Mo Yun berjalan sambil menatap Shi Jin yang berjalan
didepanya, merasa tak percaya dengan yang dilihatnya. Shi Jin berjalan dengan
gagah dengan memegang seragam tentaranya, Mo Yun berlari ingin cepat mendatangi
Shi Jin, tapi malah terjatuh.
Shi Jin pun berlari menolong Mo Yun untuk berdiri, dengan
mata berkaca-kaca menyapa sang pacar yang sudah lama tak bertemu. Mo Yun masih
tak percaya Shi Jin itu ternyata masih hidup. Shi Jin mengaku sempat
kesulitan menjaga janjinya untuk tetap selamat lalu memeluk erat pacarnya.
Mo Yun berulang-ulang mengatakan “Kau
masih hidup” seperti masih tak percaya Shi Jin itu
masih hidup. Shi Jin mengelus rambut Mo Yun dengan air mata mengalir di pipi
meminta maaf. Mo Yun terus memeluk Shi Jin yang selama ini tak pernah ditemuinya.
Tiba-tiba Mo Yun melepaskan pelukanya, sambil mengumpat
kesal tak akan memaafkan begitu saja lalu berjalan menjauh dari Shi Jin, sambil
berjongkok dan menangis. Shi Jin hanya bisa diam melihat pacarnya menangis.
Beberapa saat kemudian, Mo Yun sudah memukul dada Shi Jin, sambil mengungkapkan
perasaan yang sangat merindukanya.
“Tak sedetikpun aku lewatkan tanpa aku merindukanmu.” Akui Mo Yun sambil menangis.
Setelah itu, Mo Yun kembali membalikan badanya,
mengatakan tak membutuhkan Shi Jin, akan hidup sendiri menjadi seorang biarawan. Tapi setelah itu langsung memeluk Shi Jin dengan
tangisanya sambil berkata “Aku mencintaimu.” Shi Jin hanya bisa memeluk Mo Yun dengan erat tanpa
bisa berkata apapun.
Ki Bum sedang makan ramyon merasa kagum karena di
Urk turun salju. Myung Joo melihat ke jendela
turun salju yang cukup lebat. Ki Bum tahu di Urk akan
turun salju tiap 100
tahun sekali. Myung Joo keluar dengan menatap langit
lalu mengulurkan tangan untuk merasakan salju yang jatuh ketanganya.
“Hari itu, Myung Joo berkata, "Untuk pertama kalinya dalam 100 tahun, salju
akhirnya turun." Dan...dia juga berkata, "Dia dating di tengah turunnya salju."”
Dae Young tiba-tiba berjalan dengan tangan yang patah
disanggah dengan kain, wajahnya terlihat kusam. Myung Joo terdiam melihat Dae
Young selama ini dianggap orang-orang sudah meninggal ada didepanya. Dae Young
berjalan dan terus mendekat, keduanya saling menatap tanpa bicara. Air mata Dae
Young mengalir dipipinya.
“Jawabanku ini... mungkin sangat terlambat. Aku tak akan melepaskanmu. Bahkan jika aku harus mati, aku tak akan pernah melepaskanmu.” Ucap Dae Young dengan nada bergetar, Myung Joo
memberikan pukulan didada Dae Young sambil menangis.
Dae Young akhirnya memberikan ciuman untuk Myung Joo,
tapi Myung Joo melepaskan dan kembali memukul Dae Young seperti perasaannya
campur aduk. Dae Young perlahan kembali mencium Myung Joo. Tangan Myung Joo
meremas pundak Dae Young dan keduanya berciuman dibawah salju yang hanya turun
100 tahun sekali di Urk.
Ki Bum berjalan di dalam ruang tidur tentara junior,
seperti layaknya komandan memberitahu prajurit yang tak bisa melindungi dirinya sendiri maka tak akan bias melindungi bangsanya juga.
“Kalian harus mengingat satu hal dalam melaksanakan misi. Apa itu?” ucap Ki Bum
“Jangan mati dan jangan terluka.” Jawab tentara junior dengan serempak
“Bagus.... Kalian memiliki waktu 5 menit
untuk mengenakan
perlengkapan musim dingin.” Kata Ki Bum, Semua
tentara junior mengerti dan langsung bergeras untuk menganti baju.
Dae Young berjalan masuk, Ki Bum seperti menahan tangis
didepan dua tentara junior yang belum keluar. Dae Young memberikan senyumannya,
Ki Bum akhirnya tak bisa menahan tangis melihat Dae Young yang berjalan
mendekatinya. Dua tentara junior pun hanya bisa diam, Dae Young menarik kepala
Ki Bum agar bersadar dibahunya, tangis Ki Bum benar-benar tak bisa terbendung
lagi.
“Hei, apa wakil platoon bias menangis di depan pasukannya
begini?” goda Dae Young, Ki Bum mengangkat wajahnya walaupun
masih menangis.
“Bagaimana dengan ujian GED-mu?” tanya Dae Young menatap Ki Bum yang tertunduk menangis.
“Aku berhasil lulus dan sudah mendapat ijazah SMA.” Kata Ki Bum sambil menangis tersedu-sedu, Dae Young
kembali membiarkan Ki Bum menangis di dadanya.
Di dapur
Myung Joo memakaikan kembali kalung tentara milik Dae
Young, lalu mengoleskan form untuk mencukur jengot dan kumisnya. Mata Dae Young
tak berkedip melihat Myung Joo duduk
didepanya, lalu berjanji tak
akan mati lagi dan tak akan
pernah lagi melakukan
kesalahan yang sama.
“Aku tak percaya padamu Tapi, aku mohon jangan mati. Salju turun untuk pertama kalinya dalam 100 tahun Dan kau akhirnya bisa kembali. Aku mengucapkan satu-satunya
keinginanku, dan
keinginanku itu hanyalah kau.” Kata Myung Joo, Dae
Young memegang tangan Myung Joo mengangguk mengerti.
“Tapi, bagaimana kau bisa ada di
sini? Lalu Bagaimana dengan Shi Jin-sunbae?” tanya Myung Joo
“Saat kami pergi melapor ke markas bahwa kami masih hidup, mereka memberitahuku. Kami meninggalkan markas dan aku langsung menuju ke sini, lalu Kapten pergi ke Albania.” Cerita Dae Young
“Apa yang terjadi pada kalian? Kau dan juga Shi Jin-sunbae Kalian tewas dalam serangan bom dan mayat kalian tak ditemukan.” Ucap Myung Joo, Dae Young mengambil handuk untuk
membersihkan berkas form di wajahnya.
“Kelompok liar itu datang lebih
cepat selangkah
daripada serangan bom. Sebelum
serangan bom itu, kami
diseret ke sebuah tempat asing. Kami
di bawa ke ruang bawah tanah
yang sangat asing, Sekitar
hari ke-150 atau 155. . .” cerita Dae Young
Flash Back
Mata Shi Jin terlihat bengkak sampai tak bisa terbuka,
wajahnya babak belur dengan pakaian tentaranya. Sementara Dae Young duduk diam
dengan wajah yang kusam, beberapa orang datang menuju lorong tempat keduanya
disekap, dengan senjata laras panjang dan mengunakan masker wajah.
“Bunuh mereka.... Kita harus cepat pergi.” Ucap dua orang didepan penjara siap dengan pistolnya.
Tiba-tiba terdengar bunyi tembakan yang membuat keduanya
mati, salah seorang dengan mengunakan masker mengambil kunci dan membuka
maskernya, dia adalah tentara Korea utara Ahn Jung Joon.
Ketika di hotel Jung Joon berjanji akan
membalas hutang cookie di
kehidupan selanjutnya dan dengan yang dilakukan
membebaskan keduanya sudah membalas hutang Cookiesnya dan berharap keduanya
selalu beruntung.
Shi Jin berbaring dengan tangan di gips, menceritakan
temanya sudah membantunya, yaitu teman
yang sangat jauh. Mo Yun duduk disampinganya
mengatakan sudah mengobatinya, merasa
heran wajah Shi Jin yang babak belur seperti itu padahal ia ingin dirinya yangmerusaknya
sendiri.
“Beruntunglah pacarku adalah dokter. Karena Pacarku lah yang merawatku, jadi, aku tak perlu khawatir.” Goda Shi Jin sambil mencoba untuk duduk.
“Aku sangat merindukan leluconmu.” Akui Mo Yun lalu memeluk Shi Jin dengan erat sambil
memujinya yang sudah bekerja keras.
Shi Jin menjerit kesakitan, mengatakan jarum infusnya. Mo
Yun pun melepaskannya sambil meminta maaf. Shi Jin tersenyum menurutnya bukan
Mo Yun yang meminta maaf tapi dirinya, Mo Yun menatap Shi Jin yang terlihat
melamun.
Shi Jin mengingat sebelumnya pernah disandera dengan
tangan di ikat, karena pihak penyandera ingin tahu kode
untuk radio US. Lalu bagian pinggangnya harus terkena
pisau saat bertemu dengan tentara Korea utara. Sempat terkena tembakan Argus
ketika menyelamatkan Mo Yun dari sandera, ketika menjadi pengawal
kemanann,nyawanya sempat melayang ketika mengejar orang-orang yang menyandera
Jung Joon. Dan yang terakhir nyawanya hampir melayang setelah tertembak musuh
sebelum pergi tempat konflik.
“Aku tak akan mengulanginya lagi.” Ucap Shi Jin berjanji
“Wah... sepertinya
aku selalu saja
percaya pada ucapanmu.” Komentar Mo Yun
“Sejak tadi aku penasaran. Itu benda apa?” tanya Shi Jin menunjuk beberapa tumpukan buah dan wine
disudut tenda
“Itu makanan untuk kematianmu. Hari ini adalah peringatan untuk hari kematianmu. Aku ini pacar yang baik, bahkan menyiapkan.... “ kata Mo Yun lalu terdiam sejenak
“Apakah... Kau ini manusia?” tanya Mo Yun merasa kalau yang dilihatnya itu arwah dari
Shi Jin.
Seorang pria bule datang untuk mengembalikan pisau bedah,
Mo Yun mendekatinya bertanya apakah pria itu bisa melihat sosok pria yang
sedang duduk. Pria itu mengangguk dan memuji pria itu tampan, berpikir itu
pacar Mo Yun. Mo Yun mengucap syukur karena sebelumnya seperti
sedang melihat roh. Pria itu pun pergi
meninggalkan tenda.
“Aku merasa mati dua kali sekarang. Apa si dokter ini menganggapku roh gentayangan? Apa kau percaya tahayul?” keluh Shi Jin kesal
“Salahmu sendiri yang muncul pada
peringatan kematianmu Kau ini roh atau tidak, karena aku sudah menyiapkannya, jadi
makanlah. Minum
anggurnya juga, Aku tak
bisa membawa Cheongju ke sini.” Kata Mo Yun sambil
mendorong meja penuh buah
“Kau ternyata menyiapkan banyak hal meski sedang di luar negeri.” Ejek Shi Jin langsung mengigit apel dengan ukuran
besar.
Ponsel Mo Yun berbunyi, sambil duduk dikursi menerima
video call dari teman-temanya. Ji Soo memarahi Mo Yun yang lama
sekali baru mengangkat telp dan membuat khawatir. Mo
Yun meinta maaf karena sebelumnya sangat sibuk. Ji Soo mengejek kesibukan apa
yang dilakukan temanya itu, Chi Hoon berteriak gembira memanggil Seniornya,
begitu juga Mi Jin dan yang lainya.
“Kenapa harus video call-an seperti ini? Aku merasa jadi artis
saja.” Ucap Mo Yun
“Coba cari angle yang lain agar aku bisa melihat wajahmu
itu.” Pinta Ji Soo
Mo Yun mencari mengeser kamera ponselnya agar bisa
terlihat wajahnya. Semua terdiam melihat bayangan seseorang yang sedang memakan
buah untuk upacara kematian. Chi Hoon bertanya apakah bukan hanya dia saja yang
melihat roh. Mi Jin mengatakan juga melihat roh Shi Jin yang sedang makan buah.
Ji Soo khawatir menanyakan keadaan temanya, lalu bertanya apakah ia melihatnya
juga. Mo Yun binggung apa maksud temanya sambi melihat kebelakang, Shi Jin
sedang membuka botol anggur.
Ja Ae tahu Hari
ini adalah hari peringatan kematian
Kapten Yoo, Chi Hoon mengerti yang diatas meja
makanan untuk peringatan itu, Mo Yun
menahan tawa mendengar temanya yang terlihat shock. Sang Hyun yakin roh Shi Jin
datang untuk memakan makanannya lalu pingsan. Semua menjerit ketakutan dan smart phone
terlepas dari tangan Ji Soo.
Mo Yun tertawa melihat semua teman-temanya ketakutan, Shi
Jin mengeluh sekarang merasa sudah mati 3 kali
dan membuat Mo Yun Menyenangkan. Mo Yun malah bertanya balik, Shi Jin yang tak
mau menakuti teman-temanya, tapi menurutnya timnya itu
sangat lucu. Lalu ponsel kembali berdering, Mo Yun yakin teman-temanya itu pasti
sudah lebih tenang sekarang, kali ini Chi Hoon yang memegang tab.
“Sunbae, dengarkan aku baik-baik sekarang. Tolong jangan tanya apa
alasannya.” Ucap Chi Hoon, Mo Yun menanyakan kenapa
“Aku sangat mencintaimu dan merindukanmu. Tolong lapangkan hatimu... Agar dia tak perlu bergentayangan lagi di dunia ini.” kata Chi Hoon dengan semua yang menahan tangisnya. Mo
Yun menahan tawanya kembali.
“Meskipun kau tak bisa percaya, tapi Kapten Yoo sudah tenang di sana. Tolong biarkan dia untuk hidup di dunianya sendiri.” Kata Chi Hoon
Mo Yun tertawa mengunkapkan semua gila karena
teman-temannya meminta Shi Jin untuk hidup tenang di dunianya, lalu sengaja mendekatkan video call ke arah Shi Jin
yang sedang asik makan.
“Aku bisa marah jika kalian mengusirku dengan cepat begini. Apa kabar, semuanya?” ucap Shi Jin melambaikan tangan ke kamera, semua
menjerit bahkan sampai merinding,
“Nah, Kapten Yoo sekarang ada di
sini Jadi,
kalian pasti tahu kan betapa
bahagianya aku malam ini? Aku
akan menceritakannya saat
aku pulang nanti. Tak
usah menggangguku lagi.” Kata Mo Yun lalu menutup
ponselnya.
Semua langsung menjerit tak percaya yang dilihat itu Shi
Jin bukan hantu, Sang Hyun yang tadinya terbangun akhirnya kembali pingsan.
Dae Young dan Shi Jin menaiki tangga ke markas tentara di
Seoul, semua tentara menyambutnya dengan tepukan tanganya. Shi Jin ingin
melakukan laporan tapi Letnan Yoon langsung memeluk keduanya dan mengucapkan
terimakasih dengan mata berkaca-kaca.
“Terima kasih sudah kembali dengan selamat.” Ucap Letnan Yoon dengan memeluk erat keduanya.
Letnan lain juga memberikan jabatan tangan pada keduanya
yang berhasil kembali. Byung Soo maju kedepan mengakui sangat
kesal saat mengingat sikap
kurang ajar kalian sambil menahan tangisnya,
“Aku memang mendapat promosi menjadi Kolonel, aku ternyata bisa berhasil” ucap Byung Soo dengan memejamkanya dan menangis
Beberapa tentara kembali masuk ke dalam markas, terdengar
terteriakan memanggil Shi Jin. Woo Geum dkk datang, berteriak bahagia melihat
keduanya kembali sambil berpelukan dan berputar-putar. Byung Soo masih menutup matanya karena
menangis bahagia merasa bangga bisa masuk Koran dan menurutna keduanya adalah
pasukan yang... lalu tersadar hanya bisa sendirian.
“Yoo Si Jin dan Seo Dae Young diperintahkan menulis laporan dan Laporan itu harus setebal kitab
suci.” Ucap Byung Soo memberikan hukuman, Woo Geum dkk
melepaskan pelukan tak mau ikut dapat hukuman.
Shi Jin meraba bagian pinggir kertas, Dae Young heran
melihat tingkah kaptenya. Shi Jin merasa lebih
takut pada A4 daripada C4 dan meminta Dae Young
melihat sudut tajamnya, menurutnya Jika sudut ini mengirisnya maka pasti akan sangat sakit.
“Di pergelangan tangan kelompok liar itu, ada tato Spetsnaz. (Spetsnaz: Mantan Pasukan
Soviet).” Cerita Dae Young sambil melipat tangan didada.
“Mereka ahli dalam bersenjata. Tapi, tidak keren jadinya
jikakita menulis bahwa kita dipukuli terus, jadi, kita tulis saja dilaporan bahwa seminggu sekali kita melakukan serangan
balasan Dan kita
berusaha melarikan diri
tiap 1 bulan sekali. Kita
coba tulis begitu saja.” Ucap Shi Jin,
“Jadi Maksudmu, 2 kali sebulan, 'kan? Lagipula, mereka tak akan pergi untuk mengkonfirmasi laporan kita” kata Dae Young
“Melihat situasi kita, mereka
pasti akan
percaya, tapi masalahnya kita
harus menulis laporan yang seimbang,
antara realiti dan drama. Bagaimana
jika kita mengikuti
prosedur Rambo?” saran Shi Jin
“Tapi, prosedur itu terjadi saat Perang Vietnam dan Senjatanya tak
cocok. Kita
lebih baik menggunakan
Bourne saja, karena Letnan
Yoon menyukai Matt Damon. ” Kata Dae
Young
Shi Jin merasa itu ide yang
sempurna lalu pamit pergi. Dae Young bertanya kemana temanya itu
akan pergi. Shi Jin menyuruh Dae Young saja
yang menulisnya karena apabila mereka berdua
yang menulis mungkin
saja akan ada cerita yang
tak sesuai satu sama lain.
Dae Young bertanya kembali alasan dirinya yang harus
menuliskan laporan. Shi Jin menegaskan Letnan
Yoon ada di Urk jadi pasti Dae Young lebih
semangat dalam menulisnya. Dae Young hanya bisa
melonggo menerima tugas dari kaptenya.
Di kedai kopi
Shi Jin bertanya apakah Mo Yun masih ingat ditempat itu
memutuskanya, Mo Yun mengingatnya dan merasa Mungkin
saja hal itu akan terulang lagi. Shi Jin
sempat kaget, berpikir ucapan pacarnya itu tak serius karena tempat itu sedikit
membuatnya trauma. Mo Yun mengatakan kalau ia sangat serius Karena
salah satu alasan mereka datang ke tempat itu.
“Sekarang dan juga nanti, kau akan tetap pergi ke "Mall",
'kan? Apa kau
melakukannya karena kau
ini seorang pahlawan?” kata Mo Yun
“Jika menjadi pahlawan dan harus mati, sepertinya tentara tak akan suka. Benarkan? Kami hanya melindungi perdamaian dan tempat yang harus dilindungi.” Jelas Shi Jin
“Sepertinya, kau akan terus
melakukan tugas itu
meski aku keberatan?” ucap Mo Yun
“Apa kau keberatan?” tanya Shi Jin, Mo Yun pikir Shi Jin menganggap jawabanya
itu tidak.
“Mungkin, suatu hari kau tak akan mungkin bias kembali lagi, tapi... jangan khawatir. Aku tak akan keberatan. Percuma saja aku melarangmu. Bahkan jika kau mengungkapan rasa penyesalan padaku,
kau akan tetap pergi. Dan
aku akan tetap mendukungmu meskipun
aku tak menyukainya. Maka jika
begitu, aku juga akan memilih
untuk menjaga perdamaian Dan
tentu saja, persetujuanku ini
adalah perdamaian khusus untukmu.” Ucap Mo
Yun
Shi Jin mengucapkan terimakasih sekaligus permintaan
maafnya, dan yang bisa dikatakan hanya kata “maaf”, Mo Yun pikir karena ia tak
akan memutuskan Shi Jin lalu mengajaknya itu
pergi memancing besok karena itu
sebagai terapi untuk emosi
dengan bangga meminta Shi Jin tak kaget melihat bakatnya besok serta tak usah sedih karena akan membuatnya tersenyum selain itu harus
bersyukur memiliki pacar seperti dirinya.
Di pingir danau
Shi Jin duduk dikursi bisa melihat Pemandangan
yang indah dan hatinya merasa damai jadi merasa hatinya mulai sembuh sekarang. Mo Yun
seperti tak peduli memilih untuk meminum air dalam botolnya, mengeluh Sudah
2 jam, tapi tak berhasil memancing 1 pun ikan lalu meremas botol minumnya dengan lirikan sinis.
“Emm... apa kau mau memberiku trauma yang baru agar trauma lamaku itu menghilang?” ucap Shi Jin heran
“Aku bisa stres jika begini terus.” Kata Mo Yun sambil mencari sesuatu dari ponsel jam
tanganya.
“Arboretum ada di dekat sini. Lebih baik Perubahan rencana. Kita bisa pergi menghirup udara segar saja.” Ucap Mo Yun
“Apa kau tahu, berapa total
kilometer yang
sudah kulewati dalam 1 tahun itu?” keluh Shi
Jin
Mo Yun seperti tak peduli menyarankan pergi ke geraja
saja, Shi Jin kembali mengingatakan berapa bulan harus terjebak dengan sekumpulan pria. Mo Yun bertanya apa yang dinginkan Shi Jin sekarang.
Shi Jin mengatakan ingin melakukan Kegiatan yang tradisional dengan Cuaca yang dingin dan pancing yang tak kunjung digigit ikan.
“Apa kau tak ingin berlama-lama
lagi? Atau
bermain, "Hanya ada 1 kamar."?” Ajak Shi
Jin menunjuk tenda yang dibelakangnya. Mo Yun memperingatakan Shi Jin untuk tak
melewati garis
“Tapi, apa itu artinya kita bisa
sekamar?” ucap Shin Jin, Mo Yun menjawab itu sudah pasti
“Tapi, bukannya kau pernah bilang, kau tak mau seranjang dengan
pria.” Kata Shi Jin,
“Itu bukan aku, Apa Kau
tak ingat? Dia adalah wanita yang
muda setahun daripada kau” goda Mo Yun
Shi Jin tersenyum mendengarnya, lalu mengejek tak
suka wanita muda itu. Mo Yun langsung berdiri
ketika melihat kailnya dimakan ikan, Shi Jin menarik tangan Mo Yun mengatakan harus
menyelesaikan diskusinya, sambil menanyakan
pilihan dirinya atau ikan bakar. Mo Yun melepaskan tangannya memilih untuk
mengambil ikanya.
“Kita akan memulai "membedah" ikannya, aku minta pisau bedah.”ucap Mo Yun, Shi Jin pun memberikan pisaunya.
“Dasar wanita yang tak berperasaan.” Keluh Shi Jin melihat Mo Yun yang berani memotong ikan
hidup-hidup.
Didalam tenda
Mo Yun melihat gambar dari hotel-hotel di ponselnya, Shi
Jin berkomentar Hotel itu
bagus dengan Kasurnya juga besar dan nyaman. Mo Yun mengumpat Shi Jin bodoh karena
Kasur yang kecil yang bagus. Shi Jin bertanya siapa
bajingan yang memberitahu
hal seperti itu dengan nada marah.
“Pria brengsek yang bernama Yoo Shi Jin. Aku hidup seperti ini saat pria itu tidak ada. Apa aku harus menaruh batu ini di sana Ataukah membawanya? Apa Harusnya, aku bisa melupakan
semuanya. Saat aku
bisa melupakan semuanya, aku
harus melempar batu ini. Aku
pernah memesan tiket dan juga hotel, tapi aku membatalkannya. Bahkan Aku pernah meminta cuti tapi aku membatalkannya juga.”jelas Mo Yun dengan batu putih ditanganya.
“Ya, Pria
bernama Yoo Shi Jin ini memang brengsek.” Akui Shi Jin karena membuat Mo Yun galau beberapa bulan
belakangan ini.
“Apa menurutmu, kita bisa kembali ke sana?” tanya Shi Jin
Shi Jin bertanya dengan siapa Mo Yun akan pergi, Mo Yun
menegaskan kalau sudah pasti dengan pacarnya itu. Shi Jin tersenyum
mendengarnya lalu bertanya kapan mereka akan pergi. Mo Yun juga tak tahu mereka
bisa melihatnya saja nanti dan
memperingatakan Shi Jin tak usah berjanji karena mereka hanya bisa melihat situasinya sekarang.
Shi Jin setuju karena akan menganggapnya sebagai
hukumannya.
Mo Yun pikir Shi Jin harus
setuju kapan pun itu meskipun
sedang sibuk jadi harus menyediakan passportnya. Shi
Jin mengangguk setuju, lalu sedikit bergeser bertanya garis mana yang tak boleh
dilewatinya agar bisa tahu supaya tak melewatinya. Mo Yun heran Shi Jin seperti tak mengetahuinya.
Shi Jin sengaja menyadarkan kepalanya di bahu Mo Yun
karena merasa kedinginan sekarang jadi
mau mencari kehangatan. Mo Yun
mengejek Shi Jin itu bodoh mengatakan garisnya itu adalah Tatapannya dan juga usaha pacarnya. Shi Jin tersenyum dengan bibir siap untuk
memberikan ciuman, Mo Yun memalingkan wajahnya merasa waktunya bukan sekarang.
Kepala Shi Jin pun terjatuh sambil berteriak kesal karena
Mo Yun adalah wanita yang jua mahal. Mo Yun mengusap kepala Shi Jin dengan
tatapan ke arah ponselnya.
Dae Young mengerjakan laporannya, lalu ponselnya
berdering sangat keras. Myung Joo bertanya apakah laporan yang dibuatnya itu
sudah selesai. Dae Young merasa
sudah menjadi seorang
penulis sekarang. Myung Joo bertanya apakah
Dae Young tahu cara mengaktifkan
font Korea. Dae Young pikir dirinya tak mungkin
sebodoh itu.
“Aku hanya memikirkanmu sebagai seorang pria sejati.”akui Myung Joo dengan suara merengek
“Apa Kau tak sibuk? Aku senang bisa sering
mendengar suaramu.” Ungkap Dae Young
“Tiap aku terbangun, aku selalu bertanya pada Ki Bum, apakah ini mimpi? Pada akhirnya Ki Beom yang duluan datang padaku dan berkata, "Sersan Seo bukanlah
mimpi." Meskipun
aku sudah tahu, tapi
aku ingin selalu memastikannya. Aku
merasa tenang saat
mendengar suaramu.” Cerita Myung Joo
“Kau bisa meneleponku kapan saja Bahkan saat aku sedang tidur. Tapi, sepertinya besok aku tak bias mengangkatnya karena kedatangan
VIP.” Kata Dae Young, Myung Joo bertanya tamu VIP siapa
Shi Jin sudah mengunakan earphonenya, mulai berbicara dengan
bertanya Apakah VIP sudah tiba. Chul Hoo dengan senapan laras panjangnya melapor “Piccolo… Mobilnya sudah mendekat.” Dengan melihat sebuah mobil berjalan dari atas gedung.
Woo Geum juga melaporkan “Snoopy.
Tak ada gerakan yang aneh.” Shi Jin menerima semua
lapora meminta semuanya jangan sampai gegabah karena akan mengurus kursi VIP. Giliran Dae Young yang memberikan laporang “Wolf... Big Boss harus standby di lokasi. Snoopy dan aku akan bertugas di pintu keluar VIP.” Lalu meminta Woo Geum membuka pintu mobil, beberapa
wanita cantik dan muda dengan pakaian merah turun dari mobil. Terdengar suara
Shi Jin “Wow! Dasar pria licik. Kalian cepat sekali, ya? Aku sampai tak menyangkanya.”
Semua tentara menjerit bahagai melihat wanita-wanita muda
cantik diatas panggung, girl band Red velvet menyapa semuanya dan tak lupa
memberikan hormatnya, Dae Young dan Shi Jin berjalan ke depan panggung membalas
hormatnya.
Dae Young langsung mengikuti gerakan Red Velvet saat
mulai menyanyi sambil menari. Shi Jin terlihat kesal memberikan balon agar Dae
Young tak menari tapi tetap saja Dae Young seperti hilang akal terus saja
menari. Semua tentara menjerit bahagia melihat cantik didepan mereka. Shi Jin
tak bisa menahan lagi dengan mengangkat papanya dan mengoyangkan pinggulnya.
Semua tentara ikut menyanyi seperti sangat hafal dengan
lirik, Shi Jin tak menyia-nyiapka kesempatan dengan selfie bersama Dae Young,
dengan Red velvet yang sedang menari diatas panggung. Byung Soo yang terlihat
kaku juga ikut mengoyangkan badan melihat wanita cantik didepanya.
Chi Hoon sedang menonton videp menjerit dan langsung
menutup mulutnya takut Mo Yun mendengarnya, Sang Hyun dan Mi Jin ingin tahu apa
yang membuat Chi Hoon menjerit. Dalam video
terlihat Shi Jin dan Dae Young berdiri paling depan menonton Red Velvet.
Mi Jin yang melihatnya langsung berlari kemeja Mo Yun
agar bisa melihat videonya. Mo Yun melihat Shi Jin dengan mengangkat papan lalu
berteriak “Kami mencintaimu, Kang Seul Gi.... Selama-lamanya.” Mi Jin tahu Tanggal konsernya 23 dan itu sama dengan hari
keberangkatan Kapten Yoo. Ja Ae merasa ini
adalah "misi" yang hebat. Sang Hyun
dengan bahagia menyetujuinya karena menonton konser girl band sama
saja misi
untuk menjaga perdamaian. Mo Yun mengatakan kalau itu
bukan Shi Jin lalu meremas botol minumnya.
Mo Yun memoles wajahnya dengan bedak dan melihat kalung
pemberian dari Shi Jin, lalu meminta waktu sejenak pada perias wajahnya.
Disampingnya duduk seorang wanita cantik juga, Mo Yun menyapanya lebih dulu meminta
bantu yang tidak ada didalam skrip, wanita itu meminta apa yang ingin
dikatakanya.
“Apa tak masalah jika aku membahas pacarku dalam talk show
nanti?” kata Mo Yun
Si wanita mulai acara “Sehat
bersama Kang Mo Yeon" dengan Topiknya adalah hyperlipemia, dengan mulai membahas seseorang yang ingin mengetahui hubungan cintanya lalu bertanya “Apakah
anda sudah punya pacar?”
“Ahh.. Pertanyaan anda begitu tiba-tiba. Pasti akan menyenangkan memiliki pacar, bisa diajak untuk
berolahraga. tapi
sayangnya aku tak punya karena Aku
sangat sibuk.”kata Mo Yun dengan senyuman menatap ke
arah kamera.
Shi Jin dengan wajah cemberut sudah melihat
acaranya tadi lalu menyindir Mo Yun yang mengatakan
tak punya pacar karena sibuk dan menanyakan dianggap apa dirinya itu. Mo Yun
hanya melirik dengan wajah cemberut juga. Shi Jin pikir dirinya itu dianggap
sebagai teman dekat, hanya teman tentara.
“Pacarku juga berteriak seperti anak ABG yang tak punya pacar. Aku juga melihat acara itu, teriakanmu sungguh membahana.” Ucap Mo Yun yang membuat Shi Jin menegakan badanya
karena kaget.
Di Urk
Myung Joo terlihat marah sambil makan dan menelp, tak
percaya Prajurit 1 dan 2 datang bahkan tak tahu pacarnya itu penari
yang hebat. Dae Young berdalih semua salah paham
dan Mungkin editor yang salah
mengedit video-nya.
Mo Yun pun mengartikan dari penjelasan Shi Jin kalau
semua disalahkan pada Editornya, Shi Jin mengaku hanya
berteriak untuk menyemangati
Komandan Batalion tapi,
editor-nya salah memasukkan
video-nya. Mo Yun menyimpulkan Shi Jin berteriak
seperti anak ABG
pada Komandannya, lalu menyindir Komandannya itu ternyata punya kulit yang mulus
Di markas
Dae Young mengaku Komandan
memang biasanya punya
kulit yang mulus. Myung Joo mengebrak meja
makan lalu berdri mengancam akan membunuhnya karena Dae Young sangat menyukai Red
Velvet. Dae Young meminta Myung Joo tak melupakan janjinya untuk
tak akan
pernah melepaskanny.
Myung Joo tak ingin dirayu lagi karena sudah melihat
semuanya dan mengatakan akan kembali 157 hari lagi jadi selama 157 hari itu, akan menyusun rencana pembunuhan Seo
Dae Young. Dae Young yang mendengarnya hanya bisa
menjatuhkan kepalanya diatas keyboard.
Shi Jin merasa sikap Mo Yun itu berlebihan, karena "Aku
tidak membunuh seseorang?" adalah
kalimat yang hanya bisa
diucapkan anak ABG, tapi dirinya itu berbeda
dengan akan mencoba yang tebaik. Mo Yun mempersilahkan Shi Jin untuk menunjukan usahanya
terbaik dari seorang kapten. Shi Jin mengatakan semua bukan salah Red
Velvet tapi kesalahan dirinya, Mo Yun kesal merasa Shi Jin
ingin mati hari ini lalu memukul pacarnya dengan bantal. Shi Jin berusaha
menghindar meminta Mo Yun menahanya.
“Yang perlu kau tahu, aku bukan lah Kapten lagi.”kata Shi Jin
“Memangnya kenapa kalau kau bukan Kapten lagi? Apa kau dipecat?” tanya Mo Yun panik
“Bukan begitu.... Aku akan naik jabatan.” Ucap Shi Jin dengan wajah bangga,
Mo Yun terlihat tersenyum bahagia mendengarnya, Shi Jin
bertanya kenapa Mo Yun bisa terlihat sangat bahagia. Mo Yun mengartikan gaji
Shi Jin akan naik juga. Shi Jin kembali bertanya kenapa Mo Yun terlihat bahagia
bahkan dari matanya terlihat sangat berbinar-binar, Mo Yun mengingatkan
tatapannya itu adalah usaha pacarnya, Shi Jin mengejak sikap pacarnya itu yang
cepat sekali berubah.
bersambung ke part 2
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
pengen mewek terus rasanya....
BalasHapusSinopsis drama Descendants of the Sun Sinopsis drama korea terbaru Lyrics Descendants of the Sun OST
Baper
BalasHapus