Tuan Han
mengajak Hae Ra dan Bibi Lee masuk. Bibi Lee merasa aneh kalau menyebut rumah
yang besar sebuah Mess. Hae Ran menduga kalau bibinya menyebabkan masalah lagi.
Bibi Lee mengelengkan kepala. Mereka
masuk sebuah ruangan dan diminta untuk duduk.
“Apa kita
akan tinggal bersama hari ini?” ucap Soo Ho menyapa Hae Ra. Keduanya kaget
melihat Soo Ho
“Kenapa
kau di sini?” tanya Hae Ra Binggung
“Itulah
yang seharusnya aku tanyakan.” Pikir Soo Ho. Tuan Ha memberitahu kalau Soo Ho
adalah presdir.
“Senang
bertemu denganmu. Namaku Moon Soo Ho.”
Ucap Soo Ho memperkenalkan diri. Bibi Lee menyapa dengan wajah bahagia.
“Aku tidak
tahu kalau kau sangat muda. Terima kasih
telah membeli rumah tua seperti itu.” Kata Bibi Lee
“Tidak,
aku yang seharusnya berterima kasih. Kalian
bisa tinggal di sini sampai menemukan tempat tinggal.” Kata Soo Ho. Tuan
Ha pun mengajak Bibi Lee untuk melihat kamar dan dapurnya. Bibi Lee pergi
meninggalkan Hae Ra dan Soo Ho berdua.
Soo Ho
pikir mereka sudah pernah bertemu sebelumnya. Hae Ra ingin tahu Apa yang terjadi. Soo Ho pikir sudah perah
mengatakan sebelumnya kalau mempunyai bisnis sendiri pada pagi hari setelah
menghabiskan malam bersama. Hae Ra meminta agar Soo Ho menutup mulutnya karena Orang akan salah mengartikannya.
“Oh, jadi
ini rahasia kecil kita... Aku juga datang ke Korea untuk bisnis.” Ucap Soo Ho
“Kami
akan segera keluar begitu menemukan tempat tinggal.” Kata Hae Ra. Soo Ho pikir
Hae Ra tidak perlu melakukannya.
“Lagi
pula, apa itu namamu yang sesesungguhnya?”tanya Hae Ra. Soo Ho membenarkan dan
bertanya memangnya kenapa. Hae Ra mengaku tak masalah.
“Kau
terlihat terkejut seolah-olah mendengar nama cinta pertamamu” eje Soo Ho. Hae
Ra tak menjawab memilih untuk memanggil bibinya.
“Kenapa
kau tidak muncul? Aku menunggumu. Meskipun aku tahu kau tidak akan datang.”
Ucap Soo Ho. Hae Ra akhirnya membalikan badan.
“Jika kau
tahu aku tidak akan datang, kenapa kau menunggu?” ucap Hae Ra
“Menurutmu,
kenapa aku melakukannya? Itu adalah pekerjaan rumahmu. Besok aku akan memeriksa
pekerjaan rumahmu. Sekarang Pergi dan beristirahat.” Kata Soo Ho. Bibi Lee
berteriak memanggil Hae Ra untuk mendekat.
Bibi Lee
masuk ke kamar milik Hae Ra wajahnya sangat bahagia memberitahu kalau kamarnya
itu sebesar milik keponakanya. Hae Ra melonggo melihat kamar yang cukup luas.
Bibi Lee merasa kalau semua ini menakjubkan
“Aku
bertanya-tanya seperti apa tamu asing yang tinggal di sini? Mereka menghiasi
kamar ini begitu indah.” Ucap Bibi Lee.
Hae Ra
mengajak Bibi Lee untuk pergi dan tinggal di tempat lain. Bibi Lee bertanya
kemana mereka harus pergi, lalu menarik Hae Ra memperlihatan Kamarnya mandi
besar bahkanTamannya juga sangat mengagumkan.
Mereka
pergi ke ruang makan. Bibi Lee membuka semua tempat penyimpanan makanan dan
piring. Hae Ra makin panik memintaa gar Bibi Lee tak melakukanya. Bibi Lee
senang bisa melihat ada piring baru bahkan Semuanya merk terkenal
“Jangan
sentuh itu. Tolong jangan” pinta Hae Ra. Bibi Lee mengaku akan malu menggunakan
piring mereka.
“Bagaimana
kau mengenal pria itu?” tanya Bibi Lee
“Aku melihatnya
di Slovenia. Aku bertemu dengannya karena pekerjaan.” Ucap Hae Ra. Bibi Lee
merasa kalau ini adalah takdir.
“Ayo kita
tinggal di tempat lain sampai kita mendapatkan tempat baru. Cepat. Ayo pergi.”
Ucap Hae Ra menarik bibinya pergi.
“Kenapa
kau menolak tempat yang bagus seperti ini?” ucap Bibi Lee.
“Aku
merasa tidak nyaman tinggal di sini.” Ungkap Hae Ra. Bibi Lee berpikir kalau terjadi
sesuatu di Slovenia
“Tidak.
Tidak ada yang terjadi. Aku hanya merasa tidak nyaman. Ayo pergi.” Ucap Hae Ra
menarik bibinya pergi.
“Kenapa
kau "merasa tidak nyaman"?” kata Soo Ho masuk ke ruangan makan. Hae
Ra menjawab tak tahu
“Bahkan
kamar dan kamar mandimu jauh sekali dari rumah kami.” Kata Bibi Lee.
“Aku
harus kembali ke kantor.” Ucap Hae Ra bergegas pergi. So Hoo pun mengikutinya.
Soo Hoo
tahu kalau Hae Ra pergi ke sauna bukan
kantornya. Hae Rae mengeluh karena Soo Ho yang mengikutinya. Soo Ho mengaku
kalau datang untuk membukakan pintu untuknya. Hae Ra pun mempersilahkan agar
Soo Ho melakukanya.
“Apa
karena harga dirimu?” tanya Soo Ho. Hae Ra tak mengerti maksudnya.
“Kenapa
kau tidak ingin tinggal di sini, sampai kau menemukan tempat tinggal? Aigoo..Jika
itu sebuah harga diri, itu berarti, aku ada di benakmu” Goda Soo Ho. Hae Ra
melonggo binggung.
“Waaahh..
Itu membuatku bersemangat.” Ungkap Soo Ho. Hae Ra meminta agar Soo Ho bisa
membukakan pintu untuknya.
“Aku akan
memberimu tumpangan” kata Soo Ho. Hae Ra langsung menolaknya.
“Ayo kita
makan siang besok. Aku akan ke kantormu. Aku punya sesuatu untuk diceritakan.”
Ucap Soo Ho
“Kau bisa
mengatakannya sekarang.” Pikir Hae Ra. Soo Ho seperti tak peduli memilih untuk
mengucapkan salam perpisahan lalu berjalan pergi
“Kau harus
membuka pintunya untukku.” Kata Hae Ra kesal tapi ternyata pintunya sudah
terbuka begitu saja.
Hae Ra
melihat ada selembar didepan pintu kantor (Jangan masuk Kantor tutup dari jam
10 malam sampai jam 5 pagi karena pemeliharaan listrik.) Petugas kemana datang
menghampirinya, mengenal Hae Ra yang bekerja di agen perjalanan
“Kau
tidak bisa masuk karena ada pekerjaan pemeliharaan listrik. Pemberitahuannya
dipasang minggu lalu. Apa Kau tidak melihatnya?” kata Petugas keamanan. Hae Ra
seperti tak menyadarinya akhirnya keluar dari gedungnya.
Sharon
menyetrikan bajunya seperti bisa merasakan sesuatu yang datang ke tempatnya.
Hae Ra membuka pintu ruangan menyapa Sharon mengatakan kalau datang sendiri
kali ini dan meminta izin agar tinggal sementara sampai fajar. Sharon
menatapnya mengajak untuk minum. Hae Ra dengan senang hati langsung
menyetujuinya.
Hae Ra
mencoba sebuah dress, Sharon pikir Hae Ra bisa mencoba dan tidak mengambilnya lagi. Hae Ra
mengatakan akan mengambil dress itu. Sharon menyuruh Hae Ra agar bisa mengambil
semuanya dengan menunjuk tas belanja yang sudah disiapkan.
“Kenapa
kau terus membuat baju untukku?” tanya Hae Ra bingung.
“Aku
sudah mengatakannya.” Jawab Sharon. Hae Ra mengaku masih belum mengerti.
“Aku
telah menganiayamu dalam kehidupan sebelumnya. Aku harus menebusnya agar
bahagia.” Ungkap Sharon.
“Apa yang
kau lakukan padaku di masa lalu?” tanya Hae Ra. Sharon menyuruh Hae Ra agar
minuman ginseng.
“Kau
terlihat seperti sedang menikmati wine.” Kata Hae Ra
“Aku juga
memiliki minuman deodeok berusia 120 tahun. Jadi Cobalah. Ini 100 kali lebih
baik dari pada wine.” Kata Sharon. Hae Ra mencobanya berkomentar rasanya enak.
Flash back
Sharon
melihat Boon Yi yang miskin duduk bersama dengan para pekerja wajahnya terlihat
ceria menerima minuman ginseng dari seorang bibi. Wajah Sharon seperti sangat
iri dengan Boon Yi.
“Kau
tidak mencuri orangku atau sesuatu, kan?” ucap Hae Ra menebaknya.
“Kau
mencuri pria yang aku cintai.” Kata Sharon
“Waaah, aku
pemenangnya di masa lalu.. Apa dia tampan?” tanya Hae Ra . Sharon menjawab pria
itu Terbaik di dunia.”
“Kurasa
itulah sebabnya aku memiliki kehidupan
yang mengerikan sekarang. Ini terlalu buruk.” Ungkap Hae Ra dengan
tawanya.
“Kali ini,
aku akan mencurinya darimu.” Ucap Sharon. Hae Ra pun mempersilahkanya dan
sambil minum gingseng bersama.
Ji Hoon
kembali berlatih, Pelatihnya merasa kalau melihat Ji Hoon belum sepenuhnya
berhenti berlatih dan mengajak agar kembali ke jalur semula. Menurutnya Ji Hoon
lebih baik pergi ke perguruan tinggi untuk Pendidikan Jasmani, karena Jaksa
tidak cocok untuknya. Ji Hoon tak ingin membahasnya lagi.
“Anggap
dirimu beruntung. Salah satu pelatih pergi ke luar negeri, jadi ada lowongan. Kau
tahu hanya orang kaya yang bergabung dengan klub ini. Jadi kau harus menahan
lidahmu. Jangan berpikir untuk membuat hubungan.” Ucap Pelatihnya. Ji Hoon
menghentikan latihanya.
“Aku
tidak bisa berhenti memikirkan mereka.” Ungkap Ji Hoon. Pelatihnya ingin tahu
tentang apa itu. Ji Hoon mengatakan Mata sedih itu.
Hae Ra
mengaku butuh baju baru, jadi aku akan mengambil baju buatan Sharon dan akan
membayar saat menerima gaji. Sharon mengaku tidak butuh uang dan sudah
mengatakan perlu melakukan perbuatan baik. Hae Ra melihat sebuah pesan yang
masuk ke dalam ponselnya.
Ji Hoon
mengirimkan gambar saat berlatih dengan menuliskan keterangan “Aku tenang dan
bebas. Aku bahkan tidak terkunci. Jadi jangan khawatir. Ini adalah Black
Fitness. Aku akan mulai bekerja di sini minggu depan.”
Hae Ra
membaca pesan Ji Hoon hanya bisa mengumpat. Sharaon bertanya apa itu. Hae Ra
mengatakan kalau pria itu orang yang mencampakkannya dan mengirimikan pesan
yang tidak masuk akal. Sharon tahu kalau Hae Ra punya pacar.
“Apa kau
menginginkan dia?” tanya Hae Ra. Sharon pun bertanya balik apakah Hae Ra punya
fotonya. Hae Ra pun memperlihatkan foto Ji Hoon yang disimpanya.
“Foto itu
penting. Dia terlihat baik-baik saja. Dia baik dan lucu. Apa Kau tidak
menyukainya?” kata Hae Ra
“Apa ini
satu-satunya foto yang kau punya?” tanya Sharon
“Aku
menghapus yang lainnya saat kami putus.” Ucap Hae Ra
Sharon
menaruh tanganya diatas ponsel Hae Ra dengan mata tertutup. Hae Ra binggung apa
yang sedang dilakukanya. Sharon bertanya keberadaan Ji Hoon sekarang. Hae Ra
pikir Sharon tahu Black Fitness, yaitu tempat hanya orang kaya yang pergi
kesana dan Ji Hoon akan mulai bekerja di sana minggu depan.
“Dapatkah
aku benar-benar mencuri dia darimu?”kata Sharon
“Baiklah...
tapi bisakah kau benar-benar memiliki pria. hanya kau mengarahkan matamu?” kata Hae Ra tak percaya.
“Aku
telah melihat, mendengar, dan belajar banyak selama bertahun-tahun.” Ungkap
Sharon kembali duduk.
“ Lalu
aku minta tolong padamu. Tolong permainkan dia sebanyak yang kau bisa, dan
menghancurkan hatinya. Permainankanlah dengan sangat buruk. Buat dia menangis
sampai bola matanya keluar. Tapi jangan ambil uangnya.” Kata Hae Ra penuh
dendam.
Sharon
pikir Hae Ra masih mencintainya, Hae Ra
menegaskan Tidak pernah karena Ji Hoon yang sudah mempermalukanya. Sharon
mengaku baru saja mendapat ide untuk gaun yang cantik jadi Hae Ra bisa mengambilnya
minggu depan mengatakan kalau Pria itu untuk gaun Hae Ra jadi akan menjaganya.
Hae Ra melihat Sharon pergi membeirtahu akan tidur sebentar dan harus pergi
kerja dari tempat Sharon.
Soo Ho
dan Tuan Han berjalan bersama, sambil menjelaskan Karena pembangunan ulang,
maka sewa sudah naik sampai 2 sampai 4 kali. Selain itu Toko-toko kecil kembali
menghidupkan lingkungan sekitar, tapi mereka ditendang keluar dan Beberapa
penyewa bunuh diri. Soo Ho meminta agar mengunjungi tempat itu.
Saat itu
ia melihat sebuah rumah yang sudah terlihat kumuh, tatapan seperti sedih karena
melihat dirinya masih remaja berdiri didepan pintu dengan sebuket bunga lalu
pergi.
Itu
disiapkan untuk pelelangan dua tahun yang lalu karenanya itu tidak dijual. Saat
ini kosong.” Ucap Tuan Han.
“Ayo beli
rumah ini” kata Soo Ho tanpa berpikir panjang.
“Tapi Akan
lebih baik tidak membeli ini. Pemilik rumah terdahulu semua menghadapi
kemalangan. Termasuk orang tua Jung Hae Ra.” Kata Tuan Han ragu.
Flash Back
Soo Ho
berjalan sendirian dan Hae Ra sengaja bersembunyi ingin mengagetkanya, tapi Soo
Ho tak kaget mengak kalau sudah melihatnya. Hae Ra yang kesal pun mengejar Soo
Ho. Keduanya pergi ke rumah tradisional, Hae Ra langsung memuji kalau sangat
cantik
“Aku suka
rumah tradisional lebih dari sekedar apartemen.” Ucap Soo Ho yang juga
mengagumi rumah model lama.
“Aku
ingin mencoba tinggal di rumah tradisional” kata Hae Ra. Soo Ho pikir Ini akan
tidak nyaman.
“Aku akan
memperbaikinya supaya terasa nyaman. Lakukan untukku, oppa.” Kata Hae Ra yakin.
Soo Ho kaget mendengarnya.
“Aku tahu
oppa pandai dalam segala hal.” Puji Hae Ra.
“Baiklah.
Aku akan melakukannya untukmu.” Ungkap Soo Ho. Hae Ra meminta agar mereka
berjanji dengan saling menyatuhkan jari kelingking dan jempol.
“Hei... Ada
restoran mie yang terkenal di dekat sini. Mari kita makan siang di sana.” Ucap
Tuan Jung melihat keduanya seperti tak begitu suka lalu mengajaknya pergi.
Keduanya
berjalan melewati jalan sempat, Tuan Jung bertanya Apa janji yang di buat
mereka beberapa waktu yang lalu. Hae Ra menjawab itu Rahasia.
“Hae Ra
memintaku untuk memperbaiki rumah tradisional. Jadi aku bilang oke” kata Soo Ho
“Kau
harus mendapatkan banyak sertifikat. Berapa banyak rumah tradisional yang ingin
kau beli?” ucap Tuan Jung
“Sekitar
10.” Jawab Hae Ra. Soo Ho mengejek Hae Ra serakah seperti ayahnya.
“Aku akan
memperbaiki hanya satu dari mereka.” Ucap Soo Ho. Hae Ra tetap ingin semuanya
10 rumah. Keduanya pun saling adu mulut.
Soo Ho
mengingat kenangan dengan Hae Ra mengatakan kalau akan tepati janjinya. Tuan Ha
yang duduk disampingnya binggung. Soo Ho
meminta agar Tuan Han hati-hati melakukan pekerjaan. dalam merombak rumahnya.
Tuan Han menganguk mengerti. Senyuman Soo Ho terlihat bahagia.
Hae Ra
keluar dari gedung melihat Soo Ho yang sudah menungu sambil memeluk seekor
anjing, wajahnya terlihat bahagia berdekatan dengan binatang. Saat itu melihat
Hae Ra langsung bertanya Apa tidur nyenyak
“Ini
bukan salam yang tepat untuk sore hari.” Keluh Hae Ra
“Itu
bukan pakaian yang kau kenakan kemarin.” Komentar Soo Ho
“Aku
hanya punya waktu satu jam. Kau tahu pekerja kantoran jam makan siang sangat
ketat.” Ucap Hae Ra
“Apa yang
kau inginkan? Lobster? Kepiting?” tanya Soo Ho
“Ayo
makan seafood. Aku akan membelinya.” Ucap Hae Ra lalu masuk ke dalam mobil. Soo
Ho hanya tersenyum melihat sikap Hae Ra.
Keduanya
duduk disebuah restoran dengan gaya rumah, Hae Ra memberitahu Penyajian
makanannya lezat dan hanya memiliki satu menu, jadi disajikan dengan cepat. Soo
Ho langsung bertanya Bagaimana dengan pekerjaan rumah Hae Ra.
Flash Back
“Jika kau
tahu aku tidak akan datang, kenapa kau menunggu?” tanya Hae Ra
“Menurutmu
mengapa aku melakukannya? Pekerjaan rumahmu sampai besok pagi.” Ucap Soo Ho.
Hae Ra
menjawab kalau Soo Ho bosan, membutuhkan organ tubuhnya atu karena Soo Ho seorang
pembunuh. Soo Ho hanya bisa menghela nafas mendengarnya. Hae Ra mengaku tidak
berpikir Soo Ho seorang konsultan asuransi.
“Apa hanya
itu yang bisa kau bayangkan, atau apa kau menghindari jawaban sebenarnya dengan
sengaja?” ucap Soo Ho
“Apa Karena
kau tertarik denganku?” balas Hae Ra
“Apa kau
berharap begitu?” tanya Soo Ho. Keduanya saling menatap saat itu juga si bibi
datang membawakan sup kerang.
Soo Ho
terihat senang karena mangkuknya cukup besar, mengatakan kalau Itulah jawaban
yang mendekati. Hae Ra ingin tahu alasan Soo Ho yang tertarik padanya. Soo Ho
balik bertanya kenapa Hae Ra tidak sadar bahwa ia memang menarik.
“Mungkin
kau tidak tahu karena kau sudah lama berada di luar negeri. Tapi gadis malang
tidak atraktif di Korea. Aku seorang yatim piatu dengan latar belakang
pendidikan yang buruk. Aku tidak punya apa-apa untuk dibanggakan.” Ucap Hae Ra
“Dari
caraku melihat itu, maka kau pekerja keras dan jujur Kau juga memiliki senyuman
yang indah. Apa kau tahu definisi pesona? Ini adalah kekuatan misterius untuk
menarik seseorang dan membuat orang terus memikirkanmu.” Ungkap Soo Ho memuji
Hae Ra
mengejek Soo Ho itu seorang penipu. Soo Ho mengaku bukan penipu atau pembunuh
tapi hanya seorang pengusaha yang beruntung. Hae Rain ingin Bagaimana tentang
membeli rumahnya , Apa itu suatu kebetulan juga. Soo Ho membenarkan, tapi...
Hae Ra ingin tahu tapi kenapa.
“Kupikir
aku ingin bertemu denganmu lagi. Keberuntungan selalu ada di sampingku seperti ini.”
Akui Soo Ho.
Bibi
membawakan mie udon untuk mereka karena dalam usia untuk makan yang banyak. Soo
Ho seperti takjub, lalu Akhirnya menyuruh Hae Ra yang memakanya dan meminta
sebagai Black Knightnya. Keduanya hanya bisa tertawa.
Flash Back
Keduanya
makan bersama dengan Tuan Jung, Soo Ho dan Hae Ra sama-sama ingin mengambil
lobak yang sama. Hae Ra menyuruh Soo Ho mengambilnya saja tapi Soo Ho
memberikan lobak pada Hae Ra. Keduanya menikmati makan siang dengan tatapan
Tuan Jung seperti tak ingin keduanya bersama.
Hae Ra
dan Soo Ho sama-sama tertawa bersama menikmati sup kerang, seperti mengenak
masa kecil mereka.
Keduanya
berjalan pulang bersama, beberapa orang yang melihat berkomentar keduanya yang
terlihat tampan dan juga cantik. Hae Ra
dan Soo Ho hanya terdiam seperti masih merasa canggung.
“Tidakkah
perusahaan mu berpartisipasi dalam Seoul Neighborhood Project?” ucap Soo Ho.
Hae Ra terkejut mendengarnya.
Flash Back
Kepala
Tim menjelaskan Seoul Neighborhood Project... adalah bisnis untuk meregenerasi
kota. Jadi Mereka melakukannya dengan biro perjalana, datang dalam berbagai
konten di tempat-tempat seperti gang toko percetakan, desa hanok, dan kota
sujebi untuk menghubungkan dengan paket wisata.
“Kedengarannya
menarik.” Kata Hae Ra. Kepala Tim juga berpikiran sama.
“Tapi
masalahnya adalah perusahaan menginginkan 3 atau 4 dari kita untuk menjadi
bagian darinya.” Kata Kepala Tim
“Kenapa selalu
tim kita?” keluh Joo Hee.
“ Kita
juga harus datang dengan ide-ide. untuk paket wisata. Kita selalu bekerja di
atas pekerjaan lainnya. Kita tidak pernah bisa beristirahat.” Ucap Hae Ra
“Haruskah
aku memberitahu mereka bahwa kita tidak
dapat melakukannya?” kata ketua Tim. Semua meminta tolong pada ketua tim.
Direktur
datang bertanya Apa semuanya berjalan dengan baik dan membahas mereka sudah
tahu presentasi untuk Seoul Neighborhood Project minggu depan jadi ingin semua berpartisipasi di dalamnya.
Ketua ti menyela atasanya.
“Kau tahu
tim kami sudah padat dengan pekerjaan. Kenapa kau tidak meminta tim lain
untuk bertanggung jawab atas...” ucap
Kepala Tim
“Itu
benar, dan kita harus...tulis rencana untuk paket wisata baru.” Ucap Hae Ra
“Hae
Ra Apa yang baru saja kau katakan? Kau
tahu siapa aku? Aku adalah direktur utama perusahaan ini. Apa aku tidak
terdengar sama? Kita akan melakukannya.” Ucap Direktu tak peduli.
Hae Ra
mengaku pada Soo Ho kalau mereka sebenarnya ingin mengerjakan proyek itu. Soo
Ho tak percaya mendengarnya. Hae Ra membenarkan dan menanyakan Bagaimana Soo Ho
tahu proyeknya. Soo Ho mengaku itu
Karena perusahaannya akan berpartisipasi juga.
“Lalu Bisnis
macam apa yang secara khusus kau miliki?” tanya Hae Ra binggung. Soo Ho
mengajak Hae Ra untuk ikut pergi dengannya selama 10 menit.
“Jika
seniman muda atau pedagang kecil dapat membuat toko mereka berhasil di tempat
tinggalnya dengan sewa yang murah, kota akan berkembang dan orang-orang akan
berdatangan. Ini mengarah pada peningkatan sewa mereka dan mereka harus pindah
pada akhirnya.” Jelas Soo Ho mengajak Hae Ra berjalan di gang sempit
“Masalah
itu telah banyak diberitakan di TV.Ini adalah gentrifikasi ( menggusur
permukiman kumuh/kuno untuk dijadikan hunian mewah) Aku akan memulai bisnis
sewa sewajarnya terlebih dahulu, lalu akan menjamin kontrak 5 tahun dengan
biaya sewa yang ditetapkan.” Jelas Soo Ho
“Apa
memungkinkan di Seoul?” tanya Hae Ra seperti tak yakin.
“Selama
pemilik tanah bersedia melakukannya. Aku akan berpikir tentang toko jenis apa
untuk dimasukkan didalamnya. dan bagaimana membuatnya lebih kompetitif.” Jelas
Soo Ho
Mereka
pergi melihat Supermarket Penyu dan melihat restoran memberitkan potongan harga
minum saat makan siang. Hae Ra mengaku tidak tahu ada gang semacam . Soo Ho
mengaku akan datang dengan senang hati untuk mengembangkan kota tua juga.
“Sebuah ide
yang cemerlang bisa menjadi awal dari perubahan. Waktunya 10 menit sudah
lewat.” Ucap Soo Ho mengajak Hae Ra pergi.
“Jika kau
ingin meminta rinciannya, maka temui aku besok Kami akan pergi ke sana untuk
membuat presentasi. Aku akan pulang larut hari ini. Jangan mengintip susu di
mejaku.” Ucap Soo Ho mengejek
“Jangan
bikin lelucon kalau tidak lucu Aku tidak cukup naif untuk jadi bersemangat hanya
karena orang kaya tertarik padaku..” Balas Hae Ra lalu melihat seekor anjing
didepan gedung
“Kau
pasti menyukai anak anjing, aku pernah melihatmu sebelumnya.” Ucap Hae Ra
“Tapi aku
menyukaimu” akui Soo Ho mengoda dengan blak-blakan dan keduanya saling menatap.
Soo Ho pun pamit pergi dan akan bertemu di rumah lalu berjalan pergi
“Tunggu...
Kupikir kau ingin mengatakan sesuatu semalam.”kata Hae Ra
“Aku sudah
mengatakannya.” Jawab Soo Ho. Hae Ra bertanya kapan. Dan Soo Ho menjawab Baru saja dan pamit pergi.
Saat itu
Joo Hee melihat Hae Ra bertanya siapa pria yang bersamanya tadi. Hae Ra
menjawab pemilik rumahnya. Joo Hee bertanya-tanya Kenapa pemilik rumah begitu
tampan. Hae Ra tak membalas mengajak Joo Hee agar pergi.
“Dia
tinggal dimana?” tanya Joo Hee. Hae Ra menjawab Di rumah yang sama. Joo Hee
melonggo kaget dan meminta agar Hae Ra harus mengundangnya.
“Dia jauh
lebih baik dari mantan jaksa itu.” Komentar Joo Hee. Hae Ra tak ingin
membahasnya. Soo Ho mengemudikan mobilnya dengan senyuman merekah.
Gon
memberitahu ayahnya Banyak orang sudah mulai menyewakan bangunan komersial
sebagai rumah bersama. Tuan Park yakin Itu semua hanya mode sesaat dan akan
cepat berlalu.
“Sepertinya
satu akan didirikan... di gedung disebelah kita di Hyehwa-dong. Masalahnya
adalah... mereka tidak akan menaikkan uang sewanya, dan mereka akan membuat tim
pembantu untuk membantu para penyewa mereka Kita mungkin bisa menandinginya..”
Ucap Gon
“Siapa
pemiliknya?” tanya Tuan Park . Gon mendengar kalau orang asing dan akan melihat
lebih dalam.
Sharon
duduk di depan cafe menikmati secangkir kopi, teringat kembali foto Ji Hoon
dengan badan yang bagus. Lalu merasa Hae Ra memang benar tapi menurutnya
mungkin saja bukan. Ia memejamkan matanya lalu membuka mata
Tiba-tiba
angin berhembus kencang, lembaran tisseu bersebrangan. Sharon binggung sampai
akhirnya melihat sosok Soo Ho berada dalam mobil sedang berhenti di lampu
merah. Semua benda diatas meja pun
melayang, angin berhembus kencang menjatuhkan semua meja.
Pelayan
keluar cafe binggung, mobil Soo Ho pun akhirnya pergi dan angin pun berhenti.
Sharon melihat Soo Ho seperti menemukan seseorang. Mobil Tuan Park berbelok
melihat sosok Sharon dengan suasana berantakan, dan seperti sangat terkejut.
Hae Ra
membuat fotokopi dan teringat kembali pengakuan Soo Ho yang blak-blakan “Tapi
aku menyukaimu.” Lalu pesan dari Ji Hoon kembali masuk “Apa kau sakit karena terluka? Jangan menangis Makanlah
dengan baik. Lupakan orang brengsek sepertiku.”
Sementara
Ji Hoon sibuk memamerkan tubuhnya yang berotot, pelatih meminta agar Ji Hoon
memberikan pandangan yang kuat lalu Lenturkan sedikit lagi. Pesan masuk ke
ponsel Ji Hoon, Ia lalu buru-buru mengambil ponselnya. Pelatihnya mengeluh
karena Ji Hoon pergi di tengah-tengah pekerjaan.
Ji Ho
mengeluh kalau otot perutnya kram jadi
meminta waktu lima menit. Pelatih pun membiarkan Ji Hoo pergi. Akhirnya
Ji Hoon keluar dari ruangan menutup ponselnya, panik kalau nanti Hae Ra yang
meminta agar mengatakan kalau masih mencintainya.
Tapi Hae
Ra membalas dengan mengirimkan gambar dirinya sedang makan es krim yang diambil
oleh Soo Ho dengan pesan “Aku berada di
Slovenia. Aku sudah melupakan tentangmu”
“Aku
sangat menyakitinya.” Ungkap Ji Hoon. Pelatih datang bertanya Siapa yang terluka
lalu menarik Ji Hoon agar kembali berkerja.
Hae Ra
berjalan pulang dengan Joo Hee yang bertanya kenapa tiba-tiba pindah. Hae Ra
mengatakan Sesuatu telah terjadi. Joo Hee ingin tahu Kapan bisa mengunjunginya di rumahnya. Hae Ra
meminta waktu untuk membiasakan diri.
“Bahkan
aku tidak bisa mendapatkan...” kata Hae Ra dan terhenti karena ada seseorang
yan memanggilnya.
“Apa Pacar
jaksamu?” ucap Joo Hee menyapa Ji Hoon sebagai Jaksa Choi.
“Aku telah
banyak mendengar tentangmu.” Ucap Joo Hee terlihat senang. Hae Ra tak suka
memilih pamit pergi. Ji Hoon pun mengejarnya.
Ji Hoon
menghadang jalan Hae Ra dan memberikan buket bunga, Hae Ra hanya diam akhirnya
Ji Hoon pun berlutut agar Hae Ra mau menerimanya. Hae Ra tetap diam.
“Cepat
dan ambil ini... Orang mungkin akan mengambil fotonya dan mempostingnya secara
online.” Ucap Ji Hoon. Hae Ra mengambil dan langsung membuangnya saat ada mobil
sampah lewat. Ji Hoon langsung berteriak marah.
“Kenapa
kau di sini?” tanya Hae Ra kesal. Ji Ho mengaku itu Karena mengkhawatirkannya.
“Apa kau
mendapatkan pinjaman untuk pergi ke Slovenia? Aku tahu kalau aku menyakitimu,
tapi kau tidak bisa melakukan itu.” Ucap Ji Hoon berpikiran aneh
“ Aku
akan terluka jika kau seorang jaksa yang sebenarnya Tapi aku sudah melupakannya
karena kau palsu.” Akui Hae Ra
“Kau
pembohong. Aku melihat perasaan cinta di matamu pada hari itu” ucap Ji Hoon
“Aku tidak
akan melupakan nasihat yang kau berikan untukku.” Tegas Hae Ra
“Dia
seorang kolega dekan, kan? Dia masih menganggapku jaksa. Kau tetap mencintaiku.
Kau melindungiku” ungkap Ji Hoon
“Betapa
banyak omong kosong. Aku tidak ingin terlihat seperti orang idiot. Kendalikan
dirimu.” Ucap Hae Ra kesal
“Aku
pikir, aku mencintaimu. Aku di sini bukan karena uang. Kupikir... Aku sungguh
menyukaimu.” Akui Ji Hoo.
Hae Ra
yang sudah tak tertarik balik bertanya “lalu kenapa”. Ji Hoon melihat baju yang
dipakai Hae Ra dari kasmir. Hae Ra membenarkan kalau itu 100 persen. Ji Hoon
binggung sebenarnya Apa yang terjadi dengannya. Hae Ra mengaku Tidak ada karena
hanya baru saja putus dengan seorang jaksa palsu lalu berjalan pergi. Ji Hoon
hanya bisa berteriak memanggil Hae Ra.
Hae Ra
pulang tak melihat Soo Ho ada di meja kerja lalu mendengar suara bibinya yang berkomentar Orang sukses
terlihat berbeda seperti itu dan masuk ke dalam dapur. Bibi Lee melihat pakaian
Hae Ra bertanya apa yang dipakainya.
“Oh, seseorang
memberikannya padaku.” Ucap Hae Ra santai
“Presiden
Moon memintaku untuk memberikan ini padamu.” Kata Tuan Han sebuah tablet. Hae
Ra bertanya apa itu.
“Dia
bilang foto dari Slovenia ada didalamnya.” Kata Tuan Han. Hae Ra pun
mengucapkan Terima kasih.
“Baiklah
kalau begitu. Nikmati makan malammu. Presiden Moon ingin kalian berdua merasa
nyaman, jadi dia akan pulang terlambat” kata Tuan Han.
“Astaga,
ini membuat kita merasa lebih tidak nyaman.” Pikir Bibi Lee tak enak hati. Tuan
Han memberitahu kalau Soo Ho juga sibuk.
“Sepertinya
dia tumbuh di luar negeri sejak kecil. Bukankah sulit baginya untuk berbisnis?”
pikir Hae Ra khawatir
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar