau masih marah tentang...” kata Tuan Ko langsung disela oleh Dong Man
“Ini
bukan karena aku marah! Aku takut kalau aku mungkin ingin melakukannya lagi...
Tidak.. aku mengaku... Aku takut kalau aku benar-benar ingin melakukannya. Jadi
aku tidak mau memikirkannya. Jika Ayah bisa menggunakan koneksimu saat itu...
maka Aku tidak akan tersingkir. Jika Ayah tidak gagal dalam bisnismu... maka Aku
tidak akan memasuki kompetisi itu sama sekali.” Ucap Dong Man dengan berteriak marah
“Dong
Man.. Nanti Dong Hee dengar” kata Ibunya meminta Dong Man agar tak teriak.
“Ayah
seharusnya....yang melindungi Dong Hee, bukan aku. Kenapa jadi aku? Kenapa
selalu aku?” kata Dong Man penuh amarah lalu keluar dari rumah. Saat itu Tuan
Ko hanya diam saja seperti sangat bersalah.
Dong Man
pulang dengan menaiki bus, kepalanya disandarkan pada jendela, lalu melihat
banyak makanan yang dibawanya. Wajahnya terlihat kesal karena membawa makanan
dari ibunya yang harus dimakan padahal hatinya masih dongkol.
Chan Sook
banyak membawa botol wine ke atas meja.
Ae Ra heran melihat temanya yang membawa banyak botol. Chan Sook merasa
Ae Ra benar-benar menyelamatkanku hari ini jadi bisa minum semuanya, lalu
memberitahu kalau ada keju Prancis.
“Mereka
seharusnya menyajikan sup sirip ikan hiu.” Ungkap Chan Sook dengan suara
cemprengnya.
“Hei,
coba ucapkan lebih lembut.”kata Ae Ra dan akhirnya mereka pun minum bersama.
Ae Ra
panik melihat Chan Sook yang ingin minum wine shot, lalu manrik gelas karena
Banyak orang yang melihat temanya. Chan Sook pun menyadarkan dirinya, lalu
mengaku kalau sangat bahagia hari ini.
Suami Chan Sook datang kalau mereka harus menyapa para tamu dan seharusnya
tidak minum sekarang.
“Sayang,
apa aku bau alkohol?” kata Chan Sook mengoda. Suaminya memuji kalau Chan Sook
itu orang yang paling ceria.
“Tolong
jaga temanku, Cindy.” Ucap Chan Sook pada Moo Bin dkk. Ae Ra pun panik merasa
karena dianggap seperti Cindy.
Moo Bin
dkk duduk bersama lalu mengajak agar minum bersama. Ae Ra mengikat rambutnya
dan membuat campuran bir dan soju dengan keterampilanya. Semua terpana melihat
Ae Ra yang sangat menakjubkan karena tidak pernah melihat seorang wanita
melakukan trik seperti ini sebelumnya.
“Melihat
wanita melakukan ini... Ah... Bagaimana seharusnya aku menyusun kata-kataku?”
ucap si pria binggung menjelaskan.
“Maksudmu...
Aku unik.... Aku wanita yang unik.” Ungkap Ae Ra dengan gaya bahasa inggrisnya.
“Yahh.. "Unik".
Kau baru saja menggunakan bahasa inggris.” Kata si pria menyuruh Ae Ra minum sebagai
hukumannya
Ae Ra
mengeluh karena bisa kalah. Pria lain menyuruh Ae Ra harus minum pelan-pelan
karena sudah kebanyakan minum. Si pria kacamata menawarkan diri kalau akan
mengantikanya. Dua pria lainya pun ingin mengantikan Ae Ra untuk minum bahkan
akan mengantarnya pulang.
“Ya
ampun, ada apa dengan kalian? Aku peminum hebat. Jangan khawatir.” Kata Ae Ra
“Cindy..
beritahu kami... Siapa yang kau pilih?” kata salah satu pria langsung meminta
agar Ae Ra yang memilih.
“Kalau begitu...
Aku akan meminta dia... Dialah yang paling tenang.” Ucap Ae Ra memberikan
gelasnya pada Moo Bin. Moo Bin kaget dipilih oleh Ae Ra.
“Kau tidak
bisa memberikan itu padanya. Dia tidak bisa minum.” Kata temanya. Moo Bin tak
takut dan langsung menghabiskan minuman. Tiga temanya merasa kalau mereka akan
dalam masalah dan meminta segelas air es.
Dong Man
pergi ke sebuah tempat Atlet Nasional Sundae lalu melihat nama Ibunya yang
menelpnya tapi memilih untuk tak diangkat. Akhirnya ibunya mengirimkan pesan “Teleponlah Ayahmu.
Jika kau pergi seperti itu, dia tidak akan bisa tidur malam ini. Dan juga Dong
Hee akan merasa kesal.”
Sementar
dalam ruang latihan, pelatih Hwang dengan dua atletnya menonton pertandingan.
Choi Won Bo memuji salah satu atlet yang
memiliki tendangan yang bagus. Tapi Pelatih Hwan merasa atlet itu tidak memiliki
tendangan yang bagus dan memiliki tangkisan yang lemah, bahkan Tendangannya
tidak lebih baik dari tangkisannya.
“Astaga,
kau sangat pelit untuk memuji orang. Dia tidak puas dengan siapapun..” Keluh
Woo Bo.
“Apa yang
kau bicarakan? Dia sangat... memuji cinta pertamanya.” Komentar atlet lain
melirik ke arah foto Dong Man.
“Pelatih,
apa dia sangat hebat? Apa Dia lebih hebat dariku?” tanya Woo Bo
“Kau terlalu
memikirkan diri sendiri. Tapi Di sisi lain, dia terlalu meremehkan dirinya
sendiri.” Komentar pelatihanya
Woo Bo
mendengus kesal. Pelatih Hwang tiba-tiba memukul Woo Bo karena mendengar Woo Bo yang masih sering
berkelahi dengan orang-orang seperti anjing akhir-akhir ini. Woo Bo memberitahu
kalau berkelahi seperti anjing karena hanya sendiri. Pelatih Hwang
memperingatkan terakhir kalinya Woo Bo agar
Jangan bertengkar.
Saat itu
Dong Man datang dan pelatihnya kaget, akhirnya mereka duduk bersama. Dong Man
membuka kotak makan memberitahu kalau ibunya
mengemasi banyak lauk jadi datang untuk minum dengan pelatihnya. Atlet
satunya memberitahu kalau Sudah lama
pelatih Hwang membuka restoran. Dong Man mengaku Butuh waktu lama untuk mampir
dan menyapanya.
“Kudengar
kau mendapat tendangan terbaik yang pernah ada.” Komentar Woo Bo penasaran.
“Berhenti
bicara omong kosong.” Kata Pelatih Hwang
“Ayo kita
bertanding. Aku ingin belajar beberapa teknik darimu. Aku ingin tahu betapa
berbakatnya dirimu karena pelatih kami sering memujimu. Aku ingin melihatnya
sendiri. Aku sangat iri. ” Ucap Woo Bo menantang.
Pelatih
melihat Woo Bo berpikir kalau pasti mabuk. Woo Bo pikir Dong Man itu tidak akan
bertanding jika tidak ada taruhannya, lalu mengajak bertaruh 100 dolar dan Mari
kita selesaikan dalam satu kali pertandingan. Pelatih Hwang menyuruh Woo Bo
masuk saja dan tidur kalau memang mabuk.
“Oke,
baiklah. Lupakan. Kau mungkin tidak bangga jika memainkannya. Aku rasa itu
membuatmu menjadi seperti orang normal. Tidak adil jika kau melawan seorang
profesional seperti aku.” Kata Woo Bo. Dong Man sedari tadi menahan diri
langsung menyanggupi ajakan Woo Bo untuk bertanding.
Mereka
pun berada di dalam arena ring, Pelatih
Hwang mengingatkan kalau Dong Man yang belum memakai pengaman dada dalam 10
tahun, jadi tak tahu apakah masih bisa pas dengannya. Dong Man memilih untuk tidak
ingin memakainya.
“Apa Kau
akan bertanding tanpa memakai sabuk pengaman? Wah.. Aku rasa kau bisa
mengalahkanku dengan mudah.” Ucap Woo Bo
“Kau
benar. Lagian kau bukan nonprofesional.” Kata Dong Man tak mau kalah.
“Yahh..
Kau tidak membutuhkan ini. Pikirkan ini sebagai pemanasan, oke? Ini babak
pertama dan terakhir. Mari kita lihat seberapa hebatnya dirimu. Ayolah.” Kata
pelatih Hwang.
Keduanya
siap bertanding. Woo Bo memberikan pukulan dan membuka Dong Man jatuh
tersungkur. Akhirnya mengejek kalau Dong Man yang dianggap sebagai atlet
yang sangat cepat padahal belum
melakukan pukulan terbaik. Dong Man kembali bangun dan siap melawan tapi malah
membuat kembali kalah cepat dengan Woo Bo yang tepat memukulnya.
“Hentikan!
Keluar kalian semua... Aku akan pergi menjual sundae.” Ungkap Pelatih Hwang
Woo Bo
dan yang lainya pun keluar dari ruangan. Dong Man berdiri dengan lemah disudut
ring. Pelatih Hwang mengumpat Dong Man yang menjadi tidak berguna.
Sebuah
mobil box bertuliskan “Atlet Nasional Sundae” Pelatih Hwang bersiap-siap untuk
berjualan. Dong Man menyapa pelatihnya karena tahu akan pergi ke dekat
lingkungan rumahnya dan meminta agar bisa
menumpangnya.
“Aku tidak
akan mendekati komplekmu lagi.” Kata Pelatih Hwang sinis. Dong Man pikir kalau
dirinya sekarang memang tidak punya harapan lagi.
“Bagaimana
aku bisa bertarung lagi? Aku sangat bodoh sekarang.” Kata Dong Man rendah diri.
“hei.. Bersihkan
mulutmu. Berhenti membuatku kesal...”kata Pelatih Hwang memberikan sebuah tius
“ Tapi
itu bagus... Bagus kalau aku dipukuli... Aku merasa lega saat dipukul.” Ungkap
Dong Man. Pelatih Hwang mengeluh dengan Dong Man yang membuatnya kesal lalu
menyuruhnya pergi saja.
Ae Ra
menemani Moo Bin yang muntah karena minum, sambl menepuk pundaknya mengomel
kalau seharusnya menolak jika tidak bisa minum, dan mengejeknya seperti anak
kecil dan membuatnya jadi tak nyaman.
“Ini..
Karena imbalannya... Aku benar-benar tidak bisa minum... Tapi aku mempertaruhkan
hidupku untuk minum ini” akui Moo Bin
“Apa ini
pertama kalinya kau minum untuk seorang wanita?” kata Ae Ra
“Aku akan
menggunakan keinginanku sekarang.” Ucap Moo Bin. Ae Ra pun bertanya apa yang
dinginkanya.
“Begini...
Kau akan pulang, 'kan?” kata Moo Bin bertele-tele. Ae Ra pikir tentu saja akan
pulang dan ingin Moo Bin cepat mengatakandan berhenti mengoceh.
“Kau Naik
bus saja sendiri... Itu keinginanku.” Kata Moo Bin, Ae Ra binggung
mendengarnya.
“Tapi... Temanmu
bersikeras untuk mengantarku pulang, kenapa... kau menyuruhku naik bus?” ucap
Ae Ra Moo Bin menjelaskan kalau Ini bukan hanya naik bus sendiri tapi juga
tentang 1.000 dolar.
Flash Back
Salah
satu pria melihat dari ponselnya, menemuikan wajah Cindy Jung dari internet.
Teman yang lain bertanya-tanya siapa wanita tadi dan menuduh kalau sudah jelas
penipu dan pasti ingin menjadi Cinderella hari ini. Satu lagi pun mengejak
kaalu Cinderella pasti bisa ditemukan dengan mudah di zaman modern ini. Moo Bin
membela kalau Ae Ra itu punya alasan.
“Lalu apa
yang akan kita lakukan pada wanita 1.000 dolar itu?” tanya si pria
“Dia
harus dihukum karena melakukan sesuatu yang jahat.” Kata teman yang lainya.
Keduanya pun setuju.
“Oke,
tergantung mobil mana yang akan dinaiki Cindy Jung palsu itu. Mka Orang itu akan
mendapat 1.000 dolar. Mari kita bermain adil.” Ucap teman lainya bersemangat.
Saat
duduk bersama mereka saling mengirimakn pesan agar salah satu membawa pulang
Cindy Jung palsu dan dapatkan 1.000 dolar. Yang lainya menulis kalau membawa
barang palsu ke hotel, itu seharga 2.000. Pria berkacamata mengejek kalau Ae Ra tidak berkelas untuk sebuah hotel tapi ke
motel.
“Kau perlu mengirim fotonya. Dia
benar-benar akan menjadi Cinderella malam ini.”
Ae Ra
membaca pesan yang dibahas di grup, lalu menyuruh Moo Bin agar segera pergi dan
menyusul keluar. Moo Bin memberitahu akan menunggu di luar. Ae Ra tak bisa
menahan tangisnya dan langsung mencuci wajahya setelah itu menelp Dong Man.
Dong Man
sedang berada di truk seperti ingin membantu jualan pelatihnya. Ae Ra menahan
rasa sedihnya meminta agar menjemputnya dan datang saja, karena merasa sangat
dipermalukan jadi tidak bisa pergi sendiri. Dong Man dengan kesal menegaskan
kalau bukan supirnya bahkan tidak punya mobil.
Tapi Ae
Ra akhirnya hanya bisa menangis. Dong Man pun langsung panik mendengarnya.
Pelatih Hwang yang melihat kepanikan Dong Man yakin kalau itu pasti telp dari
mikrofon tolol. Dong Man dengan berteriak meminta agar Bicara yang jelas dan
memberitahu keberadaanya sekarang. Setelah itu melepaksan sarung tangan dan
pamit pergi.
“Hanya
mikrofon tolol yang bisa membangunkan Hulk yang sedang tidur.” Ungkap Pelatih
Hwang melihat sikap Dong Man.
Ae Ra pun
keluar bersama Moo Bin ke parkiran. Tiga pria meminta maaf karena
merepotkannya. Lalu salah satu melihat Ae Ra yang mencuci wajahnya, Ae Ra mengaku kalau ingin menyadarkan
dirinya. Salah satu berpikir kalau Ae Ra mabuk dan akan mengantarmu pulang dengan selamat.
“Aku akan
pulang sendiri.” Ucap Ae Ra. pria lainya tetap berusah ingin mengantar Ae Ra
pulang bersama.
“Aku
tidak akan pergi denganmu.” Kata Ae Ra menolak. Si pria berjas biru menunjuk
mobilnya kalau baru saja membeli mobil baru.
Mereka
ingin Ae Ra memilih dari 3 mobil yang harus dinaikinya, Ae Ra pun mulai
memberikan nomor 1, 2, 3 dan mendekatinya dan langsung memberikan pukulan serta
tendangan pada kaca spion. Tiga pria langsung menjerit histeris melihat kaca
spion mereka rusak.
“Dengarkan.
Aku tidak akan mengulanginya. Aku bukan Cindy Jung... Tapi Choi Ae Ra dari
Pusat Perbelanjaan Lucky.Bawa fakturku untuk mengganti kaca kalian. Aku akan
memberi kalian 1.000 dolarmu dan akan membayar kalian kembali. Pastikan untuk
membawa tanda terima dan datang untuk membalas dendam padaku.” Ucap Ae Ra menantang
“Dasar
kau... brengsek gila!” umpat si pria berkacamata sangat marah.
“Kau
bahkan tidak bisa bicara dengan benar. Jika kita bertemu lagi, aku akan menunjukkan
betapa gilanya aku. Mari kita bertaruh untuk 1.000 dolar dan kita bertemu
kembali.” Kata Ae Ra akan pergi.
Seorang
pria berteriak memanggil Ae Ra dan mengumpatnya penyihir dengan menariknya agar
tak pergi. Moo Bin menahan temanya agar tenang.
Si pria merasa Ae Ra itu tidak waras karena Beraninya sampah seperti Ae
Ra yang melakukan hal ini.
“Jika aku
sampah, kau lebih rendah dari sampah. Apak kau akan Dapat 2.000 jika berhasil
membawaku ke motel? Hanya karena ini taruhan di antara kami.” ucap Ae Ra tak
takut
“Kau
bahkan tidak layak ditaruh 200 dolar.” Ejek si pria
“Aku
tidak akan tidur denganmu bahkan seharga 20 juta dolar. Kau tidak bisa
mendapatkan seorang wanita tanpa uang.” Tegas Ae Ra
Beberapa
orang melihat perkelahian dan merasa si pria pecundang. Dong Man baru saja
datang melihat dari kejauhan. Tiba-tiba si pria langsung memberikan tamparan
sampai Ae Ra terjatuh dan menarik kembali sampai berdiri sambil mencengkramnya.
“Si Brengsek
seperti ini perlu diberi pelajaran. Kau bisa membayar kacaku dengan ini.” Ucap
si pria ingin memukulnya.
Saat itu
Dong Man berteriak marah, Ae Ra melihat
Dong Man datang menyuruh mereka lari dan masuk ke mobil bahkan mengunci pintu,
bahkan meminta Woo Bin segera menelp polisi. Dong Man melompat diatas mobil dan
langsung memberikan tendangan dan memecahkan kotak kayu.
Woo Bin
dkk binggung melihat Dong Man yang bisa memecahkan kayu. Si pria yang memukul
Ae Ra kesakitan karena kakinya juga kena tendang. Dong Man pun memberikan
pukulan sebagai balasan karena memukul Ae Ra lebih dulu.
Ae Ra pun
mengajak Dong Man pergi karena merasa sudah cukup. Si pria meminta agar
menelpon polisi lalu mengumpat kalau Dong Man pecundang yang menyedihkan. Ae Ra
memperingatkan kalau memang ingin hidup maka lebih baik tutup mulutnya.
“Penyihir
seperti itu perlu diberi pelajaran!” teriak si pria. Ae Ra kembali
memperingatkan agar menutup mulutnya. Dong Man tak bisa menahan amarahnya
langsung berlari.
Si pria
terlihat babak belur duduk di kantor polisi, menceritakan Dong Man yang tiba-tiba
berlari dan menendangnya bahkan tidak bisa meluruskan pergelangan tangannya. Ia
merasa bukan level Dong Man jadi tidak
memukulnya.
“Mereka
saling memukul. Mengapa hanya dia yang dipenjara?” keluh Ae Ra menunjuk pada
Dong Man yang sudah ada didalam sel.
“Agasshi.
Lihatlah sebelum kau bicara.” Ucap polisi. Ae Ra mengatakan kalau ketiganya itu
pantas dipukuli.
“Dan
juga, untuk Ko Dong Man... Jika dia memukul orang, itu bisa menjadi percobaan
pembunuhan. Mengapa mantan taekwondo Korea... memukul warga sipil?” ucap Polisi
“Coba
Lihat.. Aku tahu itu. Aku biasanya bisa menghindar pukulan. Aku tidak mau
berdamai. Petugas, kau harus menangkapnya. Dan selain itu wanita itu penggali
emasnya.” Kata si pria
“Tidak,
bukan dia... Dia hanya memecah kaca spionmu.” Kata Moo Bin membela. Dua temanya
menyuruh Moo Bin agar diam saja.
Pelatih
Hwang datang ke kantor, Dong Man memanggil pelatihnya dan meminta maaf karena menelpnya karena tidak
tahu siapa lagi yang harus dihubungi. Si pria dengan sombong mengatakan tidak
ingin berdamai. Pelatih Hwang melihat si pria yang babak belur.
“Apa
tulang rusukmu patah?” tanya pelatih Hwang, Si pria mengaku kalau mungkin saja.
“Bagaimana
itu terjadi? Apa itu pukulan atau tendangan? Bagaimana dengan gigimu? Apa
baik-baik saja? Buka mulutmu.” Tanya pelatih. Si pria mengaku kalau Giginya
sedikit goyah dan tidak mau berdamai.
“Apa sekali
pukulan ada 2 gigi?” ucap si pelatih. Polisi melihat pelatih hwang pun bertanya
siapa pria itu dan darimana asalnya. Pelatih Hwang memperlihatkan tatto di
lenganya.
“Di masa
jayanya, dia mematahkan 2 gigi dengan satu pukulan... Dan mematahkan 3 tulang
rusuk dengan 1 tendangan. Tapi kurasa dia masih bisa melakukannya.” Kata Pelatih
Hwang
“Apa dia
memiliki catatan kriminal?” tanya si pria. Polisi yakin kalau Itu tidak ada
dalam catatannya.
Tapi
pelatih Hwang terlihat bersemangat karena Dong Man masih kuat. Si pria terlihat kesal kalau pelatih Hwang datang
hanya untuk memeriksa kekuatannya, lalu mengumpat semua orang sudah gila.
“Petugas,
aku tidak butuh uang. Tolong masukkan dia ke penjara. Berani-beraninya atlet
bodoh memukulku?” kata si pria. Pelatih Hwang tak terima menerimanya.
“Kau
memilih orang yang salah. Kau tahu siapa aku? Pamanku adalah hakim di Kejaksaan
Jeonju.” Kata si pria mengancam.
“Baiklah,
taruh saja dia di penjara. Tapi kau tahu siapa aku? Kau berani hanya karena kau
keponakan hakim di kantor kejaksaan. Aku gila.” Ucap Ae Ra tak takut mendekati
si pria. Si pria binggung maksudnya.
“Jika dia
masuk penjara, aku akan pergi kerumah sakitmu setiap hari. Aku akan memukul
pantatmu sampai kau buang kotoran dan menyerahkannya di pintu masuk rumah
sakitmu. Aku akan mengikutimu sampai mati. Lalu Pernikahanmu? Tentu saja. Aku
akan mengikutimu dengan kotoranmu itu Bahkan pada upacara masuk sekolah
anak-anakmu. Ayo lakukan ini seumur hidup. mengerti?” kata Ae Ra menantangnya.
Moo Bin
tersenyum mendengarnya, Pelatih Hwang merasa tak percaya kalau Ae Ra bisa
melawan dengan ucapanya. Dong Man hanya bisa tersenyum bahagia dengan Ae Ra
yang bisa bicara membuat si pria takut.
Keduanya
berjalan pulang, Dong Man tertunduk seperti sangat malu setelah keluar dari
penjara. Ae Ra langsung memarahinya kenapa melihat kebawah dan Apa melakukan
kesalahan. Dong Man mengaku akan
membayarnya kembali.
“Kita
seharusnya membayar dia karena kerusakannya. Anggap saja itu uang pelunasanmu.”
Ucap Ae Ra
“Kau
bilang akan... menikah.” Kata Dong Man. Ae Ra menegaskan kalau tidak akan menikah dan menyuruhnya cepat
berjalan karena sangat lapar, sambil menarik tangan Dong Man
Keduanya pun
duduk dibawah pohon sambil makan kimbap. Ae Ra pikir kalau tadi adalah
tendangan pertama kalinya setelah sekian
lama dan bertanya apakah Dong Man senang. Dong Man tak mengerti maksudnya. Ae
Ra mengaku kalau Ini juga pertama
kalinya memegang mic setelah sekian lama. Dong Man balik mengejek apakah Ae Ra
senang.
“Kau
merasakan luar biasa saat menendangnya, kan? Aku juga merasa begitu ketika
memegang mic.” Ungkap Ae Ra lalu merasakan sakit dibagian bibirnya.
“Biarku
lihat... Apa bibirmu luka? Seharusnya aku membunuh brengsek gila itu.” Ucap Dong
Man sambil melihat luka di mulut Ae Ra.
“Kau
bahkan tidak bisa menjaga diri sendiri.. Tapi kau selalu berusaha membela orang
lain.” Ejek Ae Ra
“Hei,
kita bukan orang asing. Aku bisa menjalani kehidupan yang memalukan, tapi kau
tidak. Jangan biarkan orang lain merendahkanmu.” Tegas Dong Man
Ae Ra
heran kenapa hidup Dong Man sangat memalukan. Dong Man pikir Ae Ra masih
mengingat saat dianggap sebagai atlet bodoh dan ia adalah orang yang lemah itu.
Ae Ra menegaskan pada temanya kalau Dong Man
memang bodoh tapi tidak lemah dan juga kuat.
“Semua
orang mengira aku lemah.” Kata Dong Man yang tak percaya diri.
“Apa
mereka mengenalmu? Aku sudah mengenalmu selama 20 tahun. Tidak ada orang lain
yang mengenalmu lebih dariku. Percayalah padaku. Terlepas dari apa yang orang
katakan... Kau pasti bisa dan kau masih sangat muda. Kau akan menjadi sesuatu.
Aku bersumpah.” Kata Ae Ra memberikan semangat dan juga keyakinan.
Dong Man
seperti mulai berkaca-kaca. Ae Ra mengajak mereka pergi unuk minum dan makan
Dakbal. Dong Man tiba-tiba langsung memeluk pinggang Ae Ra. Ae Ra binggung
tiba-tiba Dong Man yang memeluknya saat berdiri.
“Kau.....membuatku
menangis. Kau memeluk Sul Hee saat membuatnya menangis.” Ucap Dong Man. Ae Ra
tak percaya kalau Dong Man itu menangis.
“Kau...Kau
memberiku gimbap saat aku lapar. Aku sangat lapar hari ini” kata Dong Man. Ae Ra menyakinkan kalau Dong Man tidak
benar-benar menangis.
Dong Man
meminta Ae Ra agar menepuk pundaknya seperti yang dilakukan pada Sul Hee. Ae Ra mengeluh Dong Man itu belum dewasa lalu
menepuk bagian lengan Dong Man. Dong Man akhirnya sadar kalau memeluk bagian
bawah. Ae Ra memberitahu kalau yang di pegang adalah bagian pinggangnya.
“Tolong
berhenti berkeliaran dengan orang jahat. Berhentilah membuatku marah. Kau baru
saja dicampakkan oleh Moo Ki dan pulang dengan menangis.” Kata Dong Man. Ae Ra
kesal mendengarnya memukul kepala Dong Man menyuruh bangun dan segera pergi.
“Kau
memukulku sangat keras... Jadi mengapa kau membiarkan orang lain memukulmu? Jangan
biarkan mereka. Jangan menangis terus dan Jangan merusak kaca spion orang.
Tetap berada disekitarmu saja. Tetaplah denganku. Aku akan menghabiskan waktu
bersamamu.” Ucap Dong Man dengan nada tinggi.
Ae Ra
binggung dengan kata-kata Dong Man berpikir kalau sedang mabuk. Dong Man tak
ingin membahasnya mengajak mereka pergi makan dakbal dan minum soju lalu
menarik tangan Ae Ra untuk pergi. Mereka pun dengan bangga mengatakan kalau
hari ini sebagai hari mereka.
Epilog
Beberapa pria
memukul Dong Man sampai menangis. Ae Ra berteriak marah dan semua pria pun
belari ketakutan lalu mengeluh pada Dong Man yang tidak bisa bekerja di ladang karenanya dan
malah belajar taekwondo
“Kau
lihat... aku.....seharusnya menjadi pangeran, tapi mereka memukulku.” Kata Dong
Man seperti lebih ingin bermain jadi pangeran.
“Hei,
lihat aku... Orang terkecil ini adalah kau. Kau cengeng, suka tidur dan lebih
lemah dariku. Tapi terkadang kau imut, Dong Man. Tapi jika kau menyembunyikan
ini... Tak seorang pun akan tahu bahwa kau seorang yang lemah.” Ucap Ae Ra
memperlihatkan jari-jari yang membentuk kepala tangan.
“ Jadi
buka matamu lebar-lebar... Dan katakan, "Aku tidak akan pernah menangis."
Pikirkan, "Aku akan mengalahkan kalian semua"... ...dan pukul mereka.
Mengerti?” kata Ae Ra memberikan semangat pada
Don Man
Dong Maen
mengatakan kalau tetap tidak akan menikah dengannya. Ae Ra menegaskan kalau ia juga
tidak akan menikah dengan Dong Man sambil memukul kepalanya. Dong Man pun
kembali menangis dengan suara lantang.
Bersambung
ke episode 3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar