PS : All images credit and content copyright : KBS
Baek Hee
akan bergegas pergi tapi anak buah Tuan Park menghadangnya di pintu depan. Tuan
Park keluar membahas kalau dirinya yang
bertambah tua dan Baek Hee Noona juga sudah tua. Baek Hee berpura-pura
Tak kenal dengan bertanya siapa Tuan Park.
“Noona
Baek Hee. Ini aku, Chul Min. Anak laki-laki yang mengirim surat kabar di
Incheon.” Ucap Tuan Park. Baek Hee berkomentar terlihat datar.
“Kupikir kalian
berdua adalah monster yang tidak menua sama sekali. Kurasa kau tidak. Apa kau berusaha menghindar
dariku?” kata Tuan Park
“Tidak
mungkin... Kau bukan orang yang kucari.” Kata Baek Hee mengelak.
“Apa yang
sedang kau cari? Aku tahu banyak orang yang bisa mendapatkan barang bagus.”
Kata Tuan park
“Tak
perlu. Aku akan mengurusnya.” Ucap Baek Hee, Anak Tuan Park menahan Baek Hee
agar tak pergi. Baek Hee bisa membalas dengan memperlihatkan jurusnya. Tuan
Park meminta anak buahnya agar bisa bersikap baik.
“Aku akan
memberikan kartu namaku.” Kata Tuan Park yang berkerja di Chul Min Development,
Baek Hee pun mengambilnya dengan tatapan sinis.
“Aku
punya banyak julukan. Salah satu favoritku adalah "Spekulan Tanah
Jenius". Saat aku melewati sebuah negeri, maka harga tanah naik dan naik.”
Kata Tuan Park bangga.
“Kau
adalah anak laki-laki pengantar surat kabar. Matamu semakin rakus.” Sindir Baek
Hee.
Tuan Park
menanyakan kabar Noona Seo Rin, Baek Hee mengaku belum pernah mendengar kabar
darinya selama 20 tahun. Tuan Park meminta agar menyampaikan pada Seo Rin kalau
ia sudah sangat kaya sekarang. Baek Hee mengaatakan kalau menemuinya, maka akan
memberitahunya itu.
“Minta
maaf padanya karena mencengkeram lengannya.” Ucap Tuan park pada anak buahnya.
Anak buahnya pun meminta maaf.
“Aku akan
menemuimu lagi, Noona Baek Hee.” Kata Tuan Park. Baek Hee seperti tak peduli
dan pergi begitu saja.
Hae Ra
sibuk dengan catatan nomor telp sambil mencoretnya kalau sudah menelp dan
berbicara pada pelangganya kalau bisa melakukan pembayaran sampai jam 12 siang
besok dan mencatat kalau sudah Selesai mengeluarkan tiket. Direktur datang
memanggil Hae Ra.
“Cetak LCC
penjualan Gimpo ke Osaka per kuartal untuk tahun ini.” Ucap Direktur. Hae Ra
bertanya apakah maksudnya penjualan sepanjang tahun
“Ya, semuanya.
Bedakan tiap perusahaan juga. Sertakan
juga Gimpo ke Tokyo dalam daftar.” Ucap Direktur
“Pak... Aku
harus memeriksa 80 orang dan pergi keluar untuk beberapa pekerjaan. Aku
mengadakan pertemuan diluar tentang pakaian.” Jelas Hae Ra
“Apa yang
lebih penting? Apa kau mau bilang kalau kau tak bisa melakukan tugas hari ini karena
beberapa proyek yang mungkin bahkan tidak terjadi?” kata Direktur sinis.
“Pak, aku
akan mencetaknya untukmu.” Kata Jung Hee membantu. Direktur tahu Jung Hee tidak
pandai dalam pekerjaannya.
“Pak, aku
akan mencetaknya untukmu.” Ucap Ketua Tim. Direktur tahu Nona Choi harus
memesan penerbangan untuk profesor sekolah kedokteran.
“Kita
mengurus 70 persen seminar luar negeri
dari semua sekolah kedokteran. Kau harus fokus pada tugas seperti itu. Lalu
Pakaian apa yang kau bicarakan?” ucap Direktur marah
“Aku akan
mencetak semua penjualan LCC untukmu sekarang juga.” Kata Hae Ra. Direktur
menyuruh Hae Ra agar mem Batalkan pertemuan di luar sambil mengeluh kalau
mereka semua melelahkan.
“Tidak
bisakah seorang ketua yang baik muncul sekarang seperti di film? Dia akan
berkata, "Aku percaya padamu". Itulah yang mereka lakukan di film.”
Kata Ketua tim kesal
“Itulah
yang kukatakan. Dimana ketua kita yang baik itu?” kata Jung Hee.
Saat itu
Ji Hoon masuk ruangan, Ketua Tim dan Jung Hee langsung terkesima dengan
ketampanan Ji Hoon. Hae Ra kaget melihat Ji Hoon datang menemuinya dengan
setelan jas. Ji Hoon mengaku datang untuk
membeli tiket pesawat.
Keduanya
duduk di cafe, Ji Hoon mengeluh Hae Ra yang tidak membalas pesannya. Hae Ra
mengaku kalau sudah memblokir nomor Ji Hoon. Ji Hon heran karena Hae ra yang
baru saja pergi tadi malam dan ingin tahu apa yang diingikan Hae Ra dengan
reaksinya sekarang. Hae Ra heran merasa Ji Hoon sedang mengingau.
“Aku tahu
itu... Hae Ra... Apa kau melihat orang jahat?” ucap Ji Hoon. Hae Ra menjawab
itu Mungkin.
“Siapa
dia?” tanya Ji Hoon. Hae Ra menjawab Seorang pria yang memiliki segalanya.
“Apa kau
lupa saranku?” ucap Ji Hoon. Hae Ra pikir tak mungkin bisa melupakannya
“Mengapa
seseorang yang memiliki segalanya mau berkencan denganmu?” ucap Ji Hoon
menganggap remeh.
“Karena
dia memiliki segalanya. Dia memiliki empati, percaya diri dan kekayaan jadi dia
tak perlu menghindari wanita malang. Dia mendukungku dan memujiku. Dia tidak
seperti seseorang yang mencampakkanku.” Ucap Hae Ra
“Kau benar...
Aku bersalah padamu. Tapi... Sudah kubilang aku sadar cintaku terlambat.” Akui
Ji Hoon.
“Ya, dan
kau terlambat lag jadi Pergilah.” Kata Hae Ra sudah tak peduli dengan Ji Hoon.
Ji Hoon
ingin tahu siapa pria itu dan apakah memang benar-benar ada. Hae Ra malah
bertanya apakah Ji Hoon ingin melihatnya. Ji Hoon kesal tak ingin membahasnya
lalu memberikan tas berisi perhiasanya. Hae Ra dangena santai langsung membuang
ke tempat sampah. Ji Hoon berteriak kalau hargnya mahal.
“Ji
Hoon... Lihatlah dirimu yang menyesal. Kau lebih buruk dari saat aku tahu kau
adalah jaksa palsu.” Ucap Hae Ra marah
“Kau
benar-benar punya seseorang” ungkap Ji Hoon tak percaya.
“Jangan
pernah meneleponku lagi.” Tegas Hae Ra lalu berjalan pergi.
“Seharusnya
kau tidak menciumku! Kenapa kau mengunjungiku malam itu? Apa karena dia?”
teriak Ji Hoon. Hae Ra sempat binggung,
tapi akhirnya membenarkan saja.
“Kau
bukan dirimu... Kau melakukan hal yang aneh. Dan... kau menyakiti ku.” Kata Ji
Hoon marah
“Ada apotek
di sana. Pergilah periksa.” Ucap Hae Ra benar-benar tak peduli. Ji Hoon
mengumpat kesal kalau Hae Ra benar-benar jahat.
Soo Ho
baru kembali, Tuan Han dan pegawai lainya mengajak untuk makan siang bersama.
Soo Ho menyuruh mereka duluan saja karena harus menelepon. Tuan Han tahu Soo Ho
harus berkencan dengan seseorang dan mengajak mereka makan duluan saja. Hae Ra
melihat nama Ksatria hitam yang
menelpnya.
“Kau tak
terdengar bahagia.” Ucap Soo Ho mendengar suara Hae Ra yang mengangkat telpnya.
“Aku
bekerja lembur lagi. Dia terus memberiku pekerjaan jadi aku tak bisa
mengerjakan proyek ini.” Keluh He ra
“Dia
takut kau bisa mengalahkannya. Aku mengalaminya saat bekerja dirumah sakit di
AS. Itu terjadi di organisasi manapun. Jangan marah karenanya.” Saran Soo Ho.
Hae Ra pun bertanya apa yang harus dilakukan.
“Pertama,
makan.” Kata Soo Ho mengoda. Hae Ra
kesal karena ia sekarang sedang serius.
“Siapa
yang paling mengganggumu?” tanya Soo Ho. Hae Ra menjawab itu Direktur utama
“Minta
dia untuk menerima pendapat istri dan putrinya. Buat mereka memilih kostumnya. Jika
proyek berjalan dengan baik,beri dia bonus untuk itu.” Saran Soo Ho
“Bagaimana
jika dia mengambil proyekku?” tanya Hae Ra. Soo Ho pikir tak masalah untuk
memberinya satu.
“Jangan menganggapnya
sebagai kerugian. Kau akan mendapatkan kesempatan lagi.” Jelas Soo Ho
Hae Ra
bertanya Apa bisnis Soo Ho berjalan dengan baik. Soo Ho membenarkan karena
dirinya orang yang beruntung. Hae Ra pikir Soo Ho pasti bahagia. Soo Ho pikir Jika
bisnisnya berjalan dengan baik, maka itu
bagus untuk Hae Ra. Hae Ra heran kenapa seperti itu.
“Karena
aku menyukaimu.” Kata Soo Ho. Hae Ra terdiam seperti jantungnya berdegup dengan
kencang.
“Aku akan
pergi makan siang sekarang... Hae Ra, cerialah.” Kata Soo Ho. Hae Ra masih bisa
tersenyum mengingta Soo Ho yang selalu meluapkan perasaanya.
Young Mi
datang membawakan sushi untuk ayah mertuanya, lalu melihat ayahnya sedang
merapihkan barang-barang antik dan bertanya apa semua itu. Tuan Park mengatakan
kalau semua bernilai uang. Gon bertanya kenapa ayahnya mengeluarkan semua
barang-barangnya.
“Aku akan
memberikan itu semua untuk seseorang.” Ucap Tuan Park. Gon ingin tahu Kepada
siapa
“Seseorang
yang mengingatku sebagai orang miskin. Dan Kemana saja kau seharian ini?” kata
Tuan Park
“Aku
sedang bekerja. Aku akan menceritakan semuanya nanti.” Ucap Gon
“Cincin
ini terasa misterius.” Ucap Young Mi melihat cincin yang terlihat kusam.
“Aku
membelinya murah dari pasar. Cincin itu keluar dari benda kuning yang ditangkap
penjualnya di musim dingin.” Cerita Tuan Park. Young Mi seperti percaya begitu
saja.
“Itu
adalah tebakan yang lucu, jadi aku membayar 30 dolar untuk itu.” Cerita Tuan
Park. Young Mi mencoba memakai cincin di jarinya.
“Kau
bahkan tidak memakai cincin pasangan, kenapa kau mencoba itu?” keluh Gon.
“Rasanya
menyeramkan saat aku memakainya.” Kata Young Mi buru-buru melepaskan cincin
dari tanganya.
“Buang
saja... Foto-foto itu murah... Aku tidak berpikir mereka layak.” Kata Tuan Park
ingin membuang foto-foto lama.
“Astaga...
Ada pria tampan saat itu.” Kata Young Mi tertarik melihat sebuah foto lama yang
dimiliki oleh ayah mertuanya.
Baek Hee
datang menemui Sharon di ruangan menjahit. Sharon terlihat kesal merobek semua
barang dengan bertanya Sampai kapan harus hidup seperti ini. Baek Hee bertanya
Apa ada yang terjadi. Sharon menceritakan
Punggungnya terasa seperti terbakar diatas tulisan. Baek Hee kaget karena Sharon juga merasakan
hal yang sama.
“Sebuah
tato aneh tiba-tiba muncul. Rasanya sakit seperti terbakar. Mengapa ini
terjadi? Apa yang akan terjadi selanjutnya?” ucap Sharon kesal.
“Kau
bilang...mengambil... Cincin peraknya. Apa kau masih memilikinya?” ucap Baek
Hee. Sharon mengingat saat itu memakain cincin di tanganya, lalu terlepas
begitu saja saat terjun kesungai.
“Sudah
kubilang aku kehilangannya... Saat aku melompat dari tebing. Kenapa kau
tiba-tiba bertanya?” ucap Sharon.
“Apa kau
benar-benar kehilangannya?” tanya Baek Hee curiga. Sharon merasa Baek Hee bertingkah
aneh
“Apa kau
melihat cincin itu?” tanya Sharon terlihat ikut curiga.
“Jika kau
mengembalikannya pada pemiliknya, maka Mungkin kutukanmu akan terangkat.
Atau... tato itu mungkin terhapus.” Ucap Baek Hee.
Sharon
yakin Baek hee sudah menemukannya. Baek Hee pikir Jika menemukan, pasti ada
ditangannya sekarang. Sharon yakin Baek Hee K menyembunyikan sesuatu. Baek Hee
ingin tahu alasan Sharon yang mencuri
cincin itu
“Dulu dia
mencuri suamiku.” Ucap Sharon sangat dendam dengan Boon Yi
“Itu
adalah obsesi... Keinginan untuk memiliki dan menang Itu bukan cinta.” Ucap
Baek Hee.
“Seperti
itulah cinta... Itu membuatmu sangat menginginkannya.” Kata Sharon
“ Aku...
tak ingin menyerah. Aku telah berdosa, jadi aku mohon maaf. Itulah sebabnya aku
tak membiarkanmu pergi. Tapi terkadang... Aku ingin menyerah padamu.” Ungkap
baek Hee.
“Tunjukkan
cincinnya saat kau menemukannya Tidakkah akan lucu saat mengembalikannya dengan
mengatakan itu milikmu dimasa lalu?.” Ucap Sharon tak peduli
“Kalau
begitu jangan ganggu mereka dan Diam saja.” Pinta Baek hee.
“Merekalah
yang mengubahku menjadi monster.” Ucap Sharon marah lalu berjalan pergi.
"Aku telah
hidup selama 300 ratus tahun, Tapi aku masih belum bisa memprediksi apa yang
akan terjadi.” Kata Baek Hee mengeluh. Seung Hoo menari sendirian seperti kerasukan, Sharon duduk diam sambil meminum wine.
Hae Ra
keluar dari kantor kaget melihat Soo Ho sudah menunggun bertanya apakah yang
dilakukan dalam cuaca dingin. Soo Ho mengaku
sedang dalam perjalanan pulang dan melihat kalau Perusahaan Hae Ra benar-benar membuatnya bekerja keras.
“Ini
bukan jalan pulang dan Aku mencium sesuatu yang lezat entah di mana.” Ucap Hae
Ra mengejek
“Jika kau
bekerja lembur, kau butuh kastanye panggang.” Kata Soo Ho mengeluarkan
bungkusan makan dari saku jaketnya.
“Bagaimana
kau tahu aku lapar?” ucap Hae Ra senang. Soo Ho pikir udara sangat Dingin dan
mengajaknya pulang.
“Aku tak
mau pulang.” Kata Hae Ra penuh arti.
Keduanya
duduk disebuah cafe yang memutar lagu-lagu lama, Hae Ra pikir Soo Ho yang
menyukai tempat ini karena bisa mendengarkan lagu-lagu dari tahun 1960an yang
terbaru dan pemiliknya memiliki setiap lagu. Soo Ho merasa kalau Hae Ra
memperlakukanny seperti pria paruh baya padahal ia juga suka ke club.
“Aku
lebih suka mendengarkan musik di tempat seperti ini.” Ucap Hae Ra
“Kau
pasti lapar. Kau makan lahap sekali.” Ejek Soo Ho. Hae Ra membenarkan.
“Beratku
bertambah 2kg. Aku perlu sedikit
olahraga.” Kata Hae Ra. Soo Ho pikir Tidak masalah.
“Ini kartu
Natal dari kastil Slovenia dan Itu dikirim untukmu hari ini.” Ucap Soo Ho. Hae
Ra melihat isi tulisan yang tak dimengerti.
“Mau
kubacakan?” kata Soo Ho membaca dengan bahasa slovenia, Hae Ra mengeluh kesal
karena sama saja. Akhirnya Soo Ho membaca dengan bahasa korea.
"Halo,
Hae Ra... Aku sangat bahagia akhirnya Soo Ho bertemu denganmu. Aku bersyukur
padamu. Kastil ini bisa ada berkat kau."
Hae Ra
terlihat binggung, Saat itu Soo Ho datang dan masuk ke dalam kastil yang
terletak diatas tebing yang tinggi.
"Kami
melindungi kastil untuk beberapa generasi, Tapi kami menghadapi krisis dimasa
ayahku. Kami harus menjual kastil karena kegagalan bisnis. Ada orang yang ingin
menghancurkan dan membangun sebuah taman hiburan."
"Suatu
hari, seorang pria Asia bernama Moon Soo Ho datang dan mengancam kita untuk
tidak menjual kastil. Di situlah dia berjanji untuk memenuhi cinta pertamanya. Kemudian,
dia menginvestasikan sejumlah besar uang dan menjadi pemegang saham
utama."
Hae Ra
datang ke kastil dan sempat tertidur karena tak terkunci, Soo Ho akhirnya bisa
bertemu dengan cinta pertamanya di dalam kastil.
"Terima
kasih, Hae Ra, Kami bisa melindungi kastil ini.Orang yang mencintaimu adalah
pria yang ceroboh dan cowok yang romantis. Kuharap kau pun akan
mencintainya."
Hae Ra
mendengar suara yang dibaca Soo Ho bertanya apakah sudah berakhir. Soo Ho
kembali membaca surat yang dituliskan oleh pemilik kastil
"Dia
kedinginan saat harus bekerja. Tapi jangan khawatir. Cintanya padamu akan
menjadi pengecualian."
Hae Ra
bertanya Apa Soo Ho menerjemahkannya dengan benar. Soo Ho mengejek kalau Hae Ra
bisa mencoba saja terjemahkan ditempat lain. Hae Ra melihat kartu dengan gambar
pohon natal lalu mendekapnya merasa kalau itu
sangat Nyaman sekali dan sebuah lagu diputar.
“Apa yang
kau lakukan saat lagu ini populer?” tanya Hae Ra.
“Aku
memikirkanmu.” Ucap Soo Ho mengoda. Hae Ra hanya bisa tersenyum. Di depan meja
mereka ternyata Sharon duduk sambil menikmati minumanya.
“Aku
juga... Aku memikirkanmu.” Ungkap Sharon dengan mata berkaca-kaca karena
memikirkan Soo Ho juga.
Di butik
milik Young Mi, sebuah foto pria tampan di jaman dulu di jadikan figura oleh
Young Mi. Young Mi menatap si pria yang tak dikenalnya merasak kalau Ini keren
sekali. Ia lalu menelp Hae Ra memberitahu Ayah Gon dipulangkan jadi punya waktu
sekarang dan bertanya Tentang apa ini.
Baek Hee
duduk diam dalam rumahnya, teringat kembali dengan cincin yang ada di kotak
milik Tuan Park. Ia merasa yakin itu
cincinnya jadi Jika mengembalikan cincin ke pemiliknya dan menemukan dokumen
Jeom Bok, maka semua akan kembali terurai. Sementara Sharon sibuk menjahit
dalam ruanganya dan mengajak bicara Soo Ho.
“Halo,
Moon Soo Ho... Tidak. Halo, Pak Moon Soo Ho... Aku tidak bisa kehilanganmu lagi
dalam kehidupan ini... Aku akan mengotori diriku sendiri bila perlu.” Gumam Sharon
seperti ingin membuat rencana kembali.
Soo Ho
baru saja keluar dari kantor polisi, lalu datang menemui Tuan park dirumahnya
dengan minta maaf karena tidak membawa hadiah apapun. Tuan Park bertanya Ada
urusan apa kerumahnya di pagi hari. Soo
Ho memberitahu Polisi menangkap pengemudi motor.
“Mereka
menunjukkan rekaman CCTV padanya, dan dia mengaku bahwa kau memerintahkannya
untuk melakukannya.” Ucap Soo Ho menahan amarhanya.
“Tidak masalah
selama kau tak terluka. Aku hanya bermaksud mengancammu.” Kata Tuan Park
seperti merasa tak bersalah
“Aku bertahan
bahkan dari lubang api, jadi aku tak akan terancam dengan itu.” Tegas Soo Ho
“Ini
menghancurkan hatiku, Soo Ho. Kau tumbuh tanpa apapun, jadi kau penuh dengan
kebencian.” Kata Tuan Park
“Ini
seperti saat kau masih muda kan?” balas Soo Ho.
“Soo
Ho... Pergilah bermain di tempat lain. Ada lebih banyak orang yang ingin membangun
gedung baru dan mendapatkan uang di sini. Bagaimana kau akan menangani kebencian
dan keluhan dimasa depan?” nasehat Tuan Park yang serakah.
“Tinggalkan
kota pohon kesemek itu. Dan Juga jangan melecehkan toko buku dan pemandian. Apa
Kau tak tahu seberapa menakutkan aku. Jika kau mencoba untuk menyakitiku lagi,
maka kau akan terluka Jadi berHati hati.” Kata Soo Ho memperingati lalu akan
pergi meninggalkan rumah.
“Apa kau
tahu yang ayah Hae Ra katakan saat dia membawamu? "Matanya membuatku
kesal. Hae Ra tidak belajar dan merengek sepanjang waktu. Dia akan termotivasi Jika
aku menempatkannya di sisinya."” Ucap Tuan Park mencoba menghasut.
Soo Ho
mengaku kalau sudah tahu jadi Itulah sebabnya belajar dengan keras. Tuan Park
tahu ayah Hae Ra merawat anak temannya... karena pandangan orang lain tapi selalu
mengangga Soo Ho sebagai perusak pemandangan. Soo Ho mengaku akan melakukan hal
yang sama dan menurutnya Cerita Tuan Park tidak mengesankan lalu bergegas
pergi. Tuan Park hanya bisa terdiam.
Soo Ho
terdiam didalam mobil dengan wajah sedih, Tuan Han melihat dari kaca spion
menanyakan keadaaanya. Soo Ho mengaku baik-baik saja.Tuan Han mengingatkan
kalau Soo Ho punya jadwal latihan jam 3 sore, Soo Ho seperti bisa mengingatnya.
Di ruang
kantor.
Soo Ho
memeriksa salas satu pekerjanya yang terlihat pingsan. Pegawai yang lain memberitahu pegawai itu melewatkan
makan malam dan menginap semalam. Soo Ho meminta agar membawakan hot pack,
salah satunya pun bergegas mencarikanya.
“Ini
bukan hal serius. Jangan khawatir dan kembalilah bekerja.” Ucap Soo Ho
“Pak,
haruskah aku meletakkan bantalan ini di bawah kepalanya?” kata salah pegawai
yang khawatir.
“Itu terlalu
tinggi. Aku punya selimut. Jadi Tolong ambilkan selimut” pinta Soo Ho. Mereka pun
mengambilnya.
“Dia
seperti dokter.” Bisik Ji Hoo yang sedari tadi melihat Soo Ho. Tuan Han
memberitahu Soo Ho dulu sekolah di kedokteran di AS.
Soo Ho
meminta maaf karena hari ini bukan yang baik untuk berolahraga. Ji Hoon pikir
Soo Ho benar-benar memiliki segalanya dan juga keren dari perspektif pria. Soo
Ho mengaku tersanjung dan mengaku kalau ingin karyawannya bekerja sama dengan
Ji Hoon.
“Oh,
bagus juga untukku. Aku bisa mengajarkan berkelompok.” Ucap Ji Hoon.
“Apa kau
bilang bisa melakukan pelatihan di rumah? Ada tiga orang lagi dirumahku yang
ingin berlatih.” Ucap Soo Ho
“Apa kau
berolahraga bersama orang tuamu?” pikir Ji Hoon. Soo Ho mengatakan tidak
“Ada dua
orang yang ingin kujadikan keluarga.” Ucap Soo Ho seperti ingin mengajak Hae Ra
dan juga Bibi Lee.
“Iya!
Siapa pun mereka, Aku akan menyambut mereka.” Kata Ji Hoon penuh semangat.
Soo Ho
menanyakakn Bagaimana hadiah kalung dan anting-anting Ji Hoon itu. Ji Hoon
mengatakan pergi untuk mengembalikan. Soo Ho pikir Sulit memilih hadiah untuk
wanita. Ji Hoon menceritakana kalau khawatir dengan pacarnya karena bersama
orang jahat.
“Bagaimana
kau tahu dia bersama orang jahat?” tanya Soo Ho
“Kupikir
dia sedih karenanya. Dia datang dan memelukku. Dia bahkan merayuku. Lalu dia
melupakan begitu saja.” Cerita Ji Hoon.
“Putus
saja dengan gadis seperti itu. Dia tak layak bagimu.” Kata Soo Ho
“Tidak...
Aku akan mencari tau dulu siapa pria yang jahat itu. Jadi Kapan kita memulai
latihan di rumah?” ucap Ji Hoon sudah tak sabar.
Hae Ra
memberikan beberapa gambar meminta agar direktur bertanya kepada istri dan
anaknya untuk memilih mana yang mereka sukai karena pasti sudah banyak
bepergian ke luar negeri jadi yakin tahu apa yang sedang tren.
“Aku akan
menempatkan keduanya di daftar panel penasihat. Aku juga akan mengirim mereka
barang-barang yang disponsori. Jika ini berhasil dengan baik, maka Aku tidak
akan pernah lupa bahwa kau telah banyak mendukung.” Ucap Hae Ra. Direktur
seperti terlihat senang.
“Aku akan
melakukan yang terbaik.” Kata Hae Ra penuh semangat.
“Tidak
ada yang lebih baik dari moksibusi untuk energi dan sirkulasi darah. Aku akan
bekerja sebanyak uang yang kuterima. Jadi jangan khawatir.” Ucap Bibi Lee
membuat seperti tumpukan obat untuk Tuan park
“Aku tidak
sakit. Kau tidak harus berada di sini mulai besok dan seterusnya.” Ucap Tuan
Park
“Aku
sudah menerima gaji selama sebulan.” Kata Bibi Lee. Tuan Park pikir Tak masalah.
“Sekretaris
atau supirku akan menganggapnya aneh. Aku baik-baik saja.” Kata Tuan Park. Bibi
Lee pikir Mereka tidak akan menganggapnya aneh.
“Bisakah
kau tanda tangan disinii untuk Jung Hae Ra?” kata Tuan Park memberikan sebuah
amplop coklat.
Bibi Lee
bertanya apa isinya, Tuan Park
mengatakan kalau itu surat kesepakatan untuk membangun sebuah apartemen studio
dan menghancurkan rumah tua di Geumseong-dong. Ia juga mejelaskn kalau Hae Ra
dapat memiliki dua toko di apartemen studio yang baru dibangun saat dibangun. Bibi
Lee seperti kaget mendengarnya.
Sharon
sudah membuat dua buah baju untuk Hae dengan menaruhnya dalam patung dan
mengirimkan pesan pada Soo Ho “Halo, Pak Moon Soo Ho. Ini adalah Sharon Tailor.
Pesananmu untuk pakaian yang disesuaikan sudah siap. Silakan berkunjung saat
kau punya waktu.”
Dengan
wajah bahagia, Sharon mengatakan kalau akan akan menunggu Soo Ho. Seung Hoo
memberitahu kalau Ada pelanggan yang datang. Sharon berseri untuk menyambut Soo
Ho yang datang, tapi ternyata yang datang adalah Tuan Han yang mewakili Pak
Moon.
“Biaya
penjahit ada disini.” Ucap Tuan Han memberikan sebuah amplop tapi Sharon
terdiam terlihat kecewa, akhirnya Seung Hoo yang menerima uangnya.
“Akan lebih
baik jika dia datang sendiri. Kukatakan padanya bahwa aku akan memberinya
setelan gratis.” Ucap Sharon.
“Pak Moon
cukup sibuk... Haruskah aku membawa pakaian Jung Hae Ra juga?” ucap Tuan Han.
“Tidak
perlu, Dia harus memakainya untuk melihat apakah itu cocok. Aku akan
mengurusnya.” Kata Sharon dengan tatapan sinis.
Sharon akhirnya
pergi dengan mobilnya, melihat Hae Ra kembali ke rumah dengan membawakan
makanan. Ia bergumam kalau tak peduli jika ada kalimat diwajahnya, lalu turun
dengan wujud Soo Ho yang mengunakan dasi yang dicurinya.
“Kau
pulang lebih awal. Apa Kau sudah makan malam? Apa kau mau makan bersama?” ucap
Hae Ra saat melihat Soo Ho yang pulang.
“Tidak..”
kata Sharon dengan tatapan dingin Soo Ho. Hae Ra hanya menatap binggung melihat
sikap Soo Ho.
Bersambung
ke episode 9
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Hai, bisakah anda memberikan judul lagu saat mereka berada di cafe, itu sangat menyentuh. Aku sudah mencari cari belum menemukan hasil.
BalasHapus