Shi Jin melihat sebuah peti dari papan dibawa oleh
tentara disamping pesawat, lalu ditempel kertas bertuliskan informasi Jenazah
yang bernama Daniel Argus dengan berkebangsaan Amerika serikat yang meninggal
pada tanggal 3 Maret. Tentara As datang
mengatakan sudah menerima hadiah dari Big Boss, dan mengucapkan terimakasih
karena berkat Shi Jin lebih dari 200 orang harus
menulis ribuan
halaman laporan lagi.
“Sekarang aku sadar, apa yang baru saja aku lakukan. Maafkan aku.” Kata Shi Jin melihat peti mayat Argus
“Tapi, untung saja ini berakhir
dalam kertas
dan bukannya nyawa yang menghilang. Kau
tak perlu meminta maaf pada siapapun.” Ucap
Tentara AS
“Terima kasih untuk tak melaporkanku pada hari itu. Berkat kau, aku bisa menghindari kekacauan dalam pasukanku.” Kata Shi Jin
“Tidak, aku melaporkanmu, Hanya
sedikit terlambat.”akui Tentara AS
Shi Jin menatap peti Argus merasa temannya itu tampaknya
sangat kesepian,
karena tanpa
kehormatan dan tanpa
negara yang harus dilayani lalu pamit pergi. Tentara AS kembali memanggil Shi Jin,
berpesan walaupun mereka tak pernah bertemu lagi, tapi ia berharap temanya itu bisa bertahan hidup dan
menjaga kesehatanya.
Mo Yun membuat rapat tim medis memberitahu Pasien akan berangkat pada
hari Rabu, yaitu dua hari sebelum mereka dan penerbangan mereka itu jatuh
pada hari jumat Jadi,
tim relawan RS. Haesung akan dibubarkan
pada tengah malam, hari Kamis.
“Jadi Kita akhirnya akan pulang.” Ucap Mi Jin terlihat sedih
“Sejujur. Apa tim kita hanya dibubarkan atau dipecat?” keuh Sang Hyun, Ae Ra melihat Sang Hyun terlihat marah
padahal satu-satunya orang yang tak sabar pulang itu Sang Hyun.
“Aku hanya merasa tidak terlalu bersemangat saja. Apa hanya aku saja?”
ucap Sang Hyun, Mi Jin mengaku merasakan hal yang sama merasakan ada sesuatu
yang aneh. Ae Ra pun juga merasakan sedikit merasa aneh.
“Apa kita mulai sekarang? Ini akan menjadi tugas terakhir kita di Urk.”ajak Mo Yun
Mo Yun dan tim melihat ke ruangan rawat Myung Joo,
melihat pasien yang sudah bisa duduk, Mo Yun memuji temanya itu sungguh
prajurit sejati karena bisa pulih
dengan cepat. Myung Joo menyombongkan diri kalau itu
karena dirinya masih muda. Mo Yun tersenyum karena bisa melihat Myung Joo sudah
galak lagi jadi merasa lebih baik.
“Istirahatlah dua hari. Lalu, kau bisa keluar dari ruangan rawat” ucap Mo Yun yang akan keluar
tapi tanganya ditahan oleh Myung Joo
“Baiklah, jadi berhenti sekarang. Aku yang akan mengobatimu
sekarang.” Kata Myung Jo dan langsung memegang
bagian pundak Mo Yun
Mo Yun menjerit
kesakitan menanyakan apa yang sedang dilakukan Myung Joo padanya. Myung Joo
bertanya apakah Mo Yun sudah minum obat. Dan menyuruhnya untuk menganti perbannya
agar tidak infeksi serta tak
boleh mandi selama 2 hari lalu menyuruh Mo Yun bisa
pergi sekarang. Semua tersenyum karena sesama dokter saling memeriksa.
Mo Yun pergi ke ruang rawat manager Jin meminta agar Sediakan
bubur untuk besok, dan memberikan obat sefaleksin. Manager Jin sudah bisa membuka matanya tapi belum bisa
duduk, Mo Yun memberitahu Manager Jin sudah keluar dari masa
kritis, tapi hampir saja menewaskan
banyak orang.
“Kau akan dipindahkan ke Korea. Aku harap kau mendapat ganjaran atas kesalahanmu.” Kata Mo Yun sambil melipat tanganya didada, Manager Jin
dengan suara lemah masih menanyakan berlian miliknya.
“Kami memberinya pada pihak
Amerika dan Berlianmu telah hilang. Aku memberitahumu ini agar kau merasa terpuruk.” Tegas Mo Yun sengaja membungkukan badanya. Manager Jin
terlihat hanya bisa menangis.
Mo Yun pergi ke kamar Min Jae, menanyakan keadaanya. Min
Jae bisa duduk dengan tegap dan senyuman lebar. Mo Yun melihat Diantara semua pasien, Min Jae yang paling sehat. Min Jae bertanya apakah dikorea sedan musim dingin
karena tak suka dengan dingin. Mo Yun hanya tersenyum.
Ki Bum datang berteriak memanggil Mo Yun memberitahu ada
kiriman fax untuk Dr. Lee. Mo Yun pikir itu hasil
dari lab. Min Jae meminta Mo Yun menahanya dan bertanya Apakah
tidak masalah jika ia yang melihatnya.
Min Jae memberikan selembar kertas fax pada Chi Hoon,
melihat Min Jae yang datang, Chi Hoon berkata pasienya itu tak boleh datang ke
ruang isolasi. Min Jae memberitahu mereka semua
akan kembali ke Korea, termasuk Pasien
dan dokternya dengan nada ketus merasa Chi Hoon pasti
senang melihatnya.
Chi Hoon tak percaya kalau hasilnya negatif, lalu
tersenyum bahagia memberikan Min Jae kalau ia tak akan mati karena virus. Min
Jae menyindir Chi Hoon yang terlihat bahagia karena tak akan mati. Chi Hoon pun
kembali diam karena masih merasa bersalah dan hampir membuat Min Jae meninggal.
Tiba-tiba Min Jae mengaku dirinya juga bahagia karena Chi Hoon tak
akan mati. Chi Hoon dengan mata berkaca-kaca
mengucapkan terimakasih.
“Jangan berterima kasih padaku Dan juga jangan meminta maaf. Karena aku tak akan meminta maaf.” Kata Min Jae lalu keluar dari ruangan. Chi Hoon bisa
bernafas lega karena terbebas dari virus sekarang.
Chi Hoon membasuh wajahnya yang sudah lama tak terkena
air dan dikagetkan dengan anak yang terkena keracunan. Sambil berjongkok ia
bertanya kapan anak itu datang, dan Apa ia berjalan sendirian lagi. Si anak memegang kening Chi Hoon, dengan bahasa Urek
mengatakan sudah baikan sekarang. Chi Hoon melepaskan tangan Anak itu memberitahu sudah
ikda sakit dan sehat lalu meminta agar menunggunya sebentar karena ada sesuatu
yang ingin diberikanya.
Sebuah kotak sepatu diberikan Chi Hoon pada anak itu dan
meminta agar memakainya ketika dewasa nanti, kalau memang butuh uang bisa
dijual juga, tak lupa memberitahu kalau sepatu itu hanya ada 50 pasang didunia.
“Aku tak butuh ini. Aku hanya butuh kambing.” Ucap si anak dengan bahasa Urk, Chi Hoon dengan percaya
diri kalau si anak sangat merindukanya dan membalas dirinya juga sangat
merindukanya.
“Hei, tapi Blackey adalah nama desa. Siapa nama aslimu?” tanya Chi Hoon
“Belikan aku kambing. Aku tak perlu ini, aku membutuhkan
kambing dan ingin memelihara kambing.” Kata si anak
Chi Hoon berpikir si anak sedang menyebutkan namanya, Si
anak tetap meminta Chi Hoon untuk membelikan kambing karena ingin
memeliharanya. Chi Hoon merasa sangat mengerti dengan perasaan anak itu, dan
merasa senang bisa bertemu
dengannya serta pasti akan merindukannya, dengan memeluk si anak erat-erat tanpa ada rasa
jijik seperti pertama kali bertemu.
“Jangan memikirkan tentang jasaku. Pikirkan tentang dirimu sendiri. Mengerti?” pesan Chi Hoon, seperti tak dimengerti oleh si anak
Mo Yun duduk ditangga, mengingat kejadian sebelumnya saat
Shi Jin menyelamatkan dirinya karena Argus kembali menembakan peluru kearahnya.
Setelah itu di bukit, Shi Jin berpikir Mo Yun ingin memutuskan hubungan mereka
sekarang.
Flash Back
Setelah penyanderaan, Mo Yun melihat Shi Jin duduk
sendirian. Shi Jin mengingat sebelumnya saat operasi gabungan, Argus meminta
timnya agar segera berangkat. Shi
Jin memanggil Kapten Argus dan mengajak untuk foto bersama dengan berteriak
“kimchi” keduanya seperti teman dekat berfoto dibelakang helikopter.
Foto kenangan terakhir Shi Jin dengan Argus sengaja
dibakar, air mata Shi Jin mengalir terus menerus. Mo Yun bersadar dibalik
tembok, Shi Jin melihat foto yang terbakar teringat kembali dengan tanganya
sendiri membunuh teman terdekatnya saat menjadi tentara.
Mo Yun mengetahui Shi Jin yang menangis sesunggukan,
dengan tanganya menutup matanya mengatakan hal yang sama kalau Shi Jin harus menghapus kejadian kemarin dari kenangannya. Mo Yun terlihat menangis duduk di dekat tangga. Shi
Jin baru akan masuk keruangan melihat Mo Yun menghampirinya, tiba-tiba
menawarkan untuk meminum kopi bersama dan meminta dibuatkan oleh Shi Jin lalu
akan menunggunya diluar.
Shi Jin membawakan dua cangkir kopi buatanya di tempat
mereka bisa bertemu, lalu memberikan cangkir kopinya. Mo Yun berjalan mendekat
dan langsung memeluk pacarnya. Shi Jin terdiam karena tiba-tiba Mo Yun memeluknya.
“Aku sudah melakukan tugasku tadi sebelum kau kembali. Aku juga senang, Letnan Yoon bisa pulih dengan cepat Dan aku mau mengikat rambutku
tadi, tapi aku
tak punya karet gelang. Aku
sudah mencari ke mana- mana, tapi
tidak ketemu, Karet
gelangnya habis.” Ucap Mo Yun berbicara
dipelukan Shi Jin
“Mulai sekarang, aku akan menceritakan hal-hal kecil seperti ini padamu. Yang kumaksud, aku akan mencoba untuk bisa bertahan di sisimu. Jadi, kau juga harus mengatakan apapun padaku. Tapi... berjanjilah satu hal padaku.” Kata Mo Yun menatap Shi Jin
“Izinkan aku untuk khawatir. Karena saat kau berjam-jam tak bersamaku maka aku tak bisa untuk tidak
khawatir. Jadi... saat kau harus tetap
mengatakannya bahkan
jika itu membuatku khawatir. Misalnya, saat kau ingin pergi ke mall, aku akan mengerti, bahwa artinya itu adalah misi yang sulit. Setidaknya saat kau sedang mempertaruhkan hidupmu,jangan biarkan aku tidak tahu
apa-apa.” Kata Mo Yun, Shi Jin mengangguk setuju
“Kalau begitu, aku ingin bertanya satu pertanyaan terakhir. Kau pilih Aku atau negara kita? Jawablah dengan bijaksana, karena aku hanya bertanya 1 kali.” Tanya Mo Yun berjalan mundur dengan melipat tangan
didada.
Shi Jin menjawab untuk sekarang memilih Mo Yun, Mo Yun melotot
tak percaya Shi Jin menambahkan Untuk sekarang, Shi Jin mengatakan kalau Mo Yun itu hanya akan bertanya
satu kali saja. Mo Yun menegaskan itu karena belum mendengar jawaban Shi Jin,
tapi setelah mendengar jawabanya ingin bertanya lagi. Shi Jin mengatakan
jawabanya tetap Kang Mo Yun.
Mo Yun sedikit percaya sambil menerima cangkir kopinya
bertanya bagaiaman dengan Negeranya. Shi Jin pikir Negaranya itu tak mungkin
akan cemburu lalu mengajak bersulang dengan gelas kopinya. Mo Yun mengeluh cara
berkencan mereka yang sangat aneh karena prianya menganggap Negara sebagai mertuanya.
Tiba-tiba Shi Jin menarik Mo Yun dan langsung memeluknya,
mengatakan kalau berjanji tak akan membuat khawatir lagi. Mo Yun memeluk erat Shi Jin sudah mengetahui hal itu.
Shi Jin mengelus rambut Mo Yun memuji pacarnya itu sangat menggemaskan
sekali. Mo Yun dengan bangga mengatakan kalau ia sudah tahu itu.
Shi Jin tersenyum mendengarnya. Keduanya
saling berpelukan erat dengan secangkir kopi ditanganya.
Dae Young memegang leher Myung Joo untuk mengecek suhu
tubuhnya, Myung Joo memegang tangan pacarnya memberitahu kalau keadaanya sudah
baikan sekarang, karena sudah tidak demam dan napsu makannya sudah kembali.
“Aku mau makan sup ayam. Dan juga daging barbekyu panggang.” Ucap Myung Joo, Dae Young tersenyum karena mereka bisa
makan diKorea nanti.
“Aku juga mau Soju dan bir.” Kata Myung Joo dengan penuh semangat.
“Wow, sepertinya kau memang sudah pulih karena sudah mau
minum bir.” Ejek Dae Young
“Oh ya, semua yang aku suka itu berawal dengan huruf
"S". Sup ayam,
(seared) barbekyu panggang, Soju
dan bir, dan Seo Dae Young.” Kata Myung Joo lalu
teringat Smooth yang juga berawal dengan
"S". Dae Young membalas “Dasar
swindler (penipu).”
Myung Joo mengembalikan kalung tentara yang dipakainya
pada Dae Young lalu mengatakan “Saranghae” (Aku mencintaimu.) Keduanya sama-sama tersenyum bahagia.
Ki Bum berteriak tak percaya pada kaptenya, karena
melihat memasukan kecap ke dalam ayam. Shi Jin melihat tutup botol yang
dianggap sebagai kurma. Ki Bum memberitahu kalau makanan itu tak bisa dimakan.
Shi Jin langsung memerintahkan mereka untuk mulai memasak. Ki Bum kembali
menjerit.
Dae Young mengangkat sendok ukur karena pasti
akan enak rasanya. Shi Jin pikir bisa dimasukan
dan Dae Young makan sendiri saja. Ki Bum mengeluh yang asal-asalan memasak dan
memintanya agar keluar saja. Dae
Young mengatakan mereka menuangkan cinta dalam makanan, lalu memasukan ayah yang sudah di isi gingseng ketika
air mendidih. Shi Jin langsung menyuruh
Dae Young tak lupa memberikan garam, seperti seorang Chef Dae Young menaburkan
garam dalam masakanya. Shi Jin memuji temanya yang sangat pandai.
Dae Young memberikan sepotong ayam pada piring makan,
Myung Joo yang melihatnya tak percaya mengaku merasa terharu dibuatan makan
oleh pacarnya. Mo Yun berkomentar Shi Jin memang cocok dengan celemek yang
digunakanya.
Shi Ji duduk didepan Mo Yun merasa sudah menjadi suami
idaman, Dae Young mengatakan sengaja memasak karena melihat keduanya sudah
banyak menderit tapi tak
yakin dengan rasanya. Mo Yun berkomentar kalau
rasanya enak dan rasa asinya pas.
“Kopral Kim benar-benar juru masak yang handal.”komentar Myung Joo sudah tahu pasti itu buatan Ki Bum
“Benarkan? Aku pasti akan merindukan masakannya saat pulang ke Korea.” Ucap Mo Yun, dua pria tentara itu hanya bisa diam
karena ketahuan makanan itu buatan Ki Bum.
“Aku pernah pergi ke resto sup ayam.” Cerita Myung Joo, Mo Yun tahu Myung Joo itu pergi dengan
Min Yun Gi. Shi Jin menatap Mo Yun yang menyebut
nama tak dikenalnya.
Myung Joo menyangkal tak pergi dengan Yun Gi, tapi pria
itu yang mengikutinya
karena ada ingin
memberitahu sesuatu dan merasa Mo Yun itu
berpikir dirinya yang merusak hubungan keduanya. Mo Yun sudah tahu dan ingin
tahu apa yang dikatakan Yun Gi itu. Myung Joo memberitahu kalau Yun Gi itu tak
punya hubungan dengan Mo Yun. Dua pria yang tadinya duduk tegap mulai
menyadarkan tubuhnya.
“Jadi Dia bilang begitu? Dan Kami tidak pacaran?” jerit Mo Yun mrah
“Ya, dia bilang, kalian hanya teman belajar.” Kata Myung Joo
“Hanya teman belajar? Bukan hanya teman, tapi kami pacaran sejak bulan April.” Ucap Mo Yun, Shi Jin menatap sinis
“Dia mengajakku makan saat liburan selesai.” Balas Myung Joo tak mau kalah dan Dae Young juga
menatap sinis
Mo Yun menegaskan kalau mereka berpacaran dari bulan
April tahun sebelumnya. Myung Joo mengejek Mo Yun
itu seperti cinta bertepuk
sebelah tangan, Mo Yun berteriak kalau ia
berpacaran dengan Yun Gi, keduanya mulai tersadar dengan pria yang duduk
didepanya sudah menatap sinis.
“Apa karena si Min Yun Gi ini selalu bertengkar?” ucap Dae Young mengetahui tentang sikap Myung Joo yang
tak akur dengan Mo Yun
“Aku pasti akan begadang karena penasaran dengan pria ini.” kata Shi Jin sinis, keduanya langsung membela diri
kalau semuanya salah paham.
“Kalian marah hanya karena 1 foto kami, tapi, kalian malah pernah pacaran dengan pria lain. Aku jadi marah.” Kata Shi Jin ketus
“Aku akan membunuh pria yang berani mempermainkan wanita
cantik.” Balas Dae Young
Shi Jin berdiri membuka celemekanya merasa pria itu adalah dokter, Dae Young rasa
mereka akan mencarinya dan melakukan FEO. Shi Jin berteriak entah reaksi apa yang nanti terjadi
setelah melihat pria itu. Dae Young pikir Menembak
ataupun meledakkannya tidak
akan pernah cukup.
Kedua wanita itu pun hanya bisa diam, Myung Joo memegang
kepalanya tak percaya dengan Kegagalan hubungan semacam ini. Mo Yun menyalahkan Myung Joo yang membahas
lebih dulu. Myung Joo membalas kalau Mo Yun yang lebih dulu membahas tentang Min Yun Gi.
“Bukan waktunya membahas itu. Bagaimana kita bisa meyakinkan
mereka? Bagaimana
bisa masa lalu terungkap hanya
karena makan sup ayam?” keluh Mo Yun tak percaya
“Tak usah khawatirkan aku, tapi khwatirkan dirimu sendiri. Aku bisa berpura-pura sakit Dan sekarat. Aku yakin dia bisa memaafkan masa laluku.” Kata Myung Joo, Mo Yun mengaku sangat iri
Mo Yun masuk ke dalam ruangan Shi Jin dengan
terbatuk-batuk lalu mengatakan kalau ia baik-baik saja dan hanya sedikit deman,
lalu memegang kepalanya sendiri sambil menjerit kalau merasa panas. Ia merasa Shi
Jin pasti khawatir tapi dengan terbatuk-batuk mengatakan kalau baik-baik saja.
Shi Jin dengan acuh sudah tahu kalau Mo Yun pasti baik-baik saja.
“Kau pasti sedang memikirkan Yun
Gi? Si pria
hebat Yun Gi.” Sindir Shi Jin dengan sinis, Mo Yun
merasa caranya berpura-pura sakit gagal, lalu mengajak untuk bicara.
“Denganku? Ahh.... Kau pernah pacaran dengan Yun Gi, tapi kau ingin bicara denganku?” sindir Shi Jin masih marah
Mo Yun pikir mereka tak bisa bicara, Shi Jin dengan kesal
Mo Yun tak bisa begitu saja bisa bicara denganya. Mo Yun mengerti karena
mereka membahasnya,
jadi akan menelepon Yun Gi. Shi Jin menantang menelpnya adan akan melihat hasilnya.
Mo Yun merasa dengan sikap Shi Jin membuatnya sangat ingin menelp Yun Gi. Shi Jin langsung melempar ponsel Mo Yun seperti saat
pertama kali bertemu, tapi kal ini Mo Yun yan bisa menangkapnya. Shi Jin sempat
kaget melihatnya, Mo Yun meminta Shi Jin mendengarkan baik-baik. Shi Jin bertanya
mendengarkan apa lagi.
“Di antara semua pria yang ada di
bumi, aku
paling menyukai Yoo Shi Jin. Kami sudah merusak 3 mobil, jatuh ke jurang bersama, berjuang melawan penyakit
bersama-sama, dan aku
mendapat luka tembak
karena dia juga. Meskipun
begitu, aku
sangat menyukainya. Dan
juga karena dia
bukanlah pengecut, dia
selalu saja menjadi pria
yang terhormat,serta selalu
tampan setiap saat. akui Mo Yun blak-blakan untuk menenangkan hati Shi Jin
dan Shi Jin pun tersenyum mendengarnya.
Mo Yun bertanya apakah Shi Jin keberatan dengan ucapanya,
Shi Jin mengatakan tidak dengan menahan senyumnya. Mo Yun ingin
memberitahu sesuatu, apakah Shi Jin ingin mendengarkan atau tidak. Shi Jin langsung
duduk diatas meja dengan jarak wajah wajah yang berdekatan mengatakan akan
selalu siap mendengarnya. Mo Yun mengeluh sikap Shi
Jin langsung berubah setelah dipuji
“Aku mau menjenguk Fatima besok Aku hanya ingin tahu, apa Daniel dan Ye Hwa bisa menjadi wali Fatima?” kata Mo Yun
“Mereka adalah orang yang tidak menetap pada satu tempat Tapi, ada satu orang yang bisa kau percaya dan Kau pasti akan menyukainya.” Ucap Shi Jin dengan senyuman.
Si bule penjaga bar kaget ditunjuk sebagai wali, Shi Jin
mengingatakan tentang informasi pasar gelap sebelumnya lalu menunjuk anak yang dicarinya ada ujung
sana dan bule itu sudah menyelamatkanya. Bule itu melihat kearah Mo Yun duduk
dan Fatima langsung sibuk membersihkan meja sebagai imbalan sudah
menyelamatkanya. Keduanya tertawa melihat sikap Fatima begitu juga Mo Yun, Si
bule bertanya kenapa Shi Jin menunjuknya sebagai wali
“Aku percaya pada seseorang yang memberiku keberuntungan.” Kata Shi Jin, Si bule itu pun setuju dan mendengar Shi
Jin akan kembali ke Korea.
“Ya.... Terima kasih untuk semuanya, Valentine.... Semoga kau beruntung.” Ucap Shi Jin sambil berjabat tangan.
Mo Yun mendekati Fatima berpesan agar mendengarkan ucapan
Valentine, karena wanita tak
sebaik dirinya, lalu meminta agar mengirimkan surat ke alamat
yang sudah diberikannya. Fatima menolaknya, Mo Yun pikir Fatima bisa menelpnya
saja. Fatima tetap menolaknya. Mo Yun mulai mengumpat Fatima itu anak nakal.
“Akulah yang membayarkan sekolah, apa aku juga yang harus mengemis
padamu? Apa kau
bisa sopan sedikit?” jerit Mo yun kesal,
Valentine langsung memperingati Fatima agar jadi anak yang baik.
“Terima kasih untuk segalanya. Aku akan selalu bersyukur. Jaga kesehatanmu.” Ucap Fatima, Ketiganya langsung tertawa mendengar
ucapan Fatima
“Sepertinya kau akan menjadi orang yang sukses nantinya. Aku akan selalu penasaran apa yang sedang kau lakukan Jadi, tetap hubungi aku.” Pintah Mo Yun
“Aku hanya ingin kau tahu... Aku serius dengan apa yang aku katakan tadi.” Kata Fatima, Mo Yun sudah tahu lalu keduanya sama-sama
tersenyum.
Shi Jin mengajak Mo Yun ke sebuah tempat yang tinggi di
Urk dengan rumah yang berjejer rapih. Sambil menatap langit lalu menoleh pada
Mo Yun bertanya apa yang ingin dilakukan saat
kembali ke korea nanti. Mo Yun mengatakan ingin mandi
air panas dan bertanya balik apa yang akan dilakukan
pacarnya. Shi Jin mengatakan ingin menonton film, Mo Yun melirik dengan
mengejek.
“Ayo nonton film. Kita tak bisa menontonnya dulu. Kita akan kesulitan menonton film, 'kan?” ajak Shi Jin
“Baiklah. Kita bisa melakukan kegiatan biasa daripada diculik dan menjadi sandera. Kita bisa menonton film, makan,
minum kopi dan
pulang ke rumah bersama” kata Mo Yun
“Dan mengisi air dalam bathtub saat kau pulang.” Goda Shi Jin sambil berjalan mundur
Mo Yun memerintahkan agar Shi Jin berhenti tapi Shi Jin
tetap saja berjalan mundur, menyuruh Mo Yun pulang lebih dulu setelah itu bar
menyusul dan memperingatkan agar tak pergi ke hotel dengan ketua rumah sakit,
tak tak boleh berhubungan dengan Yun Gi. Mo Yun meinta Shi Jin untuk berhenti
melangkah.
Shi Jin teringat sesuatu, lalu melemparkan pada pacarnya.
Mo Yun dengan sigap menangkapnya, tak percaya Shi Jin masih menyimpan batu itu.
Ketika keduanya pergi ke pulang dengan kapal yang terdampar, Shi Jin mengatakan
“Warga di sini
percaya, bahwa jika kau mengambil batu ini maka kau bisa kembali
lagi ke sini.” Lalu memberikan
pada Mo Yun.
Mo Yun mendekati Shi Jin yang berdiri didepanya. Shi Jin merasa
Sekaranglah saat Mo Yun melihat apakah mitos itu sungguhan. Keduanya sama-sama tersenyum, Shi Jin mengelurkan
tanganya, Mo Yun meraihnya. Shi Jin memegang tangan Mo Yun sambil memujinya
yang sudah
berusaha keras. Mo Yun juga membalas Shi Jin
sebagai Kapten juga sudah berkerja keras. Terdengar bunyi lonceng yang sangat
keras, Mo Yun dan Shi Jin berciuman di menara jam terbesar di Urk.
Semua tentara mulai olahraga pagi, Min Ji baru keluar
dari tenda langsung berlari ke pagar tak percaya dua seniornya sudah bangun dan
ingin melihat para tentara bertelanjang dada sedang olahraga. Ae Ra mengaku tak
mau melewatkan momen itu.
Mo Yu mengucapakn selamat tinggal pada pada tentara lal
merasa melihat
tubuh yang asing. Mi Jin juga melihat sosok
pria yang berbeda berlari dibagian depan dengan tubuh yang berbeda. Ketiganya
kaget ternyata pria yang semakin terlihat jelas adalah Sang Hyun dengan celana
pendek lari bersama dengan tentara.
“Kau harus mencintai dengan penuh semangat. Padahal dia tak suka kita melihat mereka. Sepertinya, dia melakukannya
untukmu. Dr. Song
sungguh pria yang hebat. Kenapa
kalian tak jadian saja ?” ucap Mi Jin gemas melihat keduanya. Ae Ra langsung
pamit masuk karena belum packing barang.
“Bagaimana ini? Apa aku salah ucap lagi?” ucap Mi Jin panik
“Kau tak salah ucap, Itu
karena dia adalah wanita yang
sama hebatnya dengan Dr. Song. Mereka
itu sama saja dengan pasangan
kekasih anak SMA.” Jelas Mo Yun, Mi Jin tak
mengerti.
“Anak-anak masih belum boleh tahu.” Ejek Mo Yun sambil mengelus rambut juniornya.
Semua tim medis sudah mulai mengeluarkan koper untuk
kembali ke Korea. Mo Yun keluar dari
medicube dengan wajah bahagia memastikan barang yang akan mereka bawa pulang
kembali. Terdengar bunyi sirine, semua langsung menghadap ke bendera Korea yang
sedang berkibar lalu menundukan kepala mengenang kejadian gempa yang pernah
terjadi.
Mo Yun mengingat saat pertama melihat tempat pembangkit
tenaga listrik hancur lebur karena gempa. Dengan rasa takut, panik membuatnya
kuat untuk membantu semua korban gempa yang timpa reruntuhan. Chi Hoon yang
merasa bersalah karena sudah mengingat pita yang salah dan membuat korban
meninggal dunia.
Sang Hyun tak bisa makan karena banyak korban berjatuhan,
Mi Jin sangat sibuk dengan dibantu oleh Ki Bum dengan tangan yang patah. Sepatu
boot yang dipinjamkan korban serta pertemuan untuk kedua kalinya dengan Shi Jin
dan juga mereka saling berpisah demi menjalankan tugas.
Woo Geum mulai mengambil foto tim medis yang sudah
menjadi relawan di Urk dan juga gempa. Tentara mulai bergabung dan dikomandoi
oleh Shi Jin, semua langsung memberikan hormat, Mo Yun tersenyum disamping Shi
Jin yang mengambil foto bersama, Dae Young terlihat gagap berdiri disamping
Myung Joo yang sudah sembuh. Sang Hyun bahagia berdiri disamping Ae Ra dan akan
kembali ke Korea.
Mo Yun berjalan untuk kembali masuk kerja, Ae Ra menyapanya
dengan senyuman sumringah sambil mengeluh Tempat kerja jauh sekali dari
rumah dan merasa senang jika Medicube dekat dengan tenda mereka. Mo Yun juga merasa senang bisa melihat pria
berotot bertelanjang dadatiap paginya.
Chi Hoon dan Mi Ji datang ikut bergabung dengan keduanya,
wajah mereka terlihat sangat cerah dan bersemangat. Chi Hoon merasa seperti
mereka baru pertama kali masuk kerja. Mi Jin juga merasakan hal yang sama. Sang
Chul sudah ada didepan rumah sakit merasakan hal yang sama dengan cuaca Korea
yang dingin. Semua menatap gedung rumah sakit, Mo Yun tak percaya mereka
akhirnya kembali berkerja dirumah sakit.
bersambung ke episode 13
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Terima Kasih atas recapnya, Mbak
BalasHapus