[Episode 14: Pertunjukan Harus Terus
Berlanjut!]
Shi Kyung
berjalan mengandeng tangan Bom bertanya-tanya, Foto pemakaman seperti apa itu
dan merasa Bom bersikap seperti Bong Gu akhir-akhir ini. Bom bertanya Shi Kyung
suka Bom atau Bong Gu. Shi Kyung bergumam kalau Ada banyak pilihan sulit di
dunia ini, jadi lebih baik menghindari saja.
“Siapa
yang akan kau undang untuk pemakamanmu? Kau sudah mengambil foto untuk pemakamanmu
dan mengundang orang lain.” Ucap Shi Kyung mengalihkan pembicaraan.
“Rasanya
seperti pemakaman sungguhan.” Ungkap Bom.
“Karena
kita ingin itu terlihat nyata, mari kita undang ibumu.” Kata Shi Kyung, saat
itu telp Bom berdering, ibunya menelp.
“Bisakah
kau pergi duluan?” kata Bom. Shi Kyung pun akhirnya membiarkan Bom sendirian
dan berjalan pergi.
Shi Kyung
masuk rumah sakit menyapa ibunya. Nyonya Oh bingung meliha Shi Kyung pulang
sendirian dan bertanya Dimana Bom. Shi Kyung memberitahu Bom sedang berbicara
dengan ibunya di telepon lalu menanyakan Bagaimana dengan Nenek.
“Dia menyiksa
Pak Jae Woong.” Ucap Nyonya Oh. Shi Kyung binggung ibunya mengatakan Menyiksa.
Tuan Kim
kembali di pijat oleh Nenek Kim merasakan Enak sekali dan Sangat menyegarkan.
Lalu ia pikir Nenek Kim bisa berhenti
sekarang. Nenek Kim tahu Tuan Kim yang mengeluh tentang memiliki kemewahan yang
terlalu banyak jadi menyuruhnya untuk diam dan tidur saja. Tuan Kim pun tak bisa berkata-kata lagi.
“Nenek....
Ibu meminta Nenek untuk menemuinya.” Ucap Shi Kyung masuk ruangan. Nenek Kim
bertanya kenapa.
“Aku tidak
tahu.” Kata Shi Kyung dengan tatapan polosnya. Akhirnya Nenek Kim pun keluar
dari ruangan.
Tuan Kim
yang sedari tadi tengkurang, mengaku sangat ingin bangun dengan memberitahu
kalau Nenek Shi Kyung sudah tiga kali berada di ruanganya. Shi Kyung meminta
maaf. Tuan Kim pikir Tidak apa-apa.
“Itulah
yang terjadi saat kau sudah tua.” Kata Tuan Kim. Shi Kyung menanyakan keadaan
Tuan Kim sekarang.
“Aku
merasa kuat saat minum obat penghilang rasa sakit. Tapi, aku seperti mayat saat
obatnya habis.” Ungkap Tuan Kim, lalu teringat sesuatu.
“Apa kau
menggunakan taktik 19+ ke pada pacarmu?” tanya Tuan Kim. Shi Kyung kaget karena
Tuan Kim bisa mengetahuinya.
“Aku bisa
membayangkannya, bahkan tanpa melihatnya. Jadi, apa kata pacarmu? Apa ada efek
negatifnya?” kata Tuan Kim
“Aku
mencoba melakukannya. Tapi, kurasa aku tidak bisa melakukannya.” Akui Shi Kyung
“Meskipun
begitu, kau sudah mencoba.” Kata Tuan Kim. Shi Kyung merengek.
“Bisakah
Ajusshi menunjukkannya padaku, sekali saja?” kata Shi Kyung memohon.
“Demonstrasi?
Ya benar. Kenapa aku melakukannya untukmu?” keluh Tuan Kim. Shi Kyung terus
merengek agar Tuan Kim melakukan Sekali saja.
Bom
berbicara dengan ibunya, sang Ibu mengeluh dirinya seperti bang dan Bom yang
meninggalkan uang padanya jadi bisa diambil seketika. Bom kesal merasa ibunya
membelanjakan uang untuknya terasa seperti pemborosan
“Jika aku
mengatakan itu bukan pemborosan, bisakah kau mempercayaiku? Tidak bisakah Ibu
melakukan ini untuk putrimu? Aku putrimu, Bu.” Tegas Bom berani melawan
“Kau
sekarang jadi kasar, ya? Ibu sudah memberimu biaya hidup dan biaya sekolah,
jadi apa lagi yang kau butuhkan? Ibu tahu kau punya pacar sekarang. Sepertinya
kau memiliki lebih banyak hal untuk menghabiskan uangmu. Membesarkan anak hanya
sampai usia 20 tahun Kau harus mengurus diri sendiri setelah itu.” Kata Ibu Bom
dengan nada tinggi.
“Aku tidak
membutuhkannya sampai berusia 20 tahun. Aku akan mati saat itu. Aku akan segera
mati karena kanker otak!” teriak Bom akhirnya menutup telpnya dan hanya bisa
menangis di tengah jalan.
Bom
berbaring di pangkuan Nenek Kim di lorong rumah sakit. Nenek Kim bertanya
Kenapa Bom tampak sangat tidak sehat dan tampak seperti orang yang sedang
sekarat. Ia pikir Ini tidak akan berhasil jadi mengajaknya pergi ke rumah sakit.
Bom terbangun dan kaget mendengar ucapan Nenek Kim.
“Kita
perlu tahu apa penyakitnya untuk mengobatinya.” Kata Nenek Kim. Bom menatap
sedih nenek Kim karena sebelumnya orang yang pertama tah adalah Nenek Kim. Dari
kejauhan Nyonya Oh melihat Nenek Kim yang mulai melupakan Bom.
Bom duduk
di ruang makan, Nyonya Oh
menjelaskan Demensia mempengaruhi
ingatan tentang orang-orang terdekat terlebih dahulu, jadi Jangan memasukkannya
ke dalam hati. Bom pikir Ini mungkin untuk yang terbaik.
“Nenek
tidak perlu khawatir denganku.” Kata Bom
“Apa
pengobatanmu berjalan dengan baik?” tanya Nyonya Oh
“Begitu
aku pergi ke Seoul, maka aku akan mendapat perawatan.” Jelas Bom
“Jika kau
kesakitan, jangan memikirkan siapa pun kecuali dirimu sendiri. Orang-orang yang
kau tinggalkan akan tetaphidup dan terus berjalan apapun yang terjadi.” Ucap
Nyonya Oh menasehati.
“Kadang,
aku berharap Ajummha adalah ibuku.” Ungkap Bom yang tak menerima perhatian dari
ibunya.
Bom
memberikan kutek pada Nyonya Oh, mengatakan ingin membuatnya lebih cantik, tapi
akan mengganggu pekerjaan jadi akan membiarkannya seperti itu. Nyonya Oh
melihat kukunya memuji kalau jadi cantik karena tidak ingat kapan terakhir kali
memakai cat kuku.
“Apa
Ajumma yakin suamimu masih hidup?” tanya Bom tiba-tiba berkata serius.
“Entahlah...
Dia hilang saat berjuang di medan perang. Dan dia belum kembali lebih dari 10
tahun, jadi bagaimana aku bisa yakin kalau dia masih hidup? Itu akan sedikit
berlebihan.” Ungkap Nyonya Oh
“Lalu,
kenapa Ajummha tidak mengatakan perpisahan padanya?” kata Bom
“Tentu
saja aku ingin melakukannya. Tapi, aku tidak bisa karena ibu mertuaku. Dia
menunggu seumur hidupnya, berharap anaknya kembali. Untuk mengambil itu
darinya... Dia mungkin saja sudah meninggal.” Cerita Nyonya Oh
Shi Young
keluar dari kamar bertanya keberadaan neneknya, Nyonya Oh pikir Neneknya ada di
kamarnya. Shi Young bertanya apakah Bom juga tidak melihatnya. Bom mengelengkan
kepala. Tapi ternyata Nenek Kim sudah tertidur di kamar Shi Kyung, seperti
menganggap seperti anaknya.
Bom
mengantar nenek Kim sampai ke Hospice. Nenek Kim pikir sering pergi ke Hospice jadi Bom tak perlu repot-repot mengantarnya,
bahkan Shi Kyung mungkin menunggu jadi berdua
bisa pergi ke sekolah. Bom mengaku ingin pergi dengan Nenek, jadi menyuruh Shi
Kyung untuk pergi lebih dulu.
“Bahkan
saat kau masih kecil, kau mengikutiku, dan memanggilku "Nenek." Apa
kau sangat menyukai nenekmu?” ejek Nenek Kim
“Nenek,
kau ingat aku mengikutimu kesana-kemari saat masih kecil?” ucap Bom tak percaya
“Tentu
saja! Aku ingat semuanya.” Ungkap Nenek Kim
Flash Back
Bom terus
menangis, Nenek Kim menyuapinya nasi dengan sup kedelai dan Bom berhenti
menangis. Lalu Nenek Kim memuji Bom yang Gadis yang sangat baik.
“Kau
masih kecil saat itu. Kau menumpahkan begitu banyak air mata karena ayahmu. Aku
merasa sangat sedih untukmu. Kau mengingatkanku pada Shi Kyung dan Shi Young.
Jadi, aku sangat menyukaimu.” Cerita Nenek Kim seperti ingatanya kembali datang
“Saat aku
memikirkannya, itu semua berkat Nenek, maka aku bisa melewati masa-masa itu
dalam hidupku.” Ungkap Bom
“Itulah
sebabnya namaku Duk Boon. (Berarti "terimakasih untukmu") “ kata
Nenek Kim
“Bahkan
nama Nenek adalah yang terbaik. Ketika aku memikirkan kepada siapa aku harus
berterimakasih, Nenek adalah orang pertama yang kupikirkan.” Kata Bom
“Itu
tidak seberapa dibandingkan dengan namamu. Tapi... Siapa namamu?” ucap Nenek
Kim. Bom sempat sedih mendengarnya.
“Bom...
Kim Bom.” Ucap Bom. Nenek Kim pun bisa mengingatnya namanya Bom.
“Aku...terus
melupakan banyak hal akhir-akhir ini. Kau harus pergi. Shi Kyung pasti
menunggu.” Kata Nenek Kim
“Baik,
aku akan kembali sepulang sekolah nanti.” Ucap Bom. Nenek Kim pikir Tidak perlu.
“Pergilah
bergaul dengan Shi Kyung sepulang sekolah.” Ucap Nenek Kim.
“Aku akan
kembali lagi. Nenek harus menungguku, jadi kita bisa pulang bersama.” Kata Bom.
Nenek Kim pun menganguk mengerti.
“Astaga,
wanita yang cantik. Aku sangat ingin dia menjadi menantuku.” Ungkap Nenek Kim
melihat Bom yang pergi.
Semua
melihat foto pemakaman Bom dengan rambut blonde dan juga senyuman. Joo Yeon
pikir Bom sedang bercanda, menurutnya Meskipun itu hanya berpura-pura, tetap
saja itu adalah pemakaman.
“Itu
adalah saat untuk berkabung dan mengucapkan selamat tinggal kepada orang yang
telah meninggal.” Kata Joo Yeon marah
“Mengucapkan
selamat tinggal tidak harus menjadi hal yang menyedihkan. Tidak bisakah kita melakukannya
dengan tersenyum? Bagi orang yang masih hidup dan yang sekarat, ini adalah
kenangan terakhir yang akan mereka dapatkan. Bahagia mengucapkan selamat
tinggal dengan cara yang menyenangkan. Seperti sebuah perayaan terakhir.”
Ungkap Bom
“Aku
belum pernah melihat Bom berbicara dengan semua orang. Bom sudah berubah
akhir-akhir ini. Tidak... apa dia menjadi aneh?” gumam Shi Kyung
“Oh,
sebuah perayaan terakhir. Itu bukan konsep yang buruk.” Pikir Ga Ram
“Ya, aku
merasa senang dengan hal itu.” Ungkap Ki Hoon.
“Kakekku
mengatakan kepadaku bahwa sudah dari dulu, pemakaman untuk orang-orang berusia
di atas 60 tahun seperti perayaan.” Kata Min Suk.
“Bom
berusia 18 tahun. Lee Shi Kyung, katakan ini padaku. Jika Bom harus meninggal
besok lusa, apa kau bisa melihat foto pemakaman ini, tertawa, dan mengucapkan
selamat tinggal?” ucap Joo Yeon
“Entahlah...
Aku tidak pernah memikirkannya.” Ucap Shi Kyung. Bom tiba-tiba merasakan mual
dan langsung keluar dari kelas, Shi Kyung ingin mengejarnya tapi Shi Young
menahanya karena akan melihatnya.
“Sejak
kapan Bom dan Shi Young sangat dekat?” gumam Shi Kyung binggung.
Shi Young
berjalan mencari Bom, sampai akhirnya panik melihat kejang-kejang. Nyonya Oh
terburu-buru mencari Dokter Lee dengan ponselnya. Dokter Lee menerima telp Shi Young kembali menyuruh agar memeriksa
dulu apa ada makanan di mulutnya, karena Berbahaya jika makanan masuk ke
saluran pernapasnya. Shi Young melihat Tidak
ada makanan.
“Apa ada
orang di sekitarmu?” tanya Dokter Lee. Shi Young mengatakan tak ada
“Bagus...
Pastikan tidak ada orang di sekitar saat Bom datang, jadi dia tidak akan
terguncang.” Kata Dokter Lee
“Baik,
aku akan melakukannya.” Ucap Shi Young berusaha agar membuat Bom tak terlihat
sedang kejang.
“Shi
Young dan Bom... Kemana perginya mereka?... Oh, ya. Ponselku.” Ucap Shi Kyung
bergegas keluar dari sekolah, tak menemukan ponselnya.
Bom
akhirnya kembali normal. Shi Young membantu merapihkan baju Bom dengan
memastikan kalau Bom tidak perlu pergi
ke rumah sakit. Bom mengangguk dan meminta maaf karena Shi Young harus
melihatnya kejang serta mengucapkan terima kasih.
“Apa Kau
tahu, kau terlalu keras kepala. Jika itu aku, tentu saja aku akan memberitahu
keluargaku. Aku juga berpegangan pada Ga Ram dan menangis karena itu.” Ungkap
Shi Young
“Aku sangat
sering menangis saat masih kecil, jadi aku tidak suka menangis. Dan juga, aku
tidak punya banyak waktu lagi. Kenapa menghabiskannya untuk menangis? Aku tidak
ingin menyia-nyiakan waktuku.” Ucap Bom terdengar optimis.
“Shi
Young, kupikir kau akan menjadi dokter yang baik. Kau harus menjadi dokter yang
baik.” Ucap Bom. Shi Young hanya diam seperti masih sedih dengan keadaan Bom.
Shi Kyung
bertemu dengan guru BP untuk mengambil ponselnya. Guru BP menyuruh Shi Kyung
untuk mencoba lagi jawabanya. Shi Kyung kembali menjawab “Jika kau menutup
pertunjukan, kau harus memberikan pengembalian uang.” Guru BP menyuruh agar
mencoba jawabanya lagi.
“Jika kau
menutup pertunjukan, akan ada komentar buruk di internet. Dan juga, ulasannya
akan buruk. Kemudian, orang tidak akan datang untuk melihat pertunjukan lagi.”
Kata Shi Kyung
“Coba
lagi!” tegas Guru Bp terlihat sangat marah
“Pak Guru,
tolong kembalikan ponselku.. Aku sangat membutuhkannya.” Kata Shi Kyung. Guru
BP tak peduli malah sengaja menaruh dalam laci.
Shi Kyung
akhirnya kembali ke kelas dengan wajah sedih, Bom sudah ada didalam kelas
sedang mengecat kukunya, melihat Shi Kyung yang datang bertanya kemana saja
karena sudah lama menunggu. Shi Kyung menarik kursinya menanyakan keadaan Bom.
“Kau
sepertinya mau muntah tadi, dan kau langsung lari. Ga Ram menelepon, tapi Shi Young
tidak menjawab teleponnya.” Kata Shi Kyung
“Shi
Young sedang sibuk menepuk punggungku. Aku pasti mendapat gangguan pencernaan
karena sarapan tadi.”ucap Bom
“Bom,
adakah sesuatu yang tidak kau katakan padaku? Ada banyak hal yang belum
kukatakan padamu.” Kata Shi Kyung curiga
“Bernard,
apa kau sudah mengatakan semuanya tentang dirimu?” tanya Bom dengan senyuman
“Bom
pasti sudah berubah. Aku tidak tahu apa itu Apa yang kulewatkan?” gumam Shi
Kyung.
Shi Young
duduk disamping Ga Ram mengaku hanya menceritakan semua rahasia ke ladang
altarnya. Ga Ram hanya diam saja,
seperti terlihat shock. Shi young heran melihat Ga Ram yang tidak mengatakan
apa-apa. Ga Ram mengaku sangat terkejut. Shi Young juga mengakui hal yang sama pada
awalnya.
“Aku
tidak merasakan apa-apa. Aku tidak bisa memahami kenyataan itu. Sekarang, aku
ingin menangis setiap kali melihat Bom.” Cerita Shi Young menahan rasa sedihnya.
“Bom
selalu sendirian sebelum bertemu Shi Kyung. Dia tampak begitu kuat, tapi
sebenarnya dia lemah. Tapi, dia berubah banyak setelah bertemu Shi Kyung. Dia
bergaul dengan baik dengan semua orang dan banyak tertawa. Senang melihat Bom bersemangat
seperti itu.” Ungkap Ga Ram.
“Jika
kita merasa seperti ini... bagaimana menurutmu Shi Kyung akan merasakannya?”
kata Shi Young tak bisa membayangkan.
“Aku
tahu... Hatiku sangat sakit... Yang bisa kita lakukan sekarang adalah mengawasi
mereka.” Kata Ga Ram
Shi
Young, Shi Kyung dan Bom menunggu dengan khawatir di meja makan melihat Nenek
Kim yang memasak sup. Nenek Kim mencicipi masakan dan merasakan lalu
menambahkan kembali kedelainya. Nyonya Oh akhirnya menyuruh ibu mertuanya
duduk, lalu dengan sengaja menambahkan air agar tak terlalu asin.
“Bagaimana?
Enak, 'kan?”ucap Nenek Kim melihat Bom dan Shi Kyung mulai mencoba supnya. Bom
mengaku kalau rasanya enak
“Nenek,
ini luar biasa. Ini seperti sebuah karya seni.” Ungkap Shi Young seperti
sengaja membanggakan masakan nenek yang sudah tak seperti dulu.
“Sama seperti
Nenek satu-satunya yang tidak tahu, tapi kami semua tahu... Apakah ada sesuatu
tentang Bom yang tidak kuketahui?” gumam Shi Kyung melihat Bom yang tertunduk
sedih.
Bibi Oh
sibuk berdandan, Nyonya Oh pikir adiknya itu tidak pergi ke sekolah. Bibi Oh
mengatakan kalau akan pergi ke Seoul untuk melihat musikal. Nyonya Oh melihat
tiket diatas meja merasa adiknya sudah melihat musikal belum lama ini
“Karena
musiknya bagus, kau ingin melihatnya dua kali.” Kata Bibi Oh mengambil tiket
dari tangan kakaknya.
“Lihat
saja dua kali, dan kau akan ingin melihatnya untuk ketiga kalinya.” Ejek Nyonya
Oh. Bibi Oh tak percaya mendengarnya.
“Bawa dia
kesini jika kau ingin bertemu dengannya lagi setelah menemuinya tiga kali.”
Kata Nyonya Oh
“Bukan
begitu, Eonni. Aku pergi dengan seorang teman. Yang benar saja. Eonni sangat
lucu.” Kata Bibi Oh lalu keluar dari ruangan.
Shi Kyung
tiba-tiba memanggil ibunya. Nyonya Oh panik,
berpikir ada yang terjadi pada Nenek. Shi Kyung mengatakan bukan tapi
ini Bom menurutnya nampak aneh akhir-akhir ini. Nyonya Oh sempat binggung
melihat Shi Kyung tapi akhirnya memilih untuk diam.
Min Suk
dkk berkumpul bertanya-tanya Apa yang harus dilakukan tentang bunga itu dan
harus menggunakan bunga yang cantik. Ji Hye dengan bangga kalau bisa memakainya
karena cantik. Sementara Shi Kyung sengaja berbaring menatap Bom yang tertidur.
“Jika Ibu
tidak tahu, haruskah aku bertanya kepada Nenek?.. Ahhh... Tidak, tidak. Jawaban
nenek tidak bisa dipercaya akhir-akhir ini... Ya, aku akan bertanya ke
internet.” Gumam Shi Kyung mengambil ponsel Bom
Ia
mengetik key word [Sering sakit kepala, gangguan pencernaan, anemia] lalu
melihat Gejala yang diderita Bom adalah hal-hal yang terlalu umum terjadi,
menurutnya Internet juga gagal.
Saat itu
Joo Yeon masuk kelas, Ki Hoon heran Joo Yeon yang datang lama sekali karena
sudah menunggu 30 menit. Joo Yeon meminta Maaf, dengan mengatakan tidak ingin
menjadi bagian dari pemakaman Bom. Semua kaget mendengarnya.
“Suk Joo
Yeon, beri kami alasan, jadi kami bisa mengerti.” Ucap Ga Ram
“Sudah
kubilang kalau aku tidak suka dengan pemakaman Bom.” Ucap Joo Yeon
“Jika kau
pergi, siapa yang akan memfilmkannya?” tanya Ki Hoon. Joo Yeon pikir akan
meminjamkan kameranya dan ingin pamit pergi.
“Suk Joo
Yeon... Mari kita bicara.” Kata Bom berjalan keluar. Shi Young melihat dengan
wajah sedih
“Hei, Suk
Joo Yeon....Kau harus melakukannya... sudahlah, Lupakan. Hati-hati dengan
rambutmu.” Kata Shi Young tak ingin membahasnya.
“Lee Shi
Young, dia tahu sesuatu.” Gumam Shi Kyung melihatnya.
Joo Yeon
bertemu dengan Bom menyuruh Lakukan apapun yang diingikanya karena tetap tidak
ingin ikut serta. Bom langsung mengetahui Joo Yeon yang menyukai Lee Shi Kyung,
Joo Yeon mengelak kalau tidak suka Lee Shi Kyung.
“Lalu,
kenapa kau membuat kejadian itu di atap sebelumnya?” kata Bom. Joo Yeon kaget
Bom yang mengetahuinya.
“Apa Ji
Hye memberitahumu?... Ya, aku suka Lee Shi Kyung. Jika bukan karena kau, aku
akan mengatakan kepada Shi Kyung kalau aku menyukainya. Apa hubungannya
denganmu kalau aku menyukai Shi Kyung?” ucap Joo Yeon terus mengoceh tanpa
sadar kalau Bom menahan rasa sakit. Bom akhirnay memilih segera pergi. Joo Yeon
bingung Bom yang pergi begitu saja.
Bom
menahan rasa sakit berjalan masuk ke lorong rumah sakit, pandangan kabur tapi
melihat sosok yang dikenalnya. Ibu Shi Kyung melihat Bom yang jatuh pingsan
langsung mendekat dan meminta tolong pada yang lainya.
“Kau tahu
sesuatu, kan? Kau pasti tahu sesuatu! Apa yang kau sembunyikan dariku?” ucap
Shi Kyung menemuai adiknya.
“Kenapa
aku menyembunyikan sesuatu darimu?” kata Shi Young tetap menyembunyikanya.
“Bom
bersikap aneh akhir-akhir ini. Aneh karena dia sering sakit.. dan dia terus berbicara
tentang berbagai hal, seolah-olah itu untuk yang terakhir kalinya.. Bahkan
pemakaman...” kata Shi Kyung
“Ah....
Tidak mungkin. Hei... Lee Shi Kyung, bagaimana kau bisa berpikir begitu? Dia
hanya berusaha untuk melakukannya. Benar, 'kan? Bom tidak sakit parah atau
semacamnya, kan?” ucap Shi Kyung mencoba menyakinkan saat itu ponselnya
berdering ada telp dari ibu.
Shi Kyung
mengangkat ponselnya, Ibu Bom mengetahui kalau itu ponsel milik anaknya. Shi
Kyung memberitahu Bom sedang pergi sebentar. Ibu Bom tahu suara Shi Kyung
sebagai pacarnya Bom, yang diajak bicara terakhir kali. Shi Kyung membenarkan.
“Aku tadi
meneleponmu lebih dulu. Ponselmu dimatikan, jadi aku menghubungi Bom. Apa kau
tahu dimana ibumu?” ucap Ibu Bom
“Ibuku
mungkin sedang di Hospice. Kenapa Anda mencari ibuku?” tanya Shi Kyung
“Seharusnya
kami bertemu, tapi dia terlambat, dan aku tidak bisa menghubunginya. Jika kau
kebetulan menemuinya, katakan padanya aku sedang menunggunya di kafe.” Kata Ibu
Bom. Shi Kyung mengerti.
“Ah.. Dan
juga...” kata Ibu Bom, saat itu Shi Kyung tiba-tiba melotot kaget.
Ibu Bom
sudah menunggu di cafe. Nyonya Oh datang melihat sosok wanita memastikan kalau
itu adalah ibu Bom. Ibu Bom mengeluh kalau Nyonya Oh yang sangat terlambat.
Nyonya Oh meminta maaf dengan memberitahu kalau Bom tiba-tiba pingsan.
“Apa Bom
baik-baik saja?” tanya Ibu Bom seperti tak peduli. Nyonya Oh merasa kalau sudah
menduganya.
“Anda
tidak pergi menemani Bom ke Seoul untuk kemoterapi, kan?” kata Nyonya Oh. Ibu
Bom binggung.
“Bom
sakit parah sekarang.” Kata Nyonya Oh. Ibu Bom betanya apa itu kanker otak.
Nyonya Oh kaget karena Ibu Bom sudah mengetahuinya.
“Kupikir
dia hanya mengatakan itu karena dia membenciku. Ayahnya juga meninggal karena
itu. Dan sekarang, itu juga terjadi pada Bom.” Ucap Ibu Bom
“Kita
bisa berusaha mengobatinya jika kita sudah tahu sebelumnya. Sayangnya, kita
terlambat.” Ungkap Nyonya Oh
“Apa kau
mengkritikku karena tidak tahu penyakitnya lebih awal?” ucap Ibu Bom. Nyonya Oh
menjelaskan bukan seperti itu maksudnya.
“Aku
sudah berusaha semaksimal mungkin. Kehamilanku adalah sebuah kecelakaan, dan
akhirnya aku menikah dengan pria yang tidak aku cintai. Aku menghabiskan beberapa
tahun bersamanya dengan dia. Ketika aku memutuskan untuk menceraikannya, dia
didiagnosis menderita kanker stadium akhir. Jadi, aku menghabiskan beberapa
tahun yang seperti neraka bersamanya lagi.” Cerita Ibu Bom
“Kapan
pun aku melihat wajah Bom, aku selalu teringat dengan dia. Aku tidak tahan
lagi. Itulah sebabnya aku hidup terpisah dari Bom. Tapi Tetap saja, aku
melakukan semua yang kubisa untuknya. Aku melakukan apa yang kubisa.” Jelas Ibu
Bom.
Nyonya Oh
menjelaskan kalau menghubungi Ibu Bom karena mereka sama-sama seorang ibu jadi
berpikir kalau akan sedih jika tahu setelah Bom meninggal. Tapi Sekarang
setelah bertemu dengannya, ternyata Ibu Bom yang tidak khawatir sama sekali.
“Sampai
saat terakhir hidup Bom, aku akan menjadi orang yang melindunginya.” Tegas
Nyonya Oh berjalan pergi.
Saat itu
juga Nyonya Oh kaget melihat Shi Kyung sudah ada didepan pintu. Shi Kyung
terdiam mendengar perkataan ibunya, dan langsung berlari pergi. Nyonya Oh
berteriak memanggil anaknya dengan wajah khawatir.
Shi Kyung
berlari kerumah sakit dan langsung pergi ke ruangan [Akses terbatas] dan
langsung membuka pintu. Bom sedang tertidur di dalam ruangan. Kepala perawat
kaget melihat Shi Kyung yang datang,
menyuruh keluar karena tidak boleh masuk ke ruangan ini. Shi Kyung tak percaya melihat Bom terbaring di
rumah sakit, Nyonya Oh akhirnya datang melihat anaknya yang akhirnya mengetahui
keadaan Bom.
Bersambung
ke part 2
PS; yang udah baca
blog / tulisan aku.. Tolong minta follow account IG aku yah dyahdeedee09 &
Twitter @dyahdeedee09 jadi biar makin
semangat nulisnya. Kamsahamnida.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar