Hae Ra
menaiki mobil yang dikemudikan Soo Ho tanpa curiga melihat pemandangan yang
sangat indah. Soo Ho menatap Hae Ra yang duduk disampingnya, seperti merasa
kalau takdir mendekat.
Flash Back
Hae Ra
memperkenalkan diri dengan nama panjang Jung Hae Ra dengan menjelaskan arti yang sama dengan
"melakukannya"yaitu Hae Ra itulah artinya.
“Apa kau
ingin difoto? “ tanya Soo Ho. Hae Ra membenarkan.
“Aku
membuat sebuah reservasi... untuk kau membatalkannya. Kau tidak dengar kan? Ini
Foto sendirian.” Kata Hae Ra yakin kalau Soo Ho adalah fotographer yang dicari
olehnya.
“Berikan
paspormu” ucap Soo Ho. Hae Ra binggung
tapi akhirnya memberikan pada Soo Ho.
“Secara
pribadi kau terlihat lebih baik. Ikuti aku.” Kata Soo Ho memeriksa kalau memang
nama Hae Ra dan memang itu orang yang dicarinya.
“Aku
punya waktu lima jam bersamamu hari ini. Lakukan sesuatu yang terbaik.” Kata
Hae Ra
“Matikan
teleponmu, dan berikan padaku.” Kata Soo Ho. Hae Ra binggung. Soo Ho beralasan
kalau Hae Ra harus fokus padanya. Hae Ra tanpa curiga memberikan ponselnya.
Mereka
pergi melewati sungai dan pegunungan yang terlihat sangat indah. Hae Ra
bertanya kemana mereka akan pergi. Soo Ho malah balik bertanya kemana Hae Ra
mau pergi. Hae Ra pikir Soo Ho punya
kebiasaan yang biasa, yaitu Tempat dimana semua orang biasa berfoto.
“Jadi kau
ingin sesuatu yang norak. Apa Kau berpergian sendirian?” ucap Soo Ho. Hae Ra
membenarkan.
“Kau bisa
Bilang padaku, jika kau menyukai apapun yang kau lihat... selama diperjalanan.”
Ucap Soo Ho
“Apa
Sekalipun itu norak?” tanya Hae Ra. Soo Ho mengangguk. Hae Ra pun menunjuk
teman yang dinginkan.
Hae Ra
dan Soo Ho pergi ke sebuah tempat dengan tebing yang tingggi dan ada rumah
diatasnya. Hae Ra tak percaya kalau aslinya terlihat sangat berbeda. Soo Ho meminta
Hae Ra agar naik keatas dinding pembatas. Hae Ra sempat binggung tapi terus
mengikuti permintaan Soo Ho.
“Astaga,
ini terlihat hebat.” Ucap Hae Ra menatap pemandangan saat berdii. Soo Ho terus
mengambil gambar Hae Ra.
“Apa Kau
marah? Perlihatkan senyummu padaku.” Ucap Soo Ho melihat Hae Ra yang tak
terlihat bahagia.
“Aku agak
tertekan akhir-akhir ini. Jadi Aku akan memejamkan mata dan coba terlihat
tenang.” Ucap Hae Ra memejamka mata
“Kenapa
kau tertekan?” tanya Soo Ho. Hae Ra hanya menjawab kalau karena sesuatu.
“Apa kau
putus dengan pacarmu?” kata Soo Ho menebak. Hae Ra kaget kalau Soo Ho bisa
mengetahuinya.
“Ya.. Pacarku
baru saja mencampakkanku.” Ucap Hae Ra dengan wajah sedih. Soo Ho berkomentar
kalau itu bagus. Hae Ra heran melihat komentar Soo Ho.
“Ini
adalah kesempatan untuk bertemu seseorang yang lebih baik.” Kata Soo Ho. Hae Ra
merasa kalau meragukan itu.
“Sekarang,
ceria, dan berbalik ke sebaliknya. Lalu Lihatlah kejauhan.” Kata Soo Ho
memberikan arahan. Hae Ra pun mengikuti arahan Soo Ho.
“Ini
pasti bagus untukmu. Tugasmu hanya pergi berkeliling mengambil gambar tempat
yang indah. Kau tidak harus duduk di kantor, kerja lembur, atau menderita di
jam sibuk untuk mulai bekerja di pagi hari. Ini adalah karir yang hebat...”
ucap Hae Ra sambil mengeluh dengan Soo Ho yang sibuk mengambil gambar.
