Shi Jin dengan menodongkan pistolnya bertanya mau kemana
Jung Joon pergi, lalu memberitahu aturan di Negara Korea Selatan pasien tak
boleh pergi tanpa seizin dokter. Jung Joon menyuruh Shi Jin minggir karena ia
harus menyelesaikan misinya.
“Bukannya sudah kubilang, kau akan dipindahkan pagi ini? Apa kau mencoba untuk menghindari Komandan Choi yang ingin menemuimu? Aku mulai berpikir, kenapa kau datang mencariku. Aku ini adalah teman jauhmu, Dan karena musuhmu adalah musuhku juga. Apa aku benar?” ucap Shi Jin, Jung Joon hanya diam saja.
“Apa kau mengkhianati negaramu... Ataukah... negaramu lah yang mengkhianatimu?” kata Shi Jin, Jung Joon langsung menurunkan pistol Shi
Jin ke arah dadanya.
“Seorang prajurit tak akan pernah mengkhianati negaranya.” Tegas Shi Jin
Flash Back
Jung Joon sudah membunuh Sersan Rhee lalu mengambil
ponsel yang ada disaku bajunya, ponselnya berdering. Ia mendengar suara seorang
bertanya siapa yang selamat. Komandan Choi duduk di kursinya bertanya apakah Star
Utara Ataukah
Pluto. Shi Jin kaget mengetahui yang memberikan perintah
adalah Komandan Choi.
“Jadi, yang selamat adalah Pluto yah ?Kau memang instruktur yang
hebat.” Puji Komandan Choi
“Apakah kau... adalah seoarang pengkhianat?” kata Shi Jin marah
“Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Pengkhianatnya... adalah kau, Pluto.” Ucap Komandan Choi tertawa licik
Beberapa polisi jepang berjalan masuk menuju tangga, Shi
Jin pun berlari ke arah atas tapi tentara lain sudah menjebaknya juga.
Jung Joon menahan pistol Shi Jin didadanya memohon agar
membantunya melarikan diri. Shi Jin pikir Siapapun
yang mengkhianati Jung Joon itu sudah
dipastikan temanya itu akan tetap mati jika kembali ke negaranya. Jung Joon menegaskan Ada
sesuatu yang harus diselesaikan. Shi Jin membalas Jung Joon akan mati.
“Bahkan jika aku harus mati, aku akan mati di negaraku. Tolong, lepaskan aku.” Kata Jung Joon, Shi Jin kembali mengangkat pistolnya
kearah kepala.
“Aku juga adalah prajurit yang melaksanakan misi negara. Jadi Aku tak bisa melepaskanmu. Aku sudah melunasi hutang
naengmyeon-ku yang kau
teraktir di Pyeongyang.” Tegas Shi Jin, Jung Joon
akhirnya melepaskan tangannya dan terlihat pasrah.
Jung Joon sudah berada didalam mobil dengan tangan
terborgol, bersama dua pengawal disampingnya yang memegang lenganya. Tangan
memegang sebungkus cemilan biskuit coklat.
Flash Back
Shi Jin memberikan sebungkus cemilan pada tangan Jung
Joon yang sudah terborgol sebagai hadiah perpisahanku untuknya, menurutnya rasanya sangat enak jadi meminta agar
menikmatinya. Dae Young dkk sudah siap dengan pistolnya berjaga-jaga apabila
Jung Joon apabila berontak.
Jung Joon melihat bungkus makananya lalu memasukan ke
dalam saku celananya.
Mo Yun datang dengan nada menyindir apakah Shi Jin sudah
mengantar temanya dan juga pasiennya itu meninggalkan
rumah sakit
tanpa persetujuan dokter bahkan lewat
jendela. Shi Jin melihat tirai yang melambai-lambai karena kaca
jendela yang pecah.
“Dia tak pandai mengucapkan salam perpisahan.” Ucap Shi Jin, Mo Yun menatap dengan sinis, Shi Jin pun
berpura-pura dadanya terasa sakit sambil berbaring.
“Duduk yang tegap.” Perintah Mo Yun, Shi Jin menurut dan langsung duduk
dengan tegap.
“Apa kau yang memecahkan jendela
itu?” tanya Mo Yun menginterogasi
“Bukan aku, tapi Temanku yang memecahkannya.” Kata Shi Jin
Mo Yun mengartikan Shi Jin yang memecahkan jendela lantah bawah. Shi Jin mengatakan kalau itu juga perbuatan temanya. Mo
Yun menegaskan karena itu teman Shi Jin jadi yang membayar ganti rugi adalah
pacarnya. Shi Jin pikir mereka bukan teman yang sangat dekat. Mo Yun
memberitahu kalau Suk Won sangat marah tentang jendela yang dipecahkan Jung
Joon.
Shi Jin bertanya keberadaan Suk Won sekarang, menurutnya orang itu tak punya hak untuk
memarahi pacarnya. Mo Yun menegaskan Pacarnya juga sedang dirawat bersama dengan tentara Korea Utara. Shi Jin hanya bisa tertunduk, Mo Yun melihat ponselnya
yang berdering lalu memberitahu akan datang lagi
dalam 2 jam dan memeritahkanya agar tak bergerak
sampai pengobatannya
selesai serta jangan coba-coba melarikan diri lalu keluar ruangan sambil menerima telp.
Ji Soo dan Hee Eun sedang berjalan bersama di lorong
rumah sakit, Ji Soo pikir Pendidikan antenatal Hee Eun itu tentang anatomi, dan akan
melahirkan minggu depan. Hee Eun membenarkan sambil mengelus perutnya, lalu
bertanya tentang pacar Mo Yun yang didengarnya sangat tampan.
“Apa gunanya tampan jika dia dirawat dengan tentara Korea
Utara?” keluh Ji Soo. Hee Eun juga dengan tentara Korea Utara-nya juga tampan. Ji Soo hanya berkomentar semoga keduanya bisa segera
sembuh.
“Hei.... Bukannya kau harus berganti
jubah? Kau
sangat memamerkan kehamilanmu
dengan jubah itu. Bukannya
perutmu itu akan
membuat pasienmu khawatir?” ejek Eun Ji pada Hee
Eun dengan perut membesar.
“Apa kemampuan operasimu sudah membaik sekarang? Balas Ji Soo mengejek
“Hei... Kau harus selalu memakai jubah doktermu itu. Jika tidak, tak ada yang tahu kau ini pasien atau dokter.” Ucap Eun Ji mengejek
Ji Soo terlihat sangat marah dengan memutar kursi
rodanya, tiba-tiba rambut Eun Ji sudah ditarik oleh Hee Eun dengan keras. Ji
Soo melotot kaget melihat Hee Eun berani menarik rambut Eun Ji untuk melawanya.
Hee Eun duduk dikursi memberitahu kalau air ketubanya sudah pecah dan mungkin
akan segera melahirkan, tanganya terus menarik rambut Eun Ji untuk menahan rasa
sakit. Ji Soo sebelumnya masih ingat kalau Hee Eun akan melahirkan minggu depan
lalu meminta petugas memanggil dokter Jung karena Hee Eun sudah mau melahirkan.
Eun Ji menjerit kesakitan meminta agar dilepaskan
tanganya, Ji Soo meminta agar melepaskanya. Hee Eun bertanya apakah itu
tanganya. Ji Soo memerintahkan agar Hee Eun mengatur nafasnya dan menarik
sekuat tenaga untuk berusaha melahirkan.
Mo Yun kaget didatangi oleh Administrasi
Rumah Sakit. Pegawai Admin memberitahu sengaja
datang untuk membicarakan kerusakan jendela itu dan Mo Yun adalah wali dari pasien Yoo Shi Jin. Mo Yun
pikir seorang pria seperti Shi Jin tak akan butuh seorang
wali.
“Ada Dua jendela rusak. Kerusakan itu bukanlah akibat dari kecelakaan alam atau
sebagainya. Jadi Seseorang
harus membayar dendanya.” Kata pegawai Admin, Mo Yun
pikir pegawai itu sudah salah orang.
“Ketua memintaku untuk menagih dendanya pada anda.” Jelas Pegawai Admin, Chi Hoon yang berdiri disamping Mo
Yun langsung setuju dengan ucapan Suk Won
Mo Yun menyuruh Suk Won menutup mulut dan menjaga
sikapnya, lalu bertanya kenapa juniornya itu ada ditempat itu. Chi Hoon dengan
gigi terkatup memberitahu kalau ia yang bertanggung jawab di
bangsal dengan jendela yang Yoo Shi Jin pecahkan. Mo Yun membela kalau bukan Shi Jin pelakunya tapi Tentara
Korea Utara itulah pelakunya.
“Tapi tentara Korea Utara itu sudah kembali ke negaranya. Jadi kau harus...” ucap Chi Hoon dengan nada mengoda, Mo Yun melotot
menuruh Chi Hoon untuk diam saja.
Ponsel Chi Hoon berdering memberitahu tentang bayinya, Mo
Yun mendengarkan tentang bayi Chi Hoon yang akan baru lahir. Chi Hoon berkata
ditelp akan segera datang, lalu segera pamit. Mo Yun terlihat gembira kalau
bayi Chi Hoon baru lahir dan segera pergi.Pegawai Admin hanya bisa berteriak
memanggilnya.
Jung Joon sudah menghadap Komandan Choi di hotel.
Komandan Choi memegang gelas Winenya berkata kalau Korea
Selatan selalu membicarakan tentang
perpecahan dan kerjasama ekonomi dan berpikir
masa depan bergantung
pada negosiasi perdamaian.Tapi, menurutnya semakin
tinggi pagar maka mereka semakin aman, jadi pilihan tepat wilaya Utara dan Selatan tetap terpisah. Jung Joon hanya menatap ketuanya tanpa banyak bicara
Komandan Choi pun menyuruh semua pengawal keluar dari ruangan.
Komandan Choi berkata kalau pikiranya selama ini tak
salah lalu berdiri menurutnya jika Jung Joon ingin
mendapatkan apa yang diinginkan, dan ancaman
lebih baik daripada
rundingan, serta perpecahan
lebih baik daripada
perdamaian.
“Dan aku senang... bisa melihatmu lagi.” Kata Komandan Choi sambil mencengkram tubuh Jung Joon.
Jung Joon pun membalas dengan memberikan hormat.
“Aku akan bertanya mengenai
misiku. Aku telah
menghukum Star Utara yang
telah mencemari kehormatan bangsa Dan
aku juga telah mengetahui
pemimpinnya.” Kata Jung Joon, Komandan Choi memuji
itu bagus.
“Kudengar, kau juga mendapatkan file transaksinya. Di mana file itu? Pihak Korea Selatan belum panik,
berarti mereka
belum memecahkannya. Kau
pasti sudah menyembunyikannya di
dalam tubuh terlatihmu itu.” Kata Komandan Choi
lalu membuka tirai jendela hotelnya.
Jung Joon melihat sinar laser mengenai bagian dadanya,
Komandan Choi menegaskan akan mengubur rahasia itu bersama dengan si pengkhianat dan menyuruh anak buahnya agar mengatakan pesan
terakhirnya. Jung Joon menatap komandannya dengan tatapan meremehkan.
“Tolong siapkan semangkuk mie naengmyeon saat pemakamanku. Dan jika boleh, aku mau naengmyeon Ongnyugwan dari Koryo
Hotel.” Kata Jung Joon
“Baiklah jika itu yang kau mau. Apa Hanya itu pesanmu?” ucap Komandan Choi
“Karena misiku sudah selesai, aku juga akan menyelesaikan misi terakhirku.” Kata Jung Joon lalu berdiri dengan tegak layaknya
tertara.
“Atas nama negaraku, Aku akan menghabisi pengkhianat Komandan Choi dari Departemen Keamanan Negara.” Tegas Jung Joon lalu memecahkan botol wine dan ingin
menyerah Komandan Choi.
Tapi sebuah peluru lebih dulu menembus jendela dan tertembak
ke arah badan Jung Joon, pecahan botol pun terjatuh dengan darah yang menetes
Jung Joon langsung terkapar diatas meja, Komandan Choi hanya berdecakan
bibirnya dan menutup jendela kembali lalu meninggalkan ruangan.
Selembar kertas tuntutan “Pertemuan kedua antar Utara dan Selatan” Kepala Luar Negeri Korsel bertanya apa yang dibawanya.
Komandan Choi memberitahu itu adalah Prasyarat sebelum
menyelesaikan masalah
perpisahan wilayah. Kepala Luar Negeri pikir
merea sudah baik hati dengan mengembalikan
Senior Letnan Ahn.
“Sepertinya, Selatan memang suka melakukan perundingan, ya? Kita selalu saja berunding. Sebelum prasyarat itu dipenuhi, kesepakatan kita tak akan tercapai.”
Kata Komandan Choi
“Sepertinya, prasyarat ini... menunjukkan bahwa anda tak peduli dengan perpisahan wilayah. Korea Utara ingin menghentikan semua perundingan dengan Selatan,Aku menganggapnya begitu. Apa aku salah?” ucap Ketua Luar Negeri setelah membaca berkas, Komandan
Choi tertawa mendengarnya.
“Hal yang menguntungkan dalam pembicaraan bilateral kita adalah, kita tak memerlukan penerjemah. Kalau begitu, aku anggap itu sebagai jawaban
anda.” Kata Komandan Choi berdiri untuk pamit pergi.
Ketua Luar Negeri meminta agar Komandan Choi untuk duduk
dulu dan harus melihat sesuatu sebelum pergi. Komandan Choi melihat lembaran Daftar
Pernyataan NSB dalam tab. Ketua Luar Negeri menyindir
Komandan Choi mendapat banyak uang setelah mengkhianati timnya dengan bertanya berapa banyak nol yang diterimanya.
Komandan Choi keluar ruangan dengan wajah marah, beberapa
orang dari arah depan dan belakang langsung menghadangnya. Komandan Choi
bertanya apa yang akan mereka lakukan.
“Kami diperintahkan untuk membawa
anda dan Ahn
Jung Joon kembali ke Pyeongyang.” Ucap si
Petugas dari Korea Utara.
“Senior Letnan Ahn... masih hidup?” kata Komandan Choi kaget mendengarnya.
Flash Back
Komandan Choi membuka tirai jendela lebar-lebar, Jung
Joon melihat ada sinar laser di tubuhnya. Dari gedung jarak jauh, Shi Jin
sedang meneropong senapan jarak jauh. Dae Young dkk bisa melumpuhkan anak buah
Komando Choi yang akan menembak langsung pada Jung Joon.
“Aku akan mengubur rahasia itu bersama dengan si
pengkhianat.” Ucap Komandan Choi yan bisa didengar
oleh Shi Jin dan sengaja mengarahkan senapan ke tubuh Jung Joon.
“Dan jika boleh, aku mau naengmyeon Ongnyugwan dari Koryo
Hotel.”kata Jung Joon dan saat tepat menembak pelurunya
melaporkan sudah
mendapatkan password-nya.
Byung Soo ditempat lain memberitahu Password-nya
adalah Koordinat
GPS Koryo
Hotel di Pyeongyang, dari sebuah komputer mulai
bisa terlihat program yang disimpan Byung Soo dalam SD Cardnya.
“Penembak Pasukan Khusus Selatan ternyata buruk. Aku tak ditembak diarea yang fatal.” Ucap Jung Joon yang masih hidup dengan memegang
dadanya. Shi Jin hanya tersenyum mendengarnya.
Petugas Korea Utara langsung memborgol tangan Jung Joon
meminta agar tak melawanya karena sudah diperintahkan agar membunuh Jung Joon
apabila melawan. Jung Joon meminta waktu dua menit untuk memakan cemilanya.
“Aku ingin meminta ijin untuk bisa memakan ini sebelum dihukum. Terima kasih, Aku bisa kembali ke negaraku dan mati sebagai prajurit sejati. Terima kasih.” Kata Jung Joon sambil makan habis biskuit coklat yang
diberikan Shi Jin sebagai hadiah terakhirnya.
Beberapa saat kemudian, Shi Jin datang ke hotel tempat
Jung Joon ditembak dan melihat sisa bungkus coklat yang ada diatas meja dengan
banyak noda darah. Didalamnya tertinggal sebuah alat sadap yang sengaja di
taruh didalamnya.
Kepala Luar Negeri tersenyum lebar dengan lembaran berkas
“Rapat Penyelesaian Korea Utara
dan Selatan. Sek-nya melaporkan Pihak Komandan Choi sudah membatalkan makan siang dan sudah kembali ke negaranya. Kepala Luar Negeri mengatakan sudah
mengetahui hal itu.
“Apa tak masalah memberikan mereka salinan aslinya sebagai bagian dari negosiasi politik kita?” ucap Sek-nya.
“Kenapa memangnya? Kita memiliki ribuan salinannya. General Park bekerja sama dengan Komandan Choi. Aku juga sudah mengirim salinan itu ke email-nya. Korea Selatan kuat dalam
tekhnologi. Politik
harus dibangun berdasarkan
moralitas. Penjahat
harus dihukum berdasarkan
kejahatan mereka. Keadilan akan menang, dan kejahatan akan kalah.” Tegas Kepala Luar Negeri
“Lalu bagaimana dengan moralitas yang anda janjikan tentang negosiasi politik itu?” tanya Sek nya binggung
Kepala Luar Negeri merasa Sek-nya naif
sekali dan bertanya apakah politik
itu selalu
berdasarkan dengan moralitas lalu berdiri dan
kembali bertanya jam berapa konferensi pers karena ia harus memilih dasi.
Mo Yun berjalan dilorong rumah sakit, Dae Young mengintip
dari celah pintu memberitah Mo Yun sudah datang dan jaraknya 10 meter lagi. Shi
Jin sedang menganti bajunya dengan baju rumah sakit, Dae Young menyuruh Shi Jin
cepat berganti baju karena jarak Mo Yun sudah 5 meter lagi.
Shi Jin mengeluh tak bisa melepaskan celananya karena
tangan kanannya yang mengunakan gips. Dae Young mengumpat Shi Jin tak ada yang
menyuruhnya untuk terluka. Shi Jin dengan kesal seperti ingin membunuh
seseorang sekarang. Dae Young memberitahu Mo Yun akan segara datang dan
langsung menutup pintunya.
Mo Yun masuk ruangan terlihat binggung melihat cara tidur
Shi Jin, Dae Young pura-pura membaca buku memberitahu Shi Jin baru saja
tertidur. Mo Yun pikir itu bagus Shi Jin bisa tertidur pulas, dan berharap Shi
Jin tak merencanakan
sesuatu yang aneh. Dae Young pikir itu tak
mungkin walaupun dengan wajah gugup. Mo Yun pun akan memilih untuk keluar dan
akan kembali lagi nanti.
Shi Jin terbangun setelah melihat Mo Yun pergi sambil
membuka selimut saja sampai nyari saja mereka ketahuan, lalu meminta bantuan
untuk membuka celananya. Dae Young berlutut mengeluh Shi Jin yang harus kembali
memasang gipsnya. Shi Jin menegaskan bukan dirinya yang mau.
Tiba-tiba Mo Yun datang, Dae Young langsung melompat ke
atas kasur dan Shi Jin menutup wajahnya dengan buku berpura-pura sebagai Dae
Young melaporkan kalau baru saja pasien tertidur. Mo Yun mengerti merasa Shi
Jin itu terlalu lelah untuk menjaga Dae Young. Shi Jin menurunkan bukunya dan
Dae Young pun membuka selimutnya.
“Percuma saja aku selalu khawatir pada orang sepertimu.” Keluh Mo Yun
“Ada urusan apa kau ke sini?” tanya Shi Jin, Mo Yun melirik pada Dae Young yang
tertidur di tempat tidur lalu Shi Jin sambil menghela nafas memilih untuk
keluar saja.
Dae Young turun dari tempat tidur merasa Shi Jin sekarang
pasti ingin membunuhnya, lalu bertanya-tanya bagimana cara membayar biaya ganti
rugi dengan jendela yang dirusak oleh Jung Joon. Shi Jin piki memiliki ide
bagus.
“Kenapa kita tak berunding seperti pria sejati sekarang?”ajak Shi Jin, Dae Young mengejek ide bagus seperti itu
yang dimaksud.
“Gajiku kan sedang dipotong.” Kata Shi Jin ingin meminta bantuan temanya.
“Yah, tapi aku bukan pria sejati.” Ucap Dae Young dengan tangan kelingking naik dan
berpura-pura merapihkan rambutnya yang ditelinganya. Shi Jin hanya bisa
menghela nafas melihat sikap temanya.
Mo Yun menemui Myung Joo bertanya ada apa datang kerumah
sakit. Myung Joo menyapa Mo Yun yang sudah lama tak bertemu dengan menanyakan
kabarnya. Mo Yun menceritakan hari-harinya sekarang penuh
dengan kejutan.
“Apa kau mau menjenguk Shi Jin?” tanya Mo Yun,
“Ya. Dia tak mati, 'kan?” kata Myung Joo menyakinkan.
Mo Yun menjawab dengan kesal kalau Shi Jin belum mati,
tapi mungkin sebentar lagi membunuhnya lalu menyuru Myung Joo masuk saja karena Dae Young juga
sedang ada di dalam ruangan. Myung Joo sudah tahu karena melihat mobil Dae
Young berada di parkiran, jadi sengaja duduk diruang tunggu.
“Apa maksudmu? Apa kalian bertengkar?” tanya Mo Yun heran
“Tidak.... Kami sudah putus jadi Kami sudah tak punya hubungan
lagi.” Kata Myung Joo
Mo Yun kaget langsung menanyakan alasan dan kapan mereka
bisa putus, tapi menurutnya itu bisa langsung dimengerti. Myung Joo bertanya
menurut Mo Yun alasan mereka putus. Mo Yun mengatakan sudah mengerti lalua
memberitahu Shi Jin ada di kamar 710 karena keduanya sedang
bermain siapa yang "Bodoh
atau yang Lebih Bodoh". Dan berharap negaranya
itu tahu berapa
bodohnya mereka itu.
Myung Joo bertanya untuk menyakinkan apakah Dae Young tak
terluka, Mo Yun mengingatkan sebelumnya temanya itu berkata sudah tak ada
hubunganya dengan Dae Young. Myung Joo merasa hanya bertanya sesama dokter lalu
memilih untuk pergi saja. Mo Yun melihat cinta Myung Joo rumit juga seperti
dirinya.
Dae Young dan Myung Joo berdiri ditengah-tengah ranjang
tanpa saling menatap. Shi Jin melihat keduanya seperti merasa bukan hanya
dirinya yang merasakan suasana canggung, lalu menyindir Myung Joo yang ingin
menjenguknya seharusnya mendoakan agar cepat sembuh sambil mengangkat tanganya
yang masih di gips.
“Kau kan sudah punya pacar. Apa Kau mau aku memanggilnya?” kata Myung Joo, Shi Jin dengan senyuman merasa tak
perlu karena tak ingin pacarnya khawatir.
“Sepertinya, kau baik-baik saja,
ya? Jadi Aku pulang dulu.” Ucap Myung Joo membawa sekotak minum ginseng.
“Hei Kita kan teman. Kau tak perlu repot-repot begini. Jika dia datang begini, setidaknya suruh dia duduk dulu.” Kata Shi Jin menyuruh Dae Young
Dae Young pikir mereka berdua bisa bicara dan ia akan
keluar, Myung Joo menegaskan dirinya yang akan keluar. Dae Young tetap pada
pendirian kalau ia yang akan keluar. Myung Joo tak mau kalah tetap ingin keluar
dari ruangan. Shi Jin merengek jika keduanya keluar maka siapa yang akan
menemaninya dirumah sakit.
Myung Joo melirik sinis berharap kalau Dae Young yang
berbaring diatas ranjang. Shi Jin menceritakan sebelumnya Dae Young sempat
berbaring diatas ranjang, lalu dengan senyuman bahagia kalau mantan pacar Myung
Joo itu ternyata punya sisi feminim,
dengan memperagakan gaya Dae Young merapihkan rambutnya
ditelinga dengan jari kelingking naik.
Dae Young menarik tangan Shi Jin mengaku kalau sebelumnya
hanya bercanda, Shi Jin mengodanya kalau ekspresi Dae Young seperti sekarang
dengan gaya feminim merapihkan rambut ditelinganya dengan berkata “Ommoo” Dae
Young menutup mulut Shi Jin mengatakan kalau ia tak mengatakan kata itu. Myung
Joo menganggu setuju kalau keduanya itu adalah si
"Bodoh dan yang lebih Bodoh" lagi dan
menyuruh Shi Jin istirahat lalu keluar dari ruangan.
Shi Jin mengumpat Dae Young sangat bodoh, padahal ia
sudah mencoba agar Myung Joo agar bisa lama menjenguknya, karena itu
menghentikan lelucon tadi, tapi menurutnya pertengkaran
keduanya tak
bisa dihentikan dengan leluconnya.
“Lalu Kenapa? Kenapa kalian bisa putus?” tanya Shi Jin heran
“Aku memasukkan permintaan pengunduran diri. Hanya dengan itu... aku bisa bersamanya.” Kata Dae Young
Shi Jin menegakkan duduknya terlihat kaget dengan
pengakuan temannya, Dae Young tertunduk meminta maaf. Shi Jin tak percaya Dae
Young memutuskannya sendiri dan merasa sangat kecewa. Dae Young kembali meminta
maaf. Shi Jin bertanya apakah Letnan Yoon mengetahui hal ini.
Dae Young menceritakan Myung Joo ada diruangan Letnan
Yoon ketika menemuinya. Shi Jin
menyuruh Dae Young mengejar Myung Joo karena temanya itu sudah rela melepaskan
seragamnya demi pacarnya dan jangan pernah membuatnya menunggu lebih lama.
Dae Young mencari Myung Joo ke sekeliling rumah sakit,
lalu langkahnya terhenti melihat bayangan didekatnya. Myung Joo menatap TV
didepanya melihat bayangan Dae Young yang terpantul begitu juga Dae Young.
Ja Ae yang melihatnya menanyakan pendapat Sang Hyun
sedang apa mereka berdua itu. Sang Hyun yakin Keduanya sedang
bertengkar,dan Myung Joo ingin putus, demi kebaikan Sersan Seo. Karena itulah Sersan Seo tak bisa menemukan Myung Joo. Karena Myung Joo adalah seorang wanita yang baik.
“Menurut pendapatku, Sersan Seo tahu di mana Letnan Yoon bersembunyi. Dia ingin mengejarnya, tapi dia tak bisa. Dia ingin menjaga harga diri Letnan Yoon berusaha sembunyikan. Karena Sersan Seo adalah seorang pria yang baik.” Kata Ja Ae melihat sepasang pria dan wanita didepanya.
“Apa Kau punya rencana malam ini? Jika kau tak sibuk, temani aku ke mall nanti.” Ajak Sang Hyun, Ja Ae bertanya Sang Hyun ingin membeli
apa.
Ja Ae masuk ke dalam showroom mobil tak percaya Sang Hyun
ingin membeli mobil. Sang Hyun mengingatkan kembali perkataanya ketika di Urk
setelah kembali ke Korea akan
membeli mobil, menurutnya apa gunanya menabung dan tak tahu kapan kematianya
itu akan datang dan ia rela mati setelah menghabiskan semua uangnya.
“Aku tak mau memberikannya pada orang lain, aku mau pakai semua.” Tegas Sang Hyun
“Bagaimana jika uangmu sudah habis dan belum mati?” tanya Ja Ae
“Aku belum kepikiran itu, tapi aku tetap mau beli mobil. Pilihlah satu untuku, Mobil mana yang kau suka?” kata Sang Hyun
Ja Ae menunjuk satu mobil berwarna biru, Sang Hyun
mengoda Ja Ae yang memang selalu mengganggu hidupnya dan bertanya kenapa melakukan itu padanya, lalu
berpikir kalau Ja Ae menyukainya. Ja Ae menegaskan kalau Karyawan
yang tadi merekomendasikan mobil itu. Sang Hyun tak percaya Ja Ae ternyata mengawasinya kembali
bertanya apakah Ja Ae menyukainya.
Ja Ae langsung menjawab “Ya... aku menyukaimu” Sang Hyun
mengulanginya lalu tersadar kalau tadi Ja Ae mengaku kalau menyukainya. Ja Ae menyuruh
Sang Hyun cepat membelinya karena ia sudah lapar. Sang Hyun tersenyum meminta
agar diberikan formulir pembelian.
Mo Yun berjalan ke lobby rumah sakit, menonton berita
dari KBC.
“Korea Utara dan Selatan
memutuskan untuk mengadakan rapat 100 orang. Kedua Pemerintahan mengadakan pertemuan rahasia
di Panmunjeom kemarin. Berkat pertemuan inilah akhirnya perjanjian perdamaian akan berlanjut
hingga 5 tahun lagi. Korea Utara dan Selatan telah memutuskan untuk mengadakan pertemuan ini.”
Beberapa pasien yang sudang duduk menonton TV saling
berbisik, wajah Mo Yun tersenyum menonton berita tentang Korea utara dan
Selatan.
Shi Jin sedang menonton TV diruanganya mematikannya. Mo
Yun datang langsung melepaskan jubah dokternya, menyuruh Shi Jin tak perlu
takut karena ia sedang tak bertugas. Shi Jin bertanya kenapa Mo Yun tak pulang
ke rumah. Mo Yun sambil memijat punggungnya mengatakan dirinya adalah wali dari
pasien Shi Jin.
“Kapan aku bisa keluar? Apa aku bisa tinggal di sini selama seminggu? Aku senang bisa melihat tiap 2 jam sekali di rumah sakit” kata Shi Ji
“Jika kau suka, kenapa kau mau keluar dari rumah sakit? Kau tadi ke mana?” tanya Mo Yun
“Aku tadi pergi ke atap.” Kata Shi Jin mengakuinya, Mo Yun sudah pergi ke atap
tapi tak melhat Shi Jin ada disana. Shi Jin mengatakan bukan diatas gedung
rumah sakit.
“Apa kau pergi ke "Mall"
lagi?” tanya Mo Yun, Shi Jin mengangguk.
Mo Yun bertanya apa Shi Jin pergi
dengan temannya, Shi Jin hanya terdiama. Mo Yun
bertanya kenapa Shi Jin pulang sendirian. Shi Jin menjawab mereka punya rute
yang berbeda, lalu mengakui Perasaannya sedang kacau jadi meminta agar Mo Yun berhenti memarahinya dan menghiburnya saja. Mo Yun bertanya apa
sebenarnya yang terjadi.
Shi Jin mengarahkan pandangan ke jendela menceritakan
dirinya telah menyelamatkan perdamaian,tapi tak tahu apakah Temannya itu hidup atau mati. Mo Yun menegaskan ada pacarnya yang juga mengkhawatirkan
Shi Jin. Shi Jin menatap Mo Yun bertanya apakah ia pernah tidur diranjang
pasien lalu mengajak berbaring disampingnya.
Mo Yun sudah berbaring dengan memejamkan matanya, Shi Jin
sambil menopang kepalanya kesal karena Mo Yun malah menolak ajakanya dan
bersikap keras kepala dengan tidur diranjang lainnya. Lalu memperlihatkan
tangan yang digips dan menegaskan dirinya itu sebagai pasien jadi tak mungkin
melakukan sesuatu yang macam-macam.
“Pasien yang cukup sehat untuk pergi ke "Mall" dan Dokter ini hanya mau melindungi dirinya sendiri.” Ucap Mo Yun dengan memejamkan matanya. Shi Jin tak
mengerti ucapan Mo Yun.
“Entahlah.... Aku sudah mengantuk.” Kata Mo Yun, Shi Jin akhirnya membaringan tubuhnya.
“Chi Hoon sudah menjadi ayah hari ini. Anaknya laki-laki. Ini hanya informasi saja Agar kau tak
salah beli hadiah.” Ucap Mo Yun
“Dia pasti menggemaskan seperti
ayahnya. Sampaikan
ucapan selamat
padanya.” Kata Shi Jin, Mo Yun mengerti
Shi Jin meminta maaf karena sudah membuat Mo Yun
khawatir, dan mengucapkan terimakasih karena sudah menyelamatkan hidupnya. Mo Yun membuka matanya menatap Shi Jin yang
berbaring, mengeluh mereka selalu berterima kasih karena masalah seperti
sekarang, padahal Pasangan lain selalu berterima kasih karena sudah mengantar pasangannya
pulang. atau
karena atas hadiah saat
anniversary. Shi Jin kembali meminta maaf.
Mo Yun seperti tak percaya, Shi Jin tak mengerti dengan
ucapan pacarnya itu, Mo Yun sudah tahu dari berita di TV tentang perdamaian
yang telah diselamatkan oleh Shi Jin, tapi menurutnya jika memang Shi Jin merasa
menyesal meminta agar jangan pernah datang menemuinya dengan
lumuran darah lagi. Shi Jin berjanji akan
mengingat permintaan pacarnya itu.
Tiba-tiba ia memiringkan badannya, mengajak Mo Yun untuk
menonton film yang batal mereka tonton. Mo Yun binggung mereka bisa menonton
ditempat itu. Shi Jin melihat dengan kamar VIP punya fasilitas yang hebat dan juga alat yang ada diatas meja. Mo Yun tersenyum dan
setuju untuk menonton bersama.
Keduanya sudah duduk diatas ranjang dan siap untuk
menonton. Film sudah diputar dengan proyektor. Mo Yun berteriak gembira akhirnya
mereka bisa nonton bahkan tak pernah menyangka bisa menontonnya dirumah sakit. Shi Jin juga sumringan bisa menonton
bersama pacarnya sekarang, padahal sebelumnya harus pulang padahal sudah
membeli tiket dengan bersemangat menonton film yang baru mulai.
“Aku tak ingat siapa yang tidur duluan. Itu adalah hari yang panjang dan juga berat, Dan aku berada di
pelukannya. Aku merasa seperti bintang bisa berada dalam pelukannya. Menjadi wanita yang
dia cintai. Apakah film yang batal kami nonton itu mempunyai akhir bahagia? Ataukah akhir yang
sedih?”
Shi Jin dan Mo Yun sedang berbaring diatas ranjang yang
sama dengan Mo Yun tertidur diatas lengan Shi Jin dan tangan Shi Jin sedang di
gips memeluknya.
bersambung ke episode 15
FACEBOOK : Dyah Deedee TWITTER @dyahdeedee09
INSTRAGRAM dyahdeedee09 FANPAGE Korean drama addicted
flim nya seru.. jadi penasaran sama akhir ceritanya.
BalasHapus