Woo Geum bertanya apakah terjadi sesuatu. Dae Young
merasakan firasat akan terjadi sesuatu yang buruk dengan melihat pakaian tentara, pistol dan juga kalung
Shi Jin ada diatas tempat tidur.
Shi Jin sudah menaiki mobil sambil memperbaiki kaca spion
didepannya, lalu menelp pengawal presiden yang pernah untuk mengunakan kartu
terakhir, yaitu membutuhkan sebuah helikopter untuk kencan
lagi. Mobilnya terus melaju menuju perbukitan.
Myung Joo masih dirawat terbangun melihat Dae Young sudah
berdiri didepanya, dengan sedikit senyuman memberitahu sudah sedikit baikan
karena obatnya berkerja dengan baik. Dae Young pun mengucapkan syukur. Myung
Joo baru sadar Dae Young mengunakan pakaian yang tak biasa.
“Apa kau mau pergi ke suatu
tempat?” tanya Myung Joo khawatir
“Sekarang, kita kehilangan kontak dengan Dr. Kang dan Big Boss. Dr. Kang yang tak dapat
dihubungi, karena
dia telah diculik, Big
Boss yang tak bisa dihubungi karena... sepertinya
dia memulai gerakan "One-man".” Jelas Dae
Young, Myung Joo berpikir sekarang apa yang akan dilakukan Dae Youg
“Kau bilang, kau akan memberiku
hadiah, apa aku bisa menggunakannya
sekarang?” ucap Dae Young
Myung Joo terdiam, Dae Young mendekat lalu mencium kening
Myung Joo dengan lembut. Setelah itu melepaskan kalung tentaranya dan menaruh
ditelapak tangan Myung Joo, berharap agar pacarnya itu cepat sembuh.
“Jika kau kehilangan name tag ini, kau tahu kan aku harus membelinya
lagi?” ucap Dae Young
“Kau juga tahu kan, kau harus kembali?” balas Myung Joo dengan menatap Dae Young menahan air
matanya yang hampir tumpah. Keduanya memberikan saling memberikan sedikit
senyuman.
Dae Young mengajak tiga anak buahnya, Woo Geum, Kwang Nam
dan Chul Ho memberitahu kalau mereka akan melakukan gerakan misi "Black". Dengan melawan musuh yang memiliki senjata, dan tak ada bantuan lain selain pasukan kita sendiri.
“Ini adalah misi "Tanpa
Seragam", dan
mungkin kita tak akan selamat. Jika
ada yang tak ingin ikut,
kau akan tetap dimaafkan. Ada
pertanyaan?” ucap Dae Young, Semua menjawab tidak ada
“Baiklah.... Istirahat kita sudah berakhir. Mulai saat ini, Tim Alpha akan beraksi.” Tegas Dae Young
Semua mempersiapkan tembakan khusus yang disimpan dalam
gudang dan menganti pakain mereka dengan serba hitam, topi dan jaket anti
peluru. Pisau, senjata laras panjang dan juga bom sudah siap mereka persiapkan
sebelum berangkat.
Diruang rapat korea selatan, beberapa petinggi korea siap
berkumpul. Terlihat wajah sangat tegang dari Letnan Yoon yang mengizinkan anak
buahnya melakukan penyelamatan tanpa mengunakan seragam tentara.
Sebuah CCTV
merekam semua kejadian didepan gedung, terlihat bayangan hitam yang
memanjat dinding. Pengawal di pintu depan bersiaga dengan senapan panjangnya,
dari belakang lehernya dijerat oleh tali dan pingsan seketika. Shi Jin berhasil
masuk dengan membawa senapan panjangnya.
Diruang CCTV, seorang penjaga sedang asik main games
melihat sesuatu yang mencurigakan keluar dengan membawa pistol. Sebuah tali
terulur dari lantai atas kebawah. Shi Jin langsung menarik tangan si pria bule
yang membuatnya jatuh dan ia berhasil naik ke lantai dua.
Perlahan Shi Jin masuk ke dalam ruangan dan sempat
bersembunyi dibalik dinding, sebelumnya berhasil melawan satu penjaga dan masuk
keruangan lainnya dengan siap pistol ke arah depan, betapa kagetnya melihat
beberapa anak kecil yang disandera didalam kamar. Ia meminta agar anak-anak tak
bersuara lalu sengaja menembak CCTV.
Tommy melakukan transfer dari dalam laptopnya, lalu
memberitahu Kesepakatan
dengan Urk Utara sudah selesai dan pihak Urk sudah mentransfer uangnya. Argus pun mengucapkan selamat tinggal dengan memasukan
laptopnya ke dalam akuarium, sambil menari-nari merasa bahagia karena
mendapatkan uang.
Dibalik lukisan terdapat brangkas, Mo Yun melihat ada
tumpukan uang dolar yang banyak didalamnya dan juga ada berlian yang
dikeluarkan oleh Argus. Tommy bertanya bagaimana dengan nasib anak-anak yang di
sandera. Argus Mengatakan untuk menyuruh Tommy menembak segala
sesuatu yang tak muat
dalam koper, dengan mengunakan walkie talkie memerinthakan
agar mengurus anak-anak itu.
Pria berkulit hitam dan dua pria lainnya sedang main
kartu, menerima perintah Tommy. Dilayar CCTV sudah tak ada lagi rekaman dari
ruang penyanderaan. Keempatnya langsung turun dan sudah banyak asap gas air
mata, Shi Jin dengan cepat menembak semua pria yang menyandera anak-anak.
Tiba-tiba dari belakang seseorang memerintahkan untuk
menurunkan pistolnya, Pria hitam dan tinggi besar sudah memegang seorang anak
sebagai ancaman, Shi Jin mengangkat tangan dan saat itu juga pria hitam kena
tembak dari belakang.
Shi Jin kaget melihat Dae Young yang menembak si pria
hitam, dan beberapa anak buahnya juga datang. Ia bertanya kenapa mereka ada
ditempat itu juga. Dae Young malah baik bertanya kenapa Shi Jin mengangkat tanganya
tadi.
“Aku hanya gugup karena
sendirian... jadi, aku
hanya mau menyambut kalian
dengan mengangkat tanganku.” Ucap Shi Jin
“Tak perlu gugup, kami sedang dalam misi Tim Alpha sekarang.” Kata Dae Young
“Terima kasih, karena mereka sudah mau bergabung dalam tim. Kapten Big Boss, aku akan memberikan perintah
sekarang.” Ucap Shi Jin dengan senyuman mengambil
alih tanggung jawab.
“Piccolo, Harry Potter, lindungi anak-anak dan keluar dari dengan
cepat.” Perintah Shi Jin pada Kwang Nam dan Chul Ho, keduanya
mengerti dan langsung berjalan masuk ke lorong.
“Wolf dan Snoopy, kalian
ikut denganku dalam misi penyelamatan sandera.” Kata Shi Jin pada Woo
Geum dan Dae Young, kedunya pun mengerti, Shi Jin siap memberikan perintah agar
keduanya siap melaksanakan tugas.
Di korea selatan
Kepala Urusan Luar Negeri dan Kemanan Nasional kaget
menanyakan siapa yang memulai misi itu. Letnan Yoon mengatakan Pada
pukul 20:20 waktu Korea, Pasukan Khusus Republik Korea telah melaksanakan misi
"Black
“Tapi, tunggu! Letnan Kepala Yoon! Memangnya siapa yang mengijinkan
mereka?” teriak Kepala Urusan Luar negeri sambil berdiri
“Ini Sungguh menyebalkan. Tentara AS telah berjanji untuk menyelamatkan sandera dalam waktu
24 jam.” Tegas Kepala Urusan Luar Negeri sambil melotot
“Orang yang ingin tentara kita aselamatkan adalah warga negera Korea. Aku tak tahu alasan apa yang membuat anda tidak mengerti.” Kata Letnan Yoon
“Ini bukanlah masalah penyanderaan yang sederhana. Bagaimana jika kita terlibat dan mengacaukan gerakan CIA? Siapa yang akan bertanggung
jawab?” kata Kepala Urusan Luar Negeri marah
Letnan Yoon menegaskan dirinya itu sangat
mengerti tentang
sistem politik, Kepala Urusan Luar Negeri menyuruh
Letnan Yoon untuk berhenti memotong
perkataannya, Letnan Yoon yang sedari tadi
mengarahkan pandanganya ke depan dengan berani menatap wajah Kepala Urusan Luar
Negeri.
“Ini adalah masalah keamanan
nasional yang harus
ditangani dengan cara politik dan diplomatik. Jadi, kita serahkan saja penyelamatan ini pada tentara AS. Dan kita bisa mulai meningkatkan penjagaan dan mengontrol press....” ucap Kepala Luar negeri yang kembali dipotong oleh
Letnan Yoon.
“Hei, Pak Pejabat...” kata Letnan Yoon berani berbicara dengan nada
mengejek, Kepala Luar Negeri tak percaya Letnan Yoon memanggilnya seperti itu
berpikir kalau ia salah dengar.
“Jika kau salah dengar, maka dengarkan aku baik-baik
sekarang. Mungkin,
bagi kalian, keamanan
Nasional adalah hanyalah
omongan diplomatik yang bertele-tela
di depan kamera press, tapi
bagi pasukanku, ini adalah perlindungan negara dan mengorbankan masa muda
mereka dan juga
mempertaruhkan hidup mereka
dalam melaksanakan tugas!” tegas Letnan Yoon dengan
nada tinggi dan mata melotot
“Alasan mereka tetap melindungi Negara yang bahkan tak mengenal nama
mereka, rela
melakukan misi yang mungkin saja
meregut nyawa mereka karena
mereka percaya bahwa keamanan warga
adalah Keamanan Nasional. Sebagai
Letnan Kepala, aku yang
akan bertanggung jawab, jadi,
kau bisa mencabut seragamku dan
mengumpulkan press serta bicara di depan kamera
dengan sombong!” kata Letnan Yoon menyindir,
Kepala Luar Negeri tertawa mengejek mendengarnya,
“Kau mau bertanggung jawab, 'kan? Jadi, kau rela melepas seragammu?” ucap Kepala Luar Negeri
“Jika itu demi kehormatan, aku bisa melepasnya kapan saja.” Tegas Letnan Yoon sangat yakin.
Ki Bum memberitahu kalau itu adalah obat herbal yang
sudah dibuat oleh Ye Hwan dan Myung Joo harus minumnya sekali teguk, Myung Joo
menerima semangkuk obat herbal merasa sudah
membuat banyak orang khawatir lalu memulai meminum obat herbal sampai habis.
“Meskipun, ini bukanlah pertanyaan yang pas ditanyakan saat ini,
tapi... Apa
terjadi sesuatu pada Dr. Kang? Apa
sudah ada kabar dari Sersan Seo?” tanya Sang
Hyun penasaran, Min Ji juga menanyakan apakah Mo Yun memang benar diculik
“Apa Kapten Yoo dan mereka pergi untuk menyelamatkan Dr.
Kang?” tanya Ae Ra juga ikut penasaran,
“Jangan khawatir. Dia pasti akan menyelamatkan Dr. Kang, bagaimanapun caranya.” Kata Myung Joo, Min Ji bertanya cara seperti apa yang
dimaksud.
“Kau pasti tak ingin tahu.” Ucap Myung Joo, semua terlihat semakin tegang
mendengarnya.
Mo Yun duduk dengan tangan di ikat pada kursi, dua
pengawal dengan badan besar menjaga disampingnya. Argus melihat jam dengan uang
dollar sudah ada didalam koper, dengan senyuman mengejek kalau waktunya sudah
habis.
“Kita lihat, apakah pacarmu itu menepati janjinya. Ayo bersiap dan berangkat.” Kata Argus lalu membawa Mo Yun keluar dari ruangan dan
terlihat dari CCTV.
Woo Geum sudah menyendera orang yang menjaga CCTV, Dae
Young melihat Agus masih ada di dalam gedung jadi mereka harus
cepat bergerak. Shi Jin mengatakan kalau
mereka memulai misinya sekarang. Sebuah helikopter tepat berada diatas rumah
yang ditempati Argus.
Shi Jin sudah berada dilorong ketika Argus datang,
memberitahu sudah
menyiapkan rute rahasia, seperti
yang diminta. Argus tahu hanya meminta hal itu tapi ingin Shi Jin mengantarkan juga kesana. Shi Jin
menegaskan dirinyas udah menepati janjinya jadi Argus juga harus menepatinya dan meminta agar melepaskan sandera. Mo Yun keluar
melihat Shi Jin yang datang, dari kejauhan Shi Jin melihat wajah Mo Yun dan
langsung mengangkat pistolnya.
“Apa kau memukulnya?” ucap Shi Jin marah, lalu dengan bahasa korea agar penembak jitu bersiap. Dae Young mengatakan
Wolf sudah siap dan sudah
membidiknya dari luar jendela.
Shi Jin melihat Mo Yun yan memakai bom rakitan serta
Argus yang memegang tombolnya, ia meminta agar Dae Young menahan tembakanya.
Lalu bertanya pada Woo Geum apa ia tahu jenis bom yang melekat pada sandera.
“Dari bentuknya, itu adalah rompi bom waktu yang biasa. Tapi, pemicunya ada ditangannya, jika dia melepasnya, bomnya akan
meledak.” Ucap Woo Geum
“Bagaimana jika aku memotong pergelangannya saja?” kata Dae Young sudah tak sabar menembak
“Tahan! Jika kau menembaknya, rompi akan meledak.” Kata Woo Geum
Shi Jin bertanya apakah tak ada cara lain, Woo Geum
mengatakan akan segera datang. Mo Yun yang mengeri ucapan Shi Jin berusaha
untuk menahan ari matanya dan agar tetap kuat. Terdengar suara mesin helikopter
diatas gedung.
“Berhenti bermain-main dan suruh helikopternya mendarat.” Ucap Argus dari jendela melihat lampu helikopter yang
berkedap kedip
“Lepaskan dia dulu, atau... kau tak akan pergi.” Kata Shi Jin dengan terus menodong kan pistolnya.
‘Aku harus berada di tempat yang aman, atau dia akan mati.” Ucap Argus samibil memeluk Mo Yun sebagai ancaman
“Pasti ada wireless yang terhubung pada pemicunya, jadi ulur waktunya.” Ucap Woo Geum datang dan berdiri dibelakang Shi Jin.
Argus yang tak mengerti bahasa korea bertanya pada Mo Yun
apa yan dikatakan mereka. Mo Yun berbohong mengatakan tentang cuaca hari ini adalah hari yang indah. Argus langsung menaruh pistol dikepala Mo Yun karena
berbohong dan sudah ingin mati saja. Tiba-tiba tembakan mengenai pistol Argus
dan membuat pistolnya terjatuh. Argus melotot marah karena Shi Jin itu sudah
gila.
“Kau bisa anggap begitu. Jadi, jangan menakut-nakutinya. Jangan menyentuhnya.... Jangan berbicara padanya.... Kau hanya punya urusan denganku... Bawa aku saja.” Ucap Shi Jin
“Tidak, terima kasih. Akan Lebih menyenangkan untuk bepergian dengan wanita cantik.” Kata Argus sambil mengambil kembali pistol yang
terjatuh.
Woo Geum memberitahu
Wireless sudah ditemukan, yaitu Lampu hijau yang kedap kedip di bahu sebelah kanan dan sangat yakin. Shi Jin melihat ada lampu kedap pada bahu Mo Yun,
akhirnya ia menurunkan pistolnya dan berbicara dengan Mo Yun.
“Maaf karena datang terlambat. Jangan bergerak, tetap berdiri di tempatmu. Kau percaya padaku, 'kan? Jangan sampai bergerak.” Ucap Shi Jin lalu mengangkat kembali pistolnya.
Argus bertanya apa yang akan dilakukan Shi Jin sekarang,
Shi Jin menjawab dengan bahasa korea akan melakukan tembakan. Peluru meluncur tipis di arah bahu Mo Yun dan langsung
ditembakan pada dinding, Dae Young juga langsung menembak dari jarak jauh pada
anak buah Argus. Beberapa kali Shi Jin melepaskan tembakan sampai mengeluarkan
api dan Argus tak bisa bergerak.
Disisi lain, Woo Geum berusaha melepaskan bom yang
dipakai oleh Mo Yun. Shi Jin bertanya berapa banyak
waktu yang tersisa. Woo Geum mengatakan hanya
satu menit dan yakin bias melepasnya dalam waktu 1 menit dan meminta agar tak bergerak.
“Aku memang tak mau bergerak dan sedang mencobanya, tapi...” ucap Mo Yun karena merasaka semua tubuhnya bergetar.
“Apa kau masih ingat leluconku waktu kita di Padang Ranjau itu? Kau memintaku memanggil penjinak bom, 'kan? Aku sudah berkecimpung di dunia militer selama 15 tahun, dan aku tak pernah lihat Staf Sersan Choi gagal dalam menjinakkan
bom. Dia
adalah yang terbaik dalam tim kami. Jadi,
jangan khawatir Dr.
Kang, kau tak akan mati.” Ucap Shi Jin berusaha
menenangkan dengan menatap Mo Yun
“Tapi... waktunya tinggal 30
detik. Sebelum
bomnya meledak, cepat
pergi ke tempat yang jauh!” kata Mo Yun menyuruh
Shi Jin pergi.
“Kau tak tahu apa yang bias kita lakukan dalam waktu 30 detik
itu.”ucap Shi Jin tenang.
Woo Gum bisa memotong kabelnya dan akan melepaskan
rompinya, Shi Jin pikir Mo Yun bisa percaya padanya sekarang. Woo Geum memberitahu
bisa melepas
rompinya, tapi tak bisa
menjinakkannya lalu meminta semua berlindung dan
melepar keluar gedung. Shi Jin memeluk Mo Yun, terjadi ledakan cukup besar
dihalaman gedung dan Dae Young berlindung dibalik tembok.
Mo Yun melihat tangan Argus yang bergerak untuk mengambil
pistol, terdengar suara dari Walkie talkie memberitahu Shi Jin disisi kirinya.
Shi Jin merasakan tembaka dibagian belakangnya karena sengaja melindungi Mo
Yun.
Argus ingin pergi dengan membawa koper uangnya, Dae Youn
bisa menembaknya tapi sedikit meleset karena Argus bisa menghindar. Shi Jin
berbaring sengaja menutup mata Mo Yun yang ada dipelukanya, meminta agar
melupakan kejadian itu.
Beberapa kali Shi Jin sengaja menembakan pelurunya kearah
Argus dengan air mata yang mengalir, Mo Yun tak melihat tapi bisa mendengarnya
suara pistol yang tertembak. Salah satu peluru mengenai tangan Argus dan
akhirnya jatuh diatas tumpukan uang dollar dengan darah.
Keduanya naik helikopter yang sudah tersedia, Seseorang
memberitahu ada telp dari Letnan Yoon untuk Shi Jin. Shi Jin melaporka Misi
telah selesai dan dalam
perjalanan kembali ke barak, Target sudah dilumpuhkan serta sandera sudah selamat. Mo Yun menatap Shi Jin yang sedang berbicara dengan
Letnan Yoon.
“Aku akan mematikan radio dan segera bersiap dan akan menjalani proses hukuman.” Ucap Shi Jin bersedia menerima hukuman setelah
menyelamatkan Mo Yun
“Kau sudah bekerja keras dalam
misi Kau tak
akan menerima pernghargaan apapun dan
juga tak akan menerima hukuman. Tapi,
anggap itu penghargaanmu” ucap Letnan Yoo, Kepala
Urusan Luar Negeri yang mendengarnya berteriak marah
“Jangan khawatirkan apapun dan istirahatlah, hanya itu saja.”
Kata Letnan Yoon lalu menutup telp. Kepala urusan luar negeri mengeje Pasukan Letnan Yoon sungguh kacau.
“Apa sekarang kita bisa anggap ini adalah misi di bawah
perintahmu?” ucap Kepala Urusan Luar Negeri, Letnan
Yoon membenarkan karena i juga menginginkan hal itu.
“Mungkin akan ada masalah
nantinya, tapi
berkat kau, semuanya akan selesai. Blue
House telah merundingkan tentang
masalah ini, jadi, apa
yang akan terjadi nantinya....” kata Kepala Urusan
Luar Negeri terhenti karena seseorang masuk memberitahu Presiden
datang. Kepala Luar Negeri kaget karena Presiden datang ke
tempatnya.
Semua langsung berdiri ketika Presiden Korsel masuk ke
dalam ruangan, Presiden mengatakan sudah melihat laporannya sebelum datang jadi meminta semuanya untuk kembali duduk. Kepala Luar
Negeri memberikan tempat duduknya untuk Presiden.
“Kudengar, sanderanya sudah aman.” Kata Presiden pada Kepala Luar Negeri
“Ya, tapi CIA awalnya yang ingin melakukan misi penyelamatan ini.” jelas kepala urusan luar negeri
“Sekarang kita menghadapi masalah diplomatik. Masalah ini juga akan mengganggu negosiasi perdagangan.” Kata Presiden
“Sebelum masalah ini juga mengganggu ke bagian
administrasi, anda
harus segera menghukum orang yang
mengeluarkan perintah dalam misi ini.” saran
kepala Luar negeri
Presiden menatap Letnan Yoon, bertanya apakah ia setuju
dengan hal itu. Letnan Yoon memperkenalkan dirinya lebih dulu sebagai Komandan Pasukan Khusus, Yoon Gil Joon dan menyetujui dengan saran Kepala Urusan Luar Negeri
serta bersedia untuk bertanggung jawab. Presiden berkata lain kalau ia tak setuju.
“Kenapa kita harus menghukum pasukan yang berhasil dalam misi. Sandera sudah aman. Sekarang adalah masalah politik dan diplomatik. Itu artinya, semua adalah tanggung jawabku. Aku akan mengurusnya sekarang.” Kata Presiden, Kepala Urusan Luar Negeri terlihat panik
“Susun semua masalah yang mungkin akan timbul akibat masalah ini.” perintah Presiden lalu berdiri dari tempat duduknya dan
semua pun ikut berdiri.
“Terima kasih karena telah menyelamatkan warga kita. Kudengar, mereka juga menyelamatkannya tanpa cedera.” Ucap Presiden membungkukan badanya. Letnan Yoon
membalasnya dengan memberikan hormat sebagai tentara.
Kalung Dae Young masih ada digenggam tangan Myung Joo,
ketika mendengar suara helikopter mendarat Myung Joo langsung melepaskan infus
dan berlari keluar ruang rawat, langkahnya hampir terjatuh ketika menuruni
tangga dan seseorang pun menahanya agar tak terjatuh. Dae Young sudah datang
kembali dan menyelamatkan Myung Joo yang akan terjatuh, Myung Joo seperti tak
percaya memegang wajah Dae Young yang pulang dengan selamat.
Mo Yun berjalan di reruntuhan bangunan, melihat Shi Jin
duduk sendirian, ditanganya memegang sebuah foto dengan tatapan sedih. Mo Yun
hanya diam saja melihat Shi Jin yang mengeluarkan korek api lalu membakarnya.
Ae Ra membersihkan luka di pundak Mo Yun, Mi Jin
berkomentar selama ini belum
pernah melihat luka
tembak. Sang Hyun pikir Luka
tembak sangat lumrah di tempat mereka sekarang. Ae Ra memberitahu Mo Yun akan menerima
beberapa jahitan. Mo Yun mengangguk mengerti.
Sang Hyun mengeluarkan sesuatu meminta Mo Yun mengigitnya
karena akan
mendapatkan vodka dan mereka akan
mengingat pengorbanannya. Ae Ra langsung
memukulnya, Sang Hyun heran kenapa harus dipukul karena ia itu adalah cara para
tentara untuk mengatasi
luka tembak dan mengejek Ae Ra itu tak
pernah nonton film.
“Dalam film horror, orang yang cerewet lah yang duluan mati. Kau saja yang gigit pena itu.” Ucap Ae Ra kesal, Mo Yun tak bisa menahan rasa sedihnya
dan langsung menangis.
“Kau sudah berusaha keras. Kami sangat khawatir.” Ucap Sang Hyun menepuk pundak Mo Yun yang menangis. Mi
Jin bertanya yang harus dilakukanya Sang Hyun meminta agar Mo Yun bisa mengigit
pulpennya. Ae Ra langsung berteriak marah.
Semua tentara olah raga lari dengan bertelanjang dada
dipagi hari, Dae Young pun berteriak meminta semua anggotanya mengucapkan "Pria
Perkasa" sambil berlari. Ae Ra, Mi Jin dan
perawat lainya terkesima melihat semua tentara dengan badan yang bagus berlari
didepan mereka. Semua tentara juga sedang bisa dilihat oleh para wanita.
Sang Hyun yang ada didepan tentara berteriak memanggil
Dae Young yang berlari dengan anak buahnya. Dae Young menghampiri Sang Hyun
yang mengajaknya bicara. Sang Hyun mengatakan sudah berusaha
untuk diam, tapi otak
pintarnya tak bisa menahannya lagi.
“Kenapa kita harus melihat adegan "tak senonoh" ini tiap
pagi? Ini
adalah pengaruh yang berbahaya.” Keluh Sang Hyun, Dae
Young hanya tersenyum lalu menepuk pundak Sang Hyun dan pergi menyusul anak
buahnya yang sudah berlari.
Mo Yun berjalan sedikit ke arah bukti dan melihat Shi Jin
yang berjalan kearahnya, dengan menaruh tangan di ban pingangnya, Shi Jin
bertanya bagaimana dengan luka tembak Mo Yun di bahunya. Mo Yun tahu kemarin terlalu syok untuk bisa bertanya.
“Bagaimana dengan Fatima?” tanya Mo Yun
“Dia baik-baik saja dan sedang dirawat di Markas Komando. Mereka bilang, dia akan sepenuhnya pulih.” Kata Shi Jin, Mo Yun terlihat tak begitu percaya, Shi
Jin heran Mo Yun bisa meragukan jawabanya
“Kau selalu saja berbohong padaku. Kau bilang, anak-anak dari Desa Berhantu sudah aman. Tapi, ternyata mereka semua disandera bersamaku.” Ucap Mo Yun Shi Jin meminta maa karena sudah
berbohong karena hanya tak ingin Mo Yun menjadi
khawatir.
“Apa lagi yang kau sembunyikan, agar aku tidak khawatir?” tanya Mo Yun penasaran
Shi Jin mengingat saat pertama kali bertemu dan Mo Yun
menjahit lukanya bertanya kenapa bisa mendapatkan luka itu, jawabanya berbohong
mengatakan kalau ia terluka saat menjadi buruh. Ketika pulang dari markas, Mo
Yun menanyakan keadaanya apakah ia terluka, Shi Jin mengatakan baik-baik saja dan
berbohong kalau Hanya kecelakaan mobil saja, lalu balik bertanya apakah semua baik-baik saja.
Ketika pergi ke kota, Mo Yun bertanya apakah terjadi
sesuatu. Shi Jin mengatakanharus pergi ke Markas besar padahal ia bertemu dengan Argus dan sempat
mengangkat pistolnya.
“Tidak ada... Sudah tak ada kebohongan lainnya.” Akui Shi Jin, Mo Yun Sudah tahu kalau Shi Jin itu
berkata bohong lagi.
“Apa alasan kenapa kau selalu berbohong? Sekarang aku mengerti. Kebohongan yang selalu kau
katakan... Bukanlah
hal yang bias aku
keluhkan ataupun pertengkarkan. Kebohongan
ini adalah... tentang
hidup dan mati seseorang, Politik
dan diplomasi, dan masa
depan seluruh bangsa.” Ucap Mo Yun menatap Shi Jin
dengan mata berkaca-kaca
“Kau selalu saja bercanda.. untuk menutupi apa yang tak
bisa kau katakan padaku. Kau
akan selalu bercanda... agar
aku tak mengetahui sesuatu yang
tak seharusnya kuketahui. Dan
aku tak akan percaya padamu. Lalu pada
akhirnya, kita... tak
bisa mengatakan apa-apa.” Ucap Mo Yun dengan Shi Jin
hanya bisa diam saja.
“Aku hanya ingin... Bercerita tentang saat aku marah saat orang mengambil 2 slot parkir. Bercerita tentang kebingunganku memilih makan siangku Atau cerita tentang paketku yang terlambat. Itu adalah hal-hal biasa yang bisa diceritakan.”akui Mo Yun dengan tertunduk menahan tangisnya,
“Kalau begitu, katakan. Semua yang kau katakan itu sangat penting untukku.” Kata Shi Jin
“Aku tahu itu. Aku percaya... Tapi... Aku tak bisa mengatakan hal-hal yang seperti itu pada seseorang yang melindungi orang lain dari tembakan peluru.” Kata Mo Yun
Shi Jin pikir Mo Yun ingin memutuskan hubungan lagi
dengan mata berkaca-kaca, Mo Yun menatap mata Shi Jin dalam-dalam,mengatakan ingin
tahu, apakah Shi Jin adalah seorang pria yang bisa menemaninya, lalu
berjalan meninggalkan Shi Jin.
Di pikiran Mo Yun mengingat ucapan Argus saat disandera ”Big Boss.... Dia cerdas, Lucu Dan misterius. Tapi... Dia punya banyak rahasia dan akan menghilang, setelah itu sulit untuk
dihubungi. Lalu, suatu hari... Dia tak akan pernah kembali."
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar