Nenek Kim
bersama Nyonya Oh dan Bibi Oh keluar dari rumah bersama dengan Shi Young dan
Bom. Nenek Kim mengeluh kalau mereka
tiba-tiba ke pemandian karena bisa mandi di rumah. Shi Young mengaku
Tiba-tiba ingin pergi saja.
Shi Kyung
melihat Bom pergi melambaikan tangan, begitu juga Bom menatap Shi Kyung lebih
lama dan keduanya sama-sama saling memlambaikan tangan perpisahan. Shi Kyung mengejek Bom dengan menyuruh agar
mengosok semua kotorannya dan pasti lama karena tubuhnya yang tinggi.
“Ini..
Aneh... Kenapa aku merasa sangat kesepian?” gumam Shi Kyung. Bom akhirnya
keluar dari rumah.
Bom
berada di bawah pohon besar tempat bersama dengan ayahnya, lalu menguburkan
kapsul waktu sambil menahan tangis. Ia mengingat kenangan pertama kali bertemu
dengan Shi Kyung.
Flash Back
Shi Kyung
baru pindah dari rumah mengambil fotonya saat berpura-pura menjadi mayat di
diatas pohon. Lalu pertemuan keduanya mereka ketika ada di ruang peti, Bom yang
kesal mengeluh kalau sangat berisik. Shi Kyung akhinya melihat Bom di ruangan
peti.
Lalu
mereka pun akhirnya memutuskan untuk berkencan dibawah pohon, tempat kesukaan
Bom. Mereka juga menari bersama untuk
menghibur para pasien di hospice. Bom duduk di tempat tidur Shi Kyung dan
mengodanya dengan saling mengesek-ngesekan kaki mereka. Ia juga bersadar di
bahu Shi Kyung untuk terakhir kalinya dan memeluk bahunya.
Shi Young
pulang ke rumah menyuruh kakaknya untuk mengejar. Shi Kyung bingung apa
maksudnya. Shi Young memberitahu aklau
Bom baru saja pergi jadi menyuruh agar cepat mengernya. Akhirnya Shi Kyung
bergegas keluar dari rumah.
“Bom
pergi... Tanpa pesan atau telepon... Kenapa? Kenapa dia pergi?” gumam Shi Kyung
berlari tapi tak mengetahui keberadaan Bom.
Esok
harinya
“Jelas-jelas
dia tersenyum dan melambai padaku di sini. Apa yang terjadi begitu dia keluar
dari pintu gerbang? Bom... hilang.” Gumam Shi Kyung menatap sedih melihat pintu
rumah saat terakhir kali melihat Bom keluar.
Shi Young
baru saja keluar dari pintu dikagetkan dengan kakaknya yang masih berdiri
didepan rumah. Ia lalu mengejek kalau
sekarang bukan seperti Shi Kyung yang dikenal, danbertanya apakah sudah bangun
dari tidurnya.
“Aku tak
bisa tidur.” Ucap Shi Kyung sedih karena memikirkan Bom yang pergi.
“Kalau
kau muncul sepagi ini, maka guru BP bisa pingsan.” Kata Shi Young
“Lee Shi
Young, bagaimana kau tahu Bom akan pergi? Coba ingat dia pergi ke mana.” Kata
Shi Kyung penasaran.
“Sudah
kuceritakan semuanya dan Jangan tanya lagi.” Tegas Shi Young lalu bergegas
pergi. Shi Kyung pun mengejar adiknya.
Dokter
Park, Dokter Lee dan Kepala Perawat terlihat tegang berada dalam ruangan.
Nyonya Oh mengetuk pintu dan masuk bertanya alasan ingin bertemu berpikir
kalau ada masalah.
“Beberapa
hari lalu, seorang pasien dirawat di ruang pribadi. Kau tahu ruang dengan akses
terbatas, kan?” ucap Dokter Park. Nyonya Oh mengaku tahu dan pernah lihat.
“Pasien
tersebut minta dipisah. Jadi hanya dokter, perawat dan penjaga yang boleh
masuk. Dan Pasien itu... memilihmu, Oh Jung Won, jadi penjaganya.” Kata Dokter
Lee. Nyonya Oh kaget.
Dokter
Park akhirnya mengajak Nyonya Oh masuk ke ruang pasien, terlihat gugup. Nyonya
Oh melihat pasien dengan rambut panjang menyapa lebih dulu, kalau memilihnya
untuk jadi penjaganya dan ingin tahu bagaiman bisa mengenalnya.
Akhirnya
pasien itu membalikan badan, Nyonya Oh melotot kaget ternyata pasien yang harus
dijaganya adalah Bom.
Ga Ram
berada didalam kamar Shi Kyung, yang
menjelaskan kalau Bom berdiri di depan pintu gerbang, tersenyum lalu pergi ke
pemandian Kemudian, menghilang. Ia pikir sudah paham dengan hal itu dan merasa
kalau Shi Young tahu jadi ingin tahu apa yang dikatakanya.
“Dia
hanya bilang Bom pergi, tapi tak bilang ke mana. Aku mencari ke beberapa
tempat, tapi tak ada.” Ucap Shi Kyung binggung.
“Ada
ungkapan, tanpa sadar orang meninggalkan jejak.” Kata Ga Ram. Shi Kyung
binggung meminta Ga Ram menjelaskan agar dirinya bisa mengerti.
“Jadi,
pikirkan saat bersama Bom dan cari jejak Bom. Kenapa Bom pergi, dan mungkin dia
ke mana? Jadi Mungkin ada petunjuk.” Ucap Ga Ram
“Jejak,
kenapa dan di mana? Siapa, di mana, bagaimana...” kata Shi Kyung memikirkanya.
Nyonya Oh
membersihkan daun bawang sambil melamun, seperti masih shock kalau ternyata Bom
yang harus dijaga olehnya.
Flash Back
Nyonya Oh
kaget dengan pengakuan Bom yang sakit.
Dokter Park mengataan Bom terkena kanker otak dan tak mau kemoterapi.
Nyonya Oh ingin tahu kenapa Bom yang tak mau diobati. Bom tahu Walau dengan kemoterapi tetap saja takkan
bisa sembuh.
“Itu Hanya
memperpanjang waktuku sedikit.” Kata Bom
“Aku juga
sangat terkejut setelah dengar dari Bom.” Kata Dokter Parl
“Tadinya
aku akan ke Seoul dan akan ke RS di sana. Tapi, sendirian di sana sepertinya
sangat berat.” Ucap Bom
“Dan
juga, tempat ini.. Ayah Bom dulu juga dirawat di ruang ini.” Jelas Dokter Park.
Nyonya Oh terkejut untuk kedua kalinya.
“Ahjumma.
Maaf tiba-tiba aku muncul seperti ini.” Ucap Bom. Nyonya Oh pikir Tak perlu
minta maaf
“Tolong
jaga aku seperti saat menjaga pasien lainnya. Dan Bisakah tetap bersamaku?
Tolong bantu aku.” Pinta Bom.
Nyonya Oh
menanyakan tentang Shi Kyung sekarang. Bom hanya terdiam.
Bibi Oh
keluar dari kamar bersama Shi Young mencium bau sesuatu. Shi Young melihat
panci yang hangus. Nyonya Oh tersadar dan bergegas ke dapur lalu mematikan
kompor yang membuat panci gosong. Bibi Oh panik karena bisa menyebabkan
kecelakaan. Nenek Kim ikut ke dapur berpikir kalau lupa mematikanya.
“Bukan,
bu.... Aku membuat kari, tapi lupa mematikanya.” Ucap Nyonya oh
“Ada apa
dengan keluarga ini? Seperti sedang kontes amnesia. “ keluh Shi Young. Bibi Oh
membenarkan.
“Dan
kenapa selalu kari?” keluh Shi Young. Nyonya Oh merasa Kari mudah membuatnya.
“Di
sekolah selalu makan siang dengan kari. Aku minta Ganti menunya, karena bosan. Aku
ingin makan doenjang-jjigae nenek.” Ucap Shi Young “Ibumu ingin meningkatkan kemampuan
masaknya, makanya aku dilarang masak.” Kata Nenek Kim
“Ibu
sebaiknya belajar menulis dan menemui orang-orang di hospice. Atau mengobrol
dengan anak-anak.” Ucap Nyonya Oh.
Nenek Kim
mengeluh anak-anak mana yang dimaksud, karena menurutnya kalau anak-anak itu
bisa gila kalau mengobrol dengannya. Nyonya Oh pikir Bom suka ibunya. Shi Kyung masuk rumah
mendengar nama Bom langsung bertanya kabar Bom dan ibunya tahu dari mana.
Nyonya Oh panik menjelasakan kalau hanya
menyebut Bom. Akhirnya Shi Kyung mengajak ibunya untuk bicara dikamar
meninggalkan Ga Ram.
Shi Kyung
meminta tolon pada ibunya karena setelah memikirkanya bahwa satu-satunya tempat
tujuan Bom adalah ibunya. Ia menceritakan kalau punya nomor telepon ibu Bom,
tapi tak suka saat mengirim pesan atau telepon bahkan tak membalas. Nyonya Oh
bertanya apa maksudnya itu.
“Apa Ibu
bisa menelepon ibu Bom? Tanya apa Bom ada di sana? Ibu, tolonglah.” Ucap Shi Kyung
memberikan ponselnya agar ibunya bisa menelp.
Ibu Shi Kyung seperti menolaknya dan merasa serba salah.
Bom
berdiri menatap jendela. Tuan Kim melihat Bom mengetahui kalau ia adalah pacar
Shi Kyung, Bom kaget karena Tuan Kim bisa mengetahuinya. Tuan Kim pikir sudah
pasti tahu karena sering melihat merka bersama dan sangat akrab dengan Shi
Kyung.
“Tapi...
kenapa kau di sini? Jangan-jangan...” ucap Tuan Kim bisa menduganya.
“Ahjussi...
Shi Kyung tak tahu aku di sini atau kalau aku sakit.” Akui Bom. Tuan Kim
binggung ingin tahu alasanya.
“Aku
belum cerita padanya.”jawab Bom. Tuan Kim bertanya kenapa Bm tak
menceritakanya.
“Ahjussi,
apa bisa dengan mudah memberi tahu orang lain kalau sakit?” kata Bom. Tuan Ki
mengaku kalau memang Tak bisa dengan mudah.
“Tapi,
apa tak sebaiknya Shi Kyung tahu? Kalian kelihatan sangat gembira bersama.” Kata
Tuan Kim. Bom seperti masih tak ingin Shi Kyung mengetahuinya.
“Baik.
Aku akan pura-pura tak tahu. Tapi, apa bisa terus kau sembunyikan? Yahh..
Baiklah, kalau begitu Ikuti kata hatimu.” Pesan Tuan Kim sperti tak ingin
menghakimi Bom.
[Hospice
Gaon]
Nyonya Oh
memberitahu Bom kalau Shi Kyung hilang
akal mencarinya. Bom seperti membiarkanya. Nyonya Oh ingin tahu apa yang akan dilakuan
Bom dan berpikir kalau sebaiknya
dikemoterapi. Bom bersikukuh alau tak mau dikemoterapi.
“Beginilah...
penyakitku akan semakin parah. Aku akan mengalami kejang-kejang, Kemudian
tubuhku akan lumpuh. Bila kanker menyebar ke mataku, mungkin aku juga akan kehilangan
penglihatanku.” Ucap Bom seperti sudah mengetahui kelanjutan sakitnya. Nyonya
Oh seperti tak tega dengan mendengarnya.
“Bila
kanker tumbuh, maka wajahku akan rusak. Mungkin aku tak mengenali orang. Dengan
Terlihat seperti itu, mana mungkin aku bisa menghadapi Shi Kyung? Aku tak bisa.”
Kata Bom.
“Shi Kyung
bilang meski ayahnya hilang, dia masih mengobrol seolah ayahnya masih
bersamanya. Saat dengar itu, maka aku memikirkannya. Sebaiknya aku juga
menghilang seperti ayah Shi Kyung. Seperti halnya Shi Kyung menjadi terbiasa
dengan hilangnya ayahnya.m jadi dia bisa menerima bahwa aku telah pergi dan
menjadi terbiasa. Setelah cukup waktu berlalu.” Ungkap Bom.
“Bom, ada
sesuatu yang tak kau ketahui... Itu tak benar.” Kata Nyonya Oh seperti ingin
mengaku sesuatu.
Guru BP
memberitahu kalau takkan lagi mengajar
etika setelah semester ini dan takkan lagi jadi guru BP. Shi Kyung terbangun
dari tidurnya dan langsung menjerit kaget. Guru Bp mengejak Shi Kyung, karena berpiir belajar untuk lebih tepat
waktu. Tapi tenyata sibuk menebus tidur yang kurang dibalik bukunya.
“Aku tak
bisa tidur,bahkan Sama sekali tak bisa tidur.” Ungkap Shi Kyung. Guru BP pikir
sangat yakin dengan hal itu.
“Kenapa?
Apa Kau sedih karena aku tak mengajar etika lagi?” ucap Guru Bp. Shi Kyung
hanya menjawab ya dengan berat hati
“Apa guru
BP akhirnya pindah?” gumam Shi Kyung bahagia. Guru BP mengejek Shi Kyung agar tak perlu sedih
“Tahun
depan, aku akan jadi penyuluh karier dan perguruan tinggi. Artinya kita akan
bertatap muka, satu per satu, mendalam dan terperinci. Aku akan mengubah kalian
menjadi manusia.” Ucap Guru BP. Semua hanya bisa melonggo dan mengeluh karena
itu lebih parah.
“ Ya, aku
juga sangat gembira... Ini evaluasi etika kalian yang terakhir. Sampai akhir
liburan musim dingin kalian akan menemui satu per satu pasien di hospice.” Ucap
Guru BP. Semua kembali mengeluh dan guru BP menyuruh mereka agar tenang.
“Gunakan
lembar yang kubagikan untuk mencatat semua interaksi kalian dengan pasien. Dan Serahkan
setelah liburan musim dingin usai. Kalian harus tahu... aku berada di sekolah
setiap hari selama liburan musim dingin. Kalian semua boleh datang untuk
konseling.” Ucap Guru BP. Yeon Jung mengajak mereka memberikan hormat, tapi
Guru BP menolak dan segera keluar dari kelas.
Semua
langsung membahas kalau mereka akan mengerjakan bersama. Shi Kyun menatap kursi
Kim Bom yang kosong dan mengambil lembaran yang ditinggalkan diatas meja.
“Kim Bom...
Ini aku. Apa Kau bisa mendengarku? Bicaralah padaku kalau kau dengar aku, maka Akan
kudengarkan semua ucapanmu.” Gumam Shi Kyung
Saat itu
Bom membuka matanya seperti meraskan kalau Shi Kyung sedang berbicara denganya.
Ia berjalan ke jendela melihat para murid berseragam masuk ke Hospice, lalu
bergegas mundur dan panik karena ada Shi Kyung berjalan dibelakang. Ia melihat
Shi Kyung yang masuk ke dalam hospice.
Semua sudah
mengunakan jaket sukarelawan, mereka seperti membahas sesuatu. Kepala perawat
datang memberikan daftar gejala para pasien yang akan di hadapi dan Yang perlu
diperhatikan lalu meminta agar membagikan semuanya
“Kalian
bisa Tanya padaku kalau ada pertanyaan.” Ucap Kepala Perawat. Semua mengangguk
mengerti.
“Itu Jae
Woong Ahjussi.” Ucap Shi Kyung melihat daftar nama. Yeon Jung bertanya apakah
Shi Kyung mengenalnya.
“Kami
bertemu beberapa kali.” Kata Shi Kyung. Kepala perawat meminta perhatian karena
mereka bisa melihat datanya lagi nanti.
“Kalian
sudah terbiasa di sini, jadi pasti tahu. Selalu berpikir dari sudut pandang pasien
dan berhati-hati. Mengerti? Dan juga di ruang pribadi terdapat pasien baru. Ruang
tersebut adalah wilayah terlarang. Kalian dilarang masuk ke ruang itu.” Ucap
Kepala perawat
“Kenapa
dilarang?” tanya Yeon Jung penasaran.
“Di hospice
ada pasien yang begitu, untuk berbagai alasan.” Ucap Kepala Perawat
“Apa
Pasien itu tak boleh ditemui? Pasti pengap di dalam sana.” Komentar Shi Kyung.
Kepala perawat menegaskan kalau itu tak boleh.
“Shi
Kyung akan melakukannya kalau dilarang. Dia punya DNA pemberontak.” Ejek Shi
Young. Shi Kyung menegaskan kalau tak akan melakukanya.
Nyonya Oh
melihat Bom yang makan sedikit padahal kalau dirumah mereka makan dengan lahap.
Bom mengaku kalau Masakan rumah
benar-benar enak. Nyonya Oh bertanya menu apa, berpikir kalau itu pasti Doenjang-jjigae nenek Kim.
“Aku juga
suka omurice buatan ahjumma.” Kata Bom memuji dengan jempolnya.
“Akan
kubuatkan omurice untukmu.” Kata Nyonya Oh. Bom terlihat bahagia mendengarnay.
“Kurasa
aku bisa menghabiskannya.” Pikir Bom. Nyonya Oh menyuruh Bom agar beristirahat
saja sekarang.
Shi Kyung
melihat ibunya keluar dari ruangan pribadan dan bertanya kenapa keluar dari
ruangan itu. Bom berada didalam panik begitu juga Nyonya Oh karena anaknya bisa
tahu keberadaan Bom. Nyonya Oh bertanya kenapa Shi Kyung ada di rumah sakit.
“Aku Jadi
relawan bersama anak-anak. Apa Ibu merawat pasien akses terbatas?” ucap Shi
Kyung. Nyonya Oh membenarkan dengan menjaga agr anaknya tak bisa melihat ke
dalam ruangan.
“Kau jadi
relawan, lalu kenapa kau ke sini?” Ucap Nyonya Oh. Shi Kyung mengaku penasaran.
“Kau
selalu ingin tahu, sebaiknya Pergi kerjakan tugasmu.” Kata Nyonya Oh
mendorongnya. Shi Kyung ingin tahu pasien seperti apa dan Kenapa aksesnya terbatas
“Itu
Urusan pribadi pasien dan sifatnya rahasia. Ayo pergi saja” kata Nyonya Oh
Bom terus
mendengar dari dalam ruangan. Shi Kyung bertanya pada ibunya apakah sudah
menelp Ibunya Bom. Nyonya Oh mengaku sudah menelp tapi tak diangkat. Shi Kyung pikir kalau ini
berita buruk dan akan ke Seoul. Nyonya
Oh heran anaknya malah ingin pergi ke Seoul.
“Jangan
bicara di sini... Ayo bicara di luar.” Ajak Nyonya Oh karena Bom bisa
mendegarnya.
“Tidak,
bu. Aku akan kee Seoul sekarang. Jadi aku minta ongkos bis.” Ucap Shi Kyung.
Bom hanya bisa medengar pembicaraan Shi Kyung dengan ibunya.
“Kau akan
ke mana? Kau tak bisa tiba-tiba ke sana.” Ucap Nyonya Oh karena tahu Bom ada
didekat anaknya.
“Pokoknya
aku akan pergi mencarinya. Aku tak mau lakukan apa pun sampai Bom ketemu. Aku
ingin ibu tahu itu... Kalau aku tak boleh ke Seoul, aku tak mau makan atau
tidur.” Kata Shi Kyung mengancam.
Shi Kyung
keluar dari rumah sakit melihat seorang wanita sedang berbicara dengan Kepala perawat
seperti sangat serius. Kepala perawat menjelaskan apaila Kim Jae Woong tak mau
menemuinya maka tak ada yang bisa mereka
lakukan.
“Tak
bisakah melihat wajahnya sebentar saja? Kumohon padamu.” Ucap si wanita. Kepala
perawat meminta maaf dan akhirnya memilih untuk pergi. Shi Kyung seperti bisa
merasakan dengan yang dirasakan oleh si wanita karena tak bisa melihat tuan
Kim.
Dokter
Lee memeriksa Tuan Kim karena agak bengkak dan bertanya apakah Buang air
kecilnya lancar. Tuan Kim mengaku Tak
ada masalah. Dokter Lee melihaat Tubuh bagian bawah Tuan Kim mengalami
pembengkakan jadi Kalau sulit menyuruh agar mengunakan kursi roda. Tuan Kim
menganguk mengerti.
“Kalau
ada yang tak biasa segera beri tahu aku.” Kata Dokter Lee pada Tuan Kim. Dan
meminta agar Shi Kyung mengawasinya keadaan Tuan Kim juga. Shi Kyung menganguk mengerti.
“Ahjussi,
kau tak apa-apa?”tanya Shi Kyung khawatir. Tuan Kim mengaku tak masalah. Shi
Kyung memikirkan sesuatu akan terjadi tapi
Tuan Kim tak ingin membahasnya.
“Ada
orang di luar mencarimu, Seorang wanita.” Kata Shi Kyung. Tuan Kim mengaku
sudah mengetahuinya dan berpikir untuk membiarkanya.
“Siapa?
Kenapa tak menemuinya?” tanya Shi Kyung penasaran.
“Apa kau
percaya kalau aku sangat populer di kalangan wanita?” ucap Tuan Kim bangga. Shi
Kyung menjawab tidak percaya.
“Dasar
Anak ini... Ada banyak wanita yang terpikat oleh lelaki sepertiku. Kau belum
tahu banyak.”kata Tuan Kim
“Jadi Apa
dia ingin menemuimu karena dia suka padamu?” tanya Shi Kyung. Tuan Ki menjawab
kalau tak seperti itu.
“Hanya
dia yang benar-benar kusukai.” Akui Tuan Kim. Shi Kyung pikir Tuan Kim harus
menemuinya dan malah tak mau menemuinya.
“Aku tak
ingin dia melihatku seperti ini. Ini Sudah pasti akan semakin sulit setelah
kami bertemu. Aku bilang pada orang lain agar mengikuti kata hatinya dan
Sekarang lihat aku. Ini Berat sekali.” Ungkap Tuan Kim. Shi Kyung hanya terdiam
seperti tak menyadari kalau Tuan Kim sedang membahas Bom.
Guru Kang
membawa banyak buku ke dalam ruang guru. Bibi Oh melihatnya bertanya buku apa
yang dibawa. Guru Kang mengatakan kalau
itu Buku bacaan siswa saat libur. Bibi Oh tak percaya kalau Mereka akan membaca
semua buku-buku yang rumit ini.
“Dengan memikirkan
Shi Kyung, ini sama sekali tak sesuai untuknya.” Ucap Bibi Oh
“Tentu
mereka tak membacanya Atau mungkin tak bisa membacanya. Tapi mereka harus menantang
diri mereka.” Kata Guru Kang
“Mencoba
hal sulit, kadang membuat merasa di tingkat yang berbeda.” Ucap Bibi Oh
“Itu yang
kuharapkan. Apa Kau mau coba membaca ini?” ucap Guru Kang akan memberikan satu
buku
“Tidak,
aku lebih suka nonton konser. Selama libur, aku ingin menonton semua acara yang
kulewatkan.” Kata Bibi Oh. Guru Kang seperti terkejt mendengarnya.
Shi Kyung
masuk ruangan guru. Bibi Oh bertanya kenapa keponakanya datang. Shi Kyung bertanya
pada Guru Park apakah belum ada kabar dari Bom. Guru Park mengelengkan kepala
dan juga bingung karea Bom tak pernah absen selama ini bahkan ketinggalan semua
pelajaran utama.
“Semua
orang membicarakan Bom. Apa Kau tak tahu yang sedang terjadi?” ucap Guru Kang.
Shi Kyung mengaku tak tahu dan akan keluar dari ruangan.
“Lee Shi
Kyung, belum ada kabar dari Bom?” tanya wakepsek. Shi Kyung mengaku belum
dengan wajah sedih.
“Kau
harus kuat... Ada yang bilang Katanya tak ada kabar adalah kabar baik. Apa Nenekmu
baik-baik saja?” ucap Wakepsek. Shi Kyung mengerti.
“Jaga
nenekmu baik-baik. Kalau tak rutin dirawat, manusia akan layu dan mati seperti
tanaman.” Ucap Wakepsek. Shi Kyung menjawab mengerti.
“Kabari
aku kalau ada kabar dari Bom. Kalian pasangan pertama sekolah kita. Hubungan
kalian harus berhasil.” Kata wakepsek. Shi Kyung menganguk mengerti dan keluar
dengan wajah sedih.
Nyonya Oh
mencari informasi kalau Teh hijau, baik untuk penderita Alzheimer dan memangil
semua anggota keluar agar makan bersama.
Shi Kyung mengeluh kalau menu kali ini kari lagi. Nyonya Oh pikir
kemarin hangus jadi tak bisa dimakan.
“Kenapa
Shi Kyung tak keluar?” tanya Nenek Kim lalu berteriak memanggil untuk makan.
“Shi
Kyung tak mau makan.” Kata Shi Young. Ibunya binggung kenapa anak sulungnya tak
mau makan.
“Jangan
suruh aku makan. Jangan suruh aku tidur. Jangan suruh aku ke sekolah. Aku tak
mau tidur, makan, atau ke sekolah sampai ketemu Bom.” Ucap Shi Kyung melakukan
demo mogok di kamarnya. Nyonya Oh dan yang lainya hanya bisa melonggo melihat
tingkah anaknya.
“Jangan
makan. Jangan tidur atau ke sekolah! Ibu akan memasang CCTV untuk mengawasimu.”
Kata Nyonya Oh marah
“Sebenarnya
Bom di mana? Cucuku hampir jatuh sakit.” Kata Nenek Kim sedih
“Ibu, tak
usah khawatir jadi Ayo makan.” Ajak Nyonya Oh mengajak mereka keluar dari
kamar.
Shi Kyung
duduk di kamarnya bertahan untuk tak makan, saat itu terdengar suara Shi Young
kalau Ada ikan salmon dan merasa kasihan karena Shi Kyung suka ikan salmon. Shi
Kyung mulai tergoda.
“Astaga!
Ternyata salmon asap. Ini benar-benar kesukaan Shi Kyung.” Ucap Bibi Oh dengan
suara nyaring.
“Apa Kalian
pikir aku akan tergoda? Akan kutunjukkan cinta lebih kuat dari rasa laparku
akan ikan salmon.”ucap Shi Kyung bersikukuh.
Bom bertemu
kembali dengan Tuan Kim yang sedang mengalami Edema di tubuh bagian bawah, jadi
Itu sebabnya pakai kursi roda. Tuan Kim pikir Setidaknya bisa bergerak dengan
benda kursi roda. Bom pikir benar juga
dan terjebak di dalam kamar, jadi lega rasanya bisa keluar di malam hari.
“Benar...
Walaupun hanya keluar ke halaman rasanya seperti piknik di taman hiburan.” Ungkap
Tuan Kim
“Ada
beberapa hal yang dulu begitu biasa. Tapi Aku tak sadar betapa berharganya.” Ucap
Bom
“Berharap
bisa tahu banyak hal, setelah masuk ke sini.” Ungkap TUan Kim.
“Lalu Kapan
kau paling bahagia, Ahjussi” tanya Bom
“Masa
kecilku saat tinggal bersama orangtuaku. Dulu aku punya banyak sekali buku
komik di kamarku. Setiap hari teman-temanku datang, lalu Ibuku akan mengukus kentang
dan ubi. Dia juga membawakan kerak nasi. Kemudian kami memakannya. Kami semua
nongkrong di sana. Itu Sangat menyenangkan.” Cerita Tuan Kim
“ Itu
Mengingatkanku pada seseorang.” Komentar Bom. Tuan Kim balik bertanya kapan Bom
paling bahagia.
“Saat aku
bersama seseorang, pemilik semua buku komik itu. Aku paling bahagia bersamanya.”
Akui Bom. Tuan Kim pikir kalau tahu orang itu dengan tatapan mengoda.
“Menurutku
masa paling bahagia juga membuat semuanya paling sulit.” Kata Bom
“Cerita
ini Tak kulebih-lebihkan, aku menang berkelahi melawan 17 orang. Yang tersulit
adalah berusaha menghentikan perasaan sayang pada orang lain.” Kata Tuan Kim.
Bom terlihat ragu.
“Kalau
sudah bertekad, maka kurasa aku bisa. Orang yang keluyuran sepanjang hari punya
kesalahannya sendiri. Dia tak berpikir banyak, jadi kurasa mungkin.” Pikir Bom.
“Kata-katamu
begitu manis dan penuh kasih. Apa Menurutmu kau bisa? Kalau begitu, beri tahu
caranya.” Kata Tuan Kim. Bom hanya terdiam menahan ari matanya.
Bersambung
ke episode 13
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Ditunggu kelanjutannya
BalasHapusDitunggu kelanjutannya
BalasHapus