Shi Kyung
berjalan lemas keluar ruangan dan bersadar di dinding berpikir kalau semua
hanya mimpi. Nyonya Oh memberitahu Bom
sudah minum obat penenang dan sedang tidur tapi Kondisinya semakin parah jadi
sangat khawatir.
“Apa aku
sekarang sedang bermimpi?” gumam Shi Kyung terus menyadarkan kepalanya. Nyonya Oh memangil anaknya yang hanya diam
saja.
“Ibu...
tolong bangunkan aku.... Katakan ini mimpi.” Gumam Shi Kyung.
“Bom
meminta kami untuk tidak memberi tahumu. Aku tidak punya pilihan.” Cerita
Nyonya Oh
“Ibu, aku
memintamu untuk membangunkanku.” Gumam Shi Kyung
“Aku
khawatir kau juga akan mengalami masa-masa sulit. Jika Bom melihatmu sedih...
gejalanya mungkin semakin memburuk.” Jelas Nyonya Oh. Shi Kyung memilih untuk
berjalan pergi. Nyonya Oh binggung melihat Shi Kyung yang shock berjalan pergi.
Shi Kyung
pergi ke tempat wakepsek menatap kaktus miliknya sambil bergumam “Apa yang sudah kulakukan selama ini? Bom
sakit parah di sampingku, dan aku bahkan tidak tahu. Dengan bodoh aku
memintanya untuk pergi bersamaku ke Grand Canyon.”
“Shi Kyung...
Ada apa? Apa ada sesuatu yang terjadi?” ucap wakepsek binggung melihat Shi
Kyung yang menangis.
“Wakil
Kepala Sekolah... Aku tidak keberatan tidak bisa pergi ke Grand Canyon. Bisakah
Anda menyelamatkan Bom?” ucap Shi Kyung sambil menangis
“Kenapa?
Apa Bom sakit parah?” tanya wakepsek juga ikut panik
“Bom
menderita kanker otak. Jika aku bisa menyelamatkan Bom... Aku akan membawakan Anda
seratus kaktus... Tidak, aku akan membawakan Anda 1.000 atau 10.000 kaktus. Apa
yang harus kulakukan tentang Bom? Bom bahkan belum berusia 20 tahun! Bisakah
Anda melakukannya?” ungkap Shi Kyung berlutu sambil menangis.
Wakepsek
terdiam dan ikut sedih mendengarnya. Shi
Kyung pergi ke atap sekolah langsung membuang semua tanaman kaktusnya dan
menangis histeris juga berteriak marah karena mengetahui keadaan Bom.
Ibu Bom
terlihat gugup berada di depan rumah sakit untuk masuk. Nyonya Oh melihat
langsung menyapa Ibu Bom, berpikir untuk menemui Bom, jadi mengajaknya untuk
masuk. Ibu Bom menolak karena merasa tak
punya hak melakukanya.
“Jangan
beritahu Bom kalau aku datang.” Ucap Ibu Bom dan bergegas pergi. Nyonya Oh
sedih karena ibu Bom malah pergi begitu saja.
Nyonya Oh
datang bertemu dengan Shi Young dan Ga Ram lalu menanyakan keberadaan Shi
Kyung. Shi Young mengatakan kakaknya masih ada di ruangan dengan Bom, Shi Kyung
hanya duduk diam menatap Bom yang terbaring dengan tanganya yang mengengam
tangan Bom.
Ga Ram
membiarkan Shi Young berbaring di pundaknya, walaupun merasakan canggung. Shi
Young akhirnya terbangun dan menanyakan keberadaan kakaknya. Ga Ram mengatakan
Shi Kyung pergi beberapa waktu yang lalu, dan Bom masih tidur.
“Apa Bom
tidak tahu kalau Shi Kyung sudah tahu?” tanya Shi Young
“Kupikir
Shi Kyung pergi sebelum Bom bangun dengan sengaja.” Kata Ga Ram. Shi Young binggung
apa maksudnya Sengaja
“Dia
meninggalkan alter alteronya sebagai gantinya.” Kata Ga Ram
Bom
akhirnya terbangun setelah meminum obat dan melihat sebuah boneka pisang yang
ada diatas meja. Shi Kyung sengaja meninggalkan sebuah boneka agar bisa
menemani Bom.
Yong Gi
berlatih piano, Bibi Oh masuk ruangan tak percaya kalau Yong G yang tahu cara
bermain "Chopsticks". Yong Gi mengaku belum pandai melakukannya dan baru
saja mulai berlatih. Saat itu Guru Park masuk memuji Piano cocok untuk Yong Gi
“Yong Gi
kami benar-benar pandai bernyanyi.” Kata Bibi Oh bangga
“Guru Oh
selalu memujimu. Kudengar kau mendapat ujian penilaian musikmu.” Ucap Guru Park
“Aku
perlu berlatih, jadi bisakah Anda pergi?” ucap Yong Gi tak suka melihat Guru Park
datang.
“Ya,
tentu saja. Berlatihlah... Guru Oh, kenapa kita tidak keluar dan membiarkan
Yong Gi latihan?” kata Guru Park
“Guru Oh
tidak boleh pergi! Guru Oh harus mengajariku.” Kata Yong Gi. Bibi Oh
membenarkan kalau harus mengajarinya.
“Kalian
berdua harus mencoba bermain bersama.” Kata Bibi Oh. Guru Park binggung.
“Lagu "Chopsticks"
harus dimainkan oleh dua orang. Kalian berdua harus bermain bersama. Aku akan
melihat siapa yang lebih buruk.” Kata Bibi Oh
“Tentu
saja, aku lebih baik dari Yong Gi. Dari apa yang kulihat, dia adalah seorang
pemula.” Kata Guru Park bangga
“Lalu,
kenapa Anda tidak kesini dan bermain?” kata Yong Gi menantang. Mereka akhirnya
duduk bersama dan mulai memainkan piano bersama. Bibi Oh terlihat senang keduanya
bermain bersama.
Guru BP
akhirnya menganggap memiliki jawaban yang benar saat ini. Shi Kyung menganguk
mengerti. Guru BP pun meminta agar Shi Kyung mulai menjawab pertanyaanya.
“Kenapa
acara tetap harus berlanjut?” tanya Guru BP.
Bom menerima
telp Shi Kyung mengetahui ponselnya sudah dikembalikan dan ingin Apa yang dikatakan
Shi Kyung pada Guru BK. Shi Kyung mengaku baru saja mengambil ponselnya dan
kabur. Bom mengaku sangat rindu untuk melakukan dan dan seharusnya mengajaknya.
“Kau
seharusnya sudah melihat wajah Guru BK. Dimana kau sekarang?” kata Shi Kyung
“Sekarang?
Rumah Sakit.” Kata Bom. Shi Kyung terdiam mendengarnya.
“Aku
ingin tekun dan mendapat pengobatan anemia dan muntah. Terlalu pengap disini.
Kurasa aku tidak bisa melakukannya. Ketekunan sama sekali tidak cocok untukku.
Cara belajar yang sama tidak cocok untukku.” Kata Bom
“Ya, itu
sebabnya kita serasi, kan?” kata Shi Kyung. Bom membenarkan.
“Bernard,
apa kau ingin jalan-jalan? Kau bilang tidak bisa berlibur saat liburan sekolah.
Kita berdua harus mendapat kebebasan dan jalan-jalan.” Ucap Bom.
“Baik,
ayo pergi. Kemana kita harus pergi?” kata Shi Kyung
Shi Kyung
berlari ke tempat Bom yang sudah menunggunya. Bom sudah datang dengan motornya
terlihat sehat dan memberikan senyuman. Shi Kyung pun bisa menatap bahagia.
Flash Back
“Pemain
yang harus membuat penonton tertawa tidak bisa menangis bahkan jika seorang
anggota keluarga meninggal... Tidak, sebenarnya, dia harus berdiri di atas panggung
dan tetap membuat penonton tertawa.” Jawab Shi Kyung pada Guru BP tentang
jawabanya Show must Go On.
Bom
mengemudikan motornya, Shi Kyung bahagia pergi bersama-sama dengan Bom. Mereka
juga pergi ke pohon besar dengan Shi Kyung kembali bergelantung sebagai mayat
hidup.
“Jika dia bisa membuat penonton
senang...Jika dia menjadi sumber hiburan bagi penonton untuk sesaat..Pemain harus
melanjutkan pertunjukan.”
Shi Kyung
dan Bom duduk di tepi sungai dengan Bom bersandar di bahunya. Bom mengakui
perasaan kalau sangat menyukai Shi Kyung. Shi Kyung memalingkan wajahnya karena
menangis mengaku kalau ia juga seperti itu
“Hei... Apa
Kau hanya bisa mengatakan itu? Aku mengajakmu untuk berpacaran denganku
terlebih dahulu dan mengatakan kalau aku sangat menyukaimu. Lee Shi Kyung, Seperti
apa aku bagimu...” ucap Bom kesal sampai akhirnya Shi Kyung memilih untuk memeluknya.
Bom dibuat binggung dan keduanya berpelukan dengan erat. Shi Kyung menutupi
rasa sedihnya dengan memeluk Bom.
Shi Kyung
melihat undangan pemakaman Bom dengan foto yang diambil bersama, tapi wajahnya
sangat sedih karena harus melihatnya. Ia mencoba untuk menarik wajahnya agar
bisa tersenyum didepan Bom agar tak terlihat sedih, lalu membagikan semua
undangan pada keluarganya.
“Bukankah
ini bom? Ada apa dengan rambutnya? Apa yang dia pakai di kepalanya?” ucap Nenek Kim melihat rambut Bom yang
blonde.
“Aku
mendengar tentang pemakaman orang yang hidup. Meski begitu, foto pemakaman ini
sedikit berlebihan.” Kata Bibi Oh
“Bom
ingin melakukannya seperti itu.” Kata Shi Kyung. Nyonya Oh tahu kalau Ini
seperti Bom.
“Pemakaman
orang yang hidup? Apa itu?” tanya Nenek Kim
“Di
sekolah, mereka menyuruh kami mengadakan pemakaman palsu.”jelas Shi Young
“Ini
hanya untuk bersenang-senang. Nenek harus datang juga. Bom berharap banyak
orang yang datang kesana.” Kata Shi Kyung. Nenek Kim pikir itu Omong kosong
lalu tertawa bahagia melihat wajah Bom.
“Nenek
pasti sudah lupa kalau Bom sedang sakit. Syukurlah.” Gumam Shi Kyung melihat
Neneknya.
“Dimana
Bom sekarang? Apa dia akan pulang-pergi ke Seoul?” bisik Bibi Oh. Shi Kyung
hanya menganguk saja untuk menutupinya. Nyonya Oh dan Shi Young hanya bisa
menghela nafas sedih.
Ji Hye
pikir Meski begitu, ini adalah acara pemakaman jadi seharusnya menyiapkan
krisan. Joo Yeon melihat karangan bunga dari ponselnya, menurutnya Ji Hye tidak melihat foto
pemakaman Bom dan Krisan tidak akan cocok dengan itu. Min Suk pikir Alangkah
baiknya mengetahui jenis bunga yang disukai Bom.
“Namanya
berarti musim semi, jadi forsythia, azalea, atau magnolia.” Ucap Ki Hoon
“Aku akan
bertanya padanya.” Kata Joo Yeon mengunakan ponselnya.
“Hei, Kau
bilang kau tidak ingin datang, tapi kau bekerja sangat keras.” Ejek Ji Hye
“Aku
masih menjadi ketua kelas. Tapi Nomornya sibuk. Lebih baik bertanya kepada Shi
Kyung.” Kata Joo Yeon
Shi Kyung
masuk rumah menerima telp dari Joo Yeon yang ingin tahu bunga favoritnya Bom,
lalu mengatakan kalau tak tahu. Ia berpikir kalau melakukan saranya.
Bom berbicara
di telp mau minta tolong jadi meminta agar bisa menjemputnya, Tapi, jangan
datang menjemputdi Rumah Sakit. Ia tahu kalau
mungkin sulit jadi meminta agar menjemputnya dengan tersenyum sambil
meminta maaf.
“Tapi ini
mungkin menjadi bantuan terakhir yang kuminta dari Ibu.” Kata Bom berbicara
pada ibunya.
Sementara
di ruangan Dokter Park terlihat sedang marah-marah di ruangan sambil menerima
telp, merasak kalau itu masuk akal dan ingin
tahu apa yang seharusnya dilakukan semua orang di rumah sakit padahal itu membuat
keputusan sendiri. Ga Ram melihat dari depan pintu seperti tak enak hati
melihat ayahnya marah-marah.
Shi Kyung
melonggo melihat penampilan Bom dengan dress putihnya bahkan berputar-putar
dari depanya layaknya model. Bom menanyakan penampilanya, lalu berpikir kalau
Shi Kyung flu karena hidunya berair. Shi
Kyung seperti terharu melihat penampilan Bom.
“Kau
menendang selimutmu saat sedang tidur, kan?” ucap Bom. Shi Kyung mengaku tidak.
“Astaga,
yang benar saja... Aku tahu kau akan memakai warna gelap, Bernard. Ini Baju
yang kuingin pacarku pakai untuk pemakamanku Aku membayar mahal untuk itu.
Cobalah.” Kata Bom memberikan tas belanjanya. Shi Kyung terdiam mendengarnya.
Keduanya
mengunakan setelan pakaian yang serasi, Shi Kyung dengan jam cream dan Bom
dengan baju putihnya. Bom pikir mereka tampak terlalu bagus untuk dipanggil Bernard
dan Bong Gu sambil menatap ke cermin. Shi Kyung pikir Bernard selalu melihat ke
arah bawah.
“Bong Gu,
kau membersihkannya dengan baik.” Kata Shi Kyung saling menatapnya.
“Cincin
Ini... Kapan lagi kita bisa bertukar cincin seperti ini? Cincin yang cantik dan
palsu seperti ini...” ucap Bom memasankan cincin di jari manis Shi Kyung.
“Bong Gu,
kau pasti salah paham tentang sesuatu. Hari ini bukan hari untuk bertukar
cincin. Ini adalah acara pemakamanmu.” Kata Shi Kyung menahan rasa sedihnya. Bom
mengaku tahu akhirnya Shi Kyung pun memasangkan cincin di jari manis Bom
“Jangan
lupa... moment ini.” Kata Bom dengan keduanya terlihat berkaca-kaca. Akhirnya Bom
mengajak Shi Kyung untuk melakukan gaya Swag didepan cermin.
Joo Yeon
masuk ruangan, Bom heran karena Suk Joo Yeon bilang tidak mau datang. Joo Yeon
mengaku datang untuk memberikan sebuah kotak. Bom melihat isi kotak sebuah
mahkota bunga dengan memujinya kalau itu cantik dan bertanya apakah Joo Yeon
yang membuatnya.
“Shi
Kyung memintaku untuk membuatnya seperti itu. Dia memintaku untuk menggunakan
berbagai jenis bunga.” Kata Joo Yeon. Bom tak percaya mendengarnya.
“Kau memiliki
wajah many face. Sudah sepantasnya kau memakai berbagai macam bunga.” Kata Shi
Kyung
“Ini
cantik. Terima kasih.” Ucap Bom dan bertanya apakah Joo Yeon tidak datang ke pemakaman.
“Apa yang
ingin kau katakan padaku terakhir kali?” tanya Joo Yeon sebelum pergi.
Joo Yeon
menangis sendirian didepan tanggan. Shi Young dan Ga Ram melihat mendekatinya,
Shi Young heran ketua kelas yang ada di luar ruangan dan tenyata tetap datang. Joo Yeon membalikan
badannya dengan terus menangis sedih, Shi Young menduga kalau Joo Yeon sudah
mengetahuinya.
“Pemakaman
ini tidak pura-pura...” ucap Joo Yoen terus menangis. Ga Ram melonggo kaget.
“ Tidak...
ini hanya pura-pura. Ini adalah pemakaman yang menyenangkan dan pura-pura. Kita
harus melakukan apa yang bintang pemakaman inginkan.” Kata Shi Young
“Tidak,
sepertinya aku tidak bisa. Bagaimana bisa aku melakukannya?” kata Joo Yeon
terus menangis.
Semua
akhirnya berkumpul dalam ruangan, semua anak menyanyi “Bom, Bom, Bom ada di
sini Dalam foto pertama kita mengenalnya.Aroma yang sama ada di sana.Tempatmu
duduk. Bangku dan pohon di sebelahnya. Masih di tempat dulu.”
“Kami
pikir akan melupakannya sepanjang hidup kami. Kami tahu seharusnya tidak mengatakan
hal seperti itu. Sayangku, pertama kali aku melihatmu... aku langsung tahu.”
Bom
berada di dalam peti hanya bisa menangis mendengarnya. Shi Kyung pun menahan
rasa sedihnya walaupun ikut bernyanyi.
Akhirnya
Bom memberikan pidato dengan mahkota bunga yang bagus, ia memberikan pidato Untuk
teman-teman kelas 1-2, SMA Gaon dengan mengucapkan banyak terima kasih pada
semua yang sudah hadir di pemakaman Kim Bom.
“Sambil
mempersiapkan pemakaman ini... Aku berpikir banyak tentang apa artinya menghadapi
kematian dengan cara yang baik. Aku tidak memiliki hari esok. Tidak memiliki
hari esok... Berarti tidak bisa melakukan hal yang paling disukai Lee Shi Kyung.”
Kata Bom. Shi Kyung menahan diri dan hanya terdiam.
“Apa itu?
Menunda tugas hari ini sampai besok. Karena tidak ada hari esok... Hal
menakjubkan yang tak pernah kubayangkan terjadi. Hari ini menjadi begitu berharga.
Jadi, saat ini adalah momen paling berharga sepanjang hidupku. Semua yang
kalian berikan padaku... Aku berterima kasih dan menerimanya dengan rasa
syukur.” Kata Bom
“Dan juga... Jika ada sesuatu yang kumiliki,
aku ingin memberikannya kepada kalian semua sebelum aku pergi. Hal kecil yang
kumiliki. Bahkan sentimen atau perasaan kecil pun, aku akan memberikan
semuanya.” Ungkap Bom dengan mata berkaca-kaca
“Saat
ini, Bom... sedang melakukan pemakaman sungguhan.” Gumam Shi Kyung
“Terakhir,
aku akan mengucapkan selamat tinggal dengan ungkapan yang pernah aku dengar. Kematian...
adalah akhir dari hidup. Itu bukan akhir sebuah hubungan. Terima kasih.” Ungkap
Bom dengan saling menatap dengan Shi Kyung.
Shi Young
dan Joo Yeon hanya bisa menangis, Nyonya Oh yang mendengarnya pun ikut menahan
tangis. Semua anak akhirnya memeluk Bom yang selesai memberikan pidato dengan
memberikan pelukan. Shi Kyung dengan wajah sedih memilih untuk keluar dari
ruangan.
“Tidak...
Aku belum siap.... Aku belum siap untuk mengucapkan selamat tinggal padanya.” Gumam
Shi Kyung berdiri sendirian.
“Jadi,
apa kau langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun? Bom pasti mengira
kau aneh.” Kata Tuan Kim datang melihat Shi Kyung
“Aku
mengiriminya sebuah pesan. Aku bilang harus pergi menemuimu, lalu aku pergi.” Ungkap
Shi Kyung
Ia
kebingungan bertanya pada Tuan Kim apa yang harus dilakukanya, karena Bom pergi
ke Seoul besok dan Ibunya menjemputnya. Ia pikir haruskan berpura-pura kalau
tidak tahu sampai akhir dan mengirimnya dari cara yang diinginkan oleh Bom.
“Atau...
Haruskah aku menjadi seperti teman wanitamu itu? Haruskah aku pergi menunggu
setiap hari? Jika itu kau, Ajusshi, apa
yang kau inginkan dari orang yang kau cintai?” tanya Shi Kyung
“Astaga...
Aku hanya orang bodoh. Kau tidak bisa mengajukan pertanyaan sulit seperti itu
dan mengharapkan sebuah jawaban. Bahkan kau tidak tahu, jadi siapa yang kau
harap akan tahu jawabannya? Kau harus memutuskan.” Kata Tuan Kim. Shi Kyung
terlihat masih bingung apa yang harus dilakukan pada Bom.
Bersambung ke episode 15
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar