Mo Yun tak bisa menahan rasa kagetnya saat pintu
ambulance baru dibuka, sosok Shi Jin dengan berada disekujur tubuhnya terbaring
didalamnya. Orang yang paling disayanginya tak sadarkan diri dengan penuh darah
karena luka tembak.
Dengan beberapa perawat mendorong Shi Jin masuk ruang
UGD, air mata Mo Yun mengalir meihat Shi Jin terbaring tak sadarkan diri. Ia
meminta Shi Jin untuk membuka mata dan menatapnya, lalu bertanya apakah Shi Jin
bisa mendengar suaranya sekarang. Shi Jin hanya diam saja.
“Kenapa kau menemuiku dengan keadaan yang seperti ini? Aku mohon buka matamu!” ucap Mo Yun tapi Shi Jin tetap saja terdiam.
Flash Back
Shi Jin mengangkat pistolnya dengan mengarakan pada Senior
Letnan Ahn Jung Joon, lalu bertanya alasan ada di
Korea Selatan. Jung Joon sudah mengangkat tangan mengatakan tak
percaya pada timnya jadi ia sengaja datang
untuk menemui temannya dan meminta agar dibawa ke kembali
ke Korea Utara.
Dae Young sempat melirik pada Shi Jin, lalu pikir Jung
Joon datang karena
Suaka Diplomatik. Tiba-tiba terdengar suara
tembakan yang mengenai tubuh Jung Joon, sebuah mobil datang dengan senapan
panjang yang ditembakan. Dae Young dan Shi Jin sempat mengeluarkan tembaka lalu
berlindung dibalik mobil.
Baku tembak terjadi beberapa kali, Shi Jin melaporkan sedang
diserang dan memerlukan bantuan. Dae Young melihat Jung Joon dibawa melaporka kalau
target dari orang tersebut adalah Senior Letnan Ahn. Shi Jin melihat langkah kaki yang membawa Jung Joon ke
dalam mobil lalu beberapa kali mengeluarkan tembakan ke arah ban mobil.
Dae Young juga menembakan ke bagian belakang mobil sampai
kaca mobil pecah, Shi Jin berusaha berlari mengejar mobil yang membawa kabur
Jung Joon dengan sekuat tenaga.
Chi Hoon memberikan bantuan oksigen, dan melihat di
monitor Tekanan
darah menurun dan sempat mengeluarkan garis lurus. Mo
Yun meminta untuk alat kejut jantung 150 joule lalu menaruh didada Shi Jin, tapi tetap detak jantung
tak terlihat. Mo Yun kembali menaikan jadi 200
joule. Chi Hoon memberitahu Tekanannya
tak kembali normal.
Mo Yun tak mau menyerah dengan menekan bagian dada Shi
Jin untuk mengembalikan detak jantungnya sambil memohon agar bisa kembali
normal. Suara dari alat monitor semakin nyaring.
Flash Back
Shi Jin bisa melompati dari satu mobil ke mobil lainnya
dan berdiri tepat dijalur mobil yang membawa kabur Jung Joon dengan siap
menembakan pistolnya. Dae Young bertanya apakah Shi Jin masih punya pelurunya,
Shi Jin melihat masih punya sisi 1 tembakan dan akan menghentikan mobilnya, lalu mulai menghitung mulai dari jarak 10
meter, 5 meter... lalu langsung menembakan alat
pemadam kebakaran.
Asap pun mulai keluar yang membuat kabur pengelihatan,
terdengar tembakan beberapa kali dan Shi Jin terkena dibagian perut dan
langsung terjatuh. Mobil langsung membentur mobil lainya karena tak bisa
melihat arah jalan dengan jelas. Shi Jin terkapar dan matanya bisa melihat
bayangan temanya yang berlari ke arahnya, Dae Young berlari dengan cepat
melihat keadaan Shi Jin yang terkapar dengan luka tembak.
Mo Yun terus berusaha menekan dada Shi Jin, sambil
memohon agar tak seperti ini padanya, lalu menangis sambil mengomel Shi Jin
orang yang jahat sekali jadi
memohon agar bangun sekarang juga. Tapi Shi Jin detak jantung Shi Jin belum
juga kembali. Mo Yun akhirnya menyerah menekan dada Shi Jin agar kembali
berdetak lalu menangis.
Shi Jin tiba-tiba berbicara kalau ia merasa sangat sakit
sekali dengan nafas terengah-engah. Chi Hoon memberitahu Tekanannya
kembali. Mo Yun langsung menanyakan apakah Shi Jin sudah sadar dan
ia sedang berada dimana. Shi Jin membuka matanya tapi tak menjawabnya. Mo Yun
bertanya kembali apakah Shi Jin bisa mendengar dan melihatnya. Shi Jin menanyakan keberadaan Jung Joon.
Mo Yun berteriak binggung dengan pertanyaan pacarnya. Shi
Jin memberitahu Jung Joon adalah Pasien luka tembak yang juga datang bersamaan dengannya, lalu bertanya apakah pasien itu masih hidup. Mo Yun
berteriak kesal menanyakan siapa orang itu.
“Apa kau masih bias mengkhawatirkan orang lain
sekarang? Kau juga
sedang sekarat! Jika
aku menaikkan joule-nya tadi, kau
pasti sudah mati! Kau akan mati!” jerit Mo
Yun kesal sambil menahan tangisnya.
“Kau terlihat... seperti sesuatu yang super
cantik.” Goda Shi Jin walaupun terlihat masih susah berbicara.
Mo Yun mengumpat Shi Jin yang masih bisa bercanda dengan keadaan seperti
sekarang.
Shi Jin mencoba untuk bangun dari tempat tidurnya,
mengatakan kembali tentang pasien luka tembka yang datang bersamanya. Mo Yun
heran melihat Shi Jin yang berusaha untuk bangun, lalu bertanya siapa
yang sedang dibicarakan itu, apakah pria itu adalah musuhnya dan berpikir pria itu
yang sudah menembak Shi Jin sampai seperti ini. Shi Jin menyangkalnya kalau
Pria itu adalah teman dekatnya, lalu menanyakan keberadannya sekarang. Mi Jin
berlari masuk ruang UGD memberitahu Mo Yun dengan nada panik kalau pasien yang
datang bersama Shi Jin melakukan masalah besar.
Semua perawat dan dokter melangkah mundur dan terlihat
sangat ketakutan, Jung Joon menyandera Ja Ae dengan mengancam tak boleh ada
yang mendekat kalau tidak akan membunuh semua yang ada di sini. Seorang pria berjas sudah mengacungkan pistolnya ke arah
Jung Joon. Ja Ae memberitahu kalau Jung Joon tak diobati maka akan mati karena
sudah mengalami
pendarahan hebat.
Jung Joon menyuruh Ja Ae diam saja dengan pisau bedah
siap menusuk lehernya, Shi Jin datang langsung menurukan pistol yang diarahkan
pada Jung Joon, memberitahu mereka sudah menurunkan pistol jadi meminta agar
Jung Joon bisa diobati sekarang. Jung Joon tak akan mungkin bisa percaya pada dokter
korea selatan.
“Apa kau bisa menjamin keselamatanku di ruang operasi?” ucap Jung Joon terus mengancam dengan pisau bedah ke
leher Ja Ae.
“Yang harus kau khawatirkan adalah apa yang terjadi di luar ruang
operasi. Entah kau
adalah dipihak Selatan atau pun Utara, hanya dokter lah yang bisa menyelamatkanmu sekarang.” Kata Shi Jin
“Aku tak membutuhkannya.” Ucap Jung Joon dengan mengarahkan pisau ke depanya dan
meminta semua tak boleh ada yang bergerak.
Jung Joon langsung jatuh lemas dilantai rumah sakit,
semua menjerit kaget. Ja Ae memeriksa keadaan pasien dan memberitahu Jung Joon mengalami
trauma. Mo Yun memerintahkan agar membawa Jung Joon ke
ruang operasi no. 4 karena Sung Hoon sudah ada disana.
Ketika akan pergi, Shi Jin menahan tangan Mo Yun memohon
padanya, Mo Yun menatap Shi Jin yang penuh darah di sekujur tubuhnya. Shi Jin
meminta agar Mo Yun yang mengoperasi langsung Jung Joon. Mo Yun memerintahkan
semua dokter dan perawat agar mendengarnya baik-baik.
“Sebelum kondisinya membaik, ikat dia di tempat tidurnya. Jika dia mematahkan sesuatu, pasangkan gips pada tangannya Jika dia tak bias menurut, pukul saja dia.” Perintah Mo Yun pada semua dokter dan perawat lainnya
untuk melakukan pada Shi Jin, lalu menghempas tanganya dan pergi meninggalkanya.
Sang Hyun ikut dalam operasi mengucap syukur karena jantung Jung Joon tak mengalami pneumothorax serta Detakan jantungnya juga normal. Mo Yun sudah mengeluarkan tiga buah peluru yang ada
ditubuh Jung Joon lalu meminta agar diberikan pisau bedah, tak sengaja ia
melihat ada luka jahit dibagian lengan, Sang Hyun ikut melihatnya berpikir itu
bekas luka tembak. Mo Yun pikir ada sesuatu didalam luka tersebut. Jung Joon
pun masih tak sadarkan diri dengan alat yang dimasukan ke mulutnya.
Seluruh tempat kejadian sudah di berikan garis polisi Dae
Young melaporkan pada Byung Soo kalau Kapten Ahn Jung Joon
adalah Pasukan
Khusus Korea Utara dan ditugaskan
untuk menjaga VIP yang ia dengar Jung
Joon akan
bertugas dalam
pertemuan kedua negera
nanti.
“Si brengsek yang sedang berlibur di Seoul malah diserang.”ucap Byung Spp
“Senior Letnan Ahn sedang dikejar dan mereka adalah orang yang mengejarnya. Melihat lengan, fasilitas, kondisi fisik dan taktik mereka, mereka sepertinya orang terlatih.” Kata Dae Young melirik para bule yang membawa Jung Joon
sedang diperiksa sekujur tubuhnya.
“Mereka bukan orang Amerika, sepertinya mereka orang Rusia.” Pikir Byung Soo
“Identitas mereka telah
dikonfirmasi. Mereka
adalah pasukan militer
untuk Kedutaan Matagonian.” Ucap Seorang penjaga
lainya, Dae Young sempat kaget karena pasukan Keamanan
Kedutaan
“Mereka bilang, Senior Letnan Ahn telah memalsukan pasport
Matagonian Karena
itulah mereka mengejarnya.” Jelas si penjaga
“Petugas Kedutaan melakukan
kekacauan ini hanya
karena pasport palsu? Alasannya
terlalu munafik.” Pikir Dae Young
Penjaga lain menjelaskan mereka tak punya
pilihan Menurut
hukum, korea selatan tak memiliki hak menghukum WNA. Byung Soo pikir sekarang hanya bisa menggali informasi dari Senior Letnan Ahn. Woo Geum datang melapor bahwa Rumah
sakit baru menelepon, kalau operasinya
sudah selesai. Dae Young terlihat tegang mengangguk
mengerti.
Shi Jin sudah mengunakan pakaian operasi bertanya
bagimana dengan wajah tegang. Mo Yun malah bertanya balik bagaimana apa dengan
nada ketus. Shi Jin menanyakan tentang operasi yang dilakukan Mo Yun pada Jung
Joon. Mo Yun menghela nafas panjang
“Dia sudah selamat. Dan sekarang sudah dipindahkan ke kamar inap. Tapi Dia masih belum sadar.” Ucap Mo Yun yang membuat Shi Jin bisa bernafas lega
dengan menyadarkan badannya dikasur.
“Selain pasien itu, ada juga pasien lain yang selamat dari
sekarat. Sepertinya
pasien itu hanya menganggapku
dokter sekarang. Dokter
itu, 1 jam lalu, merasa seperti
dalam neraka melihat pacarnya.” Sindir Mo Yun, Shi Jin
hanya bisa tertunduk dan meminta maaf.
“Hanya itu yang kau ucapankan, Apa Kau tak
ingin menjelaskannya? Apa
kau tak ingin bertanya bagaimana
dengan perasaannku? Bahkan
kau dengan teganya malah bertanya
tentang keadaan orang lain.” Ucap Mo Yun kesal
akhirnya menyuruh Shi Jin cepat sembuh kalau tidak akan membunuhnya.
Setelah itu ingin memberikan sesuatu ditanganya, karena
mengakui kemarahnya sudah mereda sekarang. Shi Jin ingin mengambilnya tapi
beberapa orang masuk kedalam ruangan yang membuat Mo Yun menarik kembali
tanganya.
“Kenapa pasien ini di bawa ke
sini?” tanya Mo Yun binggung karena Chi Hoon membawa Jung Joon
ke dalam ruangan. Dae Young datang memberikan hormat dulu pada Shi Jin.
“Mulai sekarang, aku lah yang bertugas menjaga kamar pasien
ini. Kami akan
melakukan pembatasan area.
Mohon kerja samanya.” Kata Dae Young
Beberapa saat kemudian, Dae Young menemui Mo Yun yang
sudah menunggunya. Mo Yun pikir Shi Jin sengaja meminta untuk mengoperasi Jung
Joon karena benda yang ada ditanganya. Dae Young mengambil benda yang ditemukan
Mo Yun pada sebuah tempat. Mo Yun menceritakan sudah mengeluarkannya dari tubuh pasien itu. Dae Youn melihat isinya adalah SD Card.
Eun Ji sambil menopang dagu seperti tak percaya mendengar
cerita yang terjadi dirumah sakit. Perawat lain mendengar
gosip yang beredar, bahwa pasien
itu adalah tentara Korea Utara. Eun Ji bertanya pada
perawat itu apakah ia rela mengobati orang Korea Utara.
“Tentu saja. Kita harus
mengobatinya. Kita
sudah mengoperasinya tadi.” Kata Chi Hoon
sedang melihat ke arah komputer.
“Apa Kau tak takut? Dia kan punya luka tembak. Aku mungkin akan gila jika mengalami sitausi seperti tadi.” Pikir Eun Ji
“Kami bahkan mengalami hal yang lebih buruk lagi di Urk. Semua tentara membawa senjata. Hanya terdengar, "Hormat dan lapor". Angkat tangan, jika kau bergerak, kami akan menembakmu.” Cerita Chi Hoon sambil memperagakan dengan seperti
memegang pistol.
Eun Ji sempat ketakutan lalu mengejek Chi Hoon itu
pembohong, Ja Ae datang memberitahu kalau ia juga memukulnya dan mengejek Eun
Ji yang tak pernah menonton berita jadi meminta agar menjaga omongan sekarang.
Tiba-tiba, Sang Hyun berteriak memanggil Ja Ae dengan wajah panik memegang
lengannya.
“Kudengar kau disandera! Apa Kau baik-baik saja? Kau terluka? Di mana si brengsek itu! Akan kubunuh dia!” teriak Sang Hyun
marah
“Dia adalah pasien yang telah diselamatkan oleh Dr. Song.” Kata Ja Ae
“Jadi, dia adalah pasien yang aku operasi tadi?” ucap Sang Hyun lal menampar wajahny sendiri sambil mengumpat
dirinya itu , Heo Joon atau Schweitzer. Ja Ae mengeluas rambut Sang Hyun merasa kasihan.
Eun Ji mengejek keduanya terlihat berlebihan, lalu
membahas tentang pacar Shi Jin yang datang dengan pasien dari Korea Utara,
bahkan koridor rumah sakit jadi penuh dengan orang yang berjaga-jaga dengan jas
hitam.
“Bagaimana kau bisa pacaran dengannya? Dia itu siapa ?”
ucap Eun Ji penasaran
“Apa Kau bertanya padaku? Aku saja tak tahu siapa sebenarnya dia
itu.” Jawab Mo Yun karena benar-benar tak mengetahui lalu
melihat ponselnya kalau Ketua rumah sakit memanggilnya lalu pergi. Ja Ae ingin
memberitahu tapi Mo Yun sudah berjalan dengan cepat.
“Kenapa dia tak bias mendengarkanku sama sekali?” keluh Eun Ji kesal seperti tak dianggap oleh Mo Yun
Chi Hoon bertanya apa yang dibawa Ja Ae dalam kotak, Ja
Ae memberitahu semua itu barang-barang milik pasien yang baru mereka operasi. Semua langsung mengerubungi, Chi Hoon mengambil salah
satu pulpen dan menjerit bahagia karena
semua itu barang-barang dari Korea utara, lalu mencoba mencoret-coret dibuku
tapi ternyata tak ada tintanya.
“Saat tintanya habis, kau harus menjilat ujungnya dulu.” Kata Sang Hyun sudah siap menjilat bagian ujungnya.
“Aku yang akan menyimpannya” kata Dae Young datang dan langsung mengambil pulpen
dari tangan Sang Hyun, setelah itu membisikan sesuatu dikupingnya.
Sang Hyun hanya menganguk mengerti dan membiarkan Dae
Young membawanya. Chi Hoon bertanya apa yang dikatakan Dae Young, Sang Hyun
memberitahu pena itu bukanlah pena biasa tapi tintanya berisi racun dan ia hampir saja mati. Chi Hoon panik melihat Sang Hyun tiba-tiba jatuh lemas.
Ja Ae memukul Sang Hyun yang ikut jatuh bersama.
Suk Won menyuruh penjaga agar minggir, tapi penjaga tetap
berdiri menjaga koridor dengan pasien Shi Jin dan Jung Joon dari korea utara.
Suk Woon marah kalau bukan hanya RS. Haesung saja yang ada di Gangnam dan berteriak kalau rumah sakitnya itu sangat mahal
“Kami hanya melakukan tugas,Tolong kerja sama anda.” Kata penjaga, Sek Suk Won memberikan berkas yang
dikirimkan pihak kemanan pada mereka. Suk Won berteriak pada sekertarisnya
kalau itu bukan tugas mereka.
“Memangnya siapa pacar Dr. Kang hingga mereka bisa seenaknya
begini? Dan siapa
pasien yang dia bawa itu? Apa
mereka bertengkar? Siapa
yang menang?” tanya Suk Won pada Mo Yun
“Entahlah... Aku juga tak tahu” jawab Mo Yun
“Ah, pacarmu pasti kalah. Aku tahu dia pasti yang kalah. Kau pikir hanya dia yang bisa melakukan kemiliteran.” Jerit Suk Woon kesal. Sek tak percaya Suk Won itu pernah ikut WaMil (Wajib Militer)
Suk Won makin kesal sambil bertanya dirinya itu siapa
memang. Sek-nya dengan polos menjawab ketua rumah sakit. Suk Won kesal karena
bukan itu yang dimaksud. Petugas kemanan meminta agar mereka menjaga ketenangan
dirumah sakit, Suk Won berteriak menyuruh semua penjaga itu diam karena itu
rumah sakit miliknya. Penjaga pun hanya bisa menghela nafas mendengar teriakan
Suk Won.
“Dr Kang.... Kau yang harus bertanggung
jawab, baik itu
sebagai dokter atau wali pasien.” Tegas Suk
Won lalu mengajak Sek pergi. Mo Yun hanya bisa menghela nafas panjang diberi
tanggung jawab besar.
Didalam ruangan
Byung Soo dan penjaga lainnya sudah berdiri
ditengah-tengah kamera yang merekamnya. Shi Jin duduk didepan Jung Joon
memperkenalkan diri sebagai Pasukan Khusus Korea Selatan, lalu bertanya pada Kapten
Ahn Jeong Joon, apa yang sedang dilakukan di
Korea Selatan. Jung Joon hanya menatapnya lalu membuang muka tak menjawabnya.
“Alasan apa yang membuat kau masuk ke Korea Selatan? Siapa yang memerintahkanmu?” ucap Shi Jin, Jung Joon tetap saja diam tak mau menatap
Shi Jin
“Apapun alasanmu itu, akan menjadi masalah jika kau terus berbaring
di sini. Bukannya
begitu? Kapten
Ahn Jeong Joon, aku bertanya berdasarkan
Perjanjian Jenewa, apakah
yang kau cari itu
merupakan urusan politik?” kata Shi Jin, Jung Joon
sempat melirik lalu memejamkan matanya.
“Dia tak mungkin buka mulut. Jika kau tak mau bicara, kenapa kau tak tinggal di Utara saja!! Apa dia pernah membuka mulutnya?” ucap Byung Soo menahan amarahnya.
“Sama seperti yang aku laporkan
tadi. Dia
meminta untuk dikirim ke Korea Utara.” Kata Shi
Jin
“Dia berlarian ke sini hanya untuk meminta dikirim kembali ke Utara? Yang benar saja. Aku tak tahu apa alasanmu. Tapi, karena rute resmi Cina atau Rusia telah diblokir, Dia memilih rute paling bahaya langsung ke rute Selatan. Suaka Diplomatik adalah satu-satunya cara yang dia pilih. Kami akan menyambut dengan baik jika kau jujur pada kami. Buatlah pilihan bijak. Kami akan memberikanmu waktu.” Ucap Byung Soo lalu memerintahkan agar Jung Joon
diberikan layanan pengobatan.
Dae Young membawa semua barang-barang pribadi milik Jung
Joon ke ruangan yang sudah banyak monitor didalamnya, menurutnya Jika
liburan Jung Joon hanyalah modus untuk menutupi Black
misinya, menurutnya file yang dibawanya itu akan menjawabnya. Penjaga lain mengambil SD Card dan akan segera
menyelidikinya.
Byung Soo menghela nafas merasa masalah sekarang
membuatnya menjadi semakin gila. Dae Young bertolak pinggang memikirkan semua
kejadian yang terjadi sebelumnya. Byung Soo bertanya pada Woo Geum apakah Jung
Joon sudah mengatakan sesuatu.
“Senior Letnan Ahn tetap diam. Kapten Yoo berusaha memancingnya.” Kata Woo Geum
“Apa yang dia katakan? Apa dia melakukan negosiasi dengan melibatkan keluarga?” tanya Byung Soo
“Sebenarnya, Dia bilang, bahwa
dengan tambahan cuka
dan mustard mie-nya akan enak. Mereka
sedang membicarakan naengmyeon. Ini
adalah resep eksklusif
Senior Letnan Ahn.” Ucap Woo Geum
Dae Young yang mendengarnya menahan tawanya, Byung Soo
berteria marah karena mereka semua diminta untuk melapor, tapi dua pasien itu
malah asik berbagi resep, lalu mengeluh memiliki seorang kapten seperti Shi Jin
yan memiliki sifat ceroboh, terdengar ponselnya berdering.
Sambil memperlihatkan ponselnya pada semua anak buahnya, Byung
Soo berteriak apa yang harus dilakukanya sekarang. Dae Young kembali menahan
tawanya karena melihat Byung Soo terlihat panik menerima telpnya. Byung Soo
langsung mengangkat telpnya dengan suara seperti tentara.
Kepala Luar negeri menerima informasi kalau Pasukan Byung
Soo masih belum mendapatkan infomasi apapun, lalu mengejek laporan itu yang dibuatnya. Lalu
memberitahu Pertemuan
akan dilaksanakan besok, terlihat seorang pria
berjas didalam mobil melihat keluar jendela.
“Perwakilan Korea Utara sedang dalam perjalanan sekarang. Jika kita tak menyerahkan Ahn besok, maka mereka akan
bertindak. Lalu,
kita harus bagaimana?” ucap Kepala Luar Negeri.
“Perwakilan Korea Utara baru saja memasuki Seoul.” Kata Sekertarisnya melapor.
“Benarkah? Apakah Pyeongyang sangat dekat dengan Seoul?” keluh Kepala Luar Negeri heran lalu berbicara di telp
agar Byung Soo bisa bergerak cepat dan melaporkan padanya.
“Dia hanyalah letnan senior, dan bukanlah Komandan. Tak mungkin dia bisa menjaga VIP dari kedua Utara dan Selatan. Apa Kau pikir dia bisa? Tapi Sebenarnya dia itu siapa?” kata kepala Luar Negeri heran.
Petugas kemanan membawa data yang sudah ditemukan,
memberitahu Kapten
Ahn masuk dalam daftar pencarian Interpol
sebagai tersangka pembunuhan. Byung Soo kaget Jung
Joon itu Tersangka
pembunuhan Bukan
karena masalah terorisme.
“Dua hari yang lalu di Tokyo, Saksi utama untuk kasus yakuza akan bersaksi di pengadilan. Dia ditembak mati oleh seorang penembak jitu dari kejauhan.” Jelas penjaga dengan memperlihatkan foto dengan bukti
seorang korban pelajar.
“Jadi, dia yang jadi tersangkanya?” tanya Dae Young, penjaga mengatakan bukan Jung Joon
sebagai tersangkanya.
“Penembak itu ditemukan tewas di bangunan ketika memberikan tembaknya
Kapten
Ahn dicari karena telah membunuh
penembak jitu itu.” Jelas Penjaga, Byung Soo
bertanya siapa sebenarnya penembak itu.
Shi Jin melihat pelaku penembakan yang sudah meninggal
dalam foto. Dae young memberitahu orang itu adalah seseorang yang mereka kenal yaitu Sersan Rhee Seok Jin yang bertugas di battalion yang sama dengan Senior Letnan
Ahn. Shi Jin bisa mengingat mereka bertemu saat ada melakukan
pelepasan sandera di Korea Utara.
“Dia membunuh mantan bawahannya yang terlibat dalam pembunuhan
yakuza.” Ucap Shi Jin, Dae Youn rasa Sepertinya
itu adalah misinya.
“Lalu Kenapa? Apa kau sudah tahu, chip apa yang ada dalam
lengannya?” tanya Shi Jin penasaran
“Chip itu dilindungi dengan code yang sangat sulit Akan membutuhkan waktu seminggu. Korea Utara meminta kita menyerahkan Kapten Ahn besok.” Jelas Dae Young
“Jadi Kita harus mengikuti perintah dan tak punya waktu.” Ucap Shi Jin
Dae Young menegaskan Shi Jin harus
membuatnya buka mulut. Shi Jin memberitahu kalau
Jung Joon tahu mereka sedang mengawasinya,jadi Jung Joon tak mau bicara. Dae Young mengejek Kaptennya ini akan menggunakan foto
keluarganya. Shi Jin pikir aka mencoba metode yang
lain dan membutuhnya Mo Yun serta juga memerlukan chip-nya. Dae Young pikir maksudnya Chip itu adalah yang sedang diselidiki oleh NIS.
Shi Jin pikir Dae Young tak bisa mencurinya, menurutnya
mereka sudah salah langkah seharusnya
membuat salinannya lebih dulu. Dae Young mengeluarkan sesuatu dari jaketnya bertanya
apakah itu sesuatu yang dimaksud olehnya. Shi Jin tersenyum mengambil SD card
memuji Dae Young sangat pintar. Dae Young pun akan segera memanggil Mo Yun.
Mo Yun memeriksa Jung Joon memberitahu keadaan yaitu Pergelangan
tangan dan paha terdapat
potongan tulang yang patah serta mendapat 4 luka tembak dan akan meninggalkan bekas. Jung Joon hanya diam sambil melirik sinis pada Mo Yun
yang menempelkan plester dilenganya.
“Tapi, yang membuatku khawatir, adalah pecahan peluru yang bersarang di tulang belakangmu. Jika kau membiarkannya, itu akan membahayakan sarafmu, lalu bagian bawah tubuhmu akan lumpuh.” Jelas Mo Yun
“Tuan Ahn.... Ini adalah sebuah keajaiban bahwa kau berhasil selamat. Jadi, jangan sia-siakan hidupmu. Pasien yang disebelahmu juga
begitu. Dia
adalah pria yang sudah gila.” Ucap Mo Yun dengan
melirik sinis pada Shi Jin yang ada disampingnya.
Mo Yun akhirnya mendekati Shi Jin dengan tangan yang
masih digips, sambil mengatakan tak mau membahasnya, tapi ia mengingatkan tentang tentara ketika mereka sedang ada di Urk. Shi Jin bertanya siapa tentara yang dimaksud.
“Kau pasti tahu, pria yang memarahiku karena mengoperasi VIP. Pria jelek yang telah
menghukummu. Dia mendatangii timku dan memeriksa semua obat-obat kami. Memangnya dia siapa? Beraninya dia memperlakukan kami...” keluh Mo Yun yang langsung ditutup mulutnya oleh Shi
Jin dengan wajah panik
Woo Geum mendengarnya dari earphone langsung mengarahkan
pandangan pada Byung Soo, sementara Byung Soo mendengar ucapan Mo Yun seperti
menunjuk pada dirinya yang memarahi bahkan menghukum Shi Jin saat di Urk.
Mo Yun yang tutup mulutnya masih menjerit kenapa Shi Jin
malah menutup mulutnya. Shi Jin melihat kesekeliling lalu meminta agar ada Mo
Yun tak bicara dengan menaruh jari telunjuk dimulutnya, lalu menuliskan sesuatu
ditangan Mo Yun [Ruangan ini sedang disadap. Jangan menyumpah.] Mo Yun melonggo kaget dan terlihat panik.
Diruang kontrol terlihat ketegangan dan Woo Geum seperti
menahan tawanya. Shi Jin memberikan kode dengan tanganya agar Mo Yun tetap
berbicara, Mo Yun dengan gugup mengatakan kalau ia sangat bahagia dengan pria
yang dikatakan tadi bahkan hampir saja aka memeluknya. . Shi Jin mengambil
kalender lalu menuliskan sesuatu.
Shi Jin berkomentar tentara itu pasti
sudah tahu itu karena ia pria yang
hebat. Mo Yun membenarkan. Shi Jin lalu mengalihkan pembicaran
dengan bertanya keadaan ibu Mo Yun. Mo Yun sempat binggung tapi setelah itu
dengan lancara menceritakan ibunya yang terus
membanggakan masakannya dan
terus menghabiskan uangnya.
Mo Yun membaca tulisan di kalender “Aku
butuh tempat pribadi untuk bicara
dengan Senior Letnan Ahn.” Lalu memberitahu kabar
ibunya baik-baik saja. Shi Jin sengaj menyaringkan suara meminta Maaf
karena belum bisa menyapanya dan mereka harus mencari
hari yang bagus dan memilih tempat
pertemuan mereka.
Byung Soo terus mendengarnya pembicaraan keduanya. Mo Yun
menolak karena ibunya pasti tak mau melakukanya. Shi Jin menatap Mo Yun berjanji
tak akan membuatnya
khawatir. Mo Yun tak percaya karena Shi Jin selalu
tak menepati janjinya. Shi Jin melirik pada Jung
Joon dan memohon.
“Mulai sekarang, meskipun mabuk, kau tak boleh melupakanku. Tn. Ahn, tolong ikut aku ke ruang CT dalam 30 menit lagi. Kau harus menjalani tes lagi. Tolong tepat waktu karena Masih banyak pasien lain.” Tegas Mo Yun, Shi Jin mengangguk memberikan senyumanya.
Mo Yun keluar dari ruangan sambil menghapus tulisan
ditanganya lalu dikejutkan dengan Byung Soo tiba-tiba sudah ada didepanya.
Dengan sikap berlebihan melihat Letnan Kolonel, bertanya kenapa mereka bisa bertemu lagi dirumah sakit
dan mengungkapkan senang bisa bertemu dengannya. Byung Soo menganggap kalau Mo Yun sudah memeluknya.
Mo Yun terlihat binggung mendengarnya.
“Kita selalu saja bertemu saat terjadi masalah nasional.” Sindir Byung Soo, Mo Yun pikir benar juga lalu
buru-buru pergi meninggalkanya
Mo Yun melonggo dipintu memastikan tak ada siapapun yang
bisa mendengarnya. Ji Soo bertanya apa sebenarnya yang terjadi karena sedang
sibuk. Mo Yun meminta waktu 10 menit saja, karena mungkin
hanya tempat Ji Soo
yang tak disadap sekarang. Ji Soo heran temanya bersikap
aneh.
“Sebaiknya kau tak perlu tahu. Aku sekarang bekerja untuk bagian pemerintahan.” Akui Mo Yun dengan wajah tegang
“Apa Pemerintah tahu soal ini?” kata Ji Soo dengan nada mengejek, Mo Yun meminta
temanya itu memelankan suaranya.
“Berjanjilah satu hal. Meskipun Pemerintah tak
mengakuiku, berjanjilah,
kau akan selalu mengingatku.” Ucap Mo Yun, Ji Soo mengumpat
temanya itu sudah gila lalu berteriak apa sebenarnya yang terjadi. Mo Yun
kembali meminta agar Ji Soo diam.
Diruang CT Scan
Shi Jin memberitahu kalau pihak Korea Selatan tak akan
mendengar pembicaraan jadi mempersilahkan Jung Joon untuk bicara sekarang juga.
Jung Joon memeriksa semua ruangan untuk memastikan alat sadap. Shi Jin mengaku
sudah mengkhianati
timnya hanya
untuk rencana ini dan mereka hanya punya
waktu 10 menit.
“Aku hanya ingin membantu. Ini adalah kesempatan terakhirmu. Apa yang terjadi? Apa ini karena Sersan Rhee Seok
Jin? Kenapa
kau membunuhnya?” tanya Shi Jin dengan mata
mendelik
“Pertama, kembalikan semua barang-barangku.” Kata Jung Joon membuka mulutnya. Shi Jin mengeluarka SD
Card dari saku bajunya dan memberikan pada Jung Joon.
“Sekarang giliranku untuk
bertanya. Apa isi
chip itu?” ucap Shi Jin
“Kami menerima kabar bahwa anggota terbaik kami sedang
disewa oleh
sindikat kejahatan seperti
yakuza atau mafia sebagai
penembak jitu dengan
harga yang tinggi.” Cerita Jung Joon
Flash Back
Sersan Rhee sudah ada diatap gedung dengan menembak dari
jarak jauh setelah melakukan melaporkan Lantai
13 di Star Utara kalau misi
selesai jadi meminta agar segera mentransfer uangnya.
“Misku adalah menghabisi
pengkhianat dan siapa
yang memerintahnya.” Ucap Jung Joon saat itu
sempat bertemu dengan Sersan Rhee ketika menuruni gedung.
“Apa kau sudah menemukan bukti siapa dalangnya?” tanya Shi Jin
“Kenapa kau malah bertanya lagi? Kau bisa lihat sendiri.” Kata Jung Joon memperlihatkan SD Card ditanganya.
“Kodenya terlalu sulit. Apa password-nya? Ataukah, kau saja yang beritahu aku apa isinya.” Kata Shi Jin, Jung Joon langsung menelan SD Card dan
menolak memberitahukanya.
“Negaraku lah yang akan mengurus masalah ini.” kata Jung Joon yakin
“Negaramu itu sudah merencanakan sesuatu. Komandan Choi sedang dalam perjalanan untuk segera
menemuimu. Besok
pagi, kami akan
menyerahkanmu ke Utara.” Ucap Shi Jin dengan mata
mendelik tajam. Jung Joon terlihat panik mendengarnya.
Di tangga darurat
Mo Yun melihat sekeliling lalu bertanya memastikan kalau
ditempat itu disadap juga. Shi Jin tersenyum
mengatakan tempat itu tak disadap, Mo
Yun menghela nafas lega karena sebelumnya sesak
napas sejak tadi. Shi Jin mengucapkan
terimakasih karena Semuanya akan kembali normal
“Aku sangat membenci keberanianmu
itu. Apa kau
sudah bicara dengan
temanmu itu?” tanya Mo Yun
“Ya, itu semua berkat
kau.” Kata Shi Jin bangga lalu memberitahu namanya itu letnan
senior Ahn Jung
Joon. Mo Yun mengangguk mengerti.
“Apa tak masalah kau memberitahuku namanya?” kata Mo Yun sedikit khawatir
“Aku berharap akan ada orang lain yang bisa mengingatnya. Dan lebih bagus lagi, orang itu adalah orang yang seberani
dirimu.” Ucap Shi Jin dengan sengaja mendekatkan wajahnya pada
Mo Yun
Mi Jin memeriksa selang infus Jung Joon lalu memberitahu
Chul Ho bahwa pasien sudah diberikan obat penghilang rasa sakit dan obat penenang, jadi akan tertidur sekitar 5 jam. Chul Ho mengangguk mengerti lalu memastikan borgol
terpasang di tempat tidur setelah itu keluar dari ruangan.
Jung Joon membuka matanya lalu lepaskan jarum infus dan
membuka borgolnya, setelah itu memasang perban pada kakinya agar bisa berjalan
dan sengaja menahan pintu ruangan dengan tiang infus. Dengan alat pemadam
kebakaran memecahkan kaca, Chul Ho yang berjaga didepan pintu berusaha masuk
tapi gagang pintu tak bisa terbuka karena ditahan oleh tiang infus.
Sementara Jung Joon sudah bergelantungan di pinggir
jendela dan langsung mengayunkan tubuhnya untuk menerobos masuk ke jendela
dilantai bawah. Ia berguling dilantai dengan bahu yang mengeluarkan darah.
Ketika akan berjalan pergi, sebuah pistol sudah ada didepanya, Shi Jin tepat
berdiri didepanya dengan menodongkan pistol dikepalanya.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
Tidak ada komentar:
Posting Komentar