“Berhenti
berbicara, dan berbalik. Coba Lihatlah ke arah sana” perintah Soo Ho.
Hae Ra
membalikan badan tapi sepatunya tanda pinjakan akhirnya jatuh berguling di
rumput. Soo Ho melihat Hae Ra sempat
kaget dan berteriak dari atas menanyakan keadaannya. Hae Ra masih tersadar dan
langsung menutup wajah malunya dengan berbaring di rumput.
Soo Ho
berjalan dari dengan matahari dibelakanganya. Hae Ra melihat seperti seorang
ksatria hitam yang datang menyelamatkanya. Soo Ho melihat keadaan Hae Ra yang
terjatuh bertanya pakah ada yangterluka. Hae Ra mengaku baik-baik saja.
“Kalau
begitu, coba berdiri.” Ucap Soo Ho membantu. Hae Ra pikir bisa bangun sendiri.
“Apa
lengan kananmu baik-baik saja?” tanya Soo Ho. Hae Ra merasa kalau tidak bisa
menggerakannya.
“Coba Lepaskan
mantelmu.” Perintah Soo Ho. Hae Ra panik. Tapi Soo Ho langsung bergegas
melepaskanya. Hae Ra pikir bisa melakukannya sendiri.
Soo Ho
pikir lengan kanan Hae Ra yang terkilir
dan tak peduli dengan bergegas sedikit mengangkat badan Hae Ra agar bisa
melepaskan mantelnya. Hae Ra seperti merasakan sesuatu saat Soo Ho berada
didekatnya. Soo Ho menarik tangan Hae Ra
yang terkilir.
“Tunggu.
Beri aku waktu sebentar.” Pinta Hae Ra yang merasakan tanganya sakit.
“Kau bisa
memperburuk keadaan dan bisa mengacaukannya. Jadi Cobalah untuk bertahan.” Kata
Soo Ho menarik kembali. Hae Ra merasakan sakit dibagian lengan.
“Cobalah
untuk menggerakannya.” Ucap Soo Ho. Hae Ra mengerakan lenganya binggung karena
Soo Ho bisa mengembalikan tanganya yang terkilir.
“Kau
terlihat cantik dari dekat.” Puji Soo Ho. Hae Ra terdiam Soo Ho menegaskan
kalau yang dimaksud adalah mantel milik Hae Ra lalu mengajak untuk segera makan
siang.
Soo Ho
menarik Hae Ra agar bisa naik di punggungnya, Hae Ra binggung kenapa Soo Ho
ingin mengendongnya karena yang lengan, bukan kakinya lalu berjalan menaiki
bukit. Soo Ho pikir benar juga lalu membantu Hae Ra untuk naik kembali.
Kepala
masuk ruangan menanyakan Apa ada yang mendengar dari Hae Ra, karena Sulit untuk
mendapatkan fotografer itu, tapi maalh lenyap tanpa telepon. Ketua Tim kaget
merasa kalau Hae Ra tidak akan melakukan itu dan berkata kalau akan terus
menghubunginya.
“Mungkin
dia mengalami kecelakaan.” Kata Joo Hee menghadang kepala.
“Itu Akan
buruk kalau begitu. Dia akan mengklaimnya sebagai kecelakaan kerja.” Kata
Kepala seolah tak peduli
“Kau
sangat mengerikan” keluh Joo Hee. Kepala mengaku kalau perkataanya itu hanya bercanda.
“Kau
semua akan... Akan dapat masalah jika kalian tidak bisa mendapatkan fotografer
itu. “tegas Kepala.
Ji Hoon
berbaring di sel mengingat ucapan Hae Ra sebelumnya Tapi sekarang, Kupikir aku
bisa mencintaimu walaupun kau bukan seorang jaksa . Jadi Beri aku waktu.” Tapi
Ji Hoon menolak ketulusan cinta Hae Ra.
“Aaish,
mata itu... Dia membuatku gila... Dia baik, tapi terlalu miskin.” Keluh Ji Hoon
kesal, lalu polisi datang membuka sel tahanan menyuruh segera keluar.
Ji Hoon
berjalan keluar dengan polisi yang menginterogasinya, Polisi merasa kalau tidak
tahu apa yang kau katakan pada wanita itu. Tapi mereka semua sepakat untuk
menyelesaikannya dan ingin tahu apa yang dikatakan Ji Hoo pada wanita yang
menuntutnya.
“Kukatakan
pada mereka bahwa aku akan mengembalikan uang mereka. Wanita akhir-akhir ini
hanya peduli dengan uang.” Ucap Ji Hoon
“Kau
tidak ada bedanya.” Ejek Detektif Ji. Ji Hoo memuji kerja yang baik pada
detektif Ji.
“Kau
tidak perlu menulis surat jaminan terima kasih untukku.” Kata Ji Hoon.
“Astaga,
kau terdengar seperti jaksa penuntut.” Ejek Detektif Ji. Ji Hoon pamit pergi
dan berjanji akan membelikan minuman lain kali.
Hae Ra
dan Soo Ho makan siang dengan sandwich di sebuah tangga. Hae Ra bertanya Apa Soo
Ho sudah lama memotret. Soo Ho hanya menganguk. Hae Ra ingin tahu Sudah berapa
lama tinggal di Slovenia. Soo Ho pikir Sebaiknya...
“Apa aku
terlalu mengulik kehidupan pribadimu? Aku harus merasa nyaman di sekitarmu, jadi
akan menghasilkan foto yang lebih baik” jelas Hae Ra
“Lalu haruskah kita saling menceritakan
rahasia?” ucap Soo Ho dan menyuruh Hae Ra yang lebih dulu. Hae Ra seperti masih
berpikir
“Haruskah
aku lebih dulu? Aku akan mengambil gambar malam untukmu juga tanpa biaya
tambahan” kata Soo Ho. Hae Ra ingin tahu alasanya.
“Ini
rahasia.” Kata Soo Ho dengan senyuman. Hae Ran binggung kenapa Soo Ho malah
tertawa padahal tak lucu. Soo Ho seperti sangat bahagia bertemu dengan orang
yang selama ini dicari olehnya.
Young Mi
kaget mengetahui Hae Ra ada di Slovenia,
merasa kalau temanya itu pergi karena tak ingin melihat bibi Lee. Gon juga
mengomel pada Bibi Lee yang membuat Hae Ra lebih sengsara. dengan melakukan
sesuatu yang tidak diminta.
“Aku tidak
melakukannya dengan sengaja.” Ucap Bibi Hae Ra
“Apa Kau
melihat pacar Hae Ra?” tanya Young Mi
“Aku
pernah melihatnya saat dia mengantarnya pulang. Dia terlihat sangat tampan dan
kaya raya.” Ucap Bibi Lee bangga
“Apa kau
melihat berita tentang. bajingan yang berpura-pura menjadi jaksa penuntut? Nama
belakangnya Choi, umur 31 tahun. Dulu bekerja di perencanaan informasi kejahatan
tim Kejaksaan Agung dan Semuanya cocok.” Ucap Gon
“Pada hari
yang seharusnya kami bertemu, mereka tidak muncul dan Hae Ra benar keluar dari
situ pada hari itu.” Ucap Young Mi.
Ji Hoon
berjalan menaiki tangga melihat mobil putih yang terparkir dan itu terlihat
sangat bagus. Lalu melihat isi tas yag dibawanya yaitu daging babi dengan
bertuliskan “Lantai 2, Jung Hae Ra” dan
menatap ke arah pintu rumah Hae Ra.
“Itu
mencurigakan... Kenapa harus seorang jaksa penuntutnya Hae Ra?” sindir Young Mi
“Apa yang
salah dengan Hae Ra? Uang bukanlah segalanya, Yang kau butuhkan hanyalah
cinta.” Kata Bibi Lee
“Itu
sebabnya kau lajang, Karena kau tidak mengenal pria.” Ejek Young Mi
“Hei...
kau, yang akan menikah tanpa cinta, pikirkanlah.. Kau dipaksa untuk menikah
karena Uang keluargamu harus bersatu. Apa kau bahkan akan saling mencintai? Kalian
berdua jelek dan jahat. Itulah dirimu.” Kata Bibi Lee ketus
Young Mi
mengeluh bibi Lee bisa mengatakan hal itu.
Bibi Lee dengan tegas mengatakan kalau mengetahui kalau Gon mengangap Hae
Ra adalah orang yang benar-benar disukainya, tapi menikahi Young Mi karena
uang. Young Mi pikir kalau Itu sikap yang terjadi bila Bibi Lee sudah tua dan
kesepian.
“Orangtuamu
membunuh ayah Hae Ra,kan? Dan mereka mengambil kekayaannya.”kata Bibi Lee
melotot tajam pada Young Mi. Gon menegaskan kalau Bibi Lee sudah kelewatan.
“Aku akan
bertanya pada Jaksa Choi untuk menyelidikimu” kata Bibi Lee.
“Aku
takut. Kami akan berada dalam masalah besar.” Ungkap Young Mi dengan menada
mengejek. Gon pun mengajak Young Mi untuk pergi saja.
“Baik.
Keluar saja... Kau akan dalam masalah besar. Kau harus bahagia dan senang
sekarang karena Jaksa Choi adalah penjahat. Keluarlah. Aku tidak ingin
melihatmu” teriak Bibi Lee tanpa mengetahui Ji Hoon berdiri di bawah.
Ji Hoon
sengaja bersembunyi saat Gon dan Young Mi keluar dari rumah Hae Ra. Keduanya
berjalan menuruni tangga, Gon meminta
Young Mi Jangan pedulikan Bibi Lee
karena orang yang tidak normal.
“Apa yang
kau rasakan adalah kasihan, bukan cinta. Beritahu Bibi lain kali saat dia
menjadi aneh. Kau tidak mencintai Hae Ra, tapi kasihan karena dia miskin. Katakan
padaku kau akan mengatakan itu.” Ucap Young Mi marah. Gon mengerti.
“Aku akan
melakukannya.” Kata Gon seperti berusaha menahan perasanya lalu berjalan menuju
mobil. Young Mi mengejarnya.
Ji Hoon
melihat keduanya binggung karena tak mengenalnya, lalu pergi ke depan rumah Hae
Ra sengaja mengantungkan daging untuk permintaan maafnya.
Hae Ra
dan Soo Hoo pergi sebuah tempat seperti bangunan yang bisa melihat pemandangan
dari atas. Hae Ra menjelaskan tempat ini adalah 1 dari 3 teratas di Slovenia Ia
seperti sangat bahagia melihat pemandangan seperti ada dalam drama sebelumnya.
“Apa Kau
tidak menonton drama?” kata Hae Ra dengan berjalan dibagian seperti balkon
merasa kaalu Sungguh indah dan Sangat
menakjubkan.
“Di mana
lagi aku bisa melihat ini? Aku akan mencoba tidak melupakan ini.” Kata Hae Ra
yang sudah ada ditempat paling atas.
Soo Ho
pun mengambil gambar Hae Ra seperti seorang fotographer yang mengarahkan gaya
pada modelnya. Hae Ra pun mengikutinya dengan tawa bahagia melihat hasil yang
diambil Soo Ho dan melihat salah satu foto yang baik.
“Apa Pundakmu
baik-baik saja?” tanya Soo Ho dengan wajah acuh. Hae Ra mengaku sudah baik.
“Hati-hati,
nanti Sendinya keluar jalur lagi” kata Soo Ho
“Apa kau
melakukan beberapa jenis olahraga? Atlet pandai dalam memperbaiki sendi
dislokasi.” Tanya Hae Ra.
“Aku
pergi ke sekolah kedokteran. Aku bekerja di rumah sakit hanya sebentar.” Ucap
Soo Ho
“Lalu kenapa
kau tidak menjadi dokter?” tanya Hae Ra
“Karena
aku suka melakukan hal yang lain.” Jawab Soo Ho kembali menyuruh Hae Ra untuk
berdiri agar bisa mengambil gambarnya.
Soo Ho
mengarahkan dan Hae Ra bisa tahu kalau harus menatap Jauh ke depan lalu
bertanya Apa Soo Ho sekolah kedokteran di Korea dan berpikir kalau itu sebuah
rahasia juga. Soo Ho mengaku kalau ia sekolah di AS. Dan sebagai lulusan
terbaik. Hae Ra tak percaya kalau Soo Ho itu pintar.
“Katakan
padaku jika kau sakit” ucap Soo Ho. Hae Ra mengaku kalau Hatinya sakit.
“Itu
pasti membawa goresan” pikir Soo Ho. Hae Ra menyangkal lalu berjalan pergi.
Soo Ho
pun mengikuti Hae Ra masuk ke sebuah gereja. Hae Ra dengan memejamkan matanya
mulai berdoa. Soo Ho hanya menatap Hae Ra dengan senyuman dan akhirnya keduanya
keluar dari gereja.
Hae Ra
mengatakan ada toko es krim yang sangat terkenal dan mulai membuat es krim
sejak 300 tahun yang lalu dengan sisa susu. Tiba-tiba Hae Ra melihat penjual es
krim didepanya langsung merasa sedih dan mengalirkan air mata. So Hoo binggung
melihat kalau Hae Ra menangis.
“Ini
nyata kan, Aku belum pernah ke luar negeri sebelumnya. Aku hanya melihatnya di
blog atau buku. Tapi sekarang ini di depan mataku.” Ungkap Hae Ra seperti masih
tak percaya
“Aku melihat
sesuatu yang baru saja ku lihat dalam mimpiku. Jadi Ayo kita makan es krim. Ini
traktiranku” kata Hae Ra pergi menuju penjual es krim.
Soo Ho
sibuk mengambil foto kembali, Hae Ra datang dengan membawa es krim dan
memberikanya pada Soo Ho. Soo Ho melihat Hae Ra memakan es krim langsung
berkata.
“Apa Kau
tahu yang terjadi kalau kau menangis dan makan es krim? Jangan lakukan itu.”
Ucap Soo Ho lalu akhirnya mengambil lagi foto Hae Ra. Terlihat wajah Hae Ra
yang malu-malu sampai akhirnya tertawa bahagia sambil memakan es krim.
Keduanya
duduk disebuah restoran, Soo Ho meminta Hae Ra agar Minum perlahan karena sudah
menghabiskan tiga gelas. Hae Ra mengaku akan memberitahu sebuah rahasia dengan
memperlihatkan kartu nama sebagai seorang konsultan tur. Soo Ho melihat kartu
namanya "Tour Consultant, Jung Hae Ra".
“Kedengarannya
sangat bagus dan hebat, tapi semua yang aku lakukan di kantor dan hanya konsultasi
melalui telepon. Aku mengatakan semuanya seolah-olah pernah ke negara-negara
tersebut. Tapi Aku berbohong jadi Aku minta maaf.” Ucap Hae Ra
“Selamat
atas perjalanan pertamamu.” Kata Soo Ho. Hae Ra mengucapkan Terima kasih.
“Tuan
Moon.. Aku sangat suka kau bisa menandatangani kontrak dengan perusahaan kami. Itulah
misiku dan alasan aku ada di sini. Jadi Tolonglah. Aku mohon padamu.” Kata Hae
Ra berkata jujur.
“Haruskah
aku menjawabnya sekarang?” ucap Soo Ho. Hae Ra pikir bisa nanti.
“Kau bisa
saja menolak tawaran itu. Tapi Aku tidak ingin menghancurkan perasaanku
sekarang” ungkap Hae Ra
“Bagaimana
perasaan mu sekarang?” tanya Soo Ho. Hae Ra mengaku sangat senang
“ Ini
Heukgisa (Black Knight dalam bahasa korea)
Di Korea, ketika seseorang memanggilmu "Heukgisa", maka Kau
harus minumnya untuk kepentingan mereka.” Kata Hae Ra memberikan cangkir
winenya.
“Akan
kulakukan, tapi kenapa kau menyuruhku untuk meminumnya... ketika kau bahagia?”
tanya Soo Ho
“Jika aku
menghabiskan gelas ini juga, maka Aku mungkin merasa seperti melayang di atas
awan. Ini akan sangat menyedihkan untuk kembali ke kenyataan. Aku akan berhenti
disini” kata Hae Ra
“Aku akan
meminumnya, tapi kau harus tetap bersamaku sampai larut malam.” Ucap Soo Ho
mengoda.
“Kau
Benar-benar nakal. Inilah sebabnya mengapa gendang telinga perempuan itu pecah.
Istri Sloveniamu menampar pipi mereka karena ini.” Ejek Hae Ra
Soo Ho
binggung dan mengaku kalau harus sadar untuk mengemudi. Hae Ra pikir Soo Ho seharusnya
tidak melakukan itu sebagai pria yang sudah menikah jadi meminta agar
mengembalikan gelasnya karena akan meminumnya. Tapi Soo Ho lebih dulu meminum
habis gelas milik Hae Ra da mengatakan kalau ia adalah Black Knight.
Keduanya
pergi sebuah tempat kristal. Hae Ra melihat semua barang-barang yang sangat
cantik. Saat itu Soo Ho memilih sebuah lonceng putih dengan dan membunykanya.
Mata
Sharon terbuka seperti merasakan sesuatu untuknya, Ia duduk di depan jendela
dan menatap bulan purnama. Saat itu pikiran kembali ke jaman Joseon, dengan
tubuhnya yang jatuh ke sungai lalu rumah yang hangus terbakar.
“Ini
hadiah untuk merayakan perjalanan pertamamu. Ambilah.” Kata Soo Ho untuk Hae
Ra. Hae Ra langsung mengucapkan Terima kasih.
“Pikirkan
malam ini kapan pun kau mendengar loncengnya berbunyi.” Kata Soo Ho. Hae Ra
mendengarkan bunyi suara lonceng dengan senyuman. Soo Ho pun kembali bahagia
melihat senyuman Hae Ra.
Hae Ra
mengucapkan Terima kasih untuk hari ini dan atas hadiahnya juga. Soo Ho
mengembalikan ponsel Hae Ra yang disimpanya. Hae Ra pun sampai lupa dengan
ponselnya. Soo Ho mengulurkan tangan mengucapkan Kerjaan bagus hari ini. Hae Ra
pikir Soo Ho juga seperti itu.
“Aku akan
menunggu fotonya Dan juga jawaban baikmu.” Kata Hae Ra akan melepaskan tanganya
tapi Soo Ho menahanya.
“Tanganmu
dingin... Kau tidak punya sarung tangan” ucap Soo Ho
“Aku
datang kesini dari Seoul.” Kata Hae Ra menarik tanganya lalu mengucapkan
Selamat malam dan akan pergi, tapi kembali memanggil Soo Ho.
“Tuan
Moon... Apa yang harus aku lakukan untuk tinggal di sini seperti mu? Haruskah
aku belajar bagaimana cara memotret dan berbicara bahasa Slovenia?” tanya Hae
Ra
“Kenapa
kau ingin tinggal disini?” tanya Soo Ho. Hae Ra mengaku ingin pergi dari segala
sesuatu di sekitarnya.
“Bisakah
kau mengajariku cara memotret? Aku akan membayar pelajarannya.” Kata Hae Ra.
“Mari
kita lakukan jika itu yang kau inginkan.” Ucap Soo Ho dengan senang hati.
“Aku akan
kembali ke Korea dan datang lagi segera dengan kamera setelah aku menyelesaikan
segala sesuatu di sana. Dan aku pastikan akan bekerja di kota yang berbeda dan
tidak mengganggumu. Kau bisa mengjariku sampai aku mempelajari semua dasarnya.”
Kata Hae Ra.
Soo Ho
berjanji akan mengajarkanya. Hae Ra pun tak lupa mengucapkan Terima kasih dan
melambaikan tangan perpisahan. Soo Ho mengatakan kalau akan menemuinya lagi
dengan penuh keyakinan.
Hae Ra
kembali ke tempat tinggalnya sementara melotot kaget merasa tak percaya kalau
pria yang ditemuinya mengambil foto pemandangan malam bahkan memberi tumpangan.
Seniornya pikir kalau Hae Ra mematikan telepon dengan sengaja dan lebih tak
tahu malu dari yang di harapkan.
Akhirnya Hae
Ra masuk kamar dengan wajah binggung dengan menatap lonceng permberiaan dari
Soo Ho yang mengatakan kalau hadiah untuk merayakan perjalanan pertamanya dan Pikirkan
malam ini kapan pun mendengar loncengnya berbunyi.
Hae Ra
pun berbaring merasa tak perlu untuk memikirkan pria yang berbohong padanya.
Ponselnya berdering dengan “Nomor tersembunyi”. Sharon sengaja menelp Hae Ra
dan Hae Ra bisa mengenal suara kalau Sharon dari Sharon Tailor dan langsung
berdiri tegak.
“Apa aku
menghubungimu terlalu pagi?” tanya sharon.
“Tidak,
aku di Slovenia saat ini... Disini malam, jadi aku baik-baik saja.” Ucap Hae
Ra. memastikan kalau Sharon bisa mendengarnya. Sharon mengaku bisa.
“Aku tidak
yakin harus mulai dari mana. Kupikir aku bermimpi malam itu. Tapi aku menemukan
mantel itu saat aku terbangun.” Kata Hae Ra
“Aku
sudah memberitahumu apa yang kau lihat bukanlah segalanya.” Ungkap Sharon.
“Aku
perlu menemuimu saat kembali ke Seoul.” Kata Hae Ra
“Itulah
sebabnya aku menghubungimu.” Ucap Sharon. Hae Ra mengusulka hari sabtu saja.
Sharon pun menetapkan Hari sabtu, Pukul 12 siang meminta agar datang ke Sharon
Tailor.
Soo Ho
melihat potongan gambar wanita dan ksatria, pikirnya kembali mengingat kenangan
dengan Hae Ra.
Flash Back
“Oh..
Astaga, Tuanku Aku tidak bisa melihat bekas luka di bayanganmu... Ksatriaku,
aku akan menikah denganmu.” Ucap Hae Ra memainkan wanita dengan terlihat pada
bayangan.
“Hei,
baca dialognya dengan benar. Kau belajar
bahasa Inggris kan, Ini bukan bercanda.” Kata Soo Ho kesal. Tapi Hae Ra seperti
tak peduli malah membuat bayangan ksatria dengan wanita itu berciuman.
Soo Ho
terdiam mengingat kenangan dan menatap foto-foto Hae Ra saat mengambil dengan
kameranya. Ia melihat senyuman Hae Ra saat makan es krim dengan mengatakan
kalau ia adalah Soo Ho yaitu temanya dulu saat mereka tinggal bersama.
Hae Ra
membereskan semua kotak dan disusun dengan rapi sambil mengatakan kalau catatannya
akan dikemas semua. Seniornya bertanya Apa rencana Hae Ra hari ini. Hae Ra
pikir akan singgah kesana kemari.
Seniornya ingin tahu Siapa yang mengambil foto Hae Ra kemarin. Salah
satu temanya datang dengan membawa sebuah kotak kalau ada Seseorang meninggalkannya.
Hae Ra
pergi ke kamar untuk melihatnya dan isinya ada sebuah sarung tangan berwarna merah
sama dengan mantel yang digunakanya. Ia
melihat hasil foto Soo Ho yang diambilnya, lalu membaca surat yang ditulis pada
Post car.
“Jung Hae
Ra.. Aku akan ceritakan tentang rahasia pertamaku. Aku bukanlah fotografer yang
ingin kau temui. Aku tidak mempunyai istri Slovenia, dan belum pernah menikah.”
Soo Ho menuliskan surat diatas meje kerjanya.
“Aku
minta maaf karena tidak langsung memberitahumu dan akan menjelaskannya lain
kali.” Soo Ho terlihat sedang duduk dengan kacamata hitam di balkon kastil dengan
pemandangan indah.
Flash Back
Soo Ho
bertanya apakah Hae Ra tahu yang terjadi Jika menangis dan makan es krim. Soo
Ho menuliskan kalau Hae Ra membuat hati seorang pria berdetak kencang dan tidak
bisa melakukan itu pada semua orang di sekitarnya karena Terlalu berbahaya.
“Dan... Firasatku
berkata bahwa aku akan bertemu denganmu lagi.Aku akan memberikanmu... sisa foto
itu."
“Dia
tidak menuliskan namanya atau nomornya.” Kata Hae Ra mencari sesuatu dalam
kotak.
Hae Ra
mengingat Soo Ho yang mengetahui tanganya dingin dan tidak punya sarung tangan.
Ia pun memakainya dan merasa kalau sarung tangan yang sangat lembut. Ia
tiba-tiba merasakan kalau Soo Ho berkata “Jung Hae Ra.. Aku tidak mempunyai
istri Slovenia, dan belum pernah menikah.” Lalu berkomentar kalau tidak pernah
bertanya tentang hal itu.
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